Pemeriksaan forensik dalam kasus bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri sulit dilakukan. Pemeriksaan forensik untuk kasus bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, dan kematian alami itu berbeda. Oleh karena itu, pada kasus penemuan mayat di dalam air pemeriksaannya harus dilakukan secara cermat. Tim forensik memiliki tantangan ketika mayat ditemukan dalam keadaan membusuk dan disertai tanda-tanda postmortem lainnya. Terlebih adanya pengikatan dan pemberian beban dengan benda yang berat menimbulkan kecurigaan adanya keterlibatan orang ketiga. Tenggelam didefinisikan sebagai proses terganggunya proses pernafasan karena terendam cairan. Pada proses tersebut, terjadi kombinasi antara hiperkapnia, hipoksemia, dan asidosis, sehingga tanpa sengaja terjadi proses inspirasi yang mengakibatkan cairan ikut masuk. Akibatnya semakin banyak cairan yang masuk ke paru-paru membuat ukuran paru membesar dan menghasilkan busa. Pada kasus tenggelam juga ditemukan adanya paltaufs spots yang terjadi karena respirasi yang dipercepat dan adanya hemolisis simultan. Temuan spesifik dari hasil otopsi pada korban tenggelam terkadang kurang lengkap apalagi jika disertai oleh pembusukan. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan diagnosis tenggelam hanya berdasarkan otopsi. Laporan ini menjelaskan dua kasus bunuh diri yang dilakukan oleh dua orang laki-laki dengan cara menenggelamkan dirinya, mereka mengikat kedua lengan dan kakinya dan diberi pemberat berupa benda berat untuk mencegah mereka naik ke atas permukaan air. Pada kasus pertama, ditemukan mayat seorang laki-laki di dalam danau dalam keadaan kaki dan tangannya diikat oleh kabel dan memakai tas dengan berat 23 kg. Pada mayat ditemukan livor mortis pada bagian lengan dan kaki, hal tersebut sesuai dengan posisi mayat yang mengambang dengan posisi vertical. Terdapat juga tanda-tanda pembusukan, yaitu kulit berwarna hijau dan adanya peningkatan gas. Pada pemeriksaan dalam menunjukkan tanda- tanda tenggelam, yaitu adanya emfisema paru dan lambung berisi banyak cairan. Pada kasus kedua, laki-laki berusia 23 tahun ditemukan tewas dengan tangan terikat rantai yang tergembok dan memakai tas yang berisi beberapa batu, serta ditemukan catatan pesan terakhir. Pada mayat ditemukan tanda-tanda pembusukan seperti kulit berwarna hijau dan adanya peningkatan gas pada jaringan lunak dan organ visera. Pada pemeriksaan otopsi, kelainan organik maupun luka yang ada tidak menunjukkan adanya keterlibatan orang ketiga. Dari kedua kasus tersebut, menunjukkan bahwa adanya pembusukan, kaki dan lengan yang diikat, dan adanya pemberian beban dengan benda-benda berat yang menyebabkan interpretasi kasus tersebut menjadi rancu. Hal tersebut merupakan tantangan bagi ahli patologi dan peneliti lain untuk menentukan penyebab dan cara kematian, karena segala cara kematian dapat dimungkinkan. Oleh karena itu, korelasi antara kasus, situasi penemuan, dan hasil dari pengamanan barang bukti harus diselidiki dengan hati-hati, untuk menyimpulkan kejadian tersebut adalah karena bunuh diri.