Professional Documents
Culture Documents
OTITIS MEDIA
Disusun oleh
Kelompok 7
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disahkan Makalah OTITIS MEDIA sebagai salah satu tugas
dalam Mata kuliah Persepsi Sensori , disusun oleh :
Mahasiswa Stikes Karya Husada Kediri Program Studi Alih Jenjang S1 Ilmu
Keperawatan.
Dosen pembimbing
A. DEFINISI
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis
Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga
bagian dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan
dengan efusi telinga tengah. (Rahajoe, 2012)
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002).
Otitis media akut ialah radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi
atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz
2004, h.141).
B. ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari noninfeksius
tidak diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba eustasius akibat
edema yang terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid. Merokok pasif
juga menjadi faktor penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari 2005, h.220
otitis media terjadi karena mekanisme pertahanan humoral yang belum matang
sehingga meningkatkan terjadinya infeksi, pemberian susu bayi dengan botol pada
posisi terlentang akan memudahkan terkumpulnya susu formula di rongga faring,
pembesaran jaringan limfoid yang menghambat pembukaan tuba eustachii. Posisi
tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan saluran kartilago yang
buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.
C. EPIDEMIOLOGI
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran
pernapasan atas. pada penelitian Zackzouk dan kawan-kawan di Arab Saudi tahun
2001 terhadap 112 pasien infeksi saluran pernapasan atas (6-35 bulan), didapatkan
30% mengalami otitis media akit dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia
terjadinya otitis berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun
sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu
episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalami tiga kali atau lebih. Insiden Otitis Media Akut (OMA) tertinggi terjadi
pada usia 2 tahun pertama kehidupan, dan yang kedua pada waktu berusia 5 tahun
bersamaan dengan anak masuk sekolah.
Puncak usia anak mengalami otitis Media Akut (OMA) di dapatkan pertengahan
tahun pertama sekolah, di Swedia mendapatkan 16.611 anak penderita Otitis Media
Akut (OMA) dan didapatkan usia 7 tahun dengan prevalensi terbanyak. resiko
kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain usia < 5 tahun,
otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia < 6 bulan, 3 kali
dalam 6 bulan terakhir), infeksi pernapasan, perokok dan laki-laki.
D. PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang
mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut
memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah
dan memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan
luar. Drainase yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah.
Udara, tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam
sirkulasi yang menyebabkan tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba
tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga
tengah, tempat organisme cepat berproliferasi dan menembus mukosa (Wong et al
2008, h.944)
E. MANIFESTASI KLINIS
3. Demam
1. Menangis
4. Menggeleng-gelengkan kepala
5. Sulit untuk memberi kenyamanan pada anak
2. Iritabilitas
3. Letargi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas
dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret
telinga.
G. PENATALAKSANAAN
4) Antipiretik
b. Stadium hiperemis
c. Stadium supurasi
3) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk
dilakukan miringotomi.
a. Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang
mungkin terjadi.
d. Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit
tergantung.
e. Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.
H. Komplikasi
Sakit kepala
Tuli yang terjadi secara mendadak
Vertigo (perasaan berputar)
Demam dan menggigil
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA
1. Riwayat
a) Identitas Pasien
b) Riwayat adanya kelainan nyeri
c) Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
d) Riwayat alergi.
e) OMA berkurang.
2. Pengkajian Fisik
a) Nyeri telinga
b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
c) Suhu Meningkat
d) Malaise
e) Nausea Vomiting
f) Vertigo
g) Ortore
h) Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium.
3. Pengkajian Psikososial
a) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
b) Aktifitas terbatas
c) Takut menghadapi tindakan pembedahan.
4. Pemeriksaan Laboratorium.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Audiometri : AC menurun
b) X ray : terhadap kondisi patologi
Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid.
6. Pemeriksaan pendengaran
a) Tes suara bisikan
b) Tes garputala
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS PASIEN
3) Body Systems
Laboratoriun
Hb :11,5 gr%
Otoskopi/Mikroskopik tanggal 17 April 2002
Telinga : Kapum timpani : Penebalan mukosa (-), Granulasi (+).
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tidak ada kelainan.
A. ANALISA DATA
Q: nyeri dirasakan
seperti diremas-
remas
S: Skala nyeri 7
Pasien mengatakan
demam dan keluar
cairan
Pasien tampak
menyeringai
DO :
serumen kental
terdapat perforasi
pada membrane
timpani telinga
kanan,
tes rinne (-),
tes weber :
lateralisasi kekanan,
dan pada tes bisik,
pasien tidak dapat
mendengarkan suara
berfrekuensi rendah.
TTV :
TD :100/60mmHg,
N: 92x/menit,
RR: 20x/menit,
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
2. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri akut
3. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan gangguan presepsi pendengaran
B. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN