You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Stres merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis yang kerap

menghinggapi manusia terutama pada era modern ini, semakin kompleksnya

permasalahan hidup dan semakin bertambahnya populasi manusia telah

meningkatkan peluang seseorang terkena stres. Menurut Patel dalam (Abdul Nasir &

Abdul Muhith, 2011) stres dapat berasal dari beberapa sumber, baik dari kondisi fisik,

psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, di rumah, dalam

kehidupan sosial dan lingkungan luar lainnya. Dampak dari stres diantaranya sakit

jantung, tekanan darah tinggi, sakit kepala, depresi, ketergantungan obat , fobia dan

berdampak terhadap kehidupan berorganisasi seperti ketidakpuasan dalam bekerja,

dan produktivitas menurun.

Data survei Self- reported Work- related Illness (SWI) dalam European Agency For

Safety an Health at Work (2009), menunjukkan prevalensi stres yang berhubungan

dengan pekerjaan sangat tinggi. Pekerja di Eropa 25% mengatakan bahwa mereka

mengalami stres terkait kerja, beban pekerjaan berat berkonstribusi terhadap stres

yang berpengaruh terhadap kesehatan mereka. Menurut Riskesdas (2013), penyakit

yang paling banyak diakibatkan oleh stres adalah penyakit kardiovaskular diantaranya

hipertensi. Hipertensi, menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013

penyakit kardiovaskular telah menyebabkan 17 juta kematian tiap tahun, sedangkan

akibat komplikasi hipertensi yaitu sekitar 9,4 juta tiap tahun di seluruh dunia.
Sedangkan Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang

berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta

jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Menurut

Riskesdas (2013) , hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 yang tercatat sekitar

25,8%. Data hipertensi di Kalimantan Tengah berdasarkan hasil wawancara terhadap

pasien hipertensi tentang riwayat minum obat pada tahun 2007 sebesar 9,7%, tahun

2013 mencapai angka 10,7% kasus. Sedangkan hasil yang terdiagnosis tenaga

kesehatan tahun 2007 sebesar 9,2% pada tahun 2013 didapatkan 10,6% yang

terdiagnosis tenaga kesehatan.

Berdasarkan informasi data yang didapat dari salah satu pegawai puskesmas

Kecamatan Kotawaringin Lama, penderita hipertensi yang terdeteksi dari Januari

2016 sampai dengan Maret 2016 dari 2.898 jumlah penduduk dan 920 pekerja kelapa

sawit terdapat 42 orang yang mengalami hipertensi, informasi data yang didapat dari

salah satu ketua kelompok kerja kelapa sawit di Kecamatan Kotawaringin Lama yang

melakukan pengambilan data secara wawancara terhadap pekerja kelapa sawit di

Kecamatan Kotawaringin Lama, dalam satu kelompok kerja berjumlah 20 orang dan

4 orang diantaranya yang mengalami hipertensi, responden mengatakan bahwa

banyak mengalami masalah terkait pekerjaan yang dilakukan seperti merasa jantung

berdebar saat berkerja, frekuensi pernapasan meningkat, kehilangan nafsu makan,

persendian terasa ngilu, otot kaku setelah berkerja, nyeri punggung dan nyeri

pinggang.
Permasalahan ini menunjukan bahwa responden mengalami stres kerja yang

disebabkan oleh penambahan waktu jam kerja , terbatasnya waktu istirahat, deadline

penyelesaian pekerjaan, akses menuju tempat kerja yang jauh dari tempat tinggal dan

infrastruktur jalan yang tidak memadai sehingga pekerja mengalami kelelahan kerja.

Informasi yang diberikan oleh pekerja kelapa sawit tersebut responden juga

mengatakan rata-rata 2 kali dalam 1 bulan mengalami pusing, mudah marah, rasa

berat leher, mata berkunang-kunang hal ini merupakan manifestasi klinis terjadi

kekambuhan hipertensi.

Stres adalah reaksi dari tubuh terhadap lingkungan yang dapat memproteksi

diri kita dan juga merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh yang membuat kita

tetap hidup. Stres merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia

melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batasan

kemampuan untuk memenuhi tuntutan tersebut. Ada dua jenis stres yaitu stres eustres

dan distres. Stres eustres adalah stres yang positif, dikatakan berdampak baik apabila

seseorang mencoba untuk memenuhi tuntutan untuk menjadikan orang lain maupun

dirinya sendiri mendapatkan sesuatu yang baik dan berharga sedangkan stres yang

bersifat negatif dihasilkan dari suatu proses yang memaknai suatu yang buruk, dimana

respon yang digunakan selalu negatif dan ada indikasi menggangu integritas diri

sehingga bisa diartikan sebagai sebuah ancaman (Abdul Nasir & Abdul Muhith,

2011).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya stres pada kerja adalah beban kerja dan

jam kerja yang berlebihan. Jam kerja rata-rata menurut Undang-undang No.13 tahun

2003 tentang ketenagakerjaan yaitu 7-8 jam perhari. Sedangkan jam kerja pada

pekerja kelapa sawit di Kecamatan Kotawaringin Lama rata-rata jam kerja 7-8 jam

namun adanya penambahan jam kerja (sistem lembur) jam kerja bisa mencapai 10

jam perhari. Penambahan jam kerja yang melebihi batas waktu kerja normal (7-8 jam

perhari) memicu terjadinya kelelahan kerja sehingga mempengaruhi aspek beban

mental, fisik, dan waktu kerja (Sinubu, RB dkk, 2015). Beberapa faktor presipitasi

yang dianggap sebagai pemicu timbulnya stres antara lain faktor fisik dan biologis

seperti genetik, riwayat penyakit dimasa lalu, pengalaman hidup, pola makan, pola

tidur, dan penyakit yang diderita saat ini. Faktor lainnya yang dapat menimbulkan

stres adalah faktor psikologis dan lingkungan baik yang bersifat fisik , biotik, dan

lingkungan sosial (Abdul Nasir & Abdul Muhith, 2011).

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi dan akan

mudah muncul pada orang yang sering stres (Sutaryo, 2011). Sistem kardiovaskular

banyak dipengaruhi oleh serabut saraf otonom Secara fisiologi, situasi stres

mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem

neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Serabut Sistem saraf

simpatis menyebar keseluruh induksi dan miokardium yang berespons terhadap

impuls saraf dari hipotalamus dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos

pembuluh darah. Neurotransmiter saraf simpatis adalah norepinefrin yang

menyebabkan terlepasnya epinefrin dari medula adrenal ke aliran darah . Sehingga


meningkatkan kecepatan denyut jantung dan peningkatan kontaksi miokardium (

Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006).

Sebuah penelitian studi kasus kontrol yang dilakukan di Cina menemukan

bahwa stres memberikan kontribusi sekitar 9% risiko kekambuhan hipertensi, 52

negara 35 diantaranya melaporkan bahwa ada hubungan yang kuat antara stres

dengan penyakit kardiovaskular khususnya hipertensi. Pengaruh stres pada kesehatan

mungkin menjadi hal lebih mencolok dalam kehidupan seseorang, secara tidak

langsung stres mempengaruhi perilaku individu sehinggga menyebabkan timbulnya

penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah ada (Sufeng Yin at al, 2015).

Salah satu pencegahan hipertensi yang baik dan aman pada penderita

hipertensi agar tidak mengalami kekambuhan adalah melakukan terapi diet. Terapi

yang cocok untuk penderita hipertensi adalah diet rendah garam dan diet DASH

(Dietary Approaches to Stop Hypertension), yang terutama berisi komponen gizi berserat

tinggi (sayur dan buah). tujuan dari diet ini adalah untuk membantu menurunkan

tekanan darah tinggi serta membantu menghilangkan penimbunan garam atau air

dalam jaringan tubuh. Cukup mudah untuk menjalani diet ini, cukup menyesuaikan

dengan penyakit yang diderita, membatasi konsumsi kalori, protein serta mineral,

serta menyesuaikan garam natrium yang dibutuhkan tubuh (M. Najdjib Bustan,

2015).
Kemampuan untuk megelola diri merupakan suatu proses

berkesinambungan yang memerlukan adanya kemauan untuk mengubah, baik

perilaku atau kebiasaan sehingga pada akhirnya kita mejadi orang yang efektif.

Kemampuan mengelola waktu dan stres bisa di artikan sebagai self management.

Mengelola stres adalah mengatur hal yang telah menjadi tanggung jawab kita dengan

menyesuaikan pada situasi yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Mengurangi stres

dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti identifikasi penyebab stres,

manajemen waktu yang baik, melalukan relaksasi dengan tekhnik yang sederhana,

mengatasi rasa takut akan kegagalan, makanan yang sehat dan berolahraga yang

teratur (Abdul Nasir & Abdul Muhith, 2011).

Berdasarkan latarbelakang yang dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan stres kerja dengan kekambuhan hipertensi pada pekerja kelapa

sawit. Peneliti memilih melakukan penelitian pada pekerja kelapa sawit di kecamatan

Kotawaringin Lama dengan alasan karena pada dasarnya pekerjaan ini memiliki

tingkat stres kerja yang lebih tinggi dilihat dari tugas pokok pekerjaan tersebut

memiliki beban kerja yang lebih dibandingkan pekerjaan lain.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan stres kerja dengan kekambuhan Hipertensi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan stres kerja dengan kekambuhan Hipertensi?


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkatan stres kerja pada pekerja kelapa sawit di kecamatan

kotawaringin lama ?

2. Mengetahui tingkat kekambuhan hipertensi pada pekerja kelapa sawit di

kelurahan kotawaringin lama ?

3. Menganalisis hubungan stres kerja dengan kekambuhan hipertensi?

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

untuk masyarakat yang bekerja, khusus nya pekerja kelapa sawit dalam mengelola

stres kerja yang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

keilmuan serta memperdalam pengetahuan tentang penyakit hipertensi yang terjadi

di masyarakat dan sebagai masukan bagi dunia kesehatan dalam mengembangkan

perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang stres yang dapat

menyebabkan kekambuhan pada penderita hipertensi.

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti yaitu menjadi sebuah pengalaman

yang berharga dan menjadi sebuah kebanggaan dan kepuasan tersendiri ketika

mampu memberikan suatu hal yang berarti bagi masyarakat pekerja dan

perkembangan ilmu keperawatan.


1.5 Keaslian penelitian

Penelitian tentang hubungan antara stres kerja dengan kekambuhan hipertensi

pada pekerja kelapa sawit di kecamatan kotawaringin belum pernah dilakukan,

adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh :

1.5.1 Penelitian yang dilakuakn oleh Dian Prawesti dan Hesty Titis Prasetyorini

(2012) dengan judul stres penyakit terhadap kejadian komplikasi hipertensi

pada pasien hipertensi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali.

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling,

yaitu teknik pengambilan sampling yang dilakukan berdasarkan kebetulan,

dengan jumlah sampel sebanyak 29 responden . Hasil penelitian ini lebih dari

50% responden mengalami stres dan Lebih dari 50% responden mengalami

kejadian komplikasi hipertensi . Hasil uji statistik didapatkan bahwa p = 0,002

yang berarti bahwa ada hubungan antara stres dengan kejadian komplikasi

hipertensi pada pasien hipertensi di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit

Baptis Kediri. Penelitian yang dilakukan peneliti mengetahui hubungan stres

akibat sakit, dengan komplikasi hipertensi, berbeda dengan penelitian yang

akan penulis lakukan yaitu untuk mengetahui hubungan stres akibat kerja

dengan kekambuhan hipertensi.

1.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Bo Hu & Xiaoyu Liu et al (2015) dengan judul

Effects of Psychological Stress on Hypertension in Middle-Aged Chinese: A

Cross Sectional Study. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Cross Sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling dengan
jumlah sampel 5,976 responden. Hasil dari penelitian ini stres psikologis

secara signifikan berhubungan dengan hipertensi. Selain itu, untuk semua

faktor risiko lain, wanita menunjukkan risiko yang lebih besar terkena

hipertensi dibandingkan laki-laki jika memiliki riwayat stres baik di tempat

kerja maupun saat di rumah. Penelitian ini meneliti tentang stres psikologi

terhadap hipertensi, berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis

untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan kekambuhan hipertensi.

1.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Muawanah, (2012) dengan judul hubungan

tingkat pengetahuan tentang manajemen stres terhadap tingkat kekambuhan

pada penderita hipertensi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

atau observasi variabel independen dan dependen hanya satu kali. Tehnik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden

40 orang. Pengujian dilakukan dengan teknik korelasi yang digunakan untuk

mencari hubungan dua variabel dalam penelitian ini menggunakan uji Rank

Spearman dan di olah menggunakan progam SPSS 15,00. Hasil analisis uji

Rank Spearman diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan tentang manajemen stres dengan

tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi. Dalam penelitian yang dilakukan,

peneliti mengukur tingkat pengetahuan tentang manajemen stres hal tersebut

yang membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu untuk

mengetahui hubungan stres kerja dengan kekambuhan hipertensi.

You might also like