You are on page 1of 2

Bismania dan problematikanya

Bus merupakan mode transportasi darat yang ada di setiap daerah di Indonesia.
Keberadaan bus merupakan salah satu penggerak ekonomi nasional. Dengan hadirnya bus
mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya menjadi mudah. Orang desa dapat
menjangkau kota-kota besar dengan adanya bus.

Bus memiliki beberapa kelas seperti mode transportasi lainnya. Kelas Ekonomi non
AC, Kelas Ekonomi AC, Kelas Patas, Kelas Bisnis (VIP), Kelas Eksekutif, dan Kelas Super
Eksekutif, itulah gambaran secara umum kelas-kelas yang ada di bus. Pada kenyataannya
beberapa Perusahaan Otobus (PO) menggunakan nama lain untuk membagi kelas-kelas dari
bus tersebut.

Dengan adanya kelas tersebut maka terdapat fasilitas yang berbeda pula. Berawal dari
situlah, ada sebuah penuturan di blog mengenai keluhan dalam perjalanannya menggunakan
bus. Tulisan tersebut mengundang banyak pengunjung dan suasana diskusi mengenai bus.
Kemudian, munculah gagasan untuk dibentuk sebuah komunitas untuk mengorganisir teman-
teman yang memiliki kecintaan lebih terhadap bis. Sebua mailing list dengan judul
bismania@yahoogroups.com terbentuk sebagai sarana berbagi informasi. Dengan
kemunculannya mailing list ini sebagai tanda resmi berdirinya bismania community yaitu
tanggal 3 April 2007.

Semakin hari semakin banyak orang yang menyukai bus. Mulai dari yang senang naik
bus hingga menjadikan bus sebagai objek dari foto atau video. Selain itu, pihak PO terutama
bus malam semakin hari semakin meningkatkan kualitasnya dengan membeli armada-armada
terbaru. Hal ini memanjakan para pecinta bus maupun pecinta fotografi. Seringkali terlihat
ditepi jalan yang biasa dilalui bus malam terdapat orang yang memegang kamera maupun
handponenya untuk membidik bus.

Kesenangan membidik bus dalam foto atau video berkembang pesat. Setiap hasil
bidikan tersebut diunggah ke media sosial dan internet. Hingga akhirnya kesenangan itu terus
menerus menambah jumlah orang yang mencintai bus dan memfoto atau memvideokan bus.
Kesenangan tersebut tidak diikuti dengan kesadaran akan keselamatan diri sendiri maupun
orang lain.

Dapat kita lihat bahwa begitu dekatnya mereka dengan jalan raya atau bahkan yang
lebih berbahaya adalah di tepi jalan tol. Hal ini sungguh membahayakan diri sendiri maupun
pengguna jalan raya. Tak ayal mereka suka melambaikan tangan demi meminta dim dari sang
sopir. Jelas ini mengganggu kosentrasi sopir, sopir seharusnya fokus kepada jalanan namun
fokusnya terbagi kepada bismania yang berada di pinggir jalan.

Tidak hanya dim yang mereka minta, namun klakson telolet pun saat ini menjadi
buruan bismania. Mereka seakan sudah hafal mana bus yang memiliki klakson telolet atau
tidak. Mereka rela menunggu bus yang memiliki klakson telolet, baik di pinggir jalan raya,
pinggir jalan tol, bahkan di dalam terminal sendiri.
Di terminal sendiri lebih parah, bismania yang sebagian besar adalah anak-anak
berlarian demi mengabadikan klakson telolet yang relatif panjang dengan kamera handphone.
Mereka tidak sadar bahwa bahaya besar mengintai mereka. Mungkin saat berlari mereka
tersandung karena fokus kepada kamera handphone. Sekitar bulan Mei yang lalu, kejadian ini
terjadi di Terminal Poris Tangerang. Anak tersebut sedang mengabadikan bus malam yang
hendak keluar dari terminal, dia berlari dan fokus terhadap handphonenya sehingga dia tidak
menyadari bahwa didekatnya ada motor melintas. Tabrakan pun tak terhindarkan lagi. Anak
jatuh tersungkur dan mengalami luka yang cukup lebar.

Sesungguhnya para pemburu klakson telolet dan penggemar foto bus yang sebagian
besar usia tanggung belum tentu masuk kedalam keanggotaan bismania. Mereka hanya
memiliki hobi mengoleksi foto dan video bus. Namun, hobi mereka sungguh membahayakan
diri sendiri maupun orang lain.

Komunitas bismania sesungguhnya telah melakukan sosialisasi kepada para pemburu


klason telolet dan penggemar foto bus untuk melakukan safety hunting. Namun, semakin
banyaknya penggemar bus menjadi sosialisasi ini tidak berdampak signifikan. Masih saja ada
penggemar yang melakukan hunting dengan membahayakan diri sendiri.

Pihak-pihak terkait seperti jalan tol dan terminal pun harus lebih tegas. Sebaiknya
dilakukan patroli oleh pihak jalan tol di waktu-waktu bus melintas di jalan tol. Hal ini untuk
memberikan kenyamanan untuk sopir agar fokus ke jalanan bukan kepada mania yang berada
di pinggir jalan tol.

Pihak terminal juga sebaiknya tegas kepada mania yang berada di lingkungan
terminal. Mania harus sadar diri bahwa keselamatan merupakan hal yang harus dijunjung
mengingat terminal merupakan tempat mobilitas yang sangat tinggi terutama di jam-jam
padat.

Sopir bus merupakan pihak yang penting juga. Dalam hal ini sopir memiliki
kewenangan lebih untuk memberikan dim maupun klakson telolet. Sopir bus sudah
selayaknya tidak sering memberikan dim dan klakson telolet kepada mania. Walaupun hal itu
akan turunnya popularitas dari bus tersebut. Namun, keselamatan lebih utama dibanding
dengan popularitas.

Kita sebagai penggemar bus selayaknya untuk selalu menjunjung keselamatan


bersama dan memberikan kesempatan kepada sopir untuk fokus ke jalanan. Selain itu, demi
menciptakannya keselamatan bersama dibutuhkan ketegasan dari pihak terkait.

You might also like