Professional Documents
Culture Documents
102012209
E2
Luciawara@rocketmail.com
1. Pendahuluan
Keluhan utama
sesak napas sejak 2 hari yang lalu disertai nyeri dada yang memberat saat
beraktivitas.
Riwayat penyakit sekarang ( sesak napas dan nyeri dada)
Riwayat penyakit terdahulu
Apakah pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
Mengenai riwayat penyakit dahulu dan obat-obatan1
Apakah ada riwayat penyakit dada (MI yang baru); riwayat penyakit
jantung yang sebelumnya (khususnya MI, angina, murmur, aritmia,
penyakit katup jantung); riwayat factor resiko aterosklerosis; riwayat
penyakit pernapasan atau ginjal; riwayat penyakit kardiomiopati.1
Apakah baru-baru ini ada perubahan jenis obat seperti diuretic, OAINS,
ACE inhibitor, beta bloker, inotropik negative, digoksin; mengonsumsi
obat yang bisa menyebabkan kardiomiopati (doksorubisin, kokain);
merokok; dan mengkonsumsialkohol (kardiomiopati alkoholik).1
3. Pemeriksaan Fisik
- Edema paru
- Hepatomegali
- Edema tungkai.2
4. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Chest X-Ray
Echocardiography
Biomarker NT-Pro BNP (BNP dihasilkann ventrikel > 300pg/ml
Labolatorium AGD, Lab Dasar.2
Gejala-gejala dari HF berupa sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat
atau saat beraktivitas dan atau rasa lemah tidak bertenaga.
Tanda-tanda dari HF berupa retensi air seperti kongesti paru dan edema
tungkai.
Ditemukan abnormalitas dari struktur dan fungsional jantung.
Batuk nonproduktif
Ingus (nasal discharge)
Suara napas lemah
Retraksi intercosta
Penggunaan otot bantu nafas
Demam
Ronchii
Cyanosis
Leukositosis
Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
Batuk
Sakit kepala
Kekakuan dan nyeri otot
Sesak nafas
Menggigil
Berkeringat
Lelah.6
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan
muntah - kekakuan sendi. Secara umum dapat dibagi menjadi : Manifestasi
nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah,
malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.Gejala umum saluran
pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping
hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar
dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi
napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.6
6.Etiologi
- Hipertensi
- Ischaemic heard disease
- Alcohol
- Hypothyroidsm
- Congenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical septal defek)
- Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif)
- Infections
- Nutrition
Penyakit jantung koroner merupakan etiologi gagal jantung akut pada 60
70% pasien terutama pada pasien usia lanjut.30 Pada usia muda, gagal
jantung akut lebih sering diakibatkan oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia,
penyakit jantung kongenital, penyakit jantung katup dan miokarditis.6
Banyak pasien dengan gagal jantung tetap asimptomatik. Gejala klinis
dapat muncul karena adanya faktor presipitasi yang menyebabkan
peningkatan kerja jantung dan peningkatan kebutuhan oksigen, seperti infeksi,
aritmia, kerja fisik, cairan, lingkungan, emosi yang berlebihan, infark miokard,
emboli paru,anemia, tirotoksikosis, kehamilan, hipertensi, miokarditis dan
endokarditis infektif.6
7. Epidemiologi
Gagal jantung merupakan suatu kondisi yang telah diketahui selama
berabad-abad namun penelitian epidemiologi sulit dilakukan karena tidak adanya
defenisi tunggal kondisi ini.ketika masih sedikit pemeriksaan jantung yang
tersedia, defenisi gagal jantung cenderung ke arah patofisiologi ,lalu kemudian
defenisi ditempatkan pada penekakanan gagal jantung sebagai suatu diagnosis
klinis. Sementara kondisi ini memang merupakan suatu sindrom klinis,diagnosis
dapat sulit ditegakkan pada tahap dini karena relative tidak ada gejala. Maka
defenisi terbaru membutuhkan bukti pendukung dari pemeriksaan jantung.
Pemeriksaan penunjang yang paling sering digunakan adalah
ekokardiografi,dengan disfungsi ventrikel kiri biasanya didefenisikan sebgai
fraksi ejeksi <30-45% pada kebanyakan survey epidemiologi.7
Sekitar 3-20 per 1000 orang pada populasi mengalami gagal jantung, dan
prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia
di atas 65 tahun), dan angka ini akan meningkatn karena peningkatan usia
populasi dan perbaikan ketahanan hidup setelah infark miokard akut. Di Inggris,
sekitar 100.000 pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk gagal
jantung,mempresentasikan 5% dari semua perawatan medis dan menghabiskan
lebih dari 1% dana perwatan kesehatan nasional.7
8. Patofisiologi
9. Gejala Klinik
Gejala gagal jantung akut terutama disebabkan oleh kongesti paru yang
berat sebagai akibat peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri yang meningkat,
dapat disertai penurunan curah jantung ataupun tidak.Manifestasi klinis GJA
meliputi:9
1. Gagal jantung dekompensasi (de novo atau sebagai gagal jantung kronik yang
mengalami dekompensasi).
2. Gagal jantung akut hipertensi yaitu terdapat gagal jantung yang disertai
tekanan darah tinggi dan gangguan fungsi jantung relatif dan pada foto toraks
terdapat tanda-tanda edema paru akut.
3. Edema paru yang diperjelas dengan foto toraks, respiratory distress, ronki
yang luas, dan ortopnea. Saturasi oksigen biasanya kurang dari 90% pada
udara ruangan.
4. Syok kardiogenik ditandai dengan penurunan tekanan darah sistolik kurang
dari 90 mmHg atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg
dan atau penurunan pengeluaran urin kurang dari 0,5 ml/kgBB/jam, frekuensi
nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ.
5. High output failure, ditandai dengan curah jantung yang tinggi, biasanya
dengan frekuensi denyut jantung yang tinggi, misalnya pada mitral regurgitasi,
tirotoksikosis, anemia, dan penyakit Pagets. Keadaan ini ditandai dengan
jaringan perifer yang hangat dan kongesti paru, kadang disertai tekanan darah
yang rendah seperti pada syok septik.
6. Gagal jantung kanan yang ditandai dengan sindrom low output, peninggian
tekanan vena jugularis, serta pembesaran hati dan limpa.9
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Medika Mentosa dan Medika Mentosa
1. Terapi Umum dan Faktor Gaya Hidup
a. Aktifitas fisik harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktifitas yang sesuai
menurunkan tonus simpatik, mendorong penurunan berat badan, dan memperbaiki
gejala dan toleransi aktivitas pada gagal jantung terkompensasi dan stabil.
b. Oksigen merupakan vasorelaksan paru, merupakan afterload RV, dan
memperbaiki aliran darah paru.
c. Merokok cenderung menurunkan curah jantung, meningkatkan denyut jantung,
dan meningkatkan resistensi vascular sistemik dan pulmonal dan harus dihentikan.
d. Konsumsi alkohol merubah keseimbangan cairan, inotropik negative, dan dapat
memperburuk hipertensi. Penghentian konsumsi alcohol memperlihatkan
perbaikan gejala dan hemodinamik bermakna.9
2. Terapi obat-obatan
a. Diuretik digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan
pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung (Tjay, 2007).
Diuterik yang sering digunakan golongan diuterik loop dan thiazide (Lee, 2005).
Diuretik Loop (bumetamid, furosemid) meningkatkan ekskresi natrium dan cairan
ginjal dengan tempat kerja pada ansa henle asenden, namun efeknya bila
diberikan secara oral dapat menghilangkan pada gagal jantung berat karena
absorbs usus. Diuretik ini menyebabkan hiperurisemia.
Diuretik Thiazide (bendroflumetiazid, klorotiazid, hidroklorotiazid, mefrusid,
metolazon). Menghambat reabsorbsi garam di tubulus distal dan membantu
reabsorbsi kalsium. Diuretik ini kurang efektif dibandingkan dengan diuretic loop
dan sangat tidak efektif bila laju filtrasi glomerulus turun dibawah 30%.
Penggunaan kombinasi diuretic loop dengan diuretic thiazude bersifat sinergis.
Tiazide memiliki efek vasodilatasi langsung pada arterior perifer dan dapat
menyebabkan intoleransi karbohidrat (Gibbs CR, 2000).
b. Digoksin, pada tahun 1785, William Withering dari Birmingham menemukan
penggunaan ekstrak foxglove (Digitalis purpurea). Glikosida seperti digoksin
meningkatkan kontraksi miokard yang menghasilkan inotropisme positif yaitu
memeperkuat kontraksi jantung, hingga volume pukulan, volume menit dan
dieresis diperbesar serta jantung yang membesar menjadi mengecil (Tjay, 2007).
Digoksin tidak meneyebabkan perubahan curah jantung pada subjek normal
karena curah jantung ditentukan tidak hanya oleh kontraktilitas namun juga oleh
beban dan denyut jantung. Pada gagal jantung, digoksin dapat memperbaiki
kontraktilitas dan menghilangkan mekanisme kompensasi sekunder yang dapat
menyebabkan gejala.
c. Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding
ventrikel, yang merupakan determinan utama kebutuhan oksigen moikard,
menurunkan konsumsi oksigen miokard dan meningkatkan curah jantung.
Vasodilator dapat bekerja pada system vena (nitrat) atau arteri (hidralazin) atau
memiliki efek campuran vasodilator dan dilator arteri (penghambat ACE,
antagonis reseptor angiotensin, prazosin dan nitroprusida). Vasodilator
menurukan prelod pada pasien yang memakan diuterik dosis tinggi, dapat
menurunkan curah jantung dan menyebabkan hipotensi postural. Namun pada
gagal jantung kronis, penurunan tekanan pengisian yang menguntungkan biasanya
mengimbangi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Pada gagal jantung
sedang atau berat, vasodilator arteri juga dapat menurunkan tekanan darah (Gibbs
CR, 2000).
d. Beta Blocker (carvedilol, bisoprolol, metoprolol). Penyekat beta adrenoreseptor
biasanya dihindari pada gagal jantung karena kerja inotropik negatifnya. Namun,
stimulasi simpatik jangka panjang yang terjadi pada gagal jantung menyebabkan
regulasi turun pada reseptor beta jantung. Dengan memblok paling tidak beberapa
aktivitas simpatik, penyekat beta dapat meningkatkan densitas reseptor beta dan
menghasilkan sensitivitas jantung yang lebih tinggi terhadap simulasi inotropik
katekolamin dalam sirkulasi. Juga mengurangi aritmia dan iskemi miokard (Gibbs
CR, 2000). Penggunaan terbaru dari metoprolol dan bisoprolol adalah sebagai
obat tambahan dari diuretic dan ACE-blokers pada dekompensasi tak berat. Obat-
obatan tersebut dapat mencegah memburuknya kondisi serta memeperbaiki gejala
dan keadaan fungsional. Efek ini bertentangan dengan khasiat inotrop negatifnya,
sehingga perlu dipergunakan dengan hati-hati (Tjay, 2007).
e. Antikoagolan adalah zat-zat yang dapat mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan fibrin. Antagonis vitamin K ini digunakan pada
keadaan dimana terdapat kecenderungan darah untuk memebeku yang meningkat,
misalnya pada trombosis. Pada trobosis koroner (infark), sebagian obat jantung
menjadi mati karena penyaluran darah kebagian ini terhalang
Universitas Sumatera Utara
oleh tromus disalah satu cabangnya. Obat-obatan ini sangat penting untuk
meningkatkan harapan hidup penderita (Tjay, 2007).
f. Antiaritmia dapat mencegah atau meniadakan gangguan tersebut dengan jalan
menormalisasi frekuensi dan ritme pukulan jantung. Kerjanya berdasarkan
penurunan frekuensi jantung. Pada umumnya obat-obatn ini sedikit banyak juga
mengurangi daya kontraksinya. Perlu pula diperhatikan bahwa obat-obatan ini
juga dapat memeperparah atau justru menimbulkan aritmia (Tjay, 2007). Obat
antiaritmia memepertahankan irama sinus pada gagal jantung memberikan
keuntungan simtomatik, dan amiodaron merupakan obat yang paling efektif dalam
mencegah AF dan memperbaiki kesempatan keberhasilan kardioversi bila AF
tetap ada (Gibbs, 2000).9
11. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :10
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal
jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan
pada katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu
banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
12. Prognosis
Pasien GJA memiliki prognosis yang sangat buruk. Dalam satu
rundomized trial yang besar, pada pasien yang dirawat dengan gagal jantung
yang mengalami dekompensasi, mortalitas 600 hari adalah 9,6% dan apabila
dikombinasi dengan perawatan ulang 60 hari menjadi 35,2%. Angka kematian
lebih tinggi pada infark jantung yang disertai gagal jantung berat, dengan
mortalitas 30& dalam 12 bulan. Pada pasien edema paru akut, angka kematian di
rumah sakit 12 % dan mortalitas 1 tahun 40 %.. prediktor mortalitas tinggi antara
lain tekanan baji kapiler paru yang tinggi, sama atau lebih dari 16 mmHg, kadar
natrium yang rendah, dimensi ruang ventrikel kiri yang meningkat dan konsumsi
oksigen puncak yang rendah. Sekitar 45% pasien GJA akan dirawat ulang paling
tidak satu kali, 15%paling tidak dua kali dalam 12 bulan pertama.10
13. Pencegahan
Pencegahan gagal jantung harus selalu menjadi objektif primer terutama
pada kelompok dengan resiko tinggi :
Obati penyebab potensial dan kerusakan miokard, faktor resiko jantung
koroner.
Pengobatan hipertensi yang agresif
Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup.
Bila sudah ada disfungsi miokar upayakan eliminasi penyebab yang
mendassari selain modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik menjadi
gagal jantung.10
KESIMPULAN