You are on page 1of 41

A.

Penilaian fungsi luhur


1. Pemeriksaan tingkat kesadaran
Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian
impuls eferen dan aferen.
Nilai Tingkat Kesadaran GCS orang Dewasa Berikut nilai acuan dalam penilaian GCS
pada orang dewasa:
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa dirangsang.
(3) : dengan rangsang suara (dilakukan dengan menyuruh pasien untuk membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (memberikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari).
(1) : tidak ada respon meskipun sudah dirangsang.
Verbal (respon verbal atau ucapan) :
(5) : orientasi baik, bicaranya jelas.
(4) : bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang), disorientasi tempat dan waktu.
(3) : mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Motorik (Gerakan) :
(6) : mengikuti perintah pemeriksa
(5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri.
(4) : withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri.
(3) : flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk saat diberi rangsang nyeri.
(2) : extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya bergerak lurus (ekstensi) di sisi
tubuh saat diberi rangsang nyeri.
(1) : tidak ada respon
Nilai Tingkat Kesadaran GCS pada Bayi dan Anak Berikut nilai acuan dalam penilaian
GCS pada bayi/anak:
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : membuka mata saat diperintah atau mendengar suara
(2) : membuka mata saat ada rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
(5) : berbicara mengoceh seperti biasa
(4) : menangis lemah
(3) : menangis karena diberi rangsangan nyeri
(2) : merintih karena diberi rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
Motorik (Gerakan) :
(6) : bergerak spontan
(5) : menarik anggota gerak karena sentuhan
(4) : menarik anggota gerak karena rangsangan nyeri
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon
Menghitung Nilai GCS dan Intrepretasi Hasilnya Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran
berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E-V-M dan selanjutnya nilai GCS tersebut
dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal adalah 15 yaitu E4V5M6 ,
sedangkan yang terendah adalah 3 yaitu E1V1M1. Berikut beberapa penilaian GCS dan
interpretasinya terhadap tingkat kesadaran :
Nilai GCS 15 : Composmentis
Nilai GCS (13-14) : Somnolen
Nilai GCS (8-12) : Soporo komatus
Nilai GCS (3-7) :Koma

2. Penilaian Orientasi
Prosedur pemeriksaan orientasi :
a. Orientasi orang : tanyakan nama, usia, kerja, kapan lahir, kenal dengan orang di
sekitarnya.
b. Orientasi tempat : tanyakan sekarang dimana, apa nama tempat ini, di kota mana
berada.
c. Orientasi waktu : tanyakan hari apa sekarang, tanggal berapa, bulan apa, tahun
berapa.

3. Pemeriksaan Afasia
Gangguan cara berbahasa disebut afasia.
Prosedur pemeriksaan afasia :
a. Kelancaran bicara :
Bicara spontan, lancar, tidak tertegun untuk mencari kata yang diinginkan. Minta
pasien menyebutkan nama hewan sebanyak-banyaknya selama 1 menit.
b. Pemahaman Bahasa lisan :
Ajak pasien bercakap-cakap dan nilai pemahamannya terhadap kalimat. Minta pasien
melakukan apa yang kita perintah mulai dari yang sederhana sampai sulit.
c. Repetisi :
Mintalah pasien untuk mengulangi apa yang kita ucapkan mulai dari kata hingga
kalimat.
d. Menamai :
Mintalah pasien untuk menyebutkan dengan cepat dan tepat nama objek yang kita
tunjukkan.
e. Membaca
f. Menulis
4. Pemeriksaan Apraksia
Prosedur pemeriksaan : minta pasien untuk meniup geretan yang sedang menyala.

5. Pemeriksaan Agnosia
Mengenal barang, binatang, orang dan sebagainya adalah kegiatan
psikosensorik dalam kehidupan sehari-hari.
Prosedur pemeriksaan :
a. Agnosia visual :
Minta pasien menyebutkan nama objek yang kita perlihatkan padanya.
b. Agnosia jari :
Minta pasien menutup mata, pemeriksa meraba salah satu jarinya. Suruh pasien
membuka mata dan menunjukkan jari yang tadi diraba pemeriksa.
c. Agnosia taktil :
Minta pasien menutup mata, tempatkan di genggamannya suatu benda, dengan jalan
meraba, suruh pasien menyebutkan nama benda tersebut.

6. Pemeriksaan Memori
Prosedur pemeriksaan memori :
a. Memori segera ;
Minta pasien untuk mengulangi angka-angka yang disebutkan pemeriksa, dimulai
dari 2 angka, kemudian 3 angka dan seterusnya.
b. Memori baru, jangka pendek :
Sama dengan pemeriksaan orientasi
c. Kemampuan mempelajari hal baru :
Minta pasien menghafal 4 kata yang tidak berhubungan yang diucapkan pemeriksa.
Selang 20-30 menit kemudian minta pasien mengulang 4 kata tadi.
d. Memori visual:
Minta pasien melihat pemeriksa menyembunyikan 5 benda kecil disekitar pasien.
Selang menit kemudian pasien ditanyai benda apa yang disembunyikan dan dimana
lokasinya.

B. Mengapa pada tumor otak atau pada pasien dengan peningkatan tekanan intrkranial bisa
menimbulkan mual-muntah?

a. Nyeri Kepala

Nyeri kepala pada pagi hari dihubungkan dengan terjadinya peningkatan TIK
sebagai hasil dari pergerakan yang cepat bola mata (REM) saat tidur. Selama REM
(paradoxical) saat tidur, jantung dan frekuensi pernapasan meningkat, terjadi
pergerakkan tangan dan jari-jari, dan pergerakkan tubuh yang lain yang melibatkan
seluruh tubuh. Struktur pada intrakranial yang sensitive terhadap nyeri adalah arteri
meningea media dan percabangannya, sinus venosus dan arteri besar dan dura pada
dasar otak, dimana struktur-struktur ini kaya akan innervasi sensoris. Saat terjadi
peningkatan ICP, pembuluh darah otak akan berdilatasi dengan tujuan untuk
memberikan suplai darah yang adekuat ke otak. Dilatasi dari pembuluh darah, traksi
pada bridging vein dan penarikan pada arteri di dasar otak dan kompresi pada dura
yang sensitive terhadap nyeri pada dasar tengkorak akan menimbulkan nyeri kepala.
Nyeri kepala ini tidak selamanya muncul pada lokasi tertentu sesuai dengan lesi
spesifiknya akan tetapi muncul pada bagian frontal dan oksipital.

b. Muntah
Daerah pusat vagal motorik juga memediasi motilitas pada traktus gastrointestinal
(menyebabkan pengosongan lambung yang lambat yang sering dihubungkan dengan

Peningkatan TIK. Perubahan apapun pada batang otak sebagai hasil dari peningkatan
TIK akan mengakibatkan muntah. Apabila lesi yang terjadi langsung mempengaruhi
mekanisme muntah, maka afferen-nya akan melalui jalur yang pendek sehingga
muntah akan terjadi tanpa disertai rasa mualsebagai hasilnya terjadi muntah yang
proyektil.

Nervus Cranialis

Nom Nama Jenis Fungsi


or

I Olfaktorius Sensori Menerima rangsang dari hidung dan


menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai sensasi bau.

II Optikus Sensori Menerima rangsang dari mata dan


menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai persepsi visual.
Nom Nama Jenis Fungsi
or

III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot


mata.

IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapa otot mata.

V Trigeminus Gabung Sensori: Menerima rangsangan


an dari wajah untuk diproses di otak
sebagai
sentuhan. Motorik:Menggerakkan
rahang.

VI Abdusen Motorik Abduksi mata.

VII Fasialis Gabung Sensorik: Menerima rangsang dari


an bagian anterior lidah untuk diproses
di otak sebagai sensasi
rasa.Motorik: Mengendalikan otot
wajah untuk menciptakan ekspresi
wajah.

VIII Vestibulokokle Sensori Sensori sistem


aris vestibular: Mengendalikan
keseimbangan. Sensori
koklea: Menerima rangsang untuk
diproses di otak sebagai suara.

IX Glosofaringeal Gabung Sensori: Menerima rangsang dari


an bagian posterior lidah untuk
diproses di otak sebagai sensasi
rasa.Motorik: Mengendalikan
organ-organ dalam.

X Vagus Gabung Sensori: Menerima rangsang dari


an organ
dalam.Motorik: Mengendalikan
organ-organ dalam.

XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala.

XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah.


Tempat Keluar
Nn. Craniales
Cerebrum et Truncus Encephali Basis Cranii
Cortex olfactorius medialis et Foramina cribosa ossis
N. olfactorius
lateralis - trigonum olfactoria ethmoidalis(1)
Foramen opticum - canalis
N. opticus Chiasma opticum
opticus(2)
Sulcus oculomotorius, pars
N. Oculomotor
medialis pedunculus cerebri Fissura orbitalis superior(3)
N. trochlearis Caudal colliculus inferior
N. V1 Fissura orbitalis
superior(3)
N. trigeminus Margo lateralis pons varolli
N. V2 Foramen rotundum(4)
N. V3 Foramen ovale(5)
N. abducens Sulcus bulbopontinus Fissura orbitalis superior(3)
Meatus acusticus internus(9)
N. facialis
Angulus pontocerebellaris Foramen stylomastoideum
N. vestibulocochlearis Meatus acusticus internus(9)
N. glossopharyngeus
Sulcus posterolateralis medulla
N. vagus Foramen jugulare (10)
oblongata/sulcus postolivarius
N. accesorius
Sulcus anterolateralis medulla
N. hypoglossus Canalis hypoglossi(11)
oblongata/sulcus preolivarius
I. Nervus Cranial I (Nervus Olfactorius)
Nervus olfaktorius tersusun atas selsel nervus olfaktorius yang tersusun pada
mukosa rongga hidung bagian atas. Serabut saraf yang keluar dari badan sel saraf ini
membentuk 20 berkas serabut saraf pada setiap sisi rongga hidung. Serabutserabut ini
menembus lamina cribiformis ossis ethmoidalis dan serabutserabut sarafnya bersinaps
di neuron-neuron bulbus olfaktorius. Terdapat dua jenis sel yang menyusun bulbus
olfaktorius yaitu sel mitral dan sel berjambul (tufted cells). Serabutserabut yang keluar
dari kedua jenis sel tersebut membentuk berkas saraf yang disebut traktus olfaktorius.
Sensasi bau timbul akibat hantaran impuls oleh serabutserabut saraf yang keluar dari
badan sel mitral ke korteks lobus piriformis dan amigdala, sedangkan sel berjambul
menghantarkan impuls olfaktoris ke hipotalamus untuk membangkitkan reflek olfaktorik
kinetik, yaitu timbulnya saliva akibat mencium bau tertentu.

Gambar 2. Nervus Olfaktorius

Jaras olfaktorius terdiri dari epitelium olfaktorius hidung, fila olfaktoria (nervus
olfaktorius = N I), bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius, serta area kortikal
(paleokorteks) yang terbentang dari unkus lobus temporalis melewati substansia perforata
anterior ke permukaan medial lobus frontalis dibawah genu korpus kalosum.
Gambar 3. Nervus olfaktorius dan traktus olfaktorius serta jaras olfaktorius

Gambar 3. Nervus dan traktus olfaktorius dilihat dari bawah


Jaras olfaktorius. Neuron pertama jaras olfaktorius adalah sel-sel olfaktorius
bipolar, neuron kedua adalah sel mitral dan tufted cells bulbus olfaktorius. Neurit sel-sel
tersebut membentuk traktus olfaktorius (neuron kedua), yang terletak di dekat dan tepat
dibawah korteks frontobasalis (orbitofrontalis). Traktus olfaktorius terbagi menjadi stria
olfaktoria lateralis dan medialis didepan substasnsia perforata anterior, bagian lainnya
berakhir di trigonum olfaktorium, yang juga terletak di depan substansia perforata
anterior. Serabut-serabut stria lateralis berjalan melalui limen insulae ke amigdala, girus
semilunaris, dan girus ambiens (area prepiriformis). Tempat ini merupakan lokasi neuron
ketiga, yang berproyeksi ke bagian anterior girus parahipokampalis (area brodman 28,
mengandung lapangan proyeksi kortikal dan area asosiasi sistem olfaktorius).
Merupakan saraf sensorik, saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal.
Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus olfaktori
sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada.
Dalam melakukan pemeriksaan, pemeriksaan dapat secara subyektif dan obyektif. Subyektif
hanya ditanyakan apakah penderita masih dapat membaui bermacam-macam bau dengan betul.
Obyektif dengan anjurkan klien mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-bauan dengan
memejamkan mata, beberapa bahan yang biasanya sudah dikenal oleh penderita dan biasanya
bersifat aromatik dan tidak merangsang seperti : minyak wangi, sabun, tembakau, kopi, vanili,
dan sebagainya (3 atau 4 macam). Bahan yang merangsang mukosa hidung (alkohol, amonia)
tidak dipakai karena akan merangsang N V. Yang penting ialah memeriksa kiri dan kanan dan
yang diperiksa dari yang normal. Ini untuk pegangan, sebab tiap orang tidak sama. Kemudian
abnormal dibandingkan dengan yang normal. Tetapi dalam pembuatan status dilaporkan yang
abnormal dahulu.
A. Prosedur Pemeriksaan Nervus Cranial I (Nervus Olfaktorius) :
i. Memberitahu pasien bahwa penciumannya akan diuji
ii. Memeriksa ada atau tidaknya sumbatan atau kelainan pada rongga hidung
iii. Meminta pasien untuk menutup salah satu lubang hidungnya
iv. Meminta pasien untuk mencium bau tertentu (kopi, tembakau, jeruk)
v. Meminta pasien untuk menyebutkan bau yang diciumnya
vi. Pemeriksaan juga dilakukan pada hidung yang kontralateral
Gambar 4. Pemeriksaan N.I

B. Syarat Pemeriksaan:
i. Pastikan jalan napas bebas dari penyakit
ii. Bahan pemeriksaan yang dipakai haruslah yang diketahui oleh pasien
iii. Bahan yang digunakan tidak bersifat iritatif
iv. Bahan yang mudah menguap tidak digunakan dalam pemeriksaan, sebab dapat
merangsang Nervus Cranialis V dan sistem pencernaan.

C. Interpretasi hasil pemeriksaan:


i. Terciumnya bau bauan secara tepat menandakan fungsi N.I padakedua sisi
adalah baik
ii. Hilangnya kemampuan mengenali bau (anosmia) yang bersifat unilateral tanpa
ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung merupakan salah satu tanda yang
mendukung adanya neoplasma pada lobus frontalis cerebrum
iii. Anosmia yang bersifat bilateral tanpa ditemukan kelainan rongga hidung
merupakan salah satu tanda yang mendukung adanya meningioma pada cekungan
olfaktorius pada cerebrum. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari trauma
maupun pada meningitis.Pada lansia dapat terjadi gangguan fungsi indra
penciuman ini dapat terjadi tanpa penyebab yang jelas, gangguan ini dapat berupa
penurunan daya cium (hiposmia). Bentuk gangguan lainnya dapat berupa
kesalahan dalam mengenali bau yang dicium (parosmia).
iv. Selain keadaan diatas, dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman yang
disebut hiperosmia, keadaan ini dapat terjadi akibat trauma kapitis, tetapi
kebanyakan hiperosmia terkait kondisi psikiatrik yang disebut konversi histeri.
Sensasi bau yang muncul tanpa ada sumber bau disebut halusinasi olfaktorik. Hal
ini dapat muncul sebagai aura pada epilepsi maupun pada kondisi psikosis yang
terkait dengan lesi organik pada unkus.

II. Nervus Cranial II (Nervus Opticus)

Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke
badan sel akson yang membentuk saraf optik. Setiap saraf optik keluar dari bola mata
pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen opticus. Seluruh serabut
memanjang saat traktus optic bersinaps pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan
menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera penglihatan.
N.II tersusun atas serabut axon saraf yang berasal dari sel-sel ganglionik di retina. Axon
saraf yang berasal dari selsel saraf tersebut bersinaps dengan serabutserabut dendrit
selsel saraf pada area corpus geniculatum lateralis, pulvinar, dan collilus superior
membentuk pusat visual primer.
Axon saraf yang berasal dari selsel pada corpus geniculatum lateralis, pulvinar,
dan collilus superrior membawa impuls ke pusat visual di korteks yang terletak pada
cuneus. Fungsi N.II dapat diperiksa dengan beberapa teknik.
Retina adalah reseptor permukaan untuk informasi visual. Komponen retina yang
paling penting adalah sel-sel reseptor sensorik, atau fotoreseptor, dan berbagai tipe
neuron jaras visual.
Batang dan kerucut. Ketika jatuh di retina, cahaya mencetuskan reaksi
fotokimiawi di sel batang dan kerucut, yang mengakibatkan pembentukan impuls yang
akhirnya di hantarkan ke korteks visual. Sel batang berperan pada pencahayaan yang
gelap, sedangkan sel kerucut berperan menyediakan persepsi warna dan penglihatan pada
pencahayaan terang.Fovea adalah lokasi penglihatan tertajam di retina dan hanya
mengandung sel kerucut, yang berproyeksi ke sel-sel bipolar lapisan neuronal berikutnya
dalam hubungan satu-satu.
Nervus optikus, khiasma optikum, dan traktus optikus. Sel-sel bipolar retina
menerima input ke dendritnya dari sel batang dan kerucut dan menghantarkan impuls
lebih jauh ke arah sentral ke lapisan sel ganglion. Akson panjang sel ganglion melewati
papila optika (diskus nervi optika) dan meninggalkan mata sebagai nervus optikus yang
mengandung sekitar satu juta serabut. Separuh serabut ini menyilang di khiasma
optikum : serabut dari separuh bagian temporal masing-masing retina tidak menyilang,
sedangkan serabut yang berasal dari separuh bagian nasal retina menyilang ke sisi
kontralateral.
Dengan demikian, di distal (posterior) khiasma optikum, serabut dari separuh
bagian temporal retina ipsilateral dan separuh bagian nasal retina kontralateral bergabung
di dalam traktus optikus.Beberapa kelompok serabut nervus optikus bercabang ke traktus
optikus dan berjalan ke kolikulus superior dan ke nuklei di area pretektalis.
Gambar 4. Skema N. II

Korpus genikulatum lateral, radiasio optika, dan korteks visual. Traktus optikus
berakhir di korpus genikulatum laterale, yang mengandung enam lapisan selular.
Sebagian besar serabut traktus optikus berakhir di sini, membentuk sinaps dengan neuron
genikulatum laterale. Serabut ini kemudian keluar dan berjalan di bagian paling belakang
kapsula interna dan kemudian membentuk pita lebar yang berjalan mengelilingi kornu
temporale dan oksipitale ventrikel lateral, yang disebut radiasio optika. Serabut-serabut
radiasio optika berakhir di korteks visual, yang terletak di permukaan medial lobus
oksipitalis di dalam, di atas, dan di bawah fisura kalkarina (area brodmann 17). Serabut
yang berasal dari makula menempati area terbesar korteks visual.
Gambar 5. Radiasio optika

A. Pemeriksaan Daya Pengelihatan sentral


Pemeriksaan visus pada bagian neurologi pada umumnya tidak dikerjakan
menggunakan Snellen chart, tetapi dengan melihat kemampuan penderita dalam
mengenali jumlah jari, gerakan jari, dan sinar lampu. Prosedur pemeriksaan visus:
i. Beritahu pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan daya pengelihatan
ii. Pastikan pasien tidak mengalami gangguan kelainan pada mata, misalnya katarak,
glaukoma, maupun peradangan pada mata.
iii. Pemeriksa berada pada jarak 1 6 meter dari pasien
iv. Pasien diminta menutup sebelah matanya
v. Pasien diminta menyebut jumlah jari yang ditunjukan
vi. Jika pasien tidak dapat menyebut jumlah jari, maka pemeriksa melambaikan
tangan dan meminta pasien untuk menentukan arah gerak tangan pemeriksa.
vii. Jika pasien tidak dapat menunjukan arah gerak lambaian, gunakan lampu senter
dan mintalah pasien untuk menunjukan arah cahaya yang disorotkan.
viii. Tentukan visus pasien, lakukan pada mata yang lain.

B. Pemeriksaan Lapang Pandang


Pemeriksaan lapang pandang ditujukan untuk mengetahui batas pengelihatan pada
bagian perifer. Pemeriksaan ini dapat dikerjakan dengan 3 teknik, yaitu:
i. Tes Konfrontasi dengan tangan
ii. Tes dengan Kampimeter
iii. Tes dengan Perimeter
Dalam pemeriksaan nervus cranialis ini, jenis pemerriksaan tes konfrontasi yang
dilakukan pada bagian neurologi, sedangkan jenis pemeriksaan dengan tes kampimeter
dan perimeter lebih dilakukan pada bagian oftalmologi.
C. Prosedur Pemeriksaan Tes Konfrontasi:
i. Pasien berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak 1 meter
ii. Pasien diminta menutup salah satu matanya
iii. Pasien diminta untuk memperhatikan hidung pemeriksa
iv. Pemeriksa menggerakan jari tangan dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah
v. Pasien diminta mengatakan jika masih dapat melihat jari pemeriksa
vi. Menentukan hasil pemeriksaan, dan lakukan pemeriksaan pada mata yang lain

Gambar 6. Pemeriksaan Konfrontasi


D. Reflek Pupil
1. Respon Cahaya Langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke salah satu pupil untuk melihat
reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi
lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
2. Respon Cahaya Konsensual
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil
dengan ukuran yang sama.
Gambar 7. Pemeriksaan Reflek Pupil

III. Nervus Cranialis III, IV, dan VI (Occulomotor, Throclear, Abducens)

1. Nervus Oculomotorius
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata
(kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan
ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot
(kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
Area nuklear nervus okulomotorius terletak di substansia grisea periakueduktus
mesensefali, ventral dari akueduktus, setinggi kolikulus superior. Area ini memiliki dua
komponen utama: (1) nukleus parasimpatis yang terletak di medial, disebut nukleus
Edinger-Westphal (atau nukelus otonomik aksesorius), yang mempersarafi otot-otot
intraokular (m. Sfingter pupilae dan m. Siliaris), dan (2) kompleks yang lebih besar dan
terletak lebih lateral nukleus untuk empat dari enam otot-otot ekstraokuler (m. Rektus
superior, inferior, dan medialis serta m. Obliquus inferior. Selain itu juga terdapat area
nuklear kecil untuk m. Rektus pelpebrae.

2. Nervus Throclear
Adalah saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan
merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial. Neuron motorik berasal dari langit-langit
otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut sensorik
spindle otot menyampaikan informasi indera dari otot oblik superior ke otak.
Nukleus saraf kranial keempat terletak di ventral substansia grisea periakueduktus
tepat di bawah kompleks nukleus okulomotorius setinggi kolikulus inferior. Serabut
radikularnya berjalan di sekitar substansia grisea sentralis dan menyilang ke sisi
kontralateral di dalam velum medulare superius. Nervus trokhlearis kemudian keluar dari
permukaan dorsal batang otak (satu-satunya saraf kranial yang keluar dari sini), muncul
dari tektum mesensefali menuju sisterna kuadrigeminalis. Perjalanan selanjutnya ke
bagian lateral mengitari pedunkulus serebri menuju permukaan ventral batang otak,
sehingga saraf ini mencapai orbita melalui fusira orbitalis superior bersama dengan
nervus okulomotorius. Nervus trokhlearis kemudian berjalan ke m. Obliquus superior
yang dipersarafinya. Pergerakan mata yang dipersarafi oleh otot-otot ini antara lain
pergerakan mata ke bawah, rotasi interna (sikloinversi), dan abduksi ringan.

3. Nervus Abducens
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri saraf motorik. Neuron
motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral
mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
Nukleus nervus kranialis keenam terletak di kaudal tegmentum pontis, tepat di
bawah dasar ventrikel keempat. Serabut radikularnya nervus abdusens berjalan ke pons
dan keluar dari batang otak di taut pontomedularis. Nervus ab abdusens kemudian
berjalan di sepanjang permukaan ventral pons di lateral a. Basilaris, menembus dura, dan
bergabung dengan saraf lain ke otot-otot mata di sinus kavernosus. Di dalam sinus,
nervus kranialis III, IV dan VI memiliki hubungan yang spasial yang erat dengan cabang
pertama dan kedua nervus trigeminus, serta a. Karotis interna.

Gambar 8. Nervus Okularis (III, IV, VI)


Gambar 8. Pergerakan Mata
A. Pemeriksaan Nervus Okularris
Nervus okularis terdiri dari dua komponen dengan fungsi yang berrbeda, yaitu:
1. Motor somatik, menginervasi empat dari otoot otot ekstraokular dan muskulus
levatorr palpebra superior. Komponen ini berfungsi mmengontrol kontraksi
ekstraokuler dalam melihat dan fiksasi objek pengelihatan.
2. Motor viseral, memberikan inervasi parasimpatis pada m. Constrrictor pupil dan m.
Siliaris. Komponen ini bertanggungjawab dalam reflek akomodasi pupil sebagai
respon terhadap cahaya.

B. Pemeriksaan Nervus Okularis meliputi 3 hal, yaitu:


1. Pemeriksaan gerak bola mata
2. Pemeriksaan kelopak mata
3. Pemeriksaan pupil

C. Prosedur Pemeriksaan Gerakan Bola Mata:


1. Beritahu pasien mengenai jenis pemeriksaan
2. Periksa ada tidaknya gerak bola mata diluar kehendak pasien (nistagmus)
3. Pasien diminta mengikuuti gerakan tagan pemeriksa yang digerakan ke segala arah
4. Amati ada tidaknya hambatan gerak pada mata
5. Pasien diminta menggerakan sendiri bola matanya

Gambar 9. Pemeriksaan Gerak Bola Mata

D. Prosedur pemeriksaan kelopak mata


1. Pasien diminta untuk membuka kedua mata dan menatap ke depan selama 1 menit
2. Pasien diminta melirik ke atas selama 1 menit
3. Pasien diminta melirik ke bawah selama 1 menit
4. Amati celah mata dan bandingkan lebar celah mata kanan dan kiri
5. Identifikasi ada tidaknya ptosis

Gambar 10. Pemeriksaan Kelopak Mata

E. Prosedur pemeriksaan pupil


1. Lihat diameter pupil pasien (normal 3 mm)
2. Bandingkan diameter kedua pupil (isokor / anisokor)
3. Lihat bentuk bulatan pupil
4. Memeriksa reflek pupil terhadap cahaya direk: menyorotkan cahaya ke arah pupil,
lalu mengamati ada tidaknya miosis dan mengamati pelebaran puupil segera setelah
cahaya dialihkan dari pupil
5. Memeriksa reflek pupil terhadap cahaya indirek: mengamati perubahan diameter
pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata yang satunya mendapatkan
sorotan cahaya langsung
6. Memeriksa reflek akomodasi pupil:
a. Meminta pasien melihat jarri telunjuk pemeriksa pada jarak agak jauh
b. Penderrita diminta terus elihat jari trelunjuk pemeriksa yang digerakan
mendekati hidung pasien
c. Amati gerak bola mata dan perubahan diameter pupil pasien (pada keadaan
normal, kedua mata akan mengarah ke mmedial dan pupil akan miosis)

IV. Nervus Cranial V (Nervus Trigeminus)


Saraf kranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari
saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal
serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastikasi
kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia trigeminal.
Serabut ini bercabang ke arah distal menjadi 3 divisi:

a. Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air
mata,sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
b. Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi
dan bibir) dan palatum.
c. Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang
dan area temporal kulit kepala.
Gambar 10. Nervus Trigeminus dan Inervasinya

Nervus Trigeminus berfungsi menginervasi bagian muka dan kepala. Ketiga cabang
N.V ini berrtemu pada satu area yang disebut ganglion Gaserry, yang selanjutnya menuju
batang otak melaluui pons menuju badan badan sel nukleus nervi trigemini. Dari sini,
informasi yang diterima melalui impuls selanjutnya dikirim ke korteks serebri untuk
menimbulkan kesadaran akan sensasi fasial. N.V bertanggungjawab terhadap sensasi raba,
nyeri, dan temperatur pada muka. Selain itu, nervus ini juga mmengontrol gerakan otot yang
berrperan dalam mengunyah makanan. Perlu diingat bahwa nervus ini tidak berperan dalam
pengaturan gerak wajah yang diatur oleh N VII. Pemeriksaan N.V meliputi pemeriksaan
sensrik dan motorik.
Nervus trigeminus adalah saraf campuran. Saraf ini memiliki komponen yang lebih
besar (porsio mayor) yang terdiri dari serabut sensorik untuk wajah, dan komponen yang
lebih kecil (porsio minor) yang terdiri dari serabut motorik untuk otot-otot pengunyah
(mastikasi).
Gambar 11. Motorik dan Sensorik Nervus Trigeminus

Ganglion trigeminal dan nuklei batang otak. Ganglion trigeminal (gasserian) bersifat
seperti ganglia radiks dorsalis medula spinalis untuk persarafan sensorik wajah. Seperti
ganglia radiks dorsalis, ganglion ini mengandung sel-sel ganglion pseudounipolar, yang
prosesus perifernya berakhir di reseptor raba, tekan, diskriminasi taktil, nyeri, dan suhu, dan
prosesus sentralnya berproyeksi ke nukleus sensorik prinsipalis nervis trigemini (untuk raba
dan diskriminasi) dan ke nukleus spinalis nervis trigemini (untuk nyeri dan suhu). Nukelus
mesensefali nervis trigemini merupakan kasus khusus, karena sel-selnya mirip dengan sel-sel
ganglion radiks dorsalis meskipun terletak di dalam batang otak, yaitu seakan-akan nukleus
perifer telah dipindahkan ke sistem saraf pusat. Prosesus perifer neuron pada nukleus ini
menerima impuls dari reseptor perifer di spindel otot yang berada di dalam otot-otot
pengunyah dan dari reseptor lain yang memberikan respon terhadap tekanan.
Ketiga nukeli yang disebutkan tadi membentang dari dari medula spinalis servikalis
hingga ke mesensefalon. Ganglion trigeminal terletak di basis kranii di atas apeks os. Ptrosus,
tepat di lateral bagian posterolateral sinus kavernosus. Ganglion ini membentuk tiga buah
cabang nervus trigeminus ke area wajah yang berbeda, yaitu nervus oftalmikus (V1), yang
keluar dari tengkorak melalui fisura orbitalis superior, nervus maksilaris (V2), yang keluar
melalui foramen rotundum, dan nervus mandibularis (V3), yang keluar melalui foramen
ovale.

1. Pemeriksaan Fungsi Motorik:


a. Pasien diminta untuk merapatkan giginya sekuat mungkin
b. Amati otot masseter dan otot temporalis
c. Pasien diminta untuk membuka mulut
d. Amati apakah dagu nampak simetris dengan acuan gigi seri atas dan bawah (jika
ada kelumpuhan, dagu terdorong ke arrah lesi)

Gambar 11. Pemeriksaan Motorik N.V

2. Pemeriksaan Fungsi Sensorik


a. Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah dahi, pipi, dan
rahang bawah
b. Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi dengan airr
hangat pada dahi, pipi, dan rahang bawah

3. Pemeriksaan Reflek Kornea


a. Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal: pasien akan berkedip)
b. Tanyakan apakah pasien dapat merasakan sentuhan tersebut
Gambar 12. Pemeriksaan Reflek Kornea

4. Pemeriksaan Reflek Massetter


a. Pasien diminta untuk sedikit membuka mulutnya
b. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa di garris tengah dagu pasien
c. Ketok jarri pemeriksa dengan palu rreflek
d. Amati respon yang muncul: kontraksi m. Maseter dan mulut akan menutup

Gambar 13. Pemeriksaan Reflek Masetter

V. Nervus Cranial VII (Nervus Facialis)


Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron
ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva.
Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian
anterior lidah. Nervus facialis memiliki komponen somatosensorik eferen dan aferen
dengan fungsi yang dapat dibedakan, yaitu:
1. Brachial motor (special visceral efferent), yang menginervasi otot otot fasialis, otot
digastrik bagian belakang, otot stylohyoideus, dan stapedius
2. Viseral motor (general visceral efferent), yang memberikan inservasi parasimpatik pada
kelenjar lakrimal, subandibular, dan sublingual, serta mukosa menginervasi mukosa
nasofaring, palatum durum dan molle
3. Sensorik khusus (special affferent) yaitu memberikan sensai rasa pada 2/3 anterior lidah
dan inervasi palatum durum dan molle
4. Sensorik umum (general somatic afferent), menimbulkan sensasi kulit pada konka,
auricula, dan area di belakang telinga

Gambar 14. Skema N.VII

Serabut saraf yang membentuk brachial motor merupakan komponen N. VII paling
dominan, sedangkan ketiga komponen serabut lainnya bergabung menjadi satu terpisah dari
brachial motor. Gabungan dari ketiga serabut tersebut membentuk nervus intermedius.
Nervus fasialis mempunyai dua komponen. Komponen yang lebih besar murni motorik dan
mempersarafi otot-otot ekspresi wajah.
Komponen motorik nervus fasialis terletak di bagian ventrolateral tegmentum pontis.
Neuron nukleus motorik ini analog dengan sel-sel kornu anterius medula spinalis, tetapi secara
embriologi berasal dari lengkung brakhialis ke dua. Serabut radiks nukleus ini memiliki
perjalanan yang rumit. Di dalam batang otak, serabut ini berjalan memutari nukleus abdusens
(genu internum nervus fasialis), sehingga membentuk penonjolan kecil di dasar ventrikel
keempat (kolikulus fasialis). Kemudian serabut ini membentuk berkas yang padat, yang berjalan
di ventrolateral menuju ujung kaudal pons dan kemudian keluar dari batang otak, menembus
ruang subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan kemudian memasuki meatus akustikus
internus bersama dengan nervus intermedius dan nervus kranialis VIII (nervus
vestibulokokhlearis). Di dalam meatus, nervus fasialis dan nervus intermedius terpisah dari
nervus kranialis VIII dan berjalan ke arah lateral di kanalis fasialis menuju ganglion
genikulatum. Setinggi ganglion, kanalis fasialis menurun curam (genu eksternum nervus
fasialis). Pada bagian ujung bawah kanalis fasialis, nervus fasialis keluar dari tengkorak melalui
foramen stilomastoideum. Masing-masing serabut motoriknya kemudian didistribusikan ke
seluruh regio wajah (beberapa diantaranya ada yang berjalan melalui glandula parotidea terlebih
dahulu). Serabut-serabut tersebut mempersarafi semua otot ekspresi wajah yang berasal dari
lengkung brankhialis kedua, yaitu m. Orbikularis oris dan m. Orbikularis okuli, m. Businator, m.
Oksipital, m. Frontalis, dan otot-otot yang lebih kecil di daerah ini, dan juga m. Stapedius, m.
Platisma, m. Stilohioideus, dan venter posterior m. Digastrikus.
Gambar 15. Persarafan Sentral Area Nukleus Fasialis Di Batang Otak
Pemeriksaan Fungsi Nervus VII meliputi:
a. Pemeriksaan motorik N. VII
b. Pemeriksaan viserosensorikdan viseromotorik nervus intermedius

Prosedur Pemeriksaan N. VII


a. Pemeriksaan Motorik
1. Pasien diminta untuk duduk dengan posisi istirahat
2. Amati wajah pasien bagian kiri dan kanan apakah simetris atau tidak
3. Amati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipat kulit nasolabial dan sudut
mulut
4. Pasien diminta menggerakan wajah sebagai berikut:
Mengerutkan dahi (bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam)
Mengangkat alis
Manutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membukanya
Memoncongkan bibir atau nyengir
Pasien diminta mengembungkan pipi, lalu pemeriksa menekan pipi kiri
dan kanan untuk mengamati apakah kekuatannya sama. Bila ada
kelumpuhan, maka udara dalam pipi keluar melalui sisi yang lumpuh

Gambar 16. Pemerriksaan Motorik N.VII


b. Pemeriksaan viseromotorik (parasimpatis)
1. Memeriksa kelenjar lakrimalis, basah atau kering
2. Memeriksa kelenjar sublingualis
3. Memeriksa mukosa hidung dan mulut

c. Memeriksa sensorik
1. Pasien diminta untuk menjulurkan lidah
2. Letakan gula, asam, garam, kopi pada bagian kanan dan kiri lidah 2/3 anterior
3. Pasien diminta menuliskan sensasi rasa
Catatan: pada saat dilakukan pemeriksaan hendaknya:
Lidah penderita hendaknya terrus dijulurkan keluar
Pasien tidak diperrkenankan bicara
Pasien tidak diperkenankan menelan.
VI. Nervus Crenialis VIII (Nervus Vestibulocochlearis)
Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi. Cabang koklear atau
auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam organ
korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian medial
nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal.
Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi
kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalamProsedur
pemeriksaan nervus akustikus/vestibulokoklear, meliputi pemerriksaan fungsi
pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibular.
Organ keseimbangan dan pendengaran berasal dari sebuah prekursor embriologis
di bagian petrosus os. Temporalis : utrikulus membentuk sistem vestibularis dengan tiga
kanalis semisirkularisnya, sedangkan sakulus membentuk telinga dalam dengan koklea
yang berbentuk seperti siput.
Nervus kokhlearis, yang dibentuk oleh prosesus sentralsel ganglion spirale,
berjalan di sepanjang kanalis auditorius internus internus bersama dengan nervus
vestibularis, melewati ruang subarakhnoid di cerebellopontin angle, dan kemudian masuk
ke batang otak tepat dibelakang pedunkulus serebelaris inferior. Di nukleus kokhlearis
ventralis, serabut-serabut nervus kokhlearis bercabang dua (seperti huruf T), masing-
masing kemudian melanjutkan ke lokasi relayberikutnya (neuron kedua jaras auditorik)di
bagian ventral atau dorsal nukleus kokhlearis. Neuron kedua menghantarkan impuls ke
arah sentral melalui beberapa jaras, beberapa di antaranya memiliki relay sinaptik lebih
lanjut.

Gambar 17. Organ Pendengaran dan Keseimbangan


Gambar 18. Arsitektur Mikroskopik Organ Pendengaran
Neurit (akson) yang berasal dari nukleus kokhlearis ventralis menyilang garis
tengah di dalam korpus trapezoideum. Beberapa neurit ini membentuk sinaps dengan
neuron lanjutan di korpus trapezoideum itu sendiri, sedangkan yang lainnya melanjutkan
ke stasiun relay berikutnya nukelus olivarius superior, nukleus lemniskus lateralis, atau
formasio retikularis. Impuls auditorik asendens kemudian berjalan melalui lemniskus
lateralis ke kolikulus inferior (meskipun beberapa serabut mungkin tidak melewati
kolikulus dan langsung menuju korpus genikulatum mediale).
Neurit yang muncul dari nukelus kokhlearis dorsalis menyilang garis tengah di
belakang pedunkulus serebelaris inferior, beberapa diantaranya di stria medularis dan
yang lainnya melalui formasio retikularis, dan kemudian berjalan naik di lemniskus
lateralis ke kolikulus inferior, bersama dengan neurit dari nukleus kokhlearis ventralis.
Kolikulus inferior mengandung relay sinaptik lanjutan ke neuron berikutnya pada
jaras ini, yang kemudian berproyeksi ke korpus genikulatum mediale talami. Dari sini,
impuls auditorik berjalan di dalam radiasio auditoria, yang terletak di krus posterior
kapsula interna, ke korteks auditorik primer di girus temporalis transversus (area
brodmann 41), yang juga disebut girus transversus Heschl.
Gambar 19. Ganglion Spiral dan Ganglion Vestibulare

Stasiun berikutnya untuk transmisi impuls di sistem vestibular adalah nervus


vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus,
mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel reseptor do
organ vestibular, dan yang prosesus sentralnya membentuk nervus vestibular. Nervus ini
bergabung dengan nervus kokhlearis, yang kemudian melintasi kanalis auditorius
internus, menembus ruang subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang
otak di taut pontomedularis, serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus
vestibularis, yang terletak di dasar ventrikel keempat.
Gambar 20. Jaras Auditorik

A. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran


1. Pemeriksaan Weber
i. Untuk mebandingkan daya hantar tulang di telinga kanan dan kiri
ii. Garpu Tala diletakan di dahi pasien, pada keadaan normal kanan dan kiri
sama keras (pasien tidak dapat tentukan letak yang paling keras)
iii. Bila terdapat tuli konduksi, misal di sebelah kiri karena otitis media, maka
tes Weber lebih terdengar di kiri. Jika terdapat tuli persepsi, misal pada
sebelah kiri, maka tes Weber akan terdengarr lebih keras di sebelah kanan.

Gambar 21. Tes Weber

2. Pemeriksaan Rinne
i. Untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara pada
pasien. Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara didengar lebih lama
dibanding melalui tulang.
ii. Garpu tala diletakan pada palatum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi, kemudian garpu tala dipindahkan ke depan meatus
eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan tes
positif, pada orang normal atau tuli persepsi, tes Rinne ini positif. Pada tuli
konduksi, tes Rinne negatif.

Gambar 22. Tes Rinne

3. Pemeriksaan Swabach
i. Untuk membandingkan hantaran tulang pada pasien dengan hantaran
tulang pada pemeriksa (pendengaran pemeriksa haruslah baik)
ii. Garpu tala yang telah digetarkan ditempatkan pada prosesus mastoideus
penderita. Jika penderita sudah tidak mendengar lagi suara garpu tala
tersebut, maka segera garpu tala dipindahkan ke prosesus astoideus
pemeriksa
iii. Jika hantaran tulang pasien baik, maka pemeriksa tidak akan mendengar
suara berdenging lagi, hal ini dikatrakan tes Swabach norrmal
iv. Jika hantaran tulang pada pasien kurang baik, maka pemeriksa masih
dapat mendengar suara berrdenging terrsenbut, keadaan ini disebut
Swabach memendek.
B. Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan
1. Pemeriksaan Tes Kalori
Jika telinga kiri dimasukan air dingin maka akan timbul nistagmus ke kanan. Jika telinga
kiri dimasukan airr hangat maka akan timbul nistagmus ke kiri. Jika gangguan
keseimbangan, maka perubahan temperratur airr dingin dan hangat ini tidak akan
menimbulkan reaksi.
2. Pemeriksaan Past Pointing Test
Pasien diminta untuk menyentyuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya,
kemudian dengan mata tertutup pasien diminta uuntuk mmengulangi, nrmal penderita
harus dapat melakukannya.

VII. Nervus Cranialis IX (Nervus Glossopharryngeus)


Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan
menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron
sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga posterior lidah
dan sensasi umum dari faring dan laring. Neuron ini juga membawa informasi mengenai
tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.
Nervus glossofaringeus memiliki berbagai fungsi yang sama dengan nervus
intermedius, nervus vagus, dan pars kranialis nervus asesorius, yang secara bersama-
sama nervus-nervus ini disebut sebagai sistem vagal untuk menghindari penyebutannya
secara berulang-ulang. Saraf-saraf tersebut semuanya merupakan saraf campuran
(motorik dan sensorik), dan beberapa komponennya muncul dari nuklei batang otak yang
sama (nukleus ambiguus dan neukleus solitarius).
Perjalanan dan distribusi anatomis. Nervus glossofaringeus, nervus vagus, dan
nervus aksesorius keluar dari tengkorak bersama-sama melalui foramen jugulare yang
juga merupakan lokasi kedua ganglia nervus glossofaringeus, ganglion superius
(intrakraniale) dan ganglion inferius (ekstrakraniale). Setelah meninggalkan foramen,
nervus glossofaringeus berjalan di antara arteri karotis interna dan vena jugularis ke arah
m. Stilofaringeus. Saraf ini melanjutkan perjalanan di antara m. Stilofaringeus dan m.
Stiloglosus dan kemudian mempersarafi pangkal lidah, mukosa faring, tonsil, dan
sepertiga posterior lidah.

Prosedur Pemeriksaan Nervus Glossopharyngeus:


a. Pasien diminta untuk membuka mulutrnya
b. Dengan penekan lidah, lidah hendaknya ditekan ke bawah, sementara itu pasien diminta
untuk mengatakan A panjang
c. Akan nampak langit langit yang sehat akan bergerak ke atas. Lengkung langit langit
yang tidak sehat tidak akan bergerak ke atas
d. Adanya gangguan pada otot stylopharyngeus, maka uvula tak simetris tetapi miring
tertarik ke sisi yang sehat
e. Adanya gangguan sensibilitas, maka jika dilakukan rabaan pada posterior lidah atau
menggores dinding faring kanan dan kiri, maka reflek muntah tidak akan terjadi.

Gambar 23. Pemeriksaan N.IX

VIII. Nervus Cranial X (Nervus Vagus)


Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan
menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa
informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke medulla
dan pons. Nervus X memiliki 5 komponen dengan fungsi yang berbeda. Kelima
kompenen tersebut ialah:
1. Brachial motor (eferen viseral khusus) yang bertanggungjawab terhadap koorrdinasi
otot-otot volunter faring, sebagian besar laring, dan salah satu otot intrinsik lidah
2. Viseral motor (eferren viseral umum) yang bertranggungjawab terhdap inervasi
parasimpatik otot otot dan kelenjar faring, laring, viseral thorak dan abdomen
3. Viseral sensori (eferen viseral umum) yang meberikan informasi sensorik viseral dari
laring, esofagus, trakea, dan visera abdomen dan torakal, serta membawa informasi
dari reseptor terkanan dan kemoseptor aorta
4. Sensori umum (aferen somatik umum), memberikan inforrmasi sensorik umum dari
kulit belakang daun telinga, meatus acusticus externa, permukaan luar membran
timpani dan faring
5. Sensori khusus, merupakan cabang minor dari N.X yang bertanggungjawab
menimbulkan sensasi rasa dari daerah epiglotis
Seperti nervus glossofaringeus, nervus vagus juga memiliki dua ganglia,
ganglion superius (jugulare) dan ganglion inferius (nodosum), keduanya ditemukan di
regio foramen jugulare.
Nervus vagus berasal dari lengkung brankhial empat ke bawah. Di bawah ganglion
inferius (nodosum), saraf ini mengikuti arteri karotis interna dan arteri karotis komunis ke
bawah, dan kemudian berjalan melewati apertura toracis superior ke mediastinum. Di
sini, trunkus vagalis dekstra menyilang arteri subklavia, sedangkan trunkus kiri berjalan
di belakang hilus dan melewati arkus aorta. Keduanya kemudian melekat ke esofagus,
dengan serabut trunkus vagalis dekstra berjalan ke sisi posterior, dan trunkus vagalis
sinistra di sisi anteriornya. Cabang vagal terminal kemudian menyertai esofagus melalui
hiatus esofagus diafragma ke dalam rongga abdomen.

Prosedur Pemeriksaan Nervus Vagus:


1. Buka mulut pasien, jika terdapat kelumpuhan maka akan nampak uvula tidaklah di
tengah tetapi tampak miring tertarik ke sisi yang sehat
2. Refleks faring / reflek muntah tidak ada
3. Untuk memeriksa plica vocalis diperlukan laringoskop. Jika terdapat kelumpuhan satu
sisi pita suara, maka pita suara tersebut tidak bergerak saat fonasi atau inspirasi dan pita
suara akan menjadi atonis dan kelamaan menjadi atopi, menyebabkan suara menjadi
parau
4. Jika kedua sisi pita suara mengalami kelumpuhan, maka pita suara akan berada pada garis
tengah dan tidak bergerak sama sekali sehingga akan rtimbul afoni dan strridorr
respiratorik

Gambar 24. Pemeriksaan N.X

IX. Nervus XI (Nervus Accesorrius)


Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik.
Neuron motorik berasal dari dua area: bagian cranial berawal dari medulla dan
menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis
serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron sensorik
membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik misalnya
otot laring, faring, trapezius dan otot sternokleidomastoid
Nervus asesorius memiliki dua pasang radiks, kranialis dan spinalis. Neuron yang
membentuk radiks kranialis terletak di dalam nukleus ambiguus bersebelahan dengan
neuron yang prosesusnya berjalan di dalam nervus vagus. Bagian nervus kranialis ke
sebelas ini lebih baik dianggap sebagai komponen fungsional nervus vagus, karena pada
dasarnya memiliki fungsi yang sama dengan dengan bagian nervus vagus yang muncul
dari nukleus ambiguus. (radiks spinalis nervus asesorius, sebaliknya memiliki fungsi
yang berbeda). Radiks kranialis terpisah dari radiks spinalis di dalam foramen jugulare
untuk bergabung dengan nervus vagus. Bagian nervus asesorius ini dengan demikian
dimiliki oleh sistem vagal.

Prosedur Pemeriksaan N. XI
1. Untuk mengetahui adanya paralisis otot sternoikleidomastoideus:
Penderita diminta menolehkan kepala ke arah sisi yang sehat, kemudian pemeriksa
meraba otot strernokleidomastoideus. Jika terdapat paralisis N.XI pada sisi tersebut,
maka akan teraba otot tidak menegang

Gambar 25. Pemeriksaan N.XI

2. Untuk mengetahui adanya paralisis otot trapezius, pada inspeksi akan nampak:
a. Bahu pasien di sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat
b. Margo vertebralis skapula di sisi yang sakit nampak lebih mengarah ke samping
dibanding pada sisi yang sehat.

X. Nervus Cranial XII (Nervus Hipoglosus)


Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron
motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik membawa
informasi dari spindel otot di lidah. Nervus Hipoglosus hanya memiliki satu komponen
motor somatik. Nervus ini menginervasi otot intrinsik dan sebagian besar otot ekstrinsik
lidah (genioglosus, styloglosus, dan hypoglosus)
Nukleus nervus hipoglosus terletak di sepertiga bagian bawah medula, berdekatan
dengan garis tengah dan tepat di bawah dasar ventrikel keempat (di daerah yang disebut
aegitiga atau trigonum hipoglosum). Nukleus ini terdiri dari beberapa kelompok sel yang
mempersarafi masing-masing otot lidah. Sel-sel ini analog dengan sel-sel motorik kornu
anterius medula spinalis.

Prosedur Pemeriksaan N.XII:


Kelumpuhan pada N.XII akan menimbulkan gangguan pergerakan lidah.
a. Akibat gangguan perrgerakan lidah, maka perrkataan tidak dapat diucapkan
dengan baik, disebut dengan disartria
b. Dalam keadaan diam, lidah tidak simetris, biasanya bergeser ke arah yang sehat
karena tonus pada sisi ini menurun
c. Jika lidah dijulurkan, lidah akan berdeviasi ke sisi yang sakit.

Gambar 26. Pemeriksaan N.XII

Pada lesi LMN, maka akan tampak adanya atrofi lidah dan fasikulasi (tanda dini berupa
perubahan pada pinggiran lidah dan hilangnya papil lidah). Pada lesi unilateral, lidah akan
berdeviasi kearah lesi. Pada Bell,s palsy (kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan positif palsu.
Pada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa digerakan kearah samping kanan dan kiri.
Diperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada lesi perifer maka tremor dan atropi papil
positif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baehr, M & frotscher, M. 2007. Diagnosis topik neurologi DUUS. EGC : Jakarta
2. Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Erlangga : Jakarta
3. Lumbantobing, SM. 2013. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Mardiati, Ratna. 2010. Susunan Saraf Otak Manusia. CV Sagung Seto : Jakarta

Tugas Presentasi Kasus Bedah Syaraf

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 16 TAHUN CEDERA OTAK RINGAN GCS E4V5M6


DENGAN OEDEMA CEREBRI DAN NYERI KEPALA MENETAP

Periode : 7 Agustus 12 Agustus 2017

Oleh:
Muhammad Yusuf Karim
G99152018

Pembimbing:
Dr. Untung Alifianto, dr., Sp.BS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017

You might also like