Professional Documents
Culture Documents
Vol. 3 (1) : 43 50
ABSTRACT
Gaharu (Aquilaria malaccensis L) is one of the non timber forest products (HHBK) has high-
value commercial. The high value caused the demand for commodities is increasing every year.
But it is inversely proportional to its availability in nature. This research aims to determine the
best concentration of the addition of NAA, BAP and the combination between the NAA and BAP
on growth of root and shoot of gaharu. The benefits of this research are expected to be a
reference in the provision of seedlings with vegetative reproduction in agarwood technique of
tissue culture, to support the procurement activities of the seeds in a sufficient amount of a good
quality in a relatively short time, and the resulting seedlings were uniform. The methods used
factorial experimental design of Randomized complete (RAL) consisting of two factors and
three times in Deuteronomy. NAA factor consists of five degrees of treatment i.e. N0 = 0 mg/l,
N1 = 1 mg/l, N2 = 2 mg/l, N3 = 3 mg/l and N4 = 4 mg/l, whereas the factor of BAP is also
composed of five degrees of concentration i.e. B0 = 0 mg/l, B1 = 0.5 mg/l, B2 = 1 mg/l, B3 =
1.5 mg/l and B4 = 2 mg/l with three times the replay so that required 75 eksplan gaharu. The
results showed the best NAA concentration in the added of shoots with a concentration of 0 mg/l
NAA, while concentration of 3 mg/l NAA was the best concentration of length the shoots and
growth added root gaharu. The best concentration of BAP on shoot length and added long
shoots are concentration of 0,5 mg/l BAP, while concentration of 0 mg/l BAP is the best
concentration of the growth roots gaharu.
Key words : Naphthalene acetic acid, benzyl amino purine, growth hormone, subcultures and
aquilaria malaccensis.
43
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 43 50
44
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 43 50
mampu membentuk akar atau tunas adanya pembentukan tunas baru berwarna
dan eksplan yang mampu hidup tetapi hijau keputih-putihan. Untuk mengetahui
tidak berkembang (statis). pengaruh NAA dan BAP terhadap
perkembangan eksplan maka dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN analisis sidik ragam terhadap
Pertumbuhan Jumlah Tunas pertambahan jumlah. Secara lengkap data
Perkembangan eksplan mulai dari 12 tersaji pada tabel 1 berikut:
hari setelah ditanam, ditandai dengan
Tabel 1.Analisis Keragaman Penambahan NAA dan BAP Terhadap Jumlah Tunas pada
Eksplan Gaharu 4 Minggu Setelah ditanam (The Analysis Variant of NAA and
BAP Addition Againts Number Of Shoots at Gaharu Eksplant 4 weeks after
planting)
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 24 4,733 - -
NAA 4 1,345 0,336 2,631* 2,56 3,72
BAP 4 0,871 0,218 1,704 2,56 3,72
INTERAKSI 16 2,517 0,157 1,231 1,85 2,38
GALAT 50 6,390 0,128
TOTAL 74 11,123 KK = 18,619%
*
Keterangan : = Berpengaruh Nyata tn = Berpengaruh Tidak Nyata
Berdasarkan hasil analisis keragaman jumlah tunas eksplan gaharu. Dari hasil
yang disajikan pada Tabel 1, terlihat analisis sidik ragam di atas, maka perlu
bahwa perlakuan pemberian NAA dilakukan uji lanjut yakni uji beda nyata
dengan beberapa konsentrasi memiliki jujur terhadap perlakuan NAA karena
pengaruh nyata terhadap pertambahan NAA mempunyai pengaruh yang nyata
jumlah tunas eksplan gaharu. Sedangkan agar diketahui perbedaan setiap
perlakuan pemberian BAP serta konsentrasi. Hasil rekapitulasi uji BNJ
kombinasi antara NAA dan BAP tidak terdapat pada Tabel 2.
berpengaruh nyata terhadap pertambahan
Tabel 2. Rekapitulasi Uji BNJ Terhadap Faktor Penambahan NAA terhadap Jumlah
Tunas Eksplan Gaharu Selama 30 hari Pengamatan (Summary of the BNJ Test
Factors Adding to The NAA Againts Number of Shoots at Gaharu Eksplant
During 30 Days Observation)
Kombinasi Perlakuan Rerata Keterangan
a
N3 0,32
N4 0,170ab
N2 0,29ab BNJ 5% = 0,369
ab
N1 0,361
N0 0,477b
45
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 43 50
Hasil rekapitulasi pada Tabel 2 N4, N2 dan N1. Hal ini menunjukkan
menunjukkan bahwa perlakuan bahwa perlakuan N0 atau perlakuan
penambahan N3 berbeda nyata dengan tanpa pemberian NAA merupakan
perlakuan N0, meskipun perlakuan N3 perlakuan terbaik terhadap pertambahan
tidak berbeda nyata dengan perlakuan jumlah tunas gaharu.
4.5 4
Pertambahan Panjang (mm)
4 3.67 3.67
3.5
3 2.67 2.67
2.5 2 2.03 2
2 1.67 1.67
1.5 1
0.8 0.7
1 0.50.33 0.6
0.4 0.50.67 0.67
0.33
0.5 0 0 0 0
0
N0 N1 N2 N3 N4
Kominasi Perlakuan
B0 B1 B2 B3 B4
Hasil analisis ragam pada Tabel 13 pertumbuhan akar pada eksplan gaharu.
menunjukkan bahwa perlakuan Namun pengaruh perlakuan tersebut
penambahan NAA dan BAP serta dapat terlihat jelas pada grafik yang
kombinasi keduanya tidak mempunyai tersaji pada Gambar 2.
pengaruh yang nyata terhadap
4 3.33 3.33
2.67
3 2.33
2
1.671.83 1.67 1.67
2 1.33
1 0.83 1
0.67 0.67
1
0 0 0 0 0 0 0 0
0
N0 N1 N2Perlakuan
Kombinasi N3 N4
B0 B1 B2 B3 B4
47
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 43 50
dengan rerata panjang akar 4 mm. kombinasi antara 0 mg/l NAA+ 0,5 mg/l
Perlakuan NAA terbaik terhadap BAP yakni sebanyak 12 tunas dan
pertumbuhan akar yakni N3 (3 mg/l perlakuan N2B1 (2) kombinasi antara 2
NAA), sedangkan perlakuan BAP terbaik mg/l NAA+ 0,5 mg/l BAP yakni sebanyak
yakni perlakuan B0 (0 mg/l BAP). 11 tunas. Sedangkan pada proses
pertambahan panjang tunas, perlakuan
Persen Eksplan Hidup
yang menghasilkan panjang tunas tertinggi
Berdasarkan hasil akhir pengamatan
adalah perlakuan N0B2 (3) kombinasi
yang dilakukan sebagian besar eksplan
antara 0 mg/l NAA+1 mg/l BAP yakni
tunas yang hidup adalah sebanyak 53 botol
sepanjang 11 mm dan perlakuan N3B3 (3)
(70,67%) dan eksplan tunas yang mati
yakni sepanjang 8mm.
atau terkontaminasi adalah sebanyak 22
Setiap perlakuan memiliki perbedaan
botol (29,33%). Eksplan yang
dalam jumlah dan panjang tunasnya, hal
terkontaminasi dan mengalami kematian
ini diduga karena adanya perbedaan dalam
pada semua ulangan terdapat pada
menyerap nutrisi/suplay makan beserta
perlakuan N3B4. Sedangkan perlakuan
hormon yang diberikan pada media
yang tidak mengalami kontaminasi pada
(Yusrianti, 2002 dalam Julianti,2014).
ketiga ulangannya antara lain N0B2,
Konsentrasi auksin yang relatif lebih
N0B3, N0B4, N1B1, N2B0, N2B1, N3B0,
rendah dibandingkan konsentrasi sitokinin
N3B1 serta perlakuan N4B3. Kontaminasi
dapat memacu pertumbuhan tunas
paling awal muncul pada hari ke-5 dan
(Gunawan, 1995 dalam Nisak, 2012).
berakhir sampai akhir pengamatan.
Namun pada penelitian ini, BAP dengan
Kontaminasi yang terjadi umumnya
konsentrasi lebih rendah mendapatkan
disebabkan oleh jamur dan bakteri.
hasil yang lebih tinggi dibandingkan
Kontaminasi jamur ditandai dengan
konsentrasi lain. Konsentrasi B1 (0,5 mg/l)
munculnya hifa-hifa pada media atau
pada pertambahan panjang tunas gaharu
daerah sekitar eksplan dengan warna yang
diduga merupakan konsentrasi optimum
bervariasi yakni putih, hitam, hingga
sehingga konsentrasi BAP yang lebih
kuning keemasan kemudian menyebar ke
tinggi dari B1 malah menghasilkan
seluruh permukaan subkultur. Sedangkan
panjang akar yang cenderung lebih kecil.
kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri
Dalam kultur jaringan kebanyakan
ditandai dengan adanya cairan lendir
tanaman membutuhkan sitokinin untuk
berwarna putih bening yang mengelilingi
pembentukan tunas dan daun, sedangkan
daerah sekitar eksplan yang kemudian
auksin bersifat menghambat (Bhojwani
meghambat pertumbuhan dari eksplan
dalam Karjadi, 2007). Namun pada
tersebut. Adanya kontaminasi jamur
penelitian ini, NAA dengan konsentrasi 3
diduga karena masuknya spora-spora
mg/l merupakan konsentrasi yang
pembawa jamur pada saat penutupan botol
menghasilkan pertambahan panjang tunas
yang tidak rapat serta pengerjaan di
paling tinggi dibandingkan perlakuan
laminar air flow yang kurang berhati-hati.
NAA yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan
Pada pertumbuhan akar, secara umum
perlakuan paling banyak menghasilkan
pertumbuhan akar eksplan gaharu dimulai
tunas adalah perlakuan N0B1(2)
49
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 43 50
pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-27. 1. Diantara beberapa taraf perlakuan NAA,
Perlakuan N3 yakni penambahan NAA 3 perlakuan 0 mg/l NAA merupakan
mg/l merupakan konsentrasi terbaik perlakuan terbaik terhadap pertambahan
terhadap pertumbuhan panjang akar jumlah tunas gaharu, sedangkan perlakuan
gaharu karena rerata panjang tunas 3 mg/l NAA merupakan perlakuan terbaik
tersebut terus meningkat sampai pada terhadap pertambahan panjang tunas dan
konsentrasi 3 mg/l NAA dan mulai pertumbuhan akar eksplan gaharu.
menurun pada konsentrasi 4 mg/l NAA. 2. Diantara beberapa taraf perlakuan BAP,
Menurut Rainiyati dkk (2007) adanya perlakuan 0,5 mg/l BAP merupakan
penghambatan pembentukan akar terjadi perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan
karena adanya hormon BAP. Sitokinin jumlah dan panjang tunas gaharu.
biasanya tidak digunakan pada tahap Sedangkan perlakuan 0 mg/l BAP
perakaran karena aktifitasnya dapat merupakan perlakuan terbaik terhadap
menghambat pembentukan akar dan pertumbuhan akar eksplan gaharu.
menghalangi pertumbuhan akar, serta 3. Kombinasi terbaik terhadap jumlah tunas
menghambat pengaruh auksin terhadap gaharu yakni perlakuan 0 mg/l NAA + 0,5
inisiasi akar pada kultur jaringan sejumlah mg/l BAP. Sedangkan perlakuan 3 mg/l
spesies tertentu (George dan Sherrington NAA + 0,5 mg/l BAP merupakan
dalam Rainiyati, 2007). Hasil yang tidak kombinasi terbaik terhadap pertambahan
nyata pada perhitungan analisis sidik panjang tunas dan pertumbuhan akar
ragam diduga karena waktu pengamatan gaharu.
yang relatif singkat. Perlakuan yang
Saran
menghasilkan akar terpanjang ditunjukkan 1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai
pada perlakuan N3B0 (1) kombinasi pertumbuhan akar eksplan gaharu dengan
antara 3 mg/l NAA+0 mg/l BAP konsentrasi NAA dan BAP yang berbeda
sepanjang 7mm dan perlakuan N4B4 (2) yakni dengan perbedaan setiap perlakuan
kombinasi antara 4 mg/L NAA + 2 mg/l yang tidak terlalu jauh hingga diperoleh
BAP sepanjang 8mm. Namun secara hasil pertumbuhan yang optimal.
umum, panjang akar semakin kecil pada 2. Pencahayaan perlu diperhatikan setiap hari
perlakuan dengan konsentrasi BAP yang karena eksplan membutuhkan cahaya
semakin tinggi. untuk pertumbuhannya.
50
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 43 50
51