Professional Documents
Culture Documents
0 : Agustus 2015
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Bab 4
Inventarisasi hutan dan
estimasi stok karbon
Oleh George Kuru dan Alex Thorp, Ata Marie Group Ltd.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jaboury Ghazoul dan Chue Poh Tan dari
ETH-Zurich; Michael Pescott dan Rob McWilliam dari TFT; dan Yves Laumonier dari
CIFOR atas masukan-masukan pentingnya terhadap draf sebelumnya.
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Operator hip chain 1 Peran: mengukur panjang transek dan lokasi titik
tengah plot sepanjang transek
ke lokasi pengukuran dan menghabiskan Sebagian besar survei memerlukan lebih dari satu tim. Manajer logistik harus
ditunjuk untuk memastikan tim menerima dukungan logistik yang diperlukan.
waktu sehari penuh untuk bekerja tanpa Manajer data harus ditunjuk untuk melakukan entri data dan pengelolaan
gangguan data secara umum. Latihan pengambilan sampel bersama harus dilaksanakan
di awal periode inventarisasi untuk memastikan bahwa semua ketua tim
mengerti dan menerapkan prosedur dengan cara yang sama.
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Pembuatan plot
Rancangan pengambilan sample plot Navigasi dan pembuatan plot yang ditempatkan secara sistematis
Plot-plot dapat ditempatkan secara acak atau sistematis di dalam suatu kelas. menggunakan transek
Pengambilan sampel secara acak merupakan pendekatan yang lebih Ketua tim lapangan harus diberikan instruksi untuk setiap transek,
menyeluruh dan kuat secara statistik. Pengambilan sampel secara acak biasanya termasuk di dalamnya:
lebih lambat dan biayanya lebih besar daripada pengambilan sampel sistematis. Peta
Penempatan plot sistematis biasanya membutuhkan biaya lebih sedikit dan
Koordinat titik awal (diunggah ke perangkat GPS). Titik awal transek
lebih mudah untuk diimplementasikan di lapangan serta memungkinkan lebih
biasanya bertempat pada titik-titik yang paling memudahkan di sepanjang
banyak plot dapat diukur dalam suatu waktu tertentu. Plot dapat ditempatkan
jalan, sungai, kanal atau rute akses lainnya.
dalam formasi grid atau sepanjang jalur transek dengan jarak teratur pada
semua kelas tanpa bias. Kombinasi antara pengambilan contoh secara Sudut kompas transek
sistematis dan acak juga dapat digunakan untuk meningkatkan keakuratan. Panjang transek dalam satuan kilometer
Metode untuk pembuatan plot secara sistematis dan acak dijelaskan di bawah Jumlah plot yang akan diukur
ini. Kedua rancangan pengambilan contoh diterima dalam Pendekatan SKT ini. Transek harus didirikan berdasarkan tahap-tahap berikut:
Sebelum dilakukannya kerja lapang, untuk rancangan pengambilan sampel 1. Tim bergerak menuju titik awal jalur transek yang diusulkan menggunakan
apapun, suatu rencana navigasi harus dibentuk yang mencatat urutan perangkat GPS dan mencatat waypoint tepat pada lokasi titik awal.
pengukuran plot. Rencana tersebut harus mendeskripsikan: Berdasarkan pengalaman terkini, perangkat receiver Garmin GPS lebih
T itik akses awal yang memberikan akses termudah menuju plot diutamakan karena memiliki frekuensi tunggal dan biasanya tidak
pertama. Titik akses awal biasanya berada di titik-titik yang paling bermasalah untuk beroperasi di bawah tajuk hutan yang rapat. Receiver
memudahkan sepanjang jalan atau akses lain. tersebut akurat hingga jarak lima meter dan merupakan perangkat yang
cocok untuk jenis survei seperti ini.
K
oordinat setiap plot (diunggah ke GPS) berdasarkan urutan
pengukuran. 2. Tempatkan satu tiang atau tongkat di titik awal. Berikan label pada
tiang menggunakan pita penanda. Tuliskan nomor dan sudut kompas
S udut atau azimuth kompas dari satu plot ke plot selanjutnya.
transek pada pita penanda.
J arak antar plot.
3. Lintasi jalur sepanjang sudut kompas yang telah direncanakan. Transek
harus ditempatkan secara tepat di sepanjang rute sudut kompas yang telah
direncanakan. Ketika tim lapang menemui halangan yang besar seperti
misalnya jurang atau aliran air, maka jika memungkinkan tim survei harus
mengambil jalan memutar dan memulai survei kembali pada titik terdekat
yang paling memungkinkan di sepanjang jalur transek. Jika tidak, maka tim
survei harus menghentikan kegiatan survei pada transek tersebut.
4. Titik pusat plot harus diletakkan secara sistematis setiap 100 meter
sepanjang transek. Untuk plot-plot yang berada di antara batas kelas
SKT, maka pendekatan pragmatis yang dilakukan adalah dengan cara
mengklasifikasikan plot berdasarkan jenis tutupan vegetasi yang paling
banyak dijumpai, serta dengan mempertimbangkan klasifikasi penginderaan
jarak jauh. Jika terdapat isu yang luar biasa mengenai batas, seperti misalnya
Semua foto: hak cipta Corozal Sustainable Future Initiative, Belize
hutan yang rapat berbatasan dengan lahan terbuka, maka plot yang terdapat
di sana harus dicatat sebagai tidak diukur.
erlu diingat bahwa lokasi plot tidak memerlukan penyesuaian untuk
P
kemiringan pada jalur transek sepanjang lokasi plot diukur secara akurat
menggunakan GPS. Hip chain hanya boleh digunakan untuk mengukur jarak
antar plot pada medan yang rata.
Plot tidak boleh dipindahkan dengan alasan apa pun. Jika suatu plot tidak dapat
diukur karena alasan keselamatan seperti misalnya plot memiliki kemiringan
ekstrim, terdapat cabang pohon yang menggantung, atau plot berada di daerah
aliran air (sungai atau kali), maka plot tersebut harus dicatat sebagai tidak
diukur dan pengambilan sampel harus dilanjutkan kembali pada titik pusat plot
berikutnya. Pengamatan tersebut harus dicatat pada peta plot dan disampaikan
kepada pihak perusahaan.
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Pengukuran vegetasi
Fokus pengukuran vegetasi ini adalah untuk jenis tumbuhan besar yang
biasanya merupakan penyusun sebagian besar biomassa di atas tanah.
Sumber karbon hutan yang lain tidak diukur karena ukurannya relatif kecil
(seperti misalnya tumbuhan bawah) atau pengkajiannya sulit dan Fokus pengukuran vegetasi ini adalah
menghabiskan biaya yang tinggi (seperti misalnya biomassa di bawah tanah, untuk jenis tumbuhan besar yang biasanya
kayu mati, bahan organik tanah).
Spesies tumbuhan besar didefinisikan sebagai tumbuhan yang memiliki
merupakan penyusun sebagian besar
diameter setinggi dada (DBH) lebih dari atau sama dengan 5 cm. Definisi ini biomassa di atas tanah
mencakup spesies pohon dan tumbuhan bukan pohon. Tinggi dada yang
dimaksud dalam DBH ini adalah 1,3 meter.
Spesies tumbuhan besar (secara keseluruhan disebut sebagai pohon
walaupun dapat mencakup spesies selain pohon seperti beberapa spesies GAMBAR 1: MENENTUKAN POHON-POHON YANG BERADA DI BATAS PLOT
palem) diukur dengan mengikuti tahap-tahap berikut.
1. Identifikasi pohon Di dalam: Pohon di dalam didefinisikan sebagai
pohon yang memiliki pusat batang pada DBH berada di dalam batas plot.
Pohon yang berada di tepi plot akan diperiksa menggunakan tali nilon yang
ditandai pada radius-radius plot yang benar.
2. Pita penanda: Setiap pohon harus diberi label dengan menggunakan pita
penanda. Label tersebut harus bertuliskan nomor pohon sesuai dengan
yang tercatat di buku lapang.
3. Pengukuran DBH: Semua pohon dengan DBH lebih dari atau sama
dengan 15 cm harus diukur di dalam plot besar. Selain itu, semua pohon
dengan DBH lebih dari atau sama dengan 5 cm dan kurang dari 15 cm harus
diukur di dalam plot kecil.
4. Pengukuran tinggi: Tergantung pada persamaan alometrik eventual yang
digunakan, maka mungkin akan perlu dilakukan pengukuran tinggi pohon.
Tinggi pohon harus diukur dengan menggunakan klinometer dengan cara
sebagai berikut:
D
ua operator mengukur 10 meter dari dasar pohon menggunakan
klinometer.
P
ada jarak 10 meter, pengukuran dalam satuan persen dilakukan terhadap
dasar pohon. Operator yang berada di pohon dapat membantu dengan
menyingkirkan pohon dan semak dari garis pandang klinometer dan Diameter setinggi dada didefinisikan sebagai berikut:
dengan menggunakan rompi berwarna cerah (rompi keselamatan) untuk
menentukan pangkal pohon. TABEL: METODE PENGUKURAN DIAMETER
P
engukuran lain dalam satuan persen dilakukan di bagian atas batang
Bentuk Pohon Metode Pengukuran
pohon pada volume yang dapat diperdagangkan. Volume yang dapat
diperdagangkan adalah titik transisi batang utama pohon menjadi tajuk, Pohon dengan Diameter batang diukur pada ketinggian 1,3 m dar
atau titik di mana percabangan utama pertama berada. bentuk baik permukaan tanah pada sisi tanah yang lebih tinggi
Jumlahdari kedua pengukuran (terhadap bagian bawah dan bagian atas
volume yang dapat diperdagangkan) kemudian dibagi 10 untuk Pohon bercabang Diameter setiap batang diukur secara terpisah
mendapatkan panjang batang dalam satuan meter (seperti misalnya 15% di bawah 1,3 m pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah pada
ke bawah ditambah 110% ke atas sama dengan 125%; tinggi batang yang sisi tanah yang lebih tinggi
didapatkan adalah 12,5 m).
Dengan mengetahui tinggi batang, maka estimasi panjang dan kualitas Pohon memiliki kelainan TDiameter batang diukur pada ketinggian 0,5 m di
berbagai bagian sepanjang batang pohon mungkin untuk dilakukan. bentuk pada ketinggian atas titik berakhirnya kelainan bentuk
1,3 m
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Foto plot
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Foto plot
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Tutupan lahan Jumlah plot Batang per Luas Bidang Stok Karbon Galat standar Batas kepercayaan (90%)
hektar Dasar Rata-rata dari stok
karbon rata-rata Batas Atas Batas Bawah
Lahan terbuka
Belukar
Hutan regenerasi muda
Hutan kerapatan rendah
Hutan kerapatan menengah
Hutan kerapatan tinggi
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Menyelesaikan klasifikasi
Setelah kegiatan lapangan selesai, maka data Harus diingat bahwa revisi batas kelas vegetasi tidak bertujuan
mencocokkan masing-masing angka karbon plot. Revisi tersebut hanya
lapangan digunakan untuk membandingkan dan boleh dilakukan jika kedua syarat di bawah ini terpenuhi.
merevisi klasifikasi vegetasi secara manual dengan P
lot inventarisasi menunjukkan bias yang jelas dalam klasifikasinya,
menggunakan hasil survey lapangan. Secara khusus, yaitu kelompok plot yang berdekatan memiliki nilai karbon yang berada
yang digunakan adalah data berikut ini: jauh di luar kisaran kelas vegetasi.
A
nalisis ulang citra mendukung dilakukannya revisi batas kelas vegetasi.
Hasil Survei Udara:
Revisi apapun yang dilakukan harus didokumentasikan dan didukung
J ika survei udara dilakukan, maka basis data dari foto udara dengan
justifikasi kuat sehingga peninjau eksternal yang mengkaji kualitas proses
geo-referensi dapat dikompilasikan menjadi suatu file *.gdb untuk
SKT dapat memahami alasan dilakukannya perubahan tersebut.
setiap kawasan. Basis data tersebut kemudian dimuat ke dalam GIS
sehingga foto-foto tersebut dapat dilihat dan dibandingkan dengan hasil Klasifikasi akhir menghasilkan peta kawasan hutan SKT indikatif, termasuk
klasifikasi. di dalamnya nilai karbon rata-rata untuk setiap kelas vegetasi serta
P
engamatan tertulis dicatat selama survei udara. deskripsi fisik mengenai vegetasi di setiap kelas. Paruh kedua dari toolkit
ini menjelaskan Fase Dua yang berisi mengenai pembuatan keputusan
Hasil Inventarisasi Hutan perihal pentingnya patch hutan kecil yang terisolasi dan mengintegrasikan
Inventarisasi hutan yang dijelaskan di dalam bab ini menghasilkan basis data kawasan hutan SKT potensial dengan kawasan NKT, kawasan yang penting
titik plot inventarisasi dan masing-masing plot memiliki nilai stok karbon per bagi kebutuhan masyarakat, sempadan sungai, lahan gambut, dan
hektar. Titik-titik plot distratifikasikan menjadi kelas-kelas karbon sebagaimana kategori lahan lain yang berkaitan untuk membuat rencana final kegiatan
ditentukan dan di-overlay di atas citra. pengembangan dan konservasi.
Inventarisasi hutan menghasilkan basis data foto plot dengan geo-referensi
(lima foto per plot) yang dikompilasikan menjadi suatu file *.gdb untuk setiap
kawasan. Basis data tersebut kemudian dimuat ke dalam GIS sehingga foto
tersebut dapat dilihat dan dibandingkan dengan hasil klasifikasi.
C
ampuran spesies seperti misalnya banyaknya spesies pionir seperti Fase Dua yang berisi tentang...
Macaranga spp., keberadaan pohon yang ditanam (karet, pohon buah).
mengintegrasikan kawasan hutan SKT
P
enyebaran diameter, khususnya banyaknya pohon berdiameter besar (DBH
30 cm atau lebih). potensial dengan kawasan NKT, kawasan
J ika data tinggi juga dikumpulkan, maka indeks struktural yang yang penting bagi kebutuhan masyarakat,
menggambarkan persentase spesies berdasarkan kelas tinggi dapat dihitung.
sempadan sungai, lahan gambut, dan
D
eskripsi jenis dan tahap perkembangan seperti contohnya hutan pionir,
hutan terdegradasi berat yang beregenerasi, hutan terdegradasi, hutan kategori lahan lain yang berkaitan untuk
primer, dll. Indeks pertumbuhan hutan, suksesi, dan atau maturitas hutan membuat rencana final kegiatan
juga dapat dihitung. Indeks-indeks tersebut dapat membantu menentukan
rencana konservasi dan pengelolaan. pengembangan dan konservasi
D
eskripsi plot dan transek yang dicatat oleh tim inventarisasi di lapangan.
BAB 4
INVENTARISASI HUTAN DAN ESTIMASI STOK KARBON
Layout Buku Lapangan: Daftar Peralatan yang Direkomendasikan untuk Tim Inventarisasi:
Ransel 1
1 penggaris 30 cm 1