Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
1.Haryo Yudanto
2.Setyo Herlina
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tumor Otak telah disetujui oleh Pembimbing
S1 Keperawatan Stikes Karya Husada Pare Kediri
Hari/ tanggal : 7 April 2016
Pembimbing
Didit damayanti.,S.Kep.Ns.,M.Kep.
BAB 1
A. Latar belakang
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang
sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan
yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor,
kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi
intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan
kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per
100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut
masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya,
walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila
menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada
tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan
sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak
pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang
tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak
terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 40-
65 tahun.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini
akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan
peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea,
muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti
kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa
tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor
otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan.
(Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia,
general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat
digunakan antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang
Perawat berperan untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
dengan tumor otak serta mengimplementasikannya secara langsung mulai dari
pengkajian, diagnosa, hingga intervensi yang harus diberikan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan tumor otak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi tumor otak.
b. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.
c. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus tumor otak.
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi/WOC tumor otak
e. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang/pemeriksaan
diagnostik pada tumor otak.
f. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan tumor
otak.
g. Mengetahui dan memahami komplikasi dari tumor otak.
h. Mengetahui dan memahami prognosis dari tumor otak.
i. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.
BAB 2
ISI
A. DEFINISI
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada infrakranial
yang menempati ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Brenda, 2001).
Tumor otak merupakan lesi destruktif pada CNS Tappa. Penanganan
akan menjadi fatal benigna / maligna, di dalam bagian / luar otak, invasif /
noninvasive, pertumbuhan lambat/cepat (Black & Matussarin, 1997).
Neoplasma /tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh
sel-sel yang tumbuh secara terus menerus secara tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dengan jaringan sekitar dan tidak berguna bagi tubuh (Tim
FKUI, 1996).
Tumor otak diklasifikasikan menjadi :
1. Tumor yang berkembang di dalam atau di atas saraf kranial
Ex. : neuroma akustik
2. Tumor yang muncul dari pembungkus otak (meningen)
Ex. : meningioma
3. Tumor yang berasal dari jaringan otak
Ex. : glioma
4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya
D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis, gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Tentunya disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling
cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertambah menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan avebrovaskuler primer.
Sedangkan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan
TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya masa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya masa, karena
tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak. Mekanisme belum
seluruhnya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke
ruang subaralinoid menimbulkan hidrochepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi inkus serebral. Herniasi timbul bila girus medialis
lobus temporal bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mensensefalon menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior
kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat, intrakranial
yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan
nadi dan gangguan pernafasan).
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena. Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada
ketidaknormalan sensori dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang
karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat
ditentukan pada bagiannya dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi
oleh adanya tumor.
1. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional
dan tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul.
2. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan
keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang
sempoyongan dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan
nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan
gerak horizontal.
3. Tumor korteks motorik
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian
dimana kejang terletak pada satu sisi.
4. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional
dan tingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul.
5. Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi
bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe
tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastana (tumor otak
yang sangat maligna) dan metastase serebral dari bagian luar.
6. Tumor sudut cerebelopointin
Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala
yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
Gejala pertama
- Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-
saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke
VIII / vestibulochorlearis / oktavus)
- Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan
dengan cranial ke V/trigemirus)
- Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII /
fecialis)
- Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas
pada fungsi motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. EEG (Elektroensefalografi)
Merekam aktivitas elektrik otak disepanjang kulit kepala menggunakan
pena yang menulis diatas gulungan kertas
Fungsi :
1. Mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion
didalam neuron otak
2. CT-scan (Computerized Tomography Scanner)
Suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Fungsi :
1. Menilai tumor atau kangker, misalnya metastase
(penyebaran kangker), letak kangker dan jenis kangker
2. Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan
organ pencernaan dll.
3. Menilai kondisi pembuluh darah, misalnya pada penyakit
jantung, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah)
aorta, dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang
menggunakan prinsip magnetisasi, medan magnet digunakan untuk
proses magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air ditubuh
Fungsi :
1. Kelainan pada jaringan lunak, seperti otak dan sumsum
tulang belakang
2. Kepala, leher dan tulang belakang
3. Rongga dada dan rongga perut
4. Muskuloskeletal atau otot dan tulang
4. Arterigrafi atau ventricolugram
Untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cristerna
5. Sidik otak radioaktif
Memperlihatkan daerah daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif
G. PATHWAY
etiologi 1. Herediter
2. Kongenital
Pertumbuhan sel 3. Virus
otak abnormal 4. Toksin
5. Defisiensi
Tumor otak immunologi
6. Trauma
cerebral
Mengganggu fungsi spesifik bagian otak Masa dalam
tempat tumorotak bertambah
Kompensasi takipnea
Perubahan perfusi jaringan cerebral
Akumulasi CO2
Perpindahan cairan intravaskuler ke jaringan serebral
di cerebral
(CO2 reseptor vasodilatasi)
Pola nafas
tdk efektif Kompensasi (butuh waktu berhari-hari sampai berbulan-bulan) dengan
volume cara :
intrakranial
volume darah intracranial
volume cairan cerebrospinal
kandungan cairan intra sel
TIK
mengurangi sel-sel parenkim
Kompresi Statis
Bergesernya
vena cerebral
ginus medialis labis temporal ke inferion melalui insisura tentorial
batang otak
Obstruksi sistem cerebral
Kompresi regulasi pernafasan
Iritasi pusat vagal di medula oblongata
Obstruksi drainage vena retina
Herniasi cerebral
Papil edema
Muntah proyektil
Kompresi saraf optikus
(N. III/IV)
Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan penglihatan
Perubahan persepsi
visual
Tumor cerebellum Tumor di enchepalon (otak tengah) Tumor di meningen/ infracranial
Tumor korteks motorik
Tumor cerebrum / telenchepalon (cerebral hemisphere)
Gangguan fungsi cerebellum (atur sikap badan / aktifitas oto dan keseimbangan)
Gangguan kepribadian, konfusi, gangguan Perubahan
gaya berjalan
suplai darah
Thalamus (penghubung sensasi somatic, lihat, dengar dari organ ke kortek
Hipotalamus
sebri) Iobus temporalis
Iobus frontalis (sebagai motor korteks, pemantau
Iobus oksipital
gerak (visual
bicara, center,
aktivitas
visual
mental,
speec
ak
Berperan dalam integrasi sensoris interprestais secara kasar (visual, auditory,
Atur temperatur
tektil, temperatur, pain dan tas sensation)
Pusat pendengaran (membedakan suara)
Atur cairan dan elektrolit Pusat bicara (mengerti
Nekrosis jar.otakbagaimana mengucapkan huruf & mendengarkannya
Tidur/ terbangun/ terjaga Pusat memori
Pusing, ataxia,
Intake makanan Pusat organ vital & emosi
otot tidak
Emosi
terkoordinasi Perubahan kepekaan neuron
Kontrol endokrin/ respon seksual
Gangguan visual, hemiomapia, homonim
Resiko cidera Ny
Gangguan kepribadian, perubahan status emosional & tingkah laku & disintegritasi perilaku mental kur
Gangguan hantaran listrik otak
Gangguan sensori
Resiko perubahan suhu tubuh Perubahan
Ketidakseimbangan cairan & elektrolit
Resiko cidera Resti nutrisi krg dr kebutuhan Kejang Perubahan persepsi sensori vi
Gangguan fs. penghung tingkat kewaspadaan kesadaran Kerusakan kontruksi verbal
Perubahan persepsi sensori, pandangan (halusinasi)
Resiko cidera
Dimensia
Resiko cidera
Perubahan pola tidur
H. PENATALAKSANAAN
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu
akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor.
Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan
segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan)
atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada
serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti
demoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna,
pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin,
tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK,
mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor
yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi
resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak,
juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap
transplantasi sum-sum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa
pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan
ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan
sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa
digunakan pada klien :
1. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan
terapi radiasi
2. Setelah tumor recurance
3. Setelah lengkap tindakan radiasi
3. Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik
tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis
atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans,
multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor
dengan sinar X, CT, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada
radiasi tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di
sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara
ditempelkan langsung ke dalam tumor.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi
narkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi
setelah pembedahan intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan
intrakranial tergantung pada area pembedahan dan prosedur yang diberikan,
misalnya:
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6. Mental confusion
7. Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan
adalah komplikasi mayor pembedahan intrakranial, memfestasi klinik :
8. Perubahan visual dan verbal
9. Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan
dengan sakit kepala
10. Perubahan pupil
11. Kelemahan otot / paralysis
12. Perubahan pernafasan
J. PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Data klien
c. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit sekarang
d. Pemeriksaan fisik:
1. Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorlektasi, afasia,
penurunan/ kehilangan memory, efek tidak sesuai, berdesis
2. Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan
kabur, diplopia, halusinasi
3. Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
4. Jantung : bradikardi, hipertensi
5. Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea,
potensial, obstruksi jalan nafas
6. Sistem hormonal : aminorhea, rambut rontok, DM
7. Motorik : kelemahan sendi, hiper ekstensi, disfungsi neuro
auskuler, ataxia
e. Diagnosa keperawatan dan intervensi
No Tanggal Kode Dx Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
, bulan, Keperawatan
Tahun
1 00132 Nyeri Akut NOC: NIC:
Pain Level 1. Kaji nyeri secara komprehensif
Definisi: Pain control 2. Ukur dan hitung TTV
Pengalaman sensori dan Comfort level 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
emosional tidak
seperti; suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
menyenangkan yang
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil:
jaringan aktual atau 5. Ajarkan tekhnik non farmakologi
Mampu mengontrol nyeri 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
potensial atau yang
Melaporkan bahwa nyeri 7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
digambarkan sebagai
kerusakan (Internatinal berkurang dengan 8. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
Association for the Study menggunakan tindakan manajemen nyeri tidak berhasil
of Pain); awitan yang tiba- manajemen nyeri 9. Cek riwayat alergi pilih rute pemberian secara IV, IM,
tiba atau lambat dari Mampu mengenali nyeri untuk pengobatan nyeri secara teratur
intensitas ringan hingga (skala, intensitas,
berat denagn akhir yang
dapat diantisipasi atau frekuensi, dan tanda
diprediksi nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
Batasan Karakteristik: setelah nyeri berkurang
Bukti nyeri dengan
menggunakan standar
daftar periksa nyeri
untuk pasien yang
tidak dapat
mengungkapkannya
(mis: Neonatal Infant
Pain Scale, Pain
Assesment Checklist
for Senior with
Limited Ability to
Communicate)
Diaforesis
Dilatasi Pupil
Ekspresi wajah nyeri
(mis: mata kurang
bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata
berpencar, atau tetap
pada satu fokus,
meringis)
Fokus pada diri sendiri
Keluhan tentang
intensitas
menggunakan standar
skala nyeri (mis: skala
Wrong-Baker FACES,
skala penilaian
numerik)
Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas (mis: anggota
keluarga, pemberi
asuhan)
Perilaku distraksi
Perubahan pada
parameter fisiologis
(mis: tekanan darah,
frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan,
saturasi oksigen, dan
end tidal
karbondioksida)
Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
Perubahan selera
makan
Putus asa
Sikap melindungi area
nyeri
Faktor yang
Berhubungan:
Agens cedera biologis
(mis: infeksi, iskemia,
neoplasma)
Agens cedera fisik
(mis: abses, amputasi,
luka bakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
Agens cedera kimiawi
(mis: luka bakar,
kapsaisin, metilen
klorida, agens
mustard)
Faktor yang
berhubungan:
Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran)
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan
interpersonal
Penularan penyakit
interpersonal
Krisis maturasi,
krisis situasional
Stress, ancaman
kematian
Penyalahgunaan
zat
Ancaman pada
( status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran,
konsep diri)
Konflik tidak
disadari mengenai
nilai yang
esensial/penting
Kebutuhan yang
tidak dipenuhi
Faktor resiko :
faktor biologis
faktor ekonomi
faktor psikologis
ketidakmampuan
mengabsorbsi nutiren
ketidak mampuan
menelan makanan
8 Ketidakefektifan NOC : NIC :
thermoregulasi Hidration Temperature regulation
Risk control 4. Monitor suhu tubuh minimal 2 jam
Definisi : fruktuasi suhu 5. Monitor TTV
diantara hipotermi dan
Risk deteksion
Immune status 6. Monitor warna dan suhu kulit
hipertermi 7. Selimuti pasien agar tidak kehilangan
Kriteria hasil: kehangatan
Batasan karakteristik : Keseimbangan antara 8. Monitor tanda tanda hipertermi dan
Dasar kuku produksi panas, panas hipotermi
sianosis yang diterima dan 9. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Kulit kemerahan kehilangan panas asupan cairan dan nutrisi
Peningkatan suhu seimbang 10. Kolaborasi dengan tim medis
tubuh diatas normal Temperatur dalam untuk pemberian anti piretik
Sedikit menggigil rentang normal
dan kejang Tidak ada kejang
Pucat sedang Pengendalian
Hipertensi termoregulasi
Penurunan suhu Tidak ada perubahan
dibawah normal pada kulit
Takikardi
Kulit dingin, kulit
hangat
Pengisian kapiler
yang lambat
Faktor resiko :
Usia yang ekstrem
Fluktuasi suhu
lingkungan
Penyakit
Trauma
BAB 3
A. Kesimpulan
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor otak
primer berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan pindahan
dari tempat asal lain. Penyebab tumor otak belum diketahui. Namun ada bukti
kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa
tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan
oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan
intrakranial (TIK). Gejala klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan
istilah trias klosis tumor otak, yaitu: Nyeri kepala, Mual dan muntah, Papil edema.
Untuk penanganan tumor otak dapat di lakukan pembedahan, radiotherapi,
kemotherapi atau dapat pula dengan cara manipulasi hormonal, biasanya dengan
obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
B. Saran
1. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang
mendalam mengenai penyakit tersebut.
2. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam
penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang
dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C & John E Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Smeltzer & Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
A. ANALISA DATA
DO:
- k/u lemah
seperti ditusuk-tusuk
DO:
tumor
3 DS: Gangguan pola Proses penyakit
DO:
- Tidur hanya 5-6 jam
sakit
4 DS: Defisiensi Kurang informasi tentang
. pengetahuan penyakit
- Klien mengatakan belum mengetahui
secara pasti tentang penyakitnya
DO:
penyakitnya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Defisiensi 09-08-2001
pengetahuan
Batasan Karakteristik:
Bukti nyeri dengan
menggunakan standar
daftar periksa nyeri
untuk pasien yang
tidak dapat
mengungkapkannya
(mis: Neonatal Infant
Pain Scale, Pain
Assesment Checklist
for Senior with
Limited Ability to
Communicate)
Diaforesis
Dilatasi Pupil
Ekspresi wajah nyeri
(mis: mata kurang
bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata
berpencar, atau tetap
pada satu fokus,
meringis)
Fokus pada diri
sendiri
Keluhan tentang
intensitas
menggunakan standar
skala nyeri (mis: skala
Wrong-Baker FACES,
skala penilaian
numerik)
Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas (mis: anggota
keluarga, pemberi
asuhan)
Perilaku distraksi
Perubahan pada
parameter fisiologis
(mis: tekanan darah,
frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan,
saturasi oksigen, dan
end tidal
karbondioksida)
Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
Perubahan selera
makan
Putus asa
Sikap melindungi area
nyeri
Faktor yang
Berhubungan:
Agens cedera biologis
(mis: infeksi, iskemia,
neoplasma)
Agens cedera fisik
(mis: abses, amputasi,
luka bakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
Agens cedera kimiawi
(mis: luka bakar,
kapsaisin, metilen
klorida, agens
mustard)
faktor yang
berhubungan :
kelembapan lingkungan
sekitar
suhu lingkungan sekitar
tanggung jawab
memberi asuhan
gangguan (misal : untuk
tujuan terapeutik,
pemantauan,
pemeriksaan
laboratorium)
kurang kontrol tidur
kurang privasi,
pencahayaan
bising, bau gas
restrain fisik, teman
tidur
tidak familier dengan
prabot tidur