You are on page 1of 11

BAB 1

PENDAHULUAN
ANTIGEN DAN ANTIBODI
1. Antigen
Antigen atau imunogen adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan reaksi imun secara
spesifik pada hewan dan manusia. Sewaktu mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, maka
akan berinteraksi dengan limfosit yang mengandung reseptor yang spesifik untukberbagai
molekul antigenik yang dimilikinya.
2. Antibodi
Antibodi atau immunoglobulin (Ig) adalah golongan protein yang dibentuk sel plasma
(proliferasi sel B) akibat kontak dengan antigen. Antibody mengikat antigen yang
menimbulkannya secara spesifik. Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai 2 tempat
pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop yang menyebabkan produksi
antibody tersebut. Masing-masing molekul terdiri atas 4 rantai polipeptida yaitu 2 rantai
berat (Heavychain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang dihubungkan oleh jembatan
disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. pada kedua ujung molekul itu
terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam
amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibody yang lain.
Antibodi atau immunoglobulin terbagi dalam 5 jenis yaitu :
a. Immunoglobullin Gamma (IgG)
Merupakan antibodi yang paling banyak dalam sirkulasi. Antibody ini dengan mudah
melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan. IgG dapat menembus
plasenta dan memberikan kekebalan pasifdari ibu ke janin. IgG melindungi tubuh dari
bakteri, virus dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, serta memicu kerja system
komplemen.
b. Immunoglobullin Alfa (IgA)
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk 2 monomer Y oleh sel-sel yang terdapat
berlimpah dalam membrane mukosa. Fungsi utamanya adalah untuk mencegah pertautan
virus dan bakteri ke permukaan epithelium. IgA ditemukan dalam sebagian besar sekresi
Filename: 363998486.doc 2

tubuh seperti ludah, keringat dan air mata. Kehadirannya dalam kolostrum dapat melindungi
bayi dari infeksi gastrointestinal.
c. Immunoglobullin Mu (IgM)
Merupakan antibody pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan awal
ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini sangat
bermanfaat secara diagnostic karena dapat mengindikasikanadanya infeksi baru oleh
patogen. IgM terdiri dari 5 monomer berbentuk Y yang tersusun dalam struktur pentamer.
d. Immunoglobullin Delta (IgD)
Terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu
reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan
sel-sel memori. IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak dapat menembus
plasenta.
e. Immunoglobullin Epsilon (IgE)
Antibody ini berukuran sedikit lebih besar dibanding molekul IgG dan hanya mewakili
sebagian kecil dari total antibody dalam darah. Daerah ekor berikatan dengan reseptor pada
sel mast dan basofil. Dan ketika dipicu oleh antigen, menyebabkan sel-sel itu membebaskan
histamine dan zat kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.
RESPON IMUN
Respon imun berawal sewaktu sel B atau sel T berikatan seperti kunci dan
gemboknya (Lock & Key), dengan suatu protein yang diidentifikasi oleh sel T atau B
sebagai benda asing. Selama masa janin dihasilkan ratusan ribu sel B dan T yang memiliki
potensi berikatan dengan protein spesifik. Protein yang dapat berikatan dengan sel T atau B
disebut Antigen.
Sewaktu berikatan dengan antigen imunogenik, sel T terangsang untuk bereproduksi dan
menghasilkan 5 subtipe sel T yang mampu bekerja pada satu antigen. Kelima jenis sel T
tersebut adalah:
a. Sel T sitotoksik, secara langsung menghancurkan antigen dengan mengeluarkan bahan-
bahan kimia toksik yang bekerja dengan cara melubangi sel-sel yang membawa antigen. Sel
T sitotoksik disebut CD8 atau sel pembunuh.
Filename: 363998486.doc 3

b. Sel hipersensitivitas tipe lambat, merangsang sel-sel peradangan (makrofag) untuk


berpartisipasi dalam respons antigen dan bekerja dengan cara mengeluarkan berbagai
mediator kimia yang disebut limfokin.
c. Sel T helper, mensekresikan bahan-bahan kimia untuk merangsang respons imun
humoral dan membantu keberhasilan sel B menghancurkan mikroorganisme. Sel ini disebut
T4 atau CD4.
d. Sel T penekan, penting untuk menghentikan respons imun seluler maupun humoral.
Apabila fungsi sel T terganggu maka reaksi imun dapat menjadi tidak terkontrol dan
diarahkan terhadap antigen-antigen diri (self).
e. Sel pengingat, memungkinkan pejamu untuk berespon segera terhadap antigen
berikutnya.
Filename: 363998486.doc 4

BAB 11
DASAR TEORI
Uji reaksi Widal menggunakan suspensi bakteri S.typhii dan S. paratyphi dengan perlakuan
antigen H dan O. Antigen ini dikerjakan untuk mendeteksi antibodi yang sesuai pada serum
pasien yang diduga menderita demam typhoid. Antibodi IgM somatik O menunjukksn awal
dan merepresentasikan respon serologi awal pada penderita demam thypoid akut, dimana
antibodi IgG flagela H biasanya berkembang lebih lambat tetapi tetap memanjang.
Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan jika masuk ke dalam tubuh
melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau produk hewan kepada manusia, dan
menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan demam enteric. Salmonella merupakan bakteri
Gram (-) batang, tidak berkapsul dan bergerak dengan flagel peritrich. (Soemarno, 2000).
kecuali Salmonella pullorumgallinarum dapat bergerak dengan flagel peritrich, bakteri ini
mudah tumbuh pada pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan laktosa dan
sukrosa. Bakteri ini termasuk asam dan kadang kadang gas dari glukosa dan maltosa, dan
biasanya membentuk H2S. Bakteri ini dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang
cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau brilliant,
natrium tetratrionat, dan natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lainnya.
Oleh karena itu senyawa ini bermanfaat untuk dimasukkan dalam pembenihan yang
dipakai untuk mengisolasi Salmonella dari tinja. (Jawetz, dkk. 1996).
Salmonella pada umumnya harus diidentifikasikan dengan analisa antigenik seperti
Enterobacteriaceae yang lain. Salmonella mempunyai antigen O dan antigen H, tetapi
beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen ini dapat mengganggu
aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan virulensi. Bagian paling luar dari
dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah antigen O, yang terdiri dari satuan-satuan
lipopolisakarida yang berulang, sehingga jika kehilangan antigen ini mengakibatkan bentuk
koloni yang seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan
antigen H dapat mengakibatkan Salmonella ini tidak dapat bergerak. Kedua antigen ini
dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella (Jawetz et al., 1974).
Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi pendarahan, kebocoran usus, infeksi
selaput, renjatan bronkopnemonia dan kelainan di otak. Terdapat gejala penyakit tifus segera
di lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit tifus, koma.
Filename: 363998486.doc 5

Keterlambatan diagnose dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal, sampai pada
kematian. Tanda-tanda dan gejala PA (Paratyphoid fever A) menunjukan tidak spesifitas,
jenis penyakit ini sulit untuk didiagnosa secara akurat. Meskipun diagnosis definitife tetapi,
dapat dibuat isolasi SPA (serovar Paratyphi A (SPA), dari spesimen klinis seperti darah,
sumsum tulang, urin atau tinja atau dengan menunjukan meningkatnya titer O (somatic), H
(flagelata), dan A (flagella), ditandai dengan aglutinasi antibodi dalam sampel serum yang
berpasangan (Shukun et.al., 2011).
Filename: 363998486.doc 6

BAB 111
Pemeriksaan widal (kualitatif)
PRA ANALITIK
Judul : pemeriksaan widal
Tujuan : Tujuan :untuk mengetahui ada tidaknya antibody spesifik terhadap antigen
salmonella SP dalam serum.
Metode : slide
Prinsip : aadaa Prinsip : adanya antibody salmonella typhi dan salmonella paratyphi
dalam serum sampel akan bereaksi dengan antigen yang terdapat dalam reagen widal.
Reaksi dengan adanya aglutinasi.
Dasar teori :
Persiapan/alat alat dan bahan:
1.Serum
2. Reagen Widal
3. Rotator atau batang pengaduk
4. Pipet tetes
5. Slide

ANALITIK
Cara kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
1. Pipet satu tets serum (20) keadaan lingkaran yang terdapat dalam slide dengan kode
O,H,HA dan CP dan CN
2. Tambakan masing-masing satu tetes reagen widal sesuia dengan kode slide, begitu pula
pada CN dan Cp
3. Campur antigen dan serum dengan batang pengaduk berbeda dan lebarkan kemudian
goyang-goyangkan selama satu menit
4. Amati reaksi yang terjadi.
Filename: 363998486.doc 7

PASCA ANALITIK
Interpretasi Hasil
Posotif : Bila terjadi aglutinasi
Negative : Bila tidak terjadi aglutinasi
Filename: 363998486.doc 8

BAB IV
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan widal :
1.Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2.Saat pengambilan specimen : berdasarkan penelitian Senewiratne, dkk. kenaikan titer
antibodi ke level diagnostic pada uji Widal umumnya paling baik pada minggu kedua atau
ketiga, yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama adalah hanya 85,7%.
3.Pengobatan dini dengan antibiotika ; pemberian antibiotika sebelumnya dapat
menghambat pembentukan antibodi.
4.Vaksinasi terhadap salmonella bisa memberikan reaksi positif palsu. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa setelah divaksinasi titer agglutinin O dan H meningkat dan menetap
selama beberapa waktu. Jalan keluarnya adalah dengan melakukan pemeriksaan ulang tes
Widal seminggu kemudian. Infeksi akan menunjukkan peningkatan titer, sementara pasien
yang divaksinasi tidak akan menunjukkan peningkatan titer.
5.Obat-obatan immunosupresif dapat menghambat pembentukan antibodi.
6.Reaksi anamnesa. Pada individu yang terkena infeksi typhoid di masa lalu, kadang-kadang
terjadi peningkatan antibodi salmonella saat ia menderita infeksi yang bukan typhoid,
sehingga diperlukan pemeriksaan Widal ulang seminggu kemudian.
7.Reaksi silang ; Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C)
memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri
lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive). Padahal sebenarnya yang
positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).
8.Penyakit-penyakit tertentu seperti malaria, tetanus, sirosis dapat menyebabkan positif
palsu.
9.Konsentrasi suspense antigen dan strain salmonella yang digunakan akan mempengaruhi
hasil uji widal.
Filename: 363998486.doc 9

BAB V
Hal-hal yang dapat menpengaruh hasil (Penyebab positive/negative palsu)
1. Negatif Palsu
Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di negara kita,
demam di beri antibiotika tidak sembuh dalam 5 hari dilakukan test Widal)
menghalangi respon antibodi padahal sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah .
2. Positive palsu
Beberapa jenis serotipe salmonella lainya (mislanya S.paratyphi A,B,C) memiliki antigen O
dan H juga,sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainya,dan bisa
menimbulkan hasil positive kuman non S.typhi (bukan tifoid)
Beberapa penyakit lainya:malaria,tetanu,sirosi,dll.pada daerah yang endemik seperti
indonesia (apalagi jakarta,bagi yang hobi makan gado-gado,ketoprak) ditentukan nilai batas
minimal pada populasi normal.sehingga kemngkinan seseorang menderita demam tifoid
sangat besar pada nilai minimal titer tertentu.
Filename: 363998486.doc 10

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI 2012


http://viannoarrogan.blogspot.co.id/2012/05/tes-widal.html
https://youroase.wordpress.com/2012/09/05/tes-widal-dan-cara-penilaiannya/
http://impujeng.blogspot.co.id/2012/01/imunologi.html
http://ahmadihwan.blogspot.co.id/
Filename: 363998486.doc 11

You might also like