You are on page 1of 15

Versi 1.

0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Bab 4
Inventarisasi hutan dan
estimasi stok karbon

Oleh George Kuru dan Alex Thorp, Ata Marie Group Ltd.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jaboury Ghazoul dan Chue Poh Tan dari
ETH-Zurich; Michael Pescott dan Rob McWilliam dari TFT; dan Yves Laumonier dari
CIFOR atas masukan-masukan pentingnya terhadap draf sebelumnya.

DAFTAR ISI BAB


P55: Persiapan kerja lapang
P58: Pembuatan plot
P60: Pengukuran vegetasi
P62: Foto plot
P65: Entri dan pengelolaan data
P66: Memperoleh stok karbon rata-rata per kelas vegetasi
P67: Menyelesaikan klasifikasi
P68: Lampiran 1: Lembar Inventarisasi dan Daftar Peralatan Tim Inventarisasi

54 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Persiapan kerja lapang

Sebagaimana telah di bahas pada bab sebelumnya,


tahap pertama kegiatan klasifikasi vegetasi dalam
proses SKT adalah membuat klasifikasi vegetasi
(tutupan lahan) dengan menggunakan citra satelit
untuk mengidentifikasi kawasan hutan dengan potensi
SKT. Tahap berikutnya dalam kajian SKT ini adalah
melakukan pengambilan sampel hasil klasifikasi di
lapangan dan menetapkan nilai karbon rata-rata
dengan cara mengukur vegetasi di dalam plot sampel.
Bab ini menjelaskan cara memilih dan membuat
plot sampel, melakukan pengukuran, menghitung
karbon dan menyelesaikan klasifikasi vegetasi.
Bab ini ditujukan untuk para praktisi yang memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai penggunaan
dan analisis statistik dalam menentukan teknik
pengambilan sampel.
Pemetaan masyarakat dan proses FPIC
Karena kegiatan pengambilan sampel lapangan ini kemungkinan besar akan
mengarah pada interaksi langsung dengan anggota masyarakat, maka
masyarakat lokal harus sudah diberikan informasi mengenai pendekatan
dan proses SKT sebelum dimulainya kegiatan inventarisasi hutan. Kegiatan
ini idealnya sudah mulai dilakukan pada saat pelibatan masyarakat pada
tahap awal proses FPIC yang dijabarkan di Bab 2 toolkit ini. Masyarakat juga
perlu memberikan izin untuk kegiatan sampling apapun yang dilakukan
pada lahan mereka.
Kegiatan pemetaan partisipatif dan pelibatan masyarakat harus sudah
memiliki indikasi kawasan yang diidentifikasi oleh masyarakat sebagai
kawasan penting untuk mata pencaharian mereka pada saat ini dan masa Semua foto: hak cipta TFT

datang serta untuk kebutuhan sosial-budaya. Kawasan tersebut dapat


mencakup kawasan hutan dengan SKT, sebagai contoh kawasan yang
digunakan untuk mengumpulkan hasil hutan non-kayu atau untuk kegiatan
berburu serta kawasan non-SKT seperti ladang kecil, kebun atau plot
agroforestri. Penting untuk diingat bahwa jika kawasan bukan SKT tersebut
teridentifikasi pada saat klasifikasi berbasis citra atau pada saat pengambilan
sampel lapangan tetapi tidak teridentifikasi pada saat proses pemetaan
partisipatif, maka hal tersebut dapat menjadi indikator bahwa pemetaan
partisipatif/proses FPIC tidak terselenggara dengan baik dan oleh karenanya
perlu dilakukan perbaikan sebelum proses SKT dapat diselesaikan.
Karena kegiatan pengambilan sampel
lapangan ini kemungkinan besar akan
mengarah pada interaksi langsung dengan
anggota masyarakat, maka masyarakat lokal
harus sudah diberikan informasi mengenai
Pendekatan dan proses SKT sebelum
dimulainya kegiatan inventarisasi hutan
TOOLKIT PENDEKATAN SKT
PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI 55
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Persiapan kerja lapang

Penentuan jumlah dan jenis plot sampel


Sampel lapangan untuk kajian SKT berfokus pada pengkajian biomassa pohon
di dalam kelas hutan SKT potensial. Proporsi terbesar sampel lapangan tersebar
di kelas-kelas tersebut dan didefinisikan sebagai Hutan Regenerasi Muda
(HRM) dan hutan kerapatan rendah (HK1). Walaupun Belukar (B) dan Lahan
Terbuka (LT) kemungkinan besar mengandung karbon dalam jumlah yang
sangat sedikit, dalam proses kajian SKT, sebaiknya tetap berupaya untuk
melakukan pengambilan sampel lapangan terhadap plot B dan LT, meskipun
dalam jumlah terbatas untuk mendapatkan konfirmasi mengenai dugaan
tersebut. Kelas-kelas lain seperti kawasan perkebunan yang ada (seperti Proporsi terbesar sampel lapangan
misalnya kelapa sawit dan tanaman pangan lainnya) dan kawasan enclave, tersebar di kelas-kelas tersebut dan
termasuk di dalamnya kawasan masyarakat, lahan gambut, dan kawasan NKT
secara umum tidak dikaji karena kawasan-kawasan tersebut diharapkan didefinisikan sebagai Hutan Regenerasi
didemarkasi secara terpisah. Muda (HRM) dan hutan kerapatan
Sulit untuk memprediksi jumlah sampel yang sesuai untuk diukur di setiap kelas rendah (HK1)
pada awal kajian lapangan, kecuali jika terdapat data setempat mengenai
variabilitas. Jika data tersebut tidak ada, maka waktu kajian lapangan yang
cukup (lebih banyak) harus dialokasikan untuk menambah jumlah sampel untuk
Jumlah plot yang direncanakan harus cukup untuk memenuhi target akurasi
memperoleh target akurasi. Hali ini lebih baik dilakukan, mengingat kebutuhan
bagi setiap kelas besar (major) di setiap kawasan. Persamaan sederhana untuk
biaya yang lebih besar apabila tim harus kembali melakukan pengambilan
menduga jumlah sampel tersebut adalah sebagai berikut.
sampel ke lokasi tersebut pada waktu lain.
N = t2 s2 / E2
Target akurasi yang direkomendasikan untuk kajian SKT adalah:
Keterangan:
Inventarisasi stok karbon hutan harus direncanakan untuk tujuan pencapaian
dugaan stok karbon pada selang kepercayaan 90% dari total stok karbon. N = jumlah sampel untuk pendugaan rata-rata E
Suatu proses adaptif mungkin akan diperlukan untuk menyempurnakan t = nilai t dari tabel uji t student untuk selang kepercayaan 90%
jumlah sampel untuk memperoleh tingkat kepercayaan 90%. s = standar deviasi yang diduga berdasarkan data set yang ada dari
V
 ariabilitas dalam satu kelas vegetasi (seperti misalnya di dalam kategori tipe hutan yang serupa. Departemen Kehutanan biasanya memiliki
Hutan Kerapatan Tinggi) dapat melebihi target akurasi 90% asalkan pada data yang relevan.
analisis akhir kelas-kelas tersebut berbeda satu sama lain secara statistik. E = kemungkinan galat, dituliskan sebagai persentase dugaan nilai
rata-rata
Angka yang dihasilkan harus dibulatkan ke bilangan cacah terdekat.
Sebagai contoh, untuk melakukan survei kelas vegetasi SKT dengan estimasi
Semua foto: hak cipta TFT tingkat stok karbon 57 ton/Ha dan estimasi standar deviasi 35 ton/Ha
dengan galat sampel yang diperbolehkan sebesar +/- 10% dari stok karbon
rata-rata dan batas kepercayaan 90%, maka jumlah plot sampel dihitung
sebagai berikut:
N = tst 0.92 * s2 / E2 = 1.662 * 352 / (57*10%)2 = 62.6
Dibulatkan menjadi N=63

56 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Peralatan yang diperlukan untuk kerja lapangan Penyeleksian tim survei


Data pengukuran pohon plot dicatat secara manual di dalam buku Satu tim survei umumnya terdiri dari 6-8 orang sebagaimana dijabarkan
lapangan (tallysheet). Contoh layout tallysheet terdapat di Lampiran berikut ini: :
dengan disertai daftar peralatan bagi tim inventarisasi.
Jabatan Jumlah Deskripsi dan peran
orang
Ketua Tim
1 Lulusan kehutanan dengan pengalaman
melakukan inventarisasi
Bertanggung jawab atas kinerja organisasi dan
tim, khususnya sebagai berikut:
m elakukan navigasi menuju titik awal transek
m engelola buku catatan lapangan
m engoperasikan GPS
m engukur tinggi pohon
m engambil foto plot
m engelola dan meneruskan data

Asisten 2 Teknisi berpengalaman


pengukuran Peran utama asisten pengukuran adalah untuk
mengukur diameter, memberikan label pohon,
dan mengidentifikasi spesies. Penting bahwa
paling tidak salah satu asisten memahami nama
lokal spesies pohon

Petugas pembersih 1 Pekerja yang bertanggung jawab untuk


plot membersihkan tumbuhan merambat dan memanjat
dari pohon agar pengukuran diameter dan tinggi
pohon dapat dilakukan dengan lebih mudah

Operator hip chain 1 Peran: mengukur panjang transek dan lokasi titik
tengah plot sepanjang transek

Pemegang kompas 1 Peran: memastikan jalur transek dibuat secara


tepat pada sudut kompas yang telah ditentukan
sebelumnya

Pembuka jalur 2 Peran: membersihkan jalur transek agar


memudahkan pergerakan cepat menuju titik plot

Jumlah anggota tim bervariasi tergantung pada tingkat keterampilan


dan kondisi anggota tim di dalam hutan. Ketua tim akan memutuskan
komposisi tim.
Untuk pengukuran yang efisien, maka tim perlu untuk dapat bergerak secara
cepat ke lokasi pengukuran dan menghabiskan waktu sehari penuh untuk
Semua foto: hak cipta TFT bekerja tanpa gangguan. Maka dari itu, dukungan logistik dalam bentuk
pemandu lokal dan transportasi yang memadai untuk seluruh anggota tim
merupakan hal yang sangat penting.
Jika terdapat akses yang sulit, maka akan lebih efisien bagi tim untuk
Untuk pengukuran yang efisien, maka tim mendirikan kemah sehingga perlengkapan perkemahan perlu disediakan dan
perlu untuk dapat bergerak dengan cepat seorang juru masak harus ditambahkan ke dalam tim.

ke lokasi pengukuran dan menghabiskan Sebagian besar survei memerlukan lebih dari satu tim. Manajer logistik harus
ditunjuk untuk memastikan tim menerima dukungan logistik yang diperlukan.
waktu sehari penuh untuk bekerja tanpa Manajer data harus ditunjuk untuk melakukan entri data dan pengelolaan
gangguan data secara umum. Latihan pengambilan sampel bersama harus dilaksanakan
di awal periode inventarisasi untuk memastikan bahwa semua ketua tim
mengerti dan menerapkan prosedur dengan cara yang sama.

TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI 57
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Pembuatan plot

Rancangan pengambilan sample plot Navigasi dan pembuatan plot yang ditempatkan secara sistematis
Plot-plot dapat ditempatkan secara acak atau sistematis di dalam suatu kelas. menggunakan transek
Pengambilan sampel secara acak merupakan pendekatan yang lebih Ketua tim lapangan harus diberikan instruksi untuk setiap transek,
menyeluruh dan kuat secara statistik. Pengambilan sampel secara acak biasanya termasuk di dalamnya:
lebih lambat dan biayanya lebih besar daripada pengambilan sampel sistematis. Peta
Penempatan plot sistematis biasanya membutuhkan biaya lebih sedikit dan
Koordinat titik awal (diunggah ke perangkat GPS). Titik awal transek
lebih mudah untuk diimplementasikan di lapangan serta memungkinkan lebih
biasanya bertempat pada titik-titik yang paling memudahkan di sepanjang
banyak plot dapat diukur dalam suatu waktu tertentu. Plot dapat ditempatkan
jalan, sungai, kanal atau rute akses lainnya.
dalam formasi grid atau sepanjang jalur transek dengan jarak teratur pada
semua kelas tanpa bias. Kombinasi antara pengambilan contoh secara Sudut kompas transek
sistematis dan acak juga dapat digunakan untuk meningkatkan keakuratan. Panjang transek dalam satuan kilometer

Metode untuk pembuatan plot secara sistematis dan acak dijelaskan di bawah Jumlah plot yang akan diukur
ini. Kedua rancangan pengambilan contoh diterima dalam Pendekatan SKT ini. Transek harus didirikan berdasarkan tahap-tahap berikut:
Sebelum dilakukannya kerja lapang, untuk rancangan pengambilan sampel 1. Tim bergerak menuju titik awal jalur transek yang diusulkan menggunakan
apapun, suatu rencana navigasi harus dibentuk yang mencatat urutan perangkat GPS dan mencatat waypoint tepat pada lokasi titik awal.
pengukuran plot. Rencana tersebut harus mendeskripsikan: Berdasarkan pengalaman terkini, perangkat receiver Garmin GPS lebih
T itik akses awal yang memberikan akses termudah menuju plot diutamakan karena memiliki frekuensi tunggal dan biasanya tidak
pertama. Titik akses awal biasanya berada di titik-titik yang paling bermasalah untuk beroperasi di bawah tajuk hutan yang rapat. Receiver
memudahkan sepanjang jalan atau akses lain. tersebut akurat hingga jarak lima meter dan merupakan perangkat yang
cocok untuk jenis survei seperti ini.
K
 oordinat setiap plot (diunggah ke GPS) berdasarkan urutan
pengukuran. 2. Tempatkan satu tiang atau tongkat di titik awal. Berikan label pada
tiang menggunakan pita penanda. Tuliskan nomor dan sudut kompas
S udut atau azimuth kompas dari satu plot ke plot selanjutnya.
transek pada pita penanda.
J arak antar plot.
3. Lintasi jalur sepanjang sudut kompas yang telah direncanakan. Transek
harus ditempatkan secara tepat di sepanjang rute sudut kompas yang telah
direncanakan. Ketika tim lapang menemui halangan yang besar seperti
misalnya jurang atau aliran air, maka jika memungkinkan tim survei harus
mengambil jalan memutar dan memulai survei kembali pada titik terdekat
yang paling memungkinkan di sepanjang jalur transek. Jika tidak, maka tim
survei harus menghentikan kegiatan survei pada transek tersebut.
4. Titik pusat plot harus diletakkan secara sistematis setiap 100 meter
sepanjang transek. Untuk plot-plot yang berada di antara batas kelas
SKT, maka pendekatan pragmatis yang dilakukan adalah dengan cara
mengklasifikasikan plot berdasarkan jenis tutupan vegetasi yang paling
banyak dijumpai, serta dengan mempertimbangkan klasifikasi penginderaan
jarak jauh. Jika terdapat isu yang luar biasa mengenai batas, seperti misalnya
Semua foto: hak cipta Corozal Sustainable Future Initiative, Belize
hutan yang rapat berbatasan dengan lahan terbuka, maka plot yang terdapat
di sana harus dicatat sebagai tidak diukur.
 erlu diingat bahwa lokasi plot tidak memerlukan penyesuaian untuk
P
kemiringan pada jalur transek sepanjang lokasi plot diukur secara akurat
menggunakan GPS. Hip chain hanya boleh digunakan untuk mengukur jarak
antar plot pada medan yang rata.
Plot tidak boleh dipindahkan dengan alasan apa pun. Jika suatu plot tidak dapat
diukur karena alasan keselamatan seperti misalnya plot memiliki kemiringan
ekstrim, terdapat cabang pohon yang menggantung, atau plot berada di daerah
aliran air (sungai atau kali), maka plot tersebut harus dicatat sebagai tidak
diukur dan pengambilan sampel harus dilanjutkan kembali pada titik pusat plot
berikutnya. Pengamatan tersebut harus dicatat pada peta plot dan disampaikan
kepada pihak perusahaan.

58 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Navigasi dan pembuatan plot tanpa transek Demarkasi plot


Lokasi plot secara acak ditentukan menggunakan perangkat lunak GIS, 1. Tempatkan suatu tiang/tongkat pada pusat plot. Berikan label pada tiang/
sedangkan plot sistematis biasanya ditempatkan menggunakan formasi tongkat tersebut dengan menggunakan pita penanda. Tuliskan identitas plot
grid. Plot harus didirikan berdasarkan tahap-tahap berikut: pada pita penanda. Pohon berdiri tidak boleh dijadikan sebagai penanda
1. M
 enuju titik akses awal menggunakan GPS. plot.
2. M
 elintasi jalur menuju titik pusat plot dengan menggunakan GPS 2. Rekam waypoint GPS pada titik pusat plot dan tuliskan waypoint tersebut
untuk navigasi. dalam buku catatan lapangan. Angka waypoint harus merupakan nomor urut
3. M
 engidentifikasi lokasi plot yang sebenarnya menggunakan GPS. yang ditentukan perangkat GPS. Jangan melakukan pengeditan terhadap
angka ini.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, plot tidak boleh dipindahkan atas
alasan apa pun. Jika suatu plot tidak dapat diukur karena alasan 3. Dari titik pusat, sub plot pertama diukur menggunakan pita ukur atau tali
keselamatan, maka plot tersebut harus dicatat sebagai tidak diukur dan yang sudah diukur sebelumnya yang dapat ditarik dengan kencang pada jarak
pengambilan sampel harus dilanjutkan pada titik pusat plot berikutnya. horizontal sejauh 5,64 m. Sub plot kedua kemudian dibuat dengan mengukur
jarak horizontal sejauh 12,61 m dengan pita ukur atau tali yang sudah diukur
Ukuran dan bentuk plot sampel sebelumnya yang ditarik dengan kencang. Jika yang digunakan adalah tali
Plot dengan ukuran dan bentuk yang sama digunakan untuk pengambilan yang sudah diukur sebelumnya, maka penting untuk menggunakan tali yang
sampel secara acak, sistematis dan transek. Desain plot sampel yang tidak elastis untuk membatasi galat yang dihasilkan oleh peregangan tali.
direkomendasikan adalah dua lingkaran konsentris dari suatu titik pusat
4. Informasi identifikasi berikut ini harus dicatat dalam buku catatan lapangan
dengan luas total 500 m2 atau 0,05 ha. Plot lingkaran lebih direkomendasikan
untuk semua plot.
daripada plot persegi untuk meminimalisasi potensi galat karena faktor
kemiringan dan halangan fisik yang dapat garis batas plot menjadi tidak lurus. Nama perusahaan/konsesi
Tanggal
Nama ketua tim lapangan
Nomor transek dan plot
Waypoint GPS untuk titik pusat plot
Kelas SKT pada plot berdasarkan definisi umum yang diberikan
Kondisi tanah/bawah tanah, seperti contohnya tanah organik/gambut,
tanah mineral, tanah lempung marine, genangan air
Deskripsi umum mengenai plot dan kawasan sekitar, termasuk bukti
adanya pembakaran, penebangan, dan kegiatan manusia lainnya,
seperti misalnya tanaman karet atau tanaman agrikultur lainnya.

Semua foto: hak cipta TFT

TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI 59
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Pengukuran vegetasi

Fokus pengukuran vegetasi ini adalah untuk jenis tumbuhan besar yang
biasanya merupakan penyusun sebagian besar biomassa di atas tanah.
Sumber karbon hutan yang lain tidak diukur karena ukurannya relatif kecil
(seperti misalnya tumbuhan bawah) atau pengkajiannya sulit dan Fokus pengukuran vegetasi ini adalah
menghabiskan biaya yang tinggi (seperti misalnya biomassa di bawah tanah, untuk jenis tumbuhan besar yang biasanya
kayu mati, bahan organik tanah).
Spesies tumbuhan besar didefinisikan sebagai tumbuhan yang memiliki
merupakan penyusun sebagian besar
diameter setinggi dada (DBH) lebih dari atau sama dengan 5 cm. Definisi ini biomassa di atas tanah
mencakup spesies pohon dan tumbuhan bukan pohon. Tinggi dada yang
dimaksud dalam DBH ini adalah 1,3 meter.
Spesies tumbuhan besar (secara keseluruhan disebut sebagai pohon
walaupun dapat mencakup spesies selain pohon seperti beberapa spesies GAMBAR 1: MENENTUKAN POHON-POHON YANG BERADA DI BATAS PLOT
palem) diukur dengan mengikuti tahap-tahap berikut.
1. Identifikasi pohon Di dalam: Pohon di dalam didefinisikan sebagai
pohon yang memiliki pusat batang pada DBH berada di dalam batas plot.
Pohon yang berada di tepi plot akan diperiksa menggunakan tali nilon yang
ditandai pada radius-radius plot yang benar.
2. Pita penanda: Setiap pohon harus diberi label dengan menggunakan pita
penanda. Label tersebut harus bertuliskan nomor pohon sesuai dengan
yang tercatat di buku lapang.
3. Pengukuran DBH: Semua pohon dengan DBH lebih dari atau sama
dengan 15 cm harus diukur di dalam plot besar. Selain itu, semua pohon
dengan DBH lebih dari atau sama dengan 5 cm dan kurang dari 15 cm harus
diukur di dalam plot kecil.
4. Pengukuran tinggi: Tergantung pada persamaan alometrik eventual yang
digunakan, maka mungkin akan perlu dilakukan pengukuran tinggi pohon.
Tinggi pohon harus diukur dengan menggunakan klinometer dengan cara
sebagai berikut:
D
 ua operator mengukur 10 meter dari dasar pohon menggunakan
klinometer.
P
 ada jarak 10 meter, pengukuran dalam satuan persen dilakukan terhadap
dasar pohon. Operator yang berada di pohon dapat membantu dengan
menyingkirkan pohon dan semak dari garis pandang klinometer dan Diameter setinggi dada didefinisikan sebagai berikut:
dengan menggunakan rompi berwarna cerah (rompi keselamatan) untuk
menentukan pangkal pohon. TABEL: METODE PENGUKURAN DIAMETER
P
 engukuran lain dalam satuan persen dilakukan di bagian atas batang
Bentuk Pohon Metode Pengukuran
pohon pada volume yang dapat diperdagangkan. Volume yang dapat
diperdagangkan adalah titik transisi batang utama pohon menjadi tajuk, Pohon dengan Diameter batang diukur pada ketinggian 1,3 m dar
atau titik di mana percabangan utama pertama berada. bentuk baik permukaan tanah pada sisi tanah yang lebih tinggi
Jumlahdari kedua pengukuran (terhadap bagian bawah dan bagian atas
volume yang dapat diperdagangkan) kemudian dibagi 10 untuk Pohon bercabang Diameter setiap batang diukur secara terpisah
mendapatkan panjang batang dalam satuan meter (seperti misalnya 15% di bawah 1,3 m pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah pada
ke bawah ditambah 110% ke atas sama dengan 125%; tinggi batang yang sisi tanah yang lebih tinggi
didapatkan adalah 12,5 m).
Dengan mengetahui tinggi batang, maka estimasi panjang dan kualitas Pohon memiliki kelainan TDiameter batang diukur pada ketinggian 0,5 m di
berbagai bagian sepanjang batang pohon mungkin untuk dilakukan. bentuk pada ketinggian atas titik berakhirnya kelainan bentuk
1,3 m

Akar banir berada di Diameter batang diukur pada ketinggian 0,5 m di


atas ketinggian 1,3 m atas titik berakhirnya akar banir

60 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

5. Spesies: Semua pohon yang diukur di dalam plot harus diidentifikasi


GAMBAR 2: LAYOUT PLOT INVENTARISASI SKT
berdasarkan genus dan jika memungkinkan sampai tingkat spesies karena
informasi tersebut kemungkinan diperlukan untuk persamaan alometrik
dan agar deskripsi komposisi dan struktur hutan secara umum dapat
dibuat. Sebagaimana dijelaskan di atas, ahli botani atau rimbawan dengan
pengetahuan konteks lokal idealnya harus menjadi bagian dari tim
lapangan; nama lokal dapat dicatat di buku lapangan dan kemudian dicari
nama spesiesnya. Jika spesies tertentu tidak dapat diidentifikasi walaupun
dengan menggunakan nama lokalnya, maka harus dilakukan pengambilan
foto dan sampel botani yang diberi tanda sehingga selanjutnya identifikasi
dapat dilakukan oleh ahli.
Gambar di sebelah kanan memberikan ilustrasi mengenai desain plot.

Semua pohon yang diukur di dalam plot


harus diidentifikasi berdasarkan genus dan
jika memungkinkan sampai tingkat spesies

Semua foto: hak cipta TFT

GAMBAR 3: METODE PENGUKURAN DIAMETER


Catatan: Dilakukan perbaikan minor terhadap diagram ini tanggal 13.04.2015 untuk menyesuaikan dengan teks

TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI 61
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Foto plot

Untuk semua plot di hutan, lima foto digital harus


diambil di pusat plot. Empat foto menghadap ke
arah utara, selatan, timur dan barat serta satu foto
lainnya menghadap lurus ke atas untuk menunjukkan
kerapatan tajuk. Foto tersebut harus menggambarkan
struktur dan kerapatan dasar vegetasi di setiap
plot. Fungsi tracking GPS harus digunakan secara
terus-menerus selama pengukuran lapangan untuk
memungkinkan geo-referensi pada foto yang diambil.
Gambar berikut ini menunjukkan perbandingan antara foto tutupan lahan
yang diambil dari permukaan tanah dengan piksel dari citra satelit. Foto
langit dan tajuk menggambarkan kerapatan tutupan tanah.
Citra satelit berasal dari Landsat 8 dengan kombinasi RGB 6,4,2.

Fungsi tracking GPS harus digunakan


secara terus-menerus selama pengukuran
lapangan untuk memungkinkan
geo-referensi pada foto yang diambil

GAMBAR 4: C ONTOH CITRA SATELIT DAN FOTO-FOTO LAPANGAN TERKAIT


(TAJUK, MENGHADAP UTARA, MENGHADAP SELATAN,
MENGHADAP TIMUR, MENGHADAP BARAT)

Lahan terbuka Semua foto: hak cipta TFT

62 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Belukar Semua foto: hak cipta TFT

Hutan Regenerasi Muda Semua foto: hak cipta TFT

TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI 63
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Foto plot

GAMBAR 4: C ONTOH CITRA SATELIT DAN FOTO-FOTO LAPANGAN TERKAIT


(TAJUK, MENGHADAP UTARA, MENGHADAP SELATAN,
MENGHADAP TIMUR, MENGHADAP BARAT)

Hutan Kerapatan Rendah (HK1) Semua foto: hak cipta TFT

64 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Entri dan pengelolaan data

Ketua tim harus mengunduh data track dan


waypoint GPS dan disimpan di komputer pribadi
dalam format Ozi/Garmin setiap petang jika
memungkinkan. Selain data dan foto, ketua tim
harus menulis dua hingga tiga paragraf deskripsi
singkat mengenai kondisi hutan dan komentar lain
yang berkaitan dengan setiap transek. Selain data dan foto, ketua tim harus
Buku catatan lapangan yang sudah lengkap, data GPS, dan foto harus menulis dua hingga tiga paragraf deskripsi
diberikan kepada Manajer Inventarisasi Data yang akan memasukkan
data plot ke dalam spreadsheet dan menggabungkan semua informasi
singkat mengenai kondisi hutan dan
dalam format logis untuk dilimpahkan kepada tim GIS. Ketua tim harus komentar lain yang berkaitan
memeriksa data yang dimasukkan apabila ada data yang tidak konsisten.

Semua foto: hak cipta TFT

TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI 65
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Memperoleh stok karbon rata-rata


per kelas vegetasi

Setelah data dimasukkan, maka setiap plot kemudian


dianalisis untuk mendapatkan estimasi batang per
hektar dan stok karbon sebagai berikut.
Batang per hektare
Jumlah rata-rata batang per hektar dihitung dari ukuran plot. Persamaan
yang digunakan adalah:
Batang per hektar = (jumlah pohon dalam plot)/(ukuran plot dalam
satuan hektar)
Kandungan karbon
Proses kajian SKT menggunakan persamaan alometrik untuk menduga Harus diperhatikan bahwa:
biomassa. Persamaan alometrik membantu menduga karakteristik pohon Berat jenis adalah pengukuran kekerasan kayu. Jika spesies suatu kayu
yang sulit diukur dengan cara mengukur atribut yang berkorelasi dari diketahui, maka berat jenis sebagaimana tercatat dalam Basis Data
pohon yang sama seperti misalnya, diameter setinggi dada dapat diukur Kekerasan Kayu pada Pusat Agroforestri Dunia (World Agroforestry
dan kemudian digunakan untuk menentukan biomassa di atas tanah dari Centre - WAC) (http:// db.worldagroforestry.org/wd) harus digunakan,
tumbuhan tersebut secara keseluruhan. dan jika hanya genus yang diketahui, maka nilai yang digunakan adalah
nilai rata-rata di tingkat genus. Jika tidak diketahui, maka yang harus
Banyak persamaan alometrik yang ada di seluruh dunia. Beberapa
digunakan adalah nilai standar 0,55 ton/m3 untuk spesies pohon tropis
diantaranya spesifik untuk satu tipe hutan atau spesies pohon, sedangkan
dan 0,247 ton/m3 untuk spesies palem, berdasarkan nilai rata-rata yang
yang lain lebih bersifat umum untuk mencakup situasi yang lebih beragam.
dikeluarkan oleh Panel antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim
Persamaan alometrik biasanya disusun dari sampel berukuran besar untuk
(2006), Panduan untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, Volume
meningkatkan akurasi, walaupun penting untuk diketahui bahwa
4. Pertanian, Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Lainnya, serta basis
persamaan tersebut biasanya telah disusun untuk hutan-hutan yang tidak
data kekerasan kayu dari WAC.
terdegradasi dan mungkin kurang tepat apabila digunakan untuk hutan
terdegradasi di mana lingkungannya pada dasarnya telah diubah. Daftar Faktor konversi karbon mengestimasi komponen karbon biomassa
persamaan alometrik dapat diperoleh di laman http://www.globallometree. vegetasi. Faktor ini dapat dihasilkan untuk tipe hutan tertentu, atau
org/. Komite Penasihat Ilmiah dari Komite Pengarah Pendekatan SKT akan nilai standar IPCC sebesar 0,47 dapat digunakan.
memberikan masukan mengenai daftar persamaan alometrik yang disetujui Persamaan untuk menghitung massa karbon pohon per hektar adalah:
untuk kawasan dengan berbagai kepentingan yang berbeda sekaligus Karbon Total (ton/ha) = ([Karbon Pohon]) / [Ukuran plot dalam satuan
menerima saran dan masukan mengenai topik ini. hektar]
Pendugaan volume pohon dalam sub plot memerlukan penghitungan
Penting untuk diketahui bahwa persamaan volume yang terpisah karena ukuran plot utama dan sub plot berbeda.
Setelah menyelesaikan pemrosesan data mentah dan estimasi stok
tersebut biasanya telah disusun untuk karbon per kelas vegetasi, maka uji ANOVA harus dilakukan untuk
hutan-hutan yang tidak terdegradasi dan menentukan adanya perbedaan nyata pada estimasi karbon per kelas.
Uji tersebut dilanjutkan dengan Scheff pairwise multiple comparison
mungkin kurang tepat apabila digunakan test untuk menentukan kelompok mana yang berbeda secara nyata.
untuk hutan terdegradasi di mana Hasil uji dapat dituliskan dalam format tabel di bawah ini.

lingkungan yang tumbuh pada dasarnya


telah diubah

Tutupan lahan Jumlah plot Batang per Luas Bidang Stok Karbon Galat standar Batas kepercayaan (90%)
hektar Dasar Rata-rata dari stok
karbon rata-rata Batas Atas Batas Bawah
Lahan terbuka
Belukar
Hutan regenerasi muda
Hutan kerapatan rendah
Hutan kerapatan menengah
Hutan kerapatan tinggi

66 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Menyelesaikan klasifikasi

Setelah kegiatan lapangan selesai, maka data Harus diingat bahwa revisi batas kelas vegetasi tidak bertujuan
mencocokkan masing-masing angka karbon plot. Revisi tersebut hanya
lapangan digunakan untuk membandingkan dan boleh dilakukan jika kedua syarat di bawah ini terpenuhi.
merevisi klasifikasi vegetasi secara manual dengan P
 lot inventarisasi menunjukkan bias yang jelas dalam klasifikasinya,
menggunakan hasil survey lapangan. Secara khusus, yaitu kelompok plot yang berdekatan memiliki nilai karbon yang berada
yang digunakan adalah data berikut ini: jauh di luar kisaran kelas vegetasi.
A
 nalisis ulang citra mendukung dilakukannya revisi batas kelas vegetasi.
Hasil Survei Udara:
Revisi apapun yang dilakukan harus didokumentasikan dan didukung
J ika survei udara dilakukan, maka basis data dari foto udara dengan
justifikasi kuat sehingga peninjau eksternal yang mengkaji kualitas proses
geo-referensi dapat dikompilasikan menjadi suatu file *.gdb untuk
SKT dapat memahami alasan dilakukannya perubahan tersebut.
setiap kawasan. Basis data tersebut kemudian dimuat ke dalam GIS
sehingga foto-foto tersebut dapat dilihat dan dibandingkan dengan hasil Klasifikasi akhir menghasilkan peta kawasan hutan SKT indikatif, termasuk
klasifikasi. di dalamnya nilai karbon rata-rata untuk setiap kelas vegetasi serta
P
 engamatan tertulis dicatat selama survei udara. deskripsi fisik mengenai vegetasi di setiap kelas. Paruh kedua dari toolkit
ini menjelaskan Fase Dua yang berisi mengenai pembuatan keputusan
Hasil Inventarisasi Hutan perihal pentingnya patch hutan kecil yang terisolasi dan mengintegrasikan
Inventarisasi hutan yang dijelaskan di dalam bab ini menghasilkan basis data kawasan hutan SKT potensial dengan kawasan NKT, kawasan yang penting
titik plot inventarisasi dan masing-masing plot memiliki nilai stok karbon per bagi kebutuhan masyarakat, sempadan sungai, lahan gambut, dan
hektar. Titik-titik plot distratifikasikan menjadi kelas-kelas karbon sebagaimana kategori lahan lain yang berkaitan untuk membuat rencana final kegiatan
ditentukan dan di-overlay di atas citra. pengembangan dan konservasi.
Inventarisasi hutan menghasilkan basis data foto plot dengan geo-referensi
(lima foto per plot) yang dikompilasikan menjadi suatu file *.gdb untuk setiap
kawasan. Basis data tersebut kemudian dimuat ke dalam GIS sehingga foto
tersebut dapat dilihat dan dibandingkan dengan hasil klasifikasi.
C
 ampuran spesies seperti misalnya banyaknya spesies pionir seperti Fase Dua yang berisi tentang...
Macaranga spp., keberadaan pohon yang ditanam (karet, pohon buah).
mengintegrasikan kawasan hutan SKT
P
 enyebaran diameter, khususnya banyaknya pohon berdiameter besar (DBH
30 cm atau lebih). potensial dengan kawasan NKT, kawasan
J ika data tinggi juga dikumpulkan, maka indeks struktural yang yang penting bagi kebutuhan masyarakat,
menggambarkan persentase spesies berdasarkan kelas tinggi dapat dihitung.
sempadan sungai, lahan gambut, dan
D
 eskripsi jenis dan tahap perkembangan seperti contohnya hutan pionir,
hutan terdegradasi berat yang beregenerasi, hutan terdegradasi, hutan kategori lahan lain yang berkaitan untuk
primer, dll. Indeks pertumbuhan hutan, suksesi, dan atau maturitas hutan membuat rencana final kegiatan
juga dapat dihitung. Indeks-indeks tersebut dapat membantu menentukan
rencana konservasi dan pengelolaan. pengembangan dan konservasi
D
 eskripsi plot dan transek yang dicatat oleh tim inventarisasi di lapangan.

Semua foto: hak cipta TFT

TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI 67
Versi 1.0 : Agustus 2015

BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON

Lampiran 1: Lembar Inventarisasi dan


Daftar Peralatan Tim Inventarisasi

Layout Buku Lapangan: Daftar Peralatan yang Direkomendasikan untuk Tim Inventarisasi:

Nama perusahaan/konsesi: Tipe Model Jumlah Keterangan


Peralatan
Ketua Tim Lapangan: Tanggal:
GPS Garmin GPSMAP 60CSx 1 Alternatif: GPS MAP model 62
Jalur/plot: No: waypoint
Baterai AA 1 kotak Baterai cadangan untuk GPS dan
Tutupan Lahan: kamera
Pohon DBH Nama spesies atau nama lokal Kamera Kamera digital 1
1 Pita ukur/ Pita ukur diameter 5 m 1 Coated fiberglass
2 meteran Pita ukur diameter 1,8 m 2
3 Pita ukur 50m - 1 Coated fiberglass
4 TajimaYSR-50

5 Pita ukur 20m - 1


TajimaYSR-20
6
Pita penanda 20
7
Hip chain Chainman II dengan sabuk 1
8
Benang Benang untuk hip chain 3 km
Dll.
Kompas SILVA Starter Tipe 1-2-3 1 Alternatif: kompas Suunto
Deskripsi umum mengenai plot dan kawasan sekitarnya,
seperti misalnya Bukti kebakaran, Pohon karet tua di luar plot Kotak P3K 1

Ransel 1

Pensil dan pulpen 1 kotak

Spidol permanen anti air 1 kotak Untuk menulis label pohon

1 kotak cutter KENKO 2 Untuk memotong label pohon

1 penggaris 30 cm 1

Stapler dan isi 2 Untuk menempelkan label ke pohon

Buku catatan lapangan 4 Buku catatan anti air

Kantong plastik tipe zip Untuk menjaga peralatan seluler,


lock peta, dll. tetap kering

68 TOOLKIT PENDEKATAN SKT


PENDEKATAN STOK KARBON TINGGI: PRAKTIK NIHIL DEFORESTASI

You might also like