Professional Documents
Culture Documents
2. Penilaian Orientasi
Prosedur pemeriksaan orientasi :
a. Orientasi orang : tanyakan nama, usia, kerja, kapan lahir, kenal dengan orang di
sekitarnya.
b. Orientasi tempat : tanyakan sekarang dimana, apa nama tempat ini, di kota mana
berada.
c. Orientasi waktu : tanyakan hari apa sekarang, tanggal berapa, bulan apa, tahun
berapa.
3. Pemeriksaan Afasia
Gangguan cara berbahasa disebut afasia.
Prosedur pemeriksaan afasia :
a. Kelancaran bicara :
Bicara spontan, lancar, tidak tertegun untuk mencari kata yang diinginkan. Minta
pasien menyebutkan nama hewan sebanyak-banyaknya selama 1 menit.
b. Pemahaman Bahasa lisan :
Ajak pasien bercakap-cakap dan nilai pemahamannya terhadap kalimat. Minta pasien
melakukan apa yang kita perintah mulai dari yang sederhana sampai sulit.
c. Repetisi :
Mintalah pasien untuk mengulangi apa yang kita ucapkan mulai dari kata hingga
kalimat.
d. Menamai :
Mintalah pasien untuk menyebutkan dengan cepat dan tepat nama objek yang kita
tunjukkan.
e. Membaca
f. Menulis
4. Pemeriksaan Apraksia
Prosedur pemeriksaan : minta pasien untuk meniup geretan yang sedang menyala.
5. Pemeriksaan Agnosia
Mengenal barang, binatang, orang dan sebagainya adalah kegiatan
psikosensorik dalam kehidupan sehari-hari.
Prosedur pemeriksaan :
a. Agnosia visual :
Minta pasien menyebutkan nama objek yang kita perlihatkan padanya.
b. Agnosia jari :
Minta pasien menutup mata, pemeriksa meraba salah satu jarinya. Suruh pasien
membuka mata dan menunjukkan jari yang tadi diraba pemeriksa.
c. Agnosia taktil :
Minta pasien menutup mata, tempatkan di genggamannya suatu benda, dengan jalan
meraba, suruh pasien menyebutkan nama benda tersebut.
6. Pemeriksaan Memori
Prosedur pemeriksaan memori :
a. Memori segera ;
Minta pasien untuk mengulangi angka-angka yang disebutkan pemeriksa, dimulai
dari 2 angka, kemudian 3 angka dan seterusnya.
b. Memori baru, jangka pendek :
Sama dengan pemeriksaan orientasi
c. Kemampuan mempelajari hal baru :
Minta pasien menghafal 4 kata yang tidak berhubungan yang diucapkan pemeriksa.
Selang 20-30 menit kemudian minta pasien mengulang 4 kata tadi.
d. Memori visual:
Minta pasien melihat pemeriksa menyembunyikan 5 benda kecil disekitar pasien.
Selang menit kemudian pasien ditanyai benda apa yang disembunyikan dan dimana
lokasinya.
B. Mengapa pada tumor otak atau pada pasien dengan peningkatan tekanan intrkranial bisa
menimbulkan mual-muntah?
a. Nyeri Kepala
Nyeri kepala pada pagi hari dihubungkan dengan terjadinya peningkatan TIK
sebagai hasil dari pergerakan yang cepat bola mata (REM) saat tidur. Selama REM
(paradoxical) saat tidur, jantung dan frekuensi pernapasan meningkat, terjadi
pergerakkan tangan dan jari-jari, dan pergerakkan tubuh yang lain yang melibatkan
seluruh tubuh. Struktur pada intrakranial yang sensitive terhadap nyeri adalah arteri
meningea media dan percabangannya, sinus venosus dan arteri besar dan dura pada
dasar otak, dimana struktur-struktur ini kaya akan innervasi sensoris. Saat terjadi
peningkatan ICP, pembuluh darah otak akan berdilatasi dengan tujuan untuk
memberikan suplai darah yang adekuat ke otak. Dilatasi dari pembuluh darah, traksi
pada bridging vein dan penarikan pada arteri di dasar otak dan kompresi pada dura
yang sensitive terhadap nyeri pada dasar tengkorak akan menimbulkan nyeri kepala.
Nyeri kepala ini tidak selamanya muncul pada lokasi tertentu sesuai dengan lesi
spesifiknya akan tetapi muncul pada bagian frontal dan oksipital.
b. Muntah
Daerah pusat vagal motorik juga memediasi motilitas pada traktus gastrointestinal
(menyebabkan pengosongan lambung yang lambat yang sering dihubungkan dengan
Peningkatan TIK. Perubahan apapun pada batang otak sebagai hasil dari peningkatan
TIK akan mengakibatkan muntah. Apabila lesi yang terjadi langsung mempengaruhi
mekanisme muntah, maka afferen-nya akan melalui jalur yang pendek sehingga
muntah akan terjadi tanpa disertai rasa mualsebagai hasilnya terjadi muntah yang
proyektil.
Nervus Cranialis
Jaras olfaktorius terdiri dari epitelium olfaktorius hidung, fila olfaktoria (nervus
olfaktorius = N I), bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius, serta area kortikal
(paleokorteks) yang terbentang dari unkus lobus temporalis melewati substansia perforata
anterior ke permukaan medial lobus frontalis dibawah genu korpus kalosum.
Gambar 3. Nervus olfaktorius dan traktus olfaktorius serta jaras olfaktorius
B. Syarat Pemeriksaan:
i. Pastikan jalan napas bebas dari penyakit
ii. Bahan pemeriksaan yang dipakai haruslah yang diketahui oleh pasien
iii. Bahan yang digunakan tidak bersifat iritatif
iv. Bahan yang mudah menguap tidak digunakan dalam pemeriksaan, sebab dapat
merangsang Nervus Cranialis V dan sistem pencernaan.
Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke
badan sel akson yang membentuk saraf optik. Setiap saraf optik keluar dari bola mata
pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen opticus. Seluruh serabut
memanjang saat traktus optic bersinaps pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan
menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera penglihatan.
N.II tersusun atas serabut axon saraf yang berasal dari sel-sel ganglionik di retina. Axon
saraf yang berasal dari selsel saraf tersebut bersinaps dengan serabutserabut dendrit
selsel saraf pada area corpus geniculatum lateralis, pulvinar, dan collilus superior
membentuk pusat visual primer.
Axon saraf yang berasal dari selsel pada corpus geniculatum lateralis, pulvinar,
dan collilus superrior membawa impuls ke pusat visual di korteks yang terletak pada
cuneus. Fungsi N.II dapat diperiksa dengan beberapa teknik.
Retina adalah reseptor permukaan untuk informasi visual. Komponen retina yang
paling penting adalah sel-sel reseptor sensorik, atau fotoreseptor, dan berbagai tipe
neuron jaras visual.
Batang dan kerucut. Ketika jatuh di retina, cahaya mencetuskan reaksi
fotokimiawi di sel batang dan kerucut, yang mengakibatkan pembentukan impuls yang
akhirnya di hantarkan ke korteks visual. Sel batang berperan pada pencahayaan yang
gelap, sedangkan sel kerucut berperan menyediakan persepsi warna dan penglihatan pada
pencahayaan terang.Fovea adalah lokasi penglihatan tertajam di retina dan hanya
mengandung sel kerucut, yang berproyeksi ke sel-sel bipolar lapisan neuronal berikutnya
dalam hubungan satu-satu.
Nervus optikus, khiasma optikum, dan traktus optikus. Sel-sel bipolar retina
menerima input ke dendritnya dari sel batang dan kerucut dan menghantarkan impuls
lebih jauh ke arah sentral ke lapisan sel ganglion. Akson panjang sel ganglion melewati
papila optika (diskus nervi optika) dan meninggalkan mata sebagai nervus optikus yang
mengandung sekitar satu juta serabut. Separuh serabut ini menyilang di khiasma
optikum : serabut dari separuh bagian temporal masing-masing retina tidak menyilang,
sedangkan serabut yang berasal dari separuh bagian nasal retina menyilang ke sisi
kontralateral.
Dengan demikian, di distal (posterior) khiasma optikum, serabut dari separuh
bagian temporal retina ipsilateral dan separuh bagian nasal retina kontralateral bergabung
di dalam traktus optikus.Beberapa kelompok serabut nervus optikus bercabang ke traktus
optikus dan berjalan ke kolikulus superior dan ke nuklei di area pretektalis.
Gambar 4. Skema N. II
Korpus genikulatum lateral, radiasio optika, dan korteks visual. Traktus optikus
berakhir di korpus genikulatum laterale, yang mengandung enam lapisan selular.
Sebagian besar serabut traktus optikus berakhir di sini, membentuk sinaps dengan neuron
genikulatum laterale. Serabut ini kemudian keluar dan berjalan di bagian paling belakang
kapsula interna dan kemudian membentuk pita lebar yang berjalan mengelilingi kornu
temporale dan oksipitale ventrikel lateral, yang disebut radiasio optika. Serabut-serabut
radiasio optika berakhir di korteks visual, yang terletak di permukaan medial lobus
oksipitalis di dalam, di atas, dan di bawah fisura kalkarina (area brodmann 17). Serabut
yang berasal dari makula menempati area terbesar korteks visual.
Gambar 5. Radiasio optika
1. Nervus Oculomotorius
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata
(kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan
ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot
(kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
Area nuklear nervus okulomotorius terletak di substansia grisea periakueduktus
mesensefali, ventral dari akueduktus, setinggi kolikulus superior. Area ini memiliki dua
komponen utama: (1) nukleus parasimpatis yang terletak di medial, disebut nukleus
Edinger-Westphal (atau nukelus otonomik aksesorius), yang mempersarafi otot-otot
intraokular (m. Sfingter pupilae dan m. Siliaris), dan (2) kompleks yang lebih besar dan
terletak lebih lateral nukleus untuk empat dari enam otot-otot ekstraokuler (m. Rektus
superior, inferior, dan medialis serta m. Obliquus inferior. Selain itu juga terdapat area
nuklear kecil untuk m. Rektus pelpebrae.
2. Nervus Throclear
Adalah saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan
merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial. Neuron motorik berasal dari langit-langit
otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut sensorik
spindle otot menyampaikan informasi indera dari otot oblik superior ke otak.
Nukleus saraf kranial keempat terletak di ventral substansia grisea periakueduktus
tepat di bawah kompleks nukleus okulomotorius setinggi kolikulus inferior. Serabut
radikularnya berjalan di sekitar substansia grisea sentralis dan menyilang ke sisi
kontralateral di dalam velum medulare superius. Nervus trokhlearis kemudian keluar dari
permukaan dorsal batang otak (satu-satunya saraf kranial yang keluar dari sini), muncul
dari tektum mesensefali menuju sisterna kuadrigeminalis. Perjalanan selanjutnya ke
bagian lateral mengitari pedunkulus serebri menuju permukaan ventral batang otak,
sehingga saraf ini mencapai orbita melalui fusira orbitalis superior bersama dengan
nervus okulomotorius. Nervus trokhlearis kemudian berjalan ke m. Obliquus superior
yang dipersarafinya. Pergerakan mata yang dipersarafi oleh otot-otot ini antara lain
pergerakan mata ke bawah, rotasi interna (sikloinversi), dan abduksi ringan.
3. Nervus Abducens
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri saraf motorik. Neuron
motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral
mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
Nukleus nervus kranialis keenam terletak di kaudal tegmentum pontis, tepat di
bawah dasar ventrikel keempat. Serabut radikularnya nervus abdusens berjalan ke pons
dan keluar dari batang otak di taut pontomedularis. Nervus ab abdusens kemudian
berjalan di sepanjang permukaan ventral pons di lateral a. Basilaris, menembus dura, dan
bergabung dengan saraf lain ke otot-otot mata di sinus kavernosus. Di dalam sinus,
nervus kranialis III, IV dan VI memiliki hubungan yang spasial yang erat dengan cabang
pertama dan kedua nervus trigeminus, serta a. Karotis interna.
a. Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air
mata,sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
b. Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi
dan bibir) dan palatum.
c. Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang
dan area temporal kulit kepala.
Gambar 10. Nervus Trigeminus dan Inervasinya
Nervus Trigeminus berfungsi menginervasi bagian muka dan kepala. Ketiga cabang
N.V ini berrtemu pada satu area yang disebut ganglion Gaserry, yang selanjutnya menuju
batang otak melaluui pons menuju badan badan sel nukleus nervi trigemini. Dari sini,
informasi yang diterima melalui impuls selanjutnya dikirim ke korteks serebri untuk
menimbulkan kesadaran akan sensasi fasial. N.V bertanggungjawab terhadap sensasi raba,
nyeri, dan temperatur pada muka. Selain itu, nervus ini juga mmengontrol gerakan otot yang
berrperan dalam mengunyah makanan. Perlu diingat bahwa nervus ini tidak berperan dalam
pengaturan gerak wajah yang diatur oleh N VII. Pemeriksaan N.V meliputi pemeriksaan
sensrik dan motorik.
Nervus trigeminus adalah saraf campuran. Saraf ini memiliki komponen yang lebih
besar (porsio mayor) yang terdiri dari serabut sensorik untuk wajah, dan komponen yang
lebih kecil (porsio minor) yang terdiri dari serabut motorik untuk otot-otot pengunyah
(mastikasi).
Gambar 11. Motorik dan Sensorik Nervus Trigeminus
Ganglion trigeminal dan nuklei batang otak. Ganglion trigeminal (gasserian) bersifat
seperti ganglia radiks dorsalis medula spinalis untuk persarafan sensorik wajah. Seperti
ganglia radiks dorsalis, ganglion ini mengandung sel-sel ganglion pseudounipolar, yang
prosesus perifernya berakhir di reseptor raba, tekan, diskriminasi taktil, nyeri, dan suhu, dan
prosesus sentralnya berproyeksi ke nukleus sensorik prinsipalis nervis trigemini (untuk raba
dan diskriminasi) dan ke nukleus spinalis nervis trigemini (untuk nyeri dan suhu). Nukelus
mesensefali nervis trigemini merupakan kasus khusus, karena sel-selnya mirip dengan sel-sel
ganglion radiks dorsalis meskipun terletak di dalam batang otak, yaitu seakan-akan nukleus
perifer telah dipindahkan ke sistem saraf pusat. Prosesus perifer neuron pada nukleus ini
menerima impuls dari reseptor perifer di spindel otot yang berada di dalam otot-otot
pengunyah dan dari reseptor lain yang memberikan respon terhadap tekanan.
Ketiga nukeli yang disebutkan tadi membentang dari dari medula spinalis servikalis
hingga ke mesensefalon. Ganglion trigeminal terletak di basis kranii di atas apeks os. Ptrosus,
tepat di lateral bagian posterolateral sinus kavernosus. Ganglion ini membentuk tiga buah
cabang nervus trigeminus ke area wajah yang berbeda, yaitu nervus oftalmikus (V1), yang
keluar dari tengkorak melalui fisura orbitalis superior, nervus maksilaris (V2), yang keluar
melalui foramen rotundum, dan nervus mandibularis (V3), yang keluar melalui foramen
ovale.
Serabut saraf yang membentuk brachial motor merupakan komponen N. VII paling
dominan, sedangkan ketiga komponen serabut lainnya bergabung menjadi satu terpisah dari
brachial motor. Gabungan dari ketiga serabut tersebut membentuk nervus intermedius.
Nervus fasialis mempunyai dua komponen. Komponen yang lebih besar murni motorik dan
mempersarafi otot-otot ekspresi wajah.
Komponen motorik nervus fasialis terletak di bagian ventrolateral tegmentum pontis.
Neuron nukleus motorik ini analog dengan sel-sel kornu anterius medula spinalis, tetapi secara
embriologi berasal dari lengkung brakhialis ke dua. Serabut radiks nukleus ini memiliki
perjalanan yang rumit. Di dalam batang otak, serabut ini berjalan memutari nukleus abdusens
(genu internum nervus fasialis), sehingga membentuk penonjolan kecil di dasar ventrikel
keempat (kolikulus fasialis). Kemudian serabut ini membentuk berkas yang padat, yang berjalan
di ventrolateral menuju ujung kaudal pons dan kemudian keluar dari batang otak, menembus
ruang subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan kemudian memasuki meatus akustikus
internus bersama dengan nervus intermedius dan nervus kranialis VIII (nervus
vestibulokokhlearis). Di dalam meatus, nervus fasialis dan nervus intermedius terpisah dari
nervus kranialis VIII dan berjalan ke arah lateral di kanalis fasialis menuju ganglion
genikulatum. Setinggi ganglion, kanalis fasialis menurun curam (genu eksternum nervus
fasialis). Pada bagian ujung bawah kanalis fasialis, nervus fasialis keluar dari tengkorak melalui
foramen stilomastoideum. Masing-masing serabut motoriknya kemudian didistribusikan ke
seluruh regio wajah (beberapa diantaranya ada yang berjalan melalui glandula parotidea terlebih
dahulu). Serabut-serabut tersebut mempersarafi semua otot ekspresi wajah yang berasal dari
lengkung brankhialis kedua, yaitu m. Orbikularis oris dan m. Orbikularis okuli, m. Businator, m.
Oksipital, m. Frontalis, dan otot-otot yang lebih kecil di daerah ini, dan juga m. Stapedius, m.
Platisma, m. Stilohioideus, dan venter posterior m. Digastrikus.
Gambar 15. Persarafan Sentral Area Nukleus Fasialis Di Batang Otak
Pemeriksaan Fungsi Nervus VII meliputi:
a. Pemeriksaan motorik N. VII
b. Pemeriksaan viserosensorikdan viseromotorik nervus intermedius
c. Memeriksa sensorik
1. Pasien diminta untuk menjulurkan lidah
2. Letakan gula, asam, garam, kopi pada bagian kanan dan kiri lidah 2/3 anterior
3. Pasien diminta menuliskan sensasi rasa
Catatan: pada saat dilakukan pemeriksaan hendaknya:
Lidah penderita hendaknya terrus dijulurkan keluar
Pasien tidak diperrkenankan bicara
Pasien tidak diperkenankan menelan.
VI. Nervus Crenialis VIII (Nervus Vestibulocochlearis)
Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi. Cabang koklear atau
auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam organ
korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian medial
nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal.
Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi
kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalamProsedur
pemeriksaan nervus akustikus/vestibulokoklear, meliputi pemerriksaan fungsi
pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibular.
Organ keseimbangan dan pendengaran berasal dari sebuah prekursor embriologis
di bagian petrosus os. Temporalis : utrikulus membentuk sistem vestibularis dengan tiga
kanalis semisirkularisnya, sedangkan sakulus membentuk telinga dalam dengan koklea
yang berbentuk seperti siput.
Nervus kokhlearis, yang dibentuk oleh prosesus sentralsel ganglion spirale,
berjalan di sepanjang kanalis auditorius internus internus bersama dengan nervus
vestibularis, melewati ruang subarakhnoid di cerebellopontin angle, dan kemudian masuk
ke batang otak tepat dibelakang pedunkulus serebelaris inferior. Di nukleus kokhlearis
ventralis, serabut-serabut nervus kokhlearis bercabang dua (seperti huruf T), masing-
masing kemudian melanjutkan ke lokasi relayberikutnya (neuron kedua jaras auditorik)di
bagian ventral atau dorsal nukleus kokhlearis. Neuron kedua menghantarkan impuls ke
arah sentral melalui beberapa jaras, beberapa di antaranya memiliki relay sinaptik lebih
lanjut.
2. Pemeriksaan Rinne
i. Untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara pada
pasien. Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara didengar lebih lama
dibanding melalui tulang.
ii. Garpu tala diletakan pada palatum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi, kemudian garpu tala dipindahkan ke depan meatus
eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan tes
positif, pada orang normal atau tuli persepsi, tes Rinne ini positif. Pada tuli
konduksi, tes Rinne negatif.
3. Pemeriksaan Swabach
i. Untuk membandingkan hantaran tulang pada pasien dengan hantaran
tulang pada pemeriksa (pendengaran pemeriksa haruslah baik)
ii. Garpu tala yang telah digetarkan ditempatkan pada prosesus mastoideus
penderita. Jika penderita sudah tidak mendengar lagi suara garpu tala
tersebut, maka segera garpu tala dipindahkan ke prosesus astoideus
pemeriksa
iii. Jika hantaran tulang pasien baik, maka pemeriksa tidak akan mendengar
suara berdenging lagi, hal ini dikatrakan tes Swabach norrmal
iv. Jika hantaran tulang pada pasien kurang baik, maka pemeriksa masih
dapat mendengar suara berrdenging terrsenbut, keadaan ini disebut
Swabach memendek.
B. Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
1. Pemeriksaan Tes Kalori
Jika telinga kiri dimasukan air dingin maka akan timbul nistagmus ke kanan. Jika telinga
kiri dimasukan airr hangat maka akan timbul nistagmus ke kiri. Jika gangguan
keseimbangan, maka perubahan temperratur airr dingin dan hangat ini tidak akan
menimbulkan reaksi.
2. Pemeriksaan Past Pointing Test
Pasien diminta untuk menyentyuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya,
kemudian dengan mata tertutup pasien diminta uuntuk mmengulangi, nrmal penderita
harus dapat melakukannya.
Prosedur Pemeriksaan N. XI
1. Untuk mengetahui adanya paralisis otot sternoikleidomastoideus:
Penderita diminta menolehkan kepala ke arah sisi yang sehat, kemudian pemeriksa
meraba otot strernokleidomastoideus. Jika terdapat paralisis N.XI pada sisi tersebut,
maka akan teraba otot tidak menegang
2. Untuk mengetahui adanya paralisis otot trapezius, pada inspeksi akan nampak:
a. Bahu pasien di sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat
b. Margo vertebralis skapula di sisi yang sakit nampak lebih mengarah ke samping
dibanding pada sisi yang sehat.
Pada lesi LMN, maka akan tampak adanya atrofi lidah dan fasikulasi (tanda dini berupa
perubahan pada pinggiran lidah dan hilangnya papil lidah). Pada lesi unilateral, lidah akan
berdeviasi kearah lesi. Pada Bell,s palsy (kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan positif palsu.
Pada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa digerakan kearah samping kanan dan kiri.
Diperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada lesi perifer maka tremor dan atropi papil
positif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M & frotscher, M. 2007. Diagnosis topik neurologi DUUS. EGC : Jakarta
2. Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Erlangga : Jakarta
3. Lumbantobing, SM. 2013. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Mardiati, Ratna. 2010. Susunan Saraf Otak Manusia. CV Sagung Seto : Jakarta
Oleh:
Muhammad Yusuf Karim
G99152018
Pembimbing:
Dr. Untung Alifianto, dr., Sp.BS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017