You are on page 1of 29

MAKALAH PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI

KEBUDAYAAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang


bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan
permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan
mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun
terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal
masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia
mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan
oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam
kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu
situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh
dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan
terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang
dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-
lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada
penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia,
yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi
tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi
modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif
dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari
berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai
proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah
perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah
upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya.
Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah
bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik
yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk
ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk
global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan
kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi
berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew,
1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan
penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi
sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan
TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan
dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia
secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama
pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk
tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda
dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan
sebagainya

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam


bidang kebudayaan,misalnya : - hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu
negara - terjadinya erosi nilai-nilai budaya, - menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotisme - hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong - kehilangan
kepercayaan diri - gaya hidup kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH

Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi


kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta
terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai
budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi
budaya massa.

D. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengaruh


globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah 2. Untuk meningkatkan
kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena
kebudayaan merupakan jati diri bangsa

BAB II KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. BATASAN ISTILAH

Dalam pembuatan makalah ini menggunakan istilah-istilah yang sudah


dimengerti oleh masyarakat banyak, adapun tujuan dari penggunaan istilah-
istilah tersebut yaitu untuk memudahkan pembaca dalam membaca makalah ini.

B. SUDUT PANDANG PENDEKATAN

Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan mekalah ini yaitu sudut
pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu pengaruh globalisasi pada
masyarakat umum dan sikap para pemuda dalam menyikapi pengaruh budaya
asing.

C. KERANGKA BERPIKIR

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pola paragraf dari umum ke
khusus, dengan alasan agar pembaca merasa bingung dalam membaca karena
dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan dulu baru meningkat ke hal-hal
yang lebih kompleks.

D. RUMUSAN HIPOTESIS

Adanya globalisasi yang memiliki dampak positif maupun negative, maka perlu
adanya tindak lanjut dalam menyikapi globalisasi tersebut. Adapun tindakan-
tindakan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Menambah porsi pengetahuan tentang
kebudayaan bangsa di sekolah-sekolah baik mulai dari tingkat SD sampai
perguruan tinggi 2. Menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru,
sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 3.
Mengadakan berbagai pertunjukan kubudayaan 4. Membatasi acara-acara yang
dapat memunculkan rasa cinta terhadap budaya asing.

BAB III PEMBAHASAN

A. GLOBALISASI DAN BUDAYA

Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah
membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap
menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek
kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan
sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil
kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian
tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam
pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari,
bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam
alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu
kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk
keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan
dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya
kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita
namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah
yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa
perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan
mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan
tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi,
sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah
proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi
dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi
dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.
Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam
bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya.
Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya
mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan
kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam
proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan
memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang
bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan
budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiongo menyebutkan
bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang
melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk
menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut
kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis
Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa,
yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang
lebih luas dengan nama globalisasi.

B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa
Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara
(sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan
mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam
kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini
berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak
negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan
kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung
selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-
bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan
bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam
proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi
namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan
makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya.
Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam
berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula
bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan
keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi
model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG
BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni


perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social
merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi
dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh.
Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat
masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari
kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air.
Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini
makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian
populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca
negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang
demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi
mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya
di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan
berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional
kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin
canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan
dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal
dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat
semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat
Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya
saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun
istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka
kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial.
Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.
Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu
saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan
secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana
difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih
beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi
menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan
kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata,
yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi
seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat
wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat
dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman
nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk
yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini
tengah mengalami mati suri. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil
dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi
fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional,
melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat
di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati
begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni
pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula
kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat,
misalnya saja kesenian tradisional Ketoprak yang dipopulerkan ke layar kaca
oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak
sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan
dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk
pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah
terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih
ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi
mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki
Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset
rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian
stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang
kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat
terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum
Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti
wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan
sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali
yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.

D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan


budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya
nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi,
dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan
budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong
royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di
Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak
remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading
(alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah.
Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan
daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan
di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-
kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi
pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat
maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah
dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah
satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua
tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau
atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di
kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek
Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering
dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur
bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes, bahkan kata-kata makian
(umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam
film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan
fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi
norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada
kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan
ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini
dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan
kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga
ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan
cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak
muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya
anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan
suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan
teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki
berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga
terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
E. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN

Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-


pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan
suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang
berjudul Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia,
mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif
mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur
tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak
ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks
kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku
aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana
banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah
agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti dari
kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.
Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para
seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu
saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara
murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan
bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan
demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang
cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu,
secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh
model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai
contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah
Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan
disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan
kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur
secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat
keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal
yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi
kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi
pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional
tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa
kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga
sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini
merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai
dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut.
Oleh karena itu pemerintah harus melakoni dengan benar-benar peranannya
sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis
kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan
kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi
menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat
dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa
diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari
modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya
secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap
budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan
informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang
dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang
penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-
nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini.
Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam
daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan
diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap
bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus
diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai
kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan
nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang
kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik
dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang
dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka,
tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya,
kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru
semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh
kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang
sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya
alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini
sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat
dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan
kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi
hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain
itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung,
dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan
pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk
pembangunan dalam bidang ekonomi saja.

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif


bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam
kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan
teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah
menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai
baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion
and Western Though (1924) menyatakan untuk pertama kalinya dalam sejarah
umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah
suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah .
Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau
dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila
timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita
larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita?
Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai
identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke
Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba
mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu
akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan
masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern.
Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa
Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing.
Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya
bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

B. SARAN SARAN

Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk


mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu : 1. Pemerintah perlu
mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran
budaya bangsa 2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya
daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya 3. Para
pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita,
hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran
budaya 4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan
baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5.
Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru,
sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada
kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup:
Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2.
Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia:
Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam
Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan. Pokok-pokok
Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia. Dalam
http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload
7/15/04. 4. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: Gramedia. 5. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya.
Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, Syariah dan Tradisi Syiah Ternate,
dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load 7/15/04. 6.
http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan
daerah.com/
Menyimak Pergeseran Budaya dikalangan Remaja dan Prilaku Hedonisme
dikalangan Remaja

Kalau Anda berkenan untuk sejenak berhenti dari kesibukan membuat tugas
kuliah atau diskusi tentang mata kuliah, baik kalau kita menjadi lebih kritis untuk
mengamati kecenderungan perilaku kaum muda remaja dewasa ini yang
tentunya menarik untuk dipikirkan bersama.

Semakin pesatnya tren kapitalisme dan konglomerasi elite tertentu maka


pertumbuhan kwantitatif tempat-tempat hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan
semakin berkembang bak jamur dimusim hujan. Fenomena tersebut secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi budaya dan pola hidup kaum
muda remaja sekarang. Pergeseran budaya mulai menjangkiti kaum muda
remaja tanpa kompromi dan eksodus besar-besaran tentang paradigma berpikir
kaum muda remaja, dari budaya timur menuju budaya barat. Anda dapat melihat
kaum muda remaja hedonis bersliweran dengan berbagai mode rambut dengan
busana thank top atau junkies, dan alat-alat digital lainnya. Iklim masyarakat
sekarang jauh berbeda dengan masyarakat tempo dulu. Namun, bila gejala ini
kita telaah lebih lanjut bahwa kaum muda remaja telah jatuh kedalam euforia
budaya pop. Selanjutnya kaum muda remaja yang seharusnya menjadi homo
significans malahan jatuh kedalam pendangkalan nilai hidup.

Tulisan ini hanya mengajak para pembaca untuk merenungi dampak globalisasi
tanpa harus terjerat ke dalam arus pendangkalan hidup post-modernisasi dan
bagaimana hal tersebut tidak menggerogoti nilai-nilai positif yang menjadi
warisan budaya kita.

Euforia Budaya Pop Remaja : Buah Globalisasi

Manusia harus berubah. Itulah hal yang mendasar yang perlu dipikirkan secara
bersama. Memang benar bahwasannya manusia dengan segala budaya dan
akal budinya harus dikembangkan seoptimal mungkin, karena akan semakin
mengkokohkan kedudukannya dimuka bumi sebagai God Creature yang
sempurna dibandingkan dengan ciptaan lainnya.

Kali ini, manusia beralih menuju rentang waktu yang kontradiksional dengan
fase-fase sebelumnya, yaitu fase globalisasi. Di satu sisi manusia memang
dituntut untuk berkembang menuju kearah yang lebih modern, baik aspek
teknologi, hukum, sosial/kesejahteraan sosial, politik, demokrasi, dan semua
sistem lainnya harus disempurnakan. Teknologi bidang informatika, kedokteran,
bioteknologi, dan transportasi mengalami perkembangan yang begitu dahsyat
mengatasi batas-batas ruang dan waktu.
Namun, tidak boleh dilupakan bahwa hasil perkembangan manusia bersifat
relatif dan ambivalen. Pengaruh negatif dari globalisasi adalah euforia budaya
pop, perdagangan bebas, marginalisasi kaum lemah, dan timbulnya gap relation
antaara si kaya dan si miskin. Hasil tersebut telah membentuk suatu budaya
baru bagi masyarakat, khususnya kaum muda remaja menjadi manusia yang
terjebak dalam arus budaya pop.

Penghayatan Hidup dikalanagan Remaja yang Semakin Mendangkal

Ilustrasi di awal tulisan ini hanyalah sekelumit deskrispsi yang membuktikan


eksistensi kecenderungan dalam diri manusia modern. Masih banyak contoh-
contoh lain sebagai hasil dari globalisasi. kaum muda remaja dewasa ini lebih
suka membaca komik atau main game daripada harus membaca buku-buku
bermutu. Bacaan dengan analisis mendalam dan novel-novel bermutu hanya
menjadi bagian kecil dari skala prioritas mereka, bahan-bahan bacaan seperti itu
hanya tersentuh jika terpaksa atau karena tuntutan akademis.

Anda dapat mengelak bahwa gejala-gejala ini merupakan bentuk adaptif dari
kemajuan zaman. Tapi, itu adalah rasionalisasi. Sebenarnya, kecenderungan
manusia sekarang bukan hanya sekedar masalah mengikuti perkembangan
zaman melainkan hal ini adalah masalah gengsi dan penghayatan hidup.

Bukti yang paling mengena adalah televisi, berbagai acara televisi semakin hari
semakin jauh dari idealisme jurnalistik, bahkan semakin melegalkan budaya
kekerasan, instanisasi, dan bentuk-bentuk kriminalitas. Sebagian tayangan-
tayangan tersebut hanya semakin mendangkalkan sifat afektif manusia.
Tayangan mengenai bencana alam, kemiskinan, perang, kelaparan, penemuan
teknologi, pembelajaran budaya, dan lain sebagainya telah membuat sisi afeksi
manusia tidak peka terhadap hal tersebut. Tidak ada proses batin dan intelektual
lebih lanjut. Penghayatan nilai-nilai luhur semakin tereduksi.

Eksistensi kaum muda remaja hanya ditempatkan pada pengakuan-pengakuan


sementara, misalnya seorang remaja dianggap eksistensinya ada jika remaja
tersebut masuk menjadi anggota geng motor, menggunakan baju-baju bermerk,
menggunakan blueberry, dugem, clubbing, melakukan freesex, ngedrugs, dan
lain sebagainya. Eksistensi kaum muda remaja hanya dihargai sebatas
kepemilikan dan status semata. Jika pendangkalan ini terus dipelihara dan
dibudidayakan dikalangan remaja kita, makna dan penghargaan terhadap insan
manusia semakin jauh. Hasilnya adalah menghilangnya penghargaan terhadap
manusia lainnya, misalnya: perang, pemerkosaan, komersialisasi organ tubuh,
trafficking, tawuran, dll. Contoh-contoh ini menjadi indikasi kehancuran sebuah
kebudayaan yang dimulai dari pergeseran nilai-nilai budaya di kalangan kaum
muda remaja kita. Dampak yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan!

Solusi : Internalisasi

Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa manusia sebagai homo significans,


pada hakikatnya menjadikan manusia sebagai manusia pemberi makna. Jurus
paling ampuh untuk mengatasi pendangkalan hidup post-modernisasi adalah
pengendapan atau internalisasi. Internalisasi merupakan proses memaknai
kembali makna-makna hidup. Makna hidup yang tadinya dihargai secara
dangkal, kali ini digali dan diselami.

Ada dua metode internalisasi yang ditawarkan, yaitu budaya refleksi dan
keheningan. Keduanya saling komplementer dan tidak dapat dipisahkan jika
hendak melawan arus budaya pop. Refleksi membutuhkan suasana hening.
Keheningan jiwa dapat tercapai saat berefleksi. Secara etimologis, refleksi
berasal dari verbum compositum bahasa Latin re-flectere, artinya antara lain,
memutar balik, memalingkan, mengembalikan, memantulkan, dan memikirkan.
Kiranya, dua arti terakhir yang cocok untuk mendefinisikan refleksi dalam
kerangka permenungan ini. Refleksi adalah usaha untuk melihat kembali sesuatu
secara mendalam dengan menggunakan pikiran dan afeksi hingga dapat
menemukan nilai yang mulia yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bekal
hidup. Euforia budaya pop di masa globalisasi menawarkan begitu banyak hal
yang hanya berakhir menjadi kesan-kesan tanpa satupun yang dapat dialami.
Dengan budaya refleksi, kesan-kesan tersebut dapat diendapkan. Secara satu
persatu pengalaman negatif maupun positif dapat dianalisis, dipertimbangkan,
disimpulkan, dan akhirnya diendapkan dalam nurani. Proses inilah yang
membuat kaum muda remaja dapat menyadari baik dan buruknya suatu sikap.
Dalam proses ini juga kaum muda remaja diajak untuk menindaklanjuti berbagai
pengalaman yang didapat, sehingga muncul nilai-nilai dari setiap kejadian yang
dialami, dan tentunya nilai tersebut dapat menjadi bekal hidup selanjutnya.

Peran refleksi dalam kerangka ini juga sebagai nabi, untuk mengingatkan segala
larangan ataupun perintah Tuhan yang diajarkan. Refleksi berperan menjadi
fungsi kritis dalam diri kaum muda remaja. Saat ia mengalami pendangkalan
nilai-nilai hidup dalam bentuk pragmatisme, konformitas buta dan sebagainya.
Refleksi menunjukkan kesalahannya, dan mengarahkan kepada yang benar.
Oleh karena itu kita sebagai kaum muda remaja harus mampu merubah diri kita
menjadi manusia yang bermakna bagi orang lain melalui sikap dan perilaku
sehari-hari. Usaha ini hanya bisa tercapai melalui usaha pribadi bukan orang
lain, ada pepatah mengatakan jangan mengubah orang lain sebelum bisa
mengubah diri sendiri. Selamat berefleksi wahai para remaja ... !

(http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Menyimak%20Pergeseran
%20Budaya%20dan%20Prilaku%20Remaja&&nomorurut_artikel=286)

PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA DI


INDONESIA

Author: dizzy

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-
budaya asing yang masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih ini,
perkembangan kemutahiran tekhnologi tidak dibarengi dengan budaya-budaya
asing positif yang masuk. Budaya asing masuk ke negeri kita secara bebas
tanpa ada filterisasi. Pada umumnya masyarakat Indonesia terbuka dengan
inovasi-inovasi yang hadir dalam kehidupannya, tetapi mereka belum bisa
memilah mana yang sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dan mana
yang tidak sesuai dengan aturan serta norma yang berlaku di negara Republik
Indonesia.

Negara Indonesia mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh


masyarakatnya, norma tersebut meliputi norma agama, norma hukum, norma
sosial, norma kesopanan. Setiap butir norma memiliki peranan masing-masing
dalam mengatur hidup manusia. Norma merupakan suatu ketetapan yang
ditetapkan oleh manusia dan wajib dipatuhi oleh masyarakat dan memiliki
manfaat positif bagi kelangsungan hidup khalayak. Setiap peraturan yang telah
ditetapkan pasti ada sanksi bagi yang melanggar, hal itu serupa dengan norma,
apapun jenis norma ada di Indonesia, pasti ada sanksi bagi yang melanggarnya.

Pada umumnya masyarakat Indonesia sekarang seakan tidak menghiraukan lagi


norma-norma yang ditetapkan. Terbukti dengan banyaknya penyimpangan
prilaku yang dilakukan oleh banyak orang, seperti perbuatan korupsi, mencuri,
menistakan agama, dan sebagainya. Kasus-kasus seperti itu menandakan
bobroknya mental bangsa ini. Sehingga generasi muda yang mendatang bisa
diperkirakan dapat lebih buruk dari masa sekarang jika mental mundur tersebut
masih ditularkan pada kaum remaja saat ini.

Hal tersebut sudah mulai terjadi sekarang, kenyataan yang terjadi saat ini
banyak remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang sudah tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Mereka tidak
menghiraukan lagi norma-norma yang ada. Kemudahan mengakses budaya
asing serta kemudahan masuknya budaya asing tanpa ada filterisasi membuat
usia muda rawan tergoda dengan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya.
Seperti banyaknya blue film yang masuk ke Indonesia, permasalahan ini sangat
berdampak negatif bagi masyarakat khususnya kalangan remaja. Banyak blue
film atau adegan porno laiinya yang dapat diakses dengan mudah melalui
internet. Para remaja bebas mengakses dan menonton film tersebut tanpa
pengawasan dari pihak orang tua mereka. Hal tersebut menimbulkan dampak
yang kurang baik bagi psikis si remaja itu sendiri, dengan menonton adegan
porno, si remaja tersebut jadi termotivasi ingin melakukan hal yang ia tonton dan
ada sesuatu yang baru yang tidak seharusnya di coba jadi ingin dicoba. Jika
sudah seperti ini siapa yang harus di salahkan? Permasalahan ini hanyalah satu
contoh kasus yang sekarang sering terjadi di Indonesia. Sehingga saya sebagai
mahasiswa ingin sekali mengangkat tema Pengaruh Budaya Asing Terhadap
Gaya Hidup Remaja Di Indonesia. Untuk lebih jelasnya akan saya bahas di bab
pembahasan selanjutnya.

1.2 Tujuan

Agar kita sebagai mahasiswa dan sebagai penerus bangsa bisa memfilter
budaya asing yang masuk serta dapat memupuk mental kita agar tidak mudah
terbawa oleh arus negatif

1.3 Perumusan Masalah


Bagaimana budaya asing dapat dengan mudah masuk ke Indonesia?
Bagaimana pengaruh budaya asing tersebut terhadap gaya hidup remaja
Indonesia saat ini?
Bagaimana generasi muda dapat memfilter budaya asing tersebut?

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan

Perkembangan tekhnologi saat ini turut ditandai dengan perkembangan budaya


yang ada di Indonesia saat ini. Seperti telah dibahas diatas bahwa budaya asing
bebas masuk begitu saja, tanpa ada filterisasi. Pada umumnya usia remaja
merupakan usia kritis dimana apa yang ia lihat menyenangkan pasti akan ditiru.
Budaya-budaya tersebut dapat masuk dengan mudah melalui apa saja, misalnya
televisi dengan bentuk film,video klip, dll, internet, dan macam-macam alat
tekhnologi lainnya. Saat ini internet bukan merupakan sarana yang langka lagi,
sarana ini bisa digunakan dimana saja dan kapan saja oleh user. Biasanya
masyarakat lebih sering mengakses sesuatu yang baru melalui internet. Saat ini
banyak warung internet atau biasa kita sebut dengan warnet menjamur dimana-
mana sehingga memudahkan orang-orang yang tidak memasang internet agar
bisa mengaksesnya. Diwarnet ini lah kadang-kadang banyak remaja dapat
mengakses video porno secara bebas tanpa pengawasan. Ada beberapa pihak
warnet yang memblok situs porno tetpai ada juga beberapa warnet yang tidak
memblok situs porno sehingga situs ini dapat dibuka secara bebas. Kegunaan
internet sering disalahgunakan untuk kepentingan yang kurang baik.

Permasalahan yang sering terjadi lainnya yakni pemasaran blue film dalam
bentuk dvd dan vcd yang menyebar luas dikalangan remaja. Sepertinya norma
agama sudah tidak lagi dihiraukan oleh segelintir pihak. Mereka yang meraup
keuntungan dari bisnis ini seakan tidak memikirkan akibat serta dampak yang
akan ditorehkan pada generasi muda yang menonton. Sekarang ini vcd serta
dvd banyak dijual dipasaran secara bebas dan mudah didapatkan.

Dampak dari permaslahan sosial ini sangat berat bagi para remaja, salahsatu
dampaknya yakni meningkatnya angka MBA (Married By Accident) saat ini. Gaya
hidup remaja yang metropolis seakan sudah tidak terbendung lagi, belum lagi
kehidupan malam yang sudah sudah menjaring generasi muda kita, tidak
dipungkiri kuatnya arus negatif dalam kehidupan remaja saat ini, memicu remaja
untuk mencoba obat-obatan terlarang seperti narkotika, ganja, shabu dan
sebagainya belum lagi gaya hidup sex bebas.

Gaya hidup Sex Bebas dikalangan remaja sudah tidak lazim sepertinya kita
dengar, awalnya mereka melihat tontonan yang sudah sepantasnya tidak
ditonton, kemudian timbul rasa penasaran ingin mencoba, kemudian
merealisasikannya kepada pasangannya. Hal ini sudah sering terjadi, dan yang
lebih parahnya sex bebas tidak dilakukan dengan satu orang tetapi dengan
beberapa orang. Hal ini dapat meneyebabkan penyakit kelamin atau bisa
mengakibatkan AIDS. Usia muda diibaratkan seperti bunga yang baru mekar
sehingga diusia ini jiwa dan pikiran kita masih labil. Terkadang pasangan-
pasangan muda yang menganut paham ini, tidak memikirkan akibat dari hal yang
mereka lakukan, mereka hanya mementingkan nafsu mereka saja tanpa
memikirkan akibat yang akan terjadi pada akhirnya. Salahsatu contoh kasus
pernah terjadi disalahsatu pasangan remaja dalam satu sekolah, mereka tadinya
hanya memadu kasih biasa selayaknya orang berpacaran secara sehat, tetapi
si laki-laki lama-lama mulai jenuh terhadap gaya pacaran yang menurutnya itu-itu
saja, suatu hari ia berpikiran untuk melakukan hubungan intim dengan sang
kekasih, dan kekasihnyapun mengiyakan ajakan si pria. Alih-alih cinta digunakan
untuk merayu sang kekasih, awalnya sang kekasih enggan melakukannya,
karena rayuan maut sang pria, si wanita pun mengiyakan. Didalam kasus yang
dicontohkan ini, pihak wanita seakan terlihat bodoh dan mau mengikuti saja
keinginan sang kekasih hatinya. Alih-alih cinta digunakan untuk merayu si
wanita. Tadinya mereka melakukan hubungan intim sekali dan kemudian berkali-
kali lalu sampai akhirnya sang wanita hamil dan si laki-laki tidak ingin
bertanggungjawab.

Contoh kasus seperti diterangkan diatas sudah banyak terjadi di negeri kita ini,
kasus MBA itu seakan mencoreng norma-norma yang berlaku di Indonesia.
Peristiwa ini sangat melanggar norma hukum,agama,kesopanan,kesusilaan.
Generasi muda seakan tidak menghiraukan lagi norma-norma yang berlaku di
Indonesia. Jika contoh kasus seperti diatas, tentu sangat merugikan pihak
perempuan, dimana kemuliaan seorang wanita sudah tidak ada dan telah
terampas oleh nafsu busuk sesaat. Jika kejadian sudah seperti ini, pihak orang
tua lah yang pada akhirnay harus menanggung malu atas perbuatan anak-anak
mereka. Para orang tua selalu berharap anak-anakanya menjadi orang-orang
yang berguna dan bisa dibanggakan dan tidak ingin anakanya hancur karena hal
yang tidak penting seperti ini.

Norma agama merupakan norma yang paling prioritas diutamakan dalam


kehidupan. Agama merupakan pondasi dasar jiwa atau pondasi utama pokok
yang wajib kita tanamkan dalam diri manusia. Kerabat yang dapat menanamkan
norma tersebut hanyalah kelompok kecil terdekat yakni keluarga. Keluraga
merupakan rumah bagi anak-anaknya, keluarga merupakan tempat sandaran
yang paling nyaman dan aman bagi anak-anaknya, keluarga merupakan sarana
bertanya bagi seorang anak dan orang tua wajib menjawab serta menjelaskan
hal-hal yang ditanyakan oleh sang anak. Keluarga yakni khususnya orang tua
wajib menanamkan nilai agama bagi anak-anaknya, didalam agama sangat jelas
ada perintah yang harus dilaksanakan dan larangan yang harus dijauhi. Semua
itu dilakukan demi terciptanya kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang

Orang tua harus menanamkan norma agama secara keras dan sifatnya
memaksa kepada anak-anakanya. Karena bagaimanapun norma ini adalah
norma yang paling utama, dan hanya dengan agama serta keimananlah
seseorang dapat terhindar dari serangan marabahaya yang akan
membahayakan. Hanya agama yang sanggup menepis godaan-goadaan yang
akan membahayakan hidup anak-anak mereka kelak, sehingga agama harus
diajarkan dari sejak dini.

Hal kedua yang bisa orang tua antisipasi terhadap gaya hidup bebas para
remaja adalah pemahaman pendidikan mengenai gaya hidup sex bebas.
Terkadang segelintir orang tua menganggap sex edukasi tidak perlu dijelaskan
kepada anak-anaknya, sebenarnya hal itu sangat perlu untuk dijelaskan kepada
anak-anaknya, tentunya pendidikan ini diberikan jika si anak sudah cukup umur
untuk memahaminya, yakni sekitar usia 13/15 tahun, atau dimana anak sudah
akil baligh. Orang tua memang tidak secara gamblang menjelaskan mengenai
apa itu sex? Tapi minimal si anak mengetahui bagaimana bahaya jika anak-anak
kita bisa sampai melakukan perbuatan itu. Dalam memberikan sex edukasi pasti
anak-anak akan timbul rasa penasaran, karena menurut mereka hali itu
merupakan sesuatu yang baru. Caranya para orangtua wajib memberikan
penjelasan secara baik dan benar. Karena anak-anak sekarang lahir didalam
dunia yang kritis dan penuh dengan rasa keingintahuan yang sangat besar,
sehingga peran orang tua lah yang sangat berperan. Salah besar jika orang tua
menyerahkan seluruh pendidikan terhadap lembaga formil atau biasa kita sebut
dengan sekolah. Ada beberapa yang tidak bisa anak-anak dapatkan dalam
bangku sekolah. Sehingga pendidikan prilaku pembentukan terhadap anak bisa
dimulai dari didikan yang diajarkan oleh orang tua mereka.

Saat ini banyak orang tua yang tidak bisa terbuka terhadap anak-anaknya,
lingkungan keluarga lebih kepada iklim otoriter, dimana orang tua bersikap aktif
dan si anak bersikap pasif. Sehingga suasana seperti ini yang ada adalam
keluarga dapat menimbulkan miss komunikasi terhadap kedua belah pihak.
Sehingga dalam setiap pengambilan keputusan terdapat diditangan orang tua
dan anak tidak boleh menyampaikan aspirasi yang ingin mereka tuangkan
sedikitpun. Hal ini juga tidak sehat jika terjadi dalam sebuah keluarga, hal ini
akan mengakibatkan anak-anak tidak akan terbuka dengan apa yang mereka
inginkan dan apa yang mereka lakukan. Dimana orang tua tidak ingin mengenal
pertumbuhan si anak dan hanya sibuk mencari uang saja tanpa memikirkan
anak-anak mereka. Konflik sosial ini dapat menimbulkan suatu
ketertutupananak-anak usia remaja pada apa yang mereka lakukan di luar
sana. Mereka berpikir bahwa orang tua mereka tidak memepdulikan mereka lagi.
Sehingga faktor keterbukaan terhadap anak-anak sangat penting, anak-anak
bisa bercerita apa saja kepada orang tuanya dan anak-anak bebas
menyampaikan aspirasi mereka kepada orang tua. Begitupun orang tua harus
bisa menjadi wadah aspirasi serta teman curhat paling utama bagi anak-
anaknya.

Para orang tua juga wajib mengenal teman-teman anak mereka, karena usia
remaja merupakan usia dimana kita nyaman bergaul dengan siapa saja dan
semangat mencari teman baru. Teman bagi kehidupan remaja merupakan faktor
utama dalam arah kelangsungan kehidupannya. Seperti kita lihat di televisi,
banyak anak remaja terjerat narkotika karena teman dekatnya. Misalnya
selebritis, Shila Marcia baru baru ini, artis kelahiran bali ini terjerembab lubang
narkoba karena ajakan teman-temannya. Ditambah lagi dara kelahiran tahun
1989 ini kurang diperhatikan oleh orangtua serta tidak ada pengawasan dari
orangtuanya, membuat dara manis ini mudah sekali masuk ke dunia narkotika
ini. Ada istilah dalam pertemanan jangan suka memilih-milih teman, kalimat itu
salah jika di realisasikan pada saat ini. Dalam bersosialisasi kita harus pandai
memilih teman, bagaimana kita menyaring teman yang membawa dampak baik
dan mana teman yang dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan kita
kelak. Dunia luar adalah dunia kedua setelah keluarga, sehingga lingkungan
sosial harus tetap beriklim positif dalam artian orang-orang yang ada dalam
sekitar kita harus orang-orang yang tidak membawa kita kedalam kesesatan.
Misalnya seperti banyak terjadi, awalnya oleh teman kita diperkenalkan dengan
roko, lalu meningkat menjadi minuman keras, diperkenalkan lagi ganja, lalu
shabu dan seterusnya. Jika kita tidak dibentengi oleh keimanan, pasti kita
dengan mudah terbawa arus. Sehingga disini sangat diperlukan keimanan dan
kontrol diri yang penting. Banyak kasus yang sering kita saksikan di televisi
bahwa angka penggunaan narkotika dikalangan remaja cukup meningkat. Disini
peran orang tua sangat amat dibutuhkan, selain mengawasi anak-anak dan
dengan siapa dia bergaul, tetapi sesekali orang tua harus turun langsung
mengawasi anak-anaknya agar jangan sampai anak-anaknya bisa salah gaul.
Sedangkan bagi para orang tua yang terlanjur anak-anaknya sudah terjerembab
kedalam dunia narkotika sebaiknya jangan dijadikan suatu aib, tetapi jadikanlah
setiap kesalahan menjadi suatu pembelajaran hidup yang berharga. Jika sudah
seperti ini, orang tua wajib mengintrospeksi diri, pasti ada sesuatu yang kurang
atau belum total yang ia berikan kepada anaknya yakni kasih sayang serta
perhatian.

Hal yang ketiga yakni pendidikan formal atau sekolah, dalam mengantisipasi
budaya-budaya asing yang masuk. Sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib
mengajarkan pengetahuan yang bersifat teori dan praktek, serta mendidik anak-
anak agar menjadi anak-anak yang disiplin dan berakhlah baik. Seperti kita lihat
di televisi ada beberapa sekolah yang justru mengajarkan tindak asusila kepada
muridnya. Seperti kasus guru yang mencabuli muridnya atau guru yang
melakukan tindakan pelecehan kepada murid-muridnya. Sepertinya norma-
norma yang ia ajarkan dan ia kumandangkan kepada murid-muridnya hanya
isapan jempol belaka. Apa yang ia ajarkan tidak sesuai dengan prilakunya.
Dalam contoh kasus seperti ini sudah jelas sangat melanggar norma-norma yang
ada di Indonesia, selain norma agama juga melanggar norma asusila.

Sekolah dan anggota-anggota didalamnya seperti guru harus menjadi tokoh


pendidik dan panutan yang baik bagi anak muridnya. Guru harus bisa mendidik
dan mengawasi tingkah laku anak di luar. Sejak duduk dibangku sekolah dasar,
kita sudah diperkenalkan oleh guru-guru kita dengan norma agama, norma
kesopanan,norma kesusilaan, serta norma hukum. Di sekolah dasar mungkin
kita dididik dengan cara-cara memupuk kedisiplinan dari mulai hal yang kecil.
Seperti ucapkan salam sebelum belajar dan tidak lupa berdoa, lalu hukuman jika
tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah), dan sebagainya. Tetapi perkenalan
norma-norma itu telah bergeser seiring dengan kemajuan teknologi yang
berkembang. Sehingga anak-anak harus diawasi dan diberkan sanksi lebih
keras.
Sekarang ini banyak video porno yang memasuki wilayah handphone atau
telepon genggam. Saat ini usia dini apalagi usia remaja menggunakan tekhnologi
ini. Sehingga para guru di sekolah harus lebih waspada dalam mengawasi anak
muridnya. Sehingga seminggu 3x harus ada razia mendadak disekolah, yakni
dilarang keras membawa hp ke sekolah apalagi didalam hp ada gambar atau
video yang tidak senonoh.

Setiap sekolah sekarang rata-rata memberlakukan peraturan ini, barang siapa


murid yang membawa ponsel kesekolah akan mendapatkan hukuman dan jika
sudah berkali-kali akan ada surat peringatan. Disini pihak sekolah cukup kritis
dalam mendidik anak-anaknya, mereka mengawasi ponsel-ponsel yang
didalamnya ada gambar serta video yang tidak pantas. Jika ketahuan ada anak
yang menyimpan video serta gambar porno sekolah tidak segan-segan
memberikan hukuman serta sanksi yang cukup berat bagi yang melanggar
peraturan yang ia tetapkan tersebut.

Para siswa sepertinya paham dan patuh dengan peraturan yang ditetapkan oleh
sekolah ini. Cara ini cukup ampuh dalam menanamkan kedisiplinan dalam diri
anak-anak. Terbukti anak-anak sekolah jarang membawa ponselnya ke sekolah
apalagi disaat jam belajar sedang berlangsung. Hal ini merupakan salahsatu
cara sekolah dalam memfilter budaya asing yang mudah masuk saat ini. Sekolah
merupakan pusat pendidikan bagi anak-anak untuk belajar. Pengajaran terhadap
anak-anak tidak hanya bersifat akademis saja tetapi ada beberapa pelajaran
nonakademis yang harus diterapkan juga kepada anak-anak. Arahkan anak-anak
kepada sesuatu kegemarannya, tentunya kegemaran atau kesenangan yang
berifat positif seperti olahraga dan seni. Olahraga dan seni dapat membuat anak-
anak menjadi lebih kreatif dan dapat mengembangkan diri lebih baik.

Keluarga, sekolah dan lingkunga sosial adalam merupakan tiga elemen penting
yang dekat dengan sosok anak. Sehingga ada keterkaitan diantara ketiganya.
Orangtua harus bisa mengambil porsi lebih banyak diantara porsi yang lainnya.
Sekolah juga tidak kalah penting, lembaga ini harus menjadi panutan pusat
pendidikan bagi si anak serta lingkungan sosial juga yang mengarahkan anak
agar bisa mengikuti arus yang lebih baik.

2.2 Faktor faktor Budaya Asing Masuk

A. Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia

Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya badan seleksi


khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif yang masuk ke
Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta video porno yang didatangkan
dari luar.

B. Lifestyle yang berkiblat pada barat


Saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meniru gaya hidup atau lifestyle
orang-orang bule atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex
bebas, berpakaian mini, gaya hidup bebas tanpa ikatan atau biasa sering kita
sebut dengan kumpul kebo. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang bukan
muhrimnya tetapi tinggal seatap tidak dalam tali pernikahan.

Di Indonesia gaya hidup ini tidak dibenarkan karena menyalahi beberapa norma
yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan. Sanksi yang
diberikan bagi yang melanggar juga cukup berat terutama pada lingkungan
sekitarnya. Orang-orang yang melakukan kumpul kebo atau tinggal serumah
tanpa ikatan pernikahan ini akan dipandang kurang pantas oleh warga sekitar.
Sanksi yang diberikan masyarakat tidak berat tetapi cukup menyakitkan karena
bisa-bisa akan mengucilkan orang yang melakukan kegiatan ini.

C. Menyalagunakan Tekhnologi

Seperti sempat kita bahas diatas bahwa pemanfaatan tekhnologi yang salah
dapat mempermudah arus budaya asinya negatif yang masuk. Seperti Internet
sekarang ini internet banyak disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti ada
situs porno, melakukan hal penipuan, dll. Orang-orang menyalahgunakan
pemanfaatan tekhnologi ini denga cara yang tidak benar. Orang-orang bisa
mengakses dengan mudah situs-situs porno yang mereka inginkan. Hal ini
membawa dampak buruk bagi yang menikmatinya.

2.3 Antisipasi Budaya Asing Negatif yang Masuk

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki martabat serta harga diri bangsa
yang tinggi sehingga jangan sampai bangsa ini rusak hanya karena pengaruh-
pengaruh negatif dari pihak asing yang ingin menghancurkan mental generasi
penerus bangsa kita. Ada beberapa tindakan antisipasi yang perlu dilakukan oleh
generasi muda terhadap pengaruh asing yang sifatnya negatif diantaranya :

A. Bersikap kritis dan teliti

Sebagai penerus bangsa,kita harus bersikap kritis dan teliti terhadap hal-hal
yang baru didatangkan dari luar, bagaimana kita bisa memfilter apakah hal ini
bisa membawa dampak baik atau buruk bagi kita. Bersikaplah kritis terhadap
sesuatu yang baru, banyak bertanya pada orang-orang yang berkompeten
dibidangnya dan teliti apakah inovasi tersebut bisa sesuai dengan iklim indonesia
dan pastikan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di Indonesia.
B. Perluas Ilmu pengetahuan (IPTEK)

Sebelum budaya asing itu masuk sebaiknya kita telah mengetahui apa inovasi-
inovasi yang masuk itu secara jelas dan rinci. Kita bisa mengetahui keguanaan
hal itu secara keilmuannya, seperti situs jaringan facebook. Facebook saat ini
sedang menjamur dikalangan masyarakat, dari berbagai usia semua
menggunakan situs ini untuk menjalin tali silaturahmi yang telah lama terputus.
Tetapi ada beberapa orang yang menyalahgunakan facebook sebagai ajang caci
maki dan hina dina. Jika kita mengetahui fungsi awal facebook itu sendiri adalah
untuk menjalin tali silaturahmi, kita tidak akan menyalahgunakan situs ini untuk
berbuat yang tidak-tidak. Sehingga kita harus mengetahui terlebih dahulu
fungsinya untuk apa dan manfaatnya seperti apa.

C. Harus sesuai dengan Norma-norma yang berlaku di Indonesia

Pengaruh budaya asing yang masuk terkadang tidak sesuai dengan noram-
norma yang berlaku di Indonesia. Jika kita menyaksikan film-film luar, mereka
menganut gaya hidup yang bebas dan jika diterapkan disini melanggar beberapa
norma yang ada di Indonesia. Misalnya saja berciuman dimuka umum. Kita
sering menyaksikan film-film barat yang melakukan adegan-adegan mesra di
muka umum, hal itu tidak bisa diterapkan di Indonesia karena melanggar norma
kesopanan. Biasanya di film-film barat, wanitanya berpesta dengan
menggunakan pakaian mini sambil bermabuk-mabukan jika hal itu diterapkan di
Indonesia, adat seperti itu tetntu tidak sesuai jika kita terapkan di Indonesia.

Indonesia masih memegang adat ketimuran yang sangat kental sehingga


masyarakat di sini hidup dengan aturan-aturan yang berlaku dan tentunya pantas
sesuai dengan adat kesopanan. Walaupun Indonesia memiliki beriburibu pulau
tetapi adat istiadat mereka selalu mengajarkan kebaikan dan tidak menganjurkan
perbuatan buruk untuk dilakukan.
D. Tanamkan Aku Cinta Indonesia

Maksud dari simbol ini adalah bahwa adat istiadat yang ditularkan oleh nenek
moyang kita adalah benar adanya dan dapat membawa manfaat yang baik bagi
diri kita sendiri untuk masa kini dan kedepannya. Sehingga kita tidak mudah
terbawa arus budaya asing yang membawa kita kepada dampak yang negatif.
E. Meningkatkan Keimanan dan ketakwaan

Seperti telah kita bahas bahwa agama merupakan pondasi utama dalam diri
yang bisa mengontrol diri kita kepada hawa napsu yang akan mengganggu kita
kedalam jurang kenistaan. Agama sangat penting bagi kelangsungan umatnya.
Apabila sesorang sudah terbawa kedalam kesesatan, agamalah yang menjadi
penolong umatnya agar berubah kembali menjadi lebih baik.

Generasi muda yang pintar pasti bisa memilih mana sesuatu yang baik bagi
dirinya mana yang tidak baik bagi dirinya. Terlihat didalam lingkungan sosialnya,
keika ia terjun didalam lingkungan sosialnya ia menjadi individu yang bebas dan
hanya dia yang bisa memilih ia ingin bergaul dengan siapa. Pribadi yang supel
akan bisa membawa dirinya kepada siapa saja tetapi perlu diingat menyeleksi
teman itu harus, karena pengaruh negatif dari pihak asing bisa datang dari siapa
saja, baik dari teman, tekhnologi canggih ataupun apa saja . Sehingga kita
sebagai orang timur wajib menjunjung tinggi norma dan adat ketimuran kita.

dizzy.ngeblogs.com

(http://bbawor.blogspot.com/2010/01/pengaruh-budaya-asing-terhadap-
gaya.html) Diakses tanggal 3 Februari 2011

You might also like