You are on page 1of 35

Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Januari 28, 2009 totonrofiunsri

Pengertian

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan


darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).

Susunan Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.

Ginjal (Ren)

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus
hepatis dexter yang besar.

Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat


toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d)
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

Fascia Renalis terdiri dari:

Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat
pada permukaan luar ginjal

Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga
calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

Proses pembentukan urin

Tahap pembentukan urin

1. Proses Filtrasi ,di glomerulus

terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.

2. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi
kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan
terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

Pendarahan

Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan


arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang
menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis
yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang
masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut
arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena
cava inferior.
Persarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi


untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika


urinaria. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong


urin masuk ke dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).

2. Tunika muskularis (lapisan berotot).

3. Tunika submukosa.

4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:


1. Urethra pars Prostatica

2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)

3. Urethra pars spongiosa.

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).


Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar
urethra tetap tertutup.

2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.

3. Lapisan mukosa.

Urin (Air Kemih)

Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)


cairan dan faktor lainnya.

2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

5. Berat jenis 1,015-1,020.

6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.

3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.


4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).

5. Toksin.

6. Hormon.

Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya


meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-
230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.

2. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan


kandung kemih.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian
besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari latih.
Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter
interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Ciri-Ciri Urin Normal

1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.

2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.

3. Baunya tajam.

4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

Bahan Bacaan

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta:
EGC

Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:


EGC

Sukai ini:

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

A. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan
tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis.

B. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari


bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari:

1. Bagian superior

Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut nasofaring,
pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga

2. Bagian media

Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut orofaring,bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah

3. Bagian inferior

Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring gofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.

C. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso membawa, dan , phagus
memakan).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

D. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu

1. Kardia.
2. Fundus.

3. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk


cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :

1. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.

2. Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan
mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot
memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang
berarti kosong.

3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.

F. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :

1. Kolon asendens (kanan)


2. Kolon transversum

3. Kolon desendens (kiri)

4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak
di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan


yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi
(buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

J. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan


hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

K. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan
obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis
yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh
darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan
kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke
dalam sirkulasi umum.

L. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus
dua belas jari melalui saluran empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin


(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

Advertisements
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

A. SUSUNAN UMUM GINJAL DAN TRAKTUS URINARIUS

Manusia memiliki sepasang ginjal yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri. Posisi ginjal kanan
sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan tertekan oleh organ hati. Dua
ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap
ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis,
cairan limfatik, suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung
kemih, tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang
keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.

1. Anatomi kasar (ginjal)


a. Tampilan
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis berwarna coklat agak
kemerahan, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan
tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 175 gr pada laki-laki dan 115-155 gr pada
perempuan.

b. Lokasi
1) Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan
dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitonealdan terletak di
antara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap tiap ginjal memiliki
sebuah kelenjar adrenal di atasnya.
2) Dalam kondisi normal ginjal kiri lebih tinggi 1,5 sampai 2 cm dari ginjal kanan karena posisi
anatomi hati.
3) Jaringan ikat pembungkus
Setiap ginjal di selubungi 3 jaringan ikat.
a) Fasia renal, adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di
sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
b) Lemak perirenal, adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini
membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
c) Kapsul fibrosa (Ginjal), adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus
ginjal dan dengan dapat mudah di lepas.

2. Struktur internal ginjal

Struktur internal ginjal meliputi :


a. Hilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
b. Sinus Ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk
perlebatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limpatik.
c. Pelvis Ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini perlanjut menjadi 2-3
kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal.
Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa(8-18) kaliks minor.
d. Parenkin Ginjal, adalah jaringan ginjal yang menyeubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini
terbagi menjadi medula dalam dan korteks luar.
1) Medula terdiri dari masa-masa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit
dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minur dan di tembus mulut
duktus pengumpul urine.
2) Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit structural
dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medulla yang
bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul
yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.
e. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal,
kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.

3. Struktur Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urine. Setiap nefron memiliki 1 komponen vascular (kapilar) dan
1 komponen tubular. Nefron tersusun atas glomerulus, kapsul Bowman, tubulus kontortus
proksimal, ansa Henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul.

a. Glomelurus
Glomerulus merupakan struktur awal nefron berbentuk gulungan kapiler yang tersusun
dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik
lewat vasa eferen. Glomerulus dikelilingi oleh kapsul Bowman yaitu kapsul epitel yang
berdinding ganda. Dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan sel-sel endotel dan
membran basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membran basalis, dan sel-sel
endotel pada sisi lainnya. Glomelurus dan kapsul bowman bersama-sama membentuk
sebuahkorpuskel ginjal.
1) Lapisan visceral kapsul bowman adalah lapisan internal epithelium. Sel-sel lapisan liseral
di modifikasi menjadi podosit (sel seperti kaki), yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapilar
glomurular.
a) Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapilar glomerular melalui beberapa
prosesus primer panjang yang mengandung prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki
atau pedikel (kaki kecil).
b) Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang sama dari podosit tetangga.
Ruang sempit antara pedikel yang berinterigitasi disebut filtration slits (pori pori dari celah)
yang lebarnya sekita 25 nm. Setiap pori dilapisi selapis membrane tipis yang memungkinkan
aliran beberapa molekul dan menahan aliran molekul lainnya.
c) Barier filtrasi glomelular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam kapilar
glomerular dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini terdiri dariendothelium kapilar,
membrane dasar (lamina basalis) kapilar, dan filtration slits.

b. Lapisan parietal kapsul bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal.


1) Pada kutub vascular korpuskel ginjal, arteriola averen masuk ke glomerulus dan arteriol
eferen keluar dari glomelurus.
2) Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus
konturtus proksimal.
a) Tubulus konturtus proksimal panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada
permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboit yang kaya akan
mikro vilus (Brush Border) dan memperluas area permukaan lumen.
b) Ansa Henle. Tubulus kontruktus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang
masuk ke dalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik
ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle.
(1) Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang
memanjang ke sepertiga bagian atas medula.
(2) Nefon jukstamedular terletak di dekat medulla. Nefron ini memiliki lekukan panjang yang
menjulur ke dalam piramida medular.

c. Tubulus konturtus distal juga sangat berliku panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk
segmen terakhir nefron.
1) Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian
tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang
disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi
penurunan ion natrium.
2) Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densal mengandung sel-sel otot
polos termodifikasi yang disebut sel jukstaglomelular. Sel ini distimulasi melalui penurunan
tekanan darah untuk memproduksi renin.
3) Macula densa , sel jukstaglomelular dan sel mesangium saling bekerja sama untuk
membentuk apparatus jukstaglomelural yang penting dalam pengaturan tekanan darah.
d. Tubulus duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesendan di koteks,
maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus konturtus distal. Tubulus
pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk
tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara
ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal, urine di alirkan ke ureter yang
mengarah ke kandung kemih.

B. FILTRASI, REABSORPSI, DAN SEKRESI


a. Filtrasi Glomerular
1) Definisi
Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang terjadi di glomerular atau perpindahan cairan
dan zat terlarut dari kapiler glomerular, dalam gradient tekanan tertentu ke dalam kapsul
Bowman. Filtrasi ini dibantu oleh faktor berikut meliputi :
a) Membran kapilar glomerular lebih permeabledibandingkan kapilar lain alam tubuh
sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.
b) Tekanan darah dalam kapiler glomerular lenih tinggidibandingkan tekanan darah dalam
kapilar lain karena diameter arteriol eferen lebih kecil dibandingkan diameter arteriol aferen.

2) Mekanisme filtrasi glomerular meliputi :


a) Tekanan Hidrostatik (darah) gromerular mendorong cairan dan zat terlarut keluar dari
darah dan masuk ke ruang kapsul Bowman.
b) Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik glomerular.
(1) Tekanan hidrostatik dihasilkan dari cairan dalam kapsul Bowman. Tekanan ini
cenderung untuk menggerakan cairan keluar dari kapsul menuju glomerulus.
(2) Tekanan osmotik koloid dalam glomerulus yang dihasilkan oleh protein plasma adalah
tekanan yang menarik cairan dari kapsul Bowman untuk memasuki glomerulus.
c) Tekanan filtrasi efektif (effective filtration force (EFPI) adalah tekanan
dorong netto. Tekanan ini adalah selisi antara tekanan yang cenderung mendorong cairan
glomerulus menuju kapsul Bowman dan tekanan yang cenderung menggerakan cairan ke
dalam glomerulus dari kapsul Bowman.
EFP= (Tekanan hidrostatik glomerular) (tekanan kapsular) + (tekanan osmotik koloid
glomerular)
3) Laju filtrasi glomerular (glomerular filtration rate (GFR)
Laju filtrasi glomerular adalah jumlah filtrate yang terbentuk per menit pada semua nefron
dari kedua ginjal. Pada laki-laki, laju filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau 180 L dalam 24
jam : pada perempuan, sekitar 110 ml/menit.

4) Faktor yang mempengaruhi GFR


a) Tekanan filtrasi efektif.
GFR berbanding lurus dengan EFR dan perubahan tekanan yang terjadi akan mempengaruhi
GFR. Derajat konstriksi arteriol aferen dan eferen menentukan aliran darah ginjal dan juga
tekanan hidrostatik glomerular.
(1) Kontriksi arterior aferen menurunkan aliran darah dan mengurangi laju filtrasi glomerulus.
(2

3. Bagaimana proses autoegulas

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL


A. SUSUNAN UMUM GINJAL DAN TRAKTUS URINARIUS

Manusia memiliki sepasang ginjal yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri. Posisi ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan tertekan oleh organ hati. Dua ginjal terletak
pada dinding posterior abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan
daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai
saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih, tempat urine disimpan
hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur
dalamnya yang rapuh.

1. Anatomi kasar (ginjal)

a. Tampilan

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis berwarna coklat agak
kemerahan, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan).
Setiap ginjal memiliki berat antara 125 175 gr pada laki-laki dan 115-155 gr pada perempuan.

b. Lokasi

1) Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan
dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitonealdan terletak di antara otot-otot
punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di
atasnya.

2) Dalam kondisi normal ginjal kiri lebih tinggi 1,5 sampai 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi
hati.

3) Jaringan ikat pembungkus

Setiap ginjal di selubungi 3 jaringan ikat.

a) Fasia renal, adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di
sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.

b) Lemak perirenal, adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal
dan membantu organ tetap pada posisinya.

c) Kapsul fibrosa (Ginjal), adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan
dengan dapat mudah di lepas.

2. Struktur internal ginjal

Struktur internal ginjal meliputi :

a. Hilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.

b. Sinus Ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlebatan
untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limpatik.

c. Pelvis Ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini perlanjut menjadi 2-3 kaliks mayor,
yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal. Setiap kaliks mayor
bercabang menjadi beberapa(8-18) kaliks minor.

d. Parenkin Ginjal, adalah jaringan ginjal yang menyeubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi
menjadi medula dalam dan korteks luar.

1) Medula terdiri dari masa-masa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap
piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minur dan di tembus mulut duktus pengumpul
urine.

2) Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit structural dan
fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medulla yang bersebelahan
untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke
dalam duktus pengumpul.
e. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna
yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.

3. Struktur Nefron

Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Satu ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang
merupakan unit pembentuk urine. Setiap nefron memiliki 1 komponen vascular (kapilar) dan 1
komponen tubular. Nefron tersusun atas glomerulus, kapsul Bowman, tubulus kontortus proksimal,
ansa Henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul.

a. Glomelurus

Glomerulus merupakan struktur awal nefron berbentuk gulungan kapiler yang tersusun dari
jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa
eferen. Glomerulus dikelilingi oleh kapsul Bowman yaitu kapsul epitel yang berdinding ganda.
Dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan sel-sel endotel dan membran basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membran basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomelurus dan
kapsul bowman bersama-sama membentuk sebuahkorpuskel ginjal.

1) Lapisan visceral kapsul bowman adalah lapisan internal epithelium. Sel-sel lapisan liseral di
modifikasi menjadi podosit (sel seperti kaki), yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapilar
glomurular.
a) Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapilar glomerular melalui beberapa prosesus
primer panjang yang mengandung prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki atau pedikel (kaki
kecil).

b) Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus yang sama dari podosit tetangga. Ruang
sempit antara pedikel yang berinterigitasi disebut filtration slits (pori pori dari celah) yang lebarnya
sekita 25 nm. Setiap pori dilapisi selapis membrane tipis yang memungkinkan aliran beberapa
molekul dan menahan aliran molekul lainnya.

c) Barier filtrasi glomelular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam kapilar glomerular
dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini terdiri dariendothelium kapilar, membrane dasar
(lamina basalis) kapilar, dan filtration slits.

b. Lapisan parietal kapsul bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal.

1) Pada kutub vascular korpuskel ginjal, arteriola averen masuk ke glomerulus dan arteriol eferen
keluar dari glomelurus.

2) Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang masuk ke tubulus
konturtus proksimal.

a) Tubulus konturtus proksimal panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan
yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboit yang kaya akan mikro vilus (Brush
Border) dan memperluas area permukaan lumen.

b) Ansa Henle. Tubulus kontruktus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang masuk
ke dalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik ke atas
membentuk tungkai asenden ansa henle.

(1) Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek yang
memanjang ke sepertiga bagian atas medula.

(2) Nefon jukstamedular terletak di dekat medulla. Nefron ini memiliki lekukan panjang yang menjulur
ke dalam piramida medular.

c. Tubulus konturtus distal juga sangat berliku panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen
terakhir nefron.

1) Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang
bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut macula densa. Macula
densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi penurunan ion natrium.
2) Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densal mengandung sel-sel otot polos
termodifikasi yang disebut sel jukstaglomelular. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan darah
untuk memproduksi renin.

3) Macula densa , sel jukstaglomelular dan sel mesangium saling bekerja sama untuk
membentuk apparatus jukstaglomelural yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

d. Tubulus duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesendan di koteks, maka tubulus
tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus konturtus distal. Tubulus pengumpul membentuk
duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang
mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks
mayor. Dari pelvis ginjal, urine di alirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.

B. FILTRASI, REABSORPSI, DAN SEKRESI

a. Filtrasi Glomerular

1) Definisi

Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang terjadi di glomerular atau perpindahan cairan dan zat
terlarut dari kapiler glomerular, dalam gradient tekanan tertentu ke dalam kapsul Bowman. Filtrasi
ini dibantu oleh faktor berikut meliputi :

a) Membran kapilar glomerular lebih permeabledibandingkan kapilar lain alam tubuh sehingga filtrasi
berjalan dengan sangat cepat.

b) Tekanan darah dalam kapiler glomerular lenih tinggidibandingkan tekanan darah dalam kapilar lain
karena diameter arteriol eferen lebih kecil dibandingkan diameter arteriol aferen.

2) Mekanisme filtrasi glomerular meliputi :

a) Tekanan Hidrostatik (darah) gromerular mendorong cairan dan zat terlarut keluar dari darah dan
masuk ke ruang kapsul Bowman.

b) Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik glomerular.

(1) Tekanan hidrostatik dihasilkan dari cairan dalam kapsul Bowman. Tekanan ini cenderung untuk
menggerakan cairan keluar dari kapsul menuju glomerulus.

(2) Tekanan osmotik koloid dalam glomerulus yang dihasilkan oleh protein plasma adalah tekanan yang
menarik cairan dari kapsul Bowman untuk memasuki glomerulus.
c) Tekanan filtrasi efektif (effective filtration force (EFPI) adalah tekanan dorong netto. Tekanan ini
adalah selisi antara tekanan yang cenderung mendorong cairan glomerulus menuju kapsul Bowman
dan tekanan yang cenderung menggerakan cairan ke dalam glomerulus dari kapsul Bowman.

EFP= (Tekanan hidrostatik glomerular) (tekanan kapsular) + (tekanan osmotik koloid glomerular)

3) Laju filtrasi glomerular (glomerular filtration rate (GFR)

Laju filtrasi glomerular adalah jumlah filtrate yang terbentuk per menit pada semua nefron dari
kedua ginjal. Pada laki-laki, laju filtrasi ini sekitar 125 ml/menit atau 180 L dalam 24 jam : pada
perempuan, sekitar 110 ml/menit.

4) Faktor yang mempengaruhi GFR

a) Tekanan filtrasi efektif.

GFR berbanding lurus dengan EFR dan perubahan tekanan yang terjadi akan mempengaruhi GFR.
Derajat konstriksi arteriol aferen dan eferen menentukan aliran darah ginjal dan juga tekanan
hidrostatik glomerular.

(1) Kontriksi arterior aferen menurunkan aliran darah dan mengurangi laju filtrasi glomerulus.

(2) Konstriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya tekanan darah tambahan dalam glomerukus
danmeningkatkan GFR.

b) Stimulasi simpatis

Suatu peningkatan impuls simpatis, seperti yang terjadi saat stres, akan menyebabkan konstriksi
arteriol aferen menurunkan aliran darah ke dalam glomerulus dan menyebabkan penurunan GFR.

c) Obstruksi aliran urinaria

Obstruksi aliran urinaria oleh batu ginjal atau batu dalam ureter akan meningkatkan tekanan
hidrostatik dalam kapsul Bowman dan menurunkan GFR.

d) Kelaparan, diet sangat rendah protein atau penyakit hati

Kelaparan, diet sangat rendah protein atau penyakit hati akan menurunkan tekanan osmotik koloid
darah sehingga meningkatkan GFR

e) Berbagai penyakit ginjal

Berbagai penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapilar glomerular dan meningkatkan
GFR.
5) Komposisi filtrat glomerular

a) Filtrat dalam kapsul Bowman identik dengan filtrate plasma dalam hal air dan zat terlarut dengan
berat molekul rendah, seperti glukosa, klorida, natrium, kalium, fosfat, urea, asam urat, dan
kreatinin.

b) Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi, tetapi sebagian besar diabsorpsi kembali dan secara
normal tidak tampak pada urine.

c) Sel darah merah dan protein tidak difiltasi.Penampakannya dalam urine menandakan suatu
abnormalitas. Penampakan sel darah putih biasanya menandakan adanya infeksi bakteri pada
traktus urinaria bagian bawahnya.

b. Reabsopsi Tubulus.

Reabsorpsi tubulus yaitu penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna pada urine primer
yang terjadi di tubulus proksimal. Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif di reabsorpsi dalam
tubulus ginjal melalui difusi pasif gradien kimia atau listrik, transpor aktif terhadap gradien
tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85% natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam
amino pada filtrat glomerulus diabsorpsi dalamtubulus kontortus proksimal, walaupun reabsorpsi
berlangsung pada semua bagian nefron. Reabsorpsi tubulus meliputi :

1. Reabsorpsi ion natrium

a. Ion-ion natrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi (dengan carrier) dari lumen
tubulus kontortus proksimal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang berkonsentrasi ion natriumnya
lebih rendah.

b. Ion-ion natrium yang ditranspor secara aktifdengan pompa natrium-kalium, akan keluar dari sel-sel
epitel untuk masuk ke cairan interstisial di dekat ,kapilar peritubular.

2. Reabsorpsi ion klor dan ion negatif lain

a. Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan tubulus ke sel dan secara aktif dari sel ke
cairan interstisial peritubular, akan terbentuk ketidakseimbangan listrik yang justru
membantupergerakan pasif ion-ion negatif.

b. Dengan demikian, ion klor dan bikarbonat negative secara pasif berdifusi ke dalam sel-sel epitel dari
lumen dan mengikuti pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubulus dan kapilar tubular.

3. Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino

a. Carrier glukosa dan asam amino sama dengancarrier ion natrium dan digerakkan melalui kotranspor.
b. Maksimum transport. Carrier pada membrane sel tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi maksimum
untuk glukosa, berbagai jenis asam amino, dan beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini
dinyatakan dalam maksimum transport (transport maximum [Tm]).

c. Maksimum trasnspor [Tm] untuk glukosa adalah jumlah maksimum yang dapat ditranspor
(reabsorpsi) per menit, yaitu sekitar 200 mg glukosa/100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah
melebihi nilai Tm-nya, berarti melewati ambang plasma ginjal sehingga glukosa muncul di urine
(glikosuria).

4. Reabsorpsi air. Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium berpindah dari area
konsentrasi air tinggi dalam lumen tubulus kontortus proksimal ke area berkonsentrasi air rendah
dalam cairan interstisial dan kapilar peritubular.

5. Reabsorpsi urea. Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh glomerulus. Sekitar 50% urea
secara pasif direabsorpsi akibat gradien difusi yang terbentuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian
50% urea yang difiltrasi akan diekresi dalam urine.

6. Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat, serta sejumlah ion
anorganik adalah melalui transport aktif.

c. Sekresi

Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari darah dalam
kapilar peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urine.

1. Zat-zat seperti ion hydrogen, kalium, dan ammonium, prodek akhir metabolic kreatinin dan asam
hipurat serta obat-obatan tertentu (penisilin) secara aktif disekresi ke dalam tubulus.

2. Ion hydrogen dan ammonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal dan
tubulus pengummpul. Sekresi tubular yang selektif terhadap ion hydrogen dan ammonium
membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam basa cairan tubuh.

3. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan zat-zat kimia asing
atau tidak diinginkan.

C. AUTOREGULASI GINJAL
Mekanisme autoregulasi intrinsik ginjal mencegah aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi
fisiologis pada rentang tekanan darah arteri. Autoregulasi seperti ini berlangsung pada rentang
tekanan darah yang lebar (antara 80 mmHg dan 180 mmHg).

(1) Jika rentang tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg) meningkat, arteriol aferen berkontriksi
untuk menurunkan aliran darah ginjal dan menguragi GFR. Jikar rerata tekanan darah arteri
menurun terjadi vasolidasi arteriol eferen untuk meningkatkan GFR. Dengan demikian perubahan-
perubahan mayor dapat dicegah.

(2) Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari reseptor-reseptor peregang dalam dinding
arteriol dan dari apparatus jukstaglomerular.

(3) Di samping mekanisme autoregulasi ini peningkatan tekanan arteri dapat sedikit meningkatkan GFR.
Karena begitu banyak filtrate glomerular yang dihasilkan sehari, perubahan yang terkecil pun dapat
meningkatkan haluaran urine.

Meskipun suatu perubahan tekanan arteri menyebabkan perubahan jelas dalam pengeluaran
urina, tekanan ini dapat berubah dari sekecil 75 mn.Hg sampai setinggi 160mn.Hg, sementara
menyebabkan perubahan yang sangat kecil atas laju filtrasi glomerulus. Efek ini di lukiskan dalam
gambar dan disebutautoregulasi laju filtrasi glomerulus. Ini penting karena nefron memerlukan laju
filtrasi glomerulus yang optimum jika ia melakukan fungsinya. Bahkan laju filtrasi glomerulus lebih
besar atau lebih kecil 5% dapat menyebabkan pengaruh yang besar dalam menyebabkan kehilangan
cairan yang berlebihan ke dalam urine atau ekskresi produk-produk sisa yang diperlukan, yang
terlalu kecil.

Mekanisme Autoregulasi laju filtrasi Glomerulus umpan balik tubuloglomerulus

Untunglah tiap nefron tidak dilengkapi satu tetapi mekanisme umpan balik yang bersama-sama
menyelenggarakan autolegulasi filtrasi glomerulus dalam deraajat yang diperlukan. Kedua
mekanisme ini adalah

1. Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen

2. Mekanisme umpan balik vasokonstriktor arteriol eferen.

Kombinasi kedua mekanisme umpan balik ini dinamai umpan balik tubuloglomerulus. Dan
proses umpan balik mungkin timbul seluruhnya atau hampir seluruhnya pada kompleks
jukstaglomerulus yang mempunyai sifat-sifat berikut ini:

Kompleks jukstaglomerulus mengilustrasikan kompleks jukstaglomerulus, yang memperlihatkan


bahwa tubulus distalis melintasi sudut antara arterior aferen dan eferen, benar-benar berbatasan
dengan salah satu dari kedua arteriol ini. Lebih lanjut, sel-sel epitel tubulus distalis yang berkontak
dengan arteriol lebih padat dari pada sel-sel tubulus lain dan secara bersama-sama
dinamai makuladensa. Di dalam tubulus distalis makula densa terletak kira-kira pertengahan di
dalam segmen pengenceran tubulus distalis, pada ujung atas bagian tebal cabangasendenansa
Henle. Sel-sel otot polos kedua arteriol aferen dan eferen membengkak dan mengandung granula
gelap tempat ia berkontak dengan makula densa. Sel-sel ini dinamai sel-sel jukstaglomerulus (sel-sel
JG) dan granula ini terutama mengandung renin yang tak aktif.

Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol fisiologidan mekanisme penyakit

Aferen laju filtrasi glomerulus yang rendah memungkinkan reabsorpasi klorida yang berlebihan
di dalam tubulus sehingga menurunkan konsentrasi ion klorida pada mukula densa. Sebaliknya
penurunan ion-ion klorida ini memulai isyarat dari makula densa untuk mendilatasi arteriol aferen.
Letakkan kedua kenyataan ini bersama-sama, yang berikut ini adalah mekanisme umpan balik
vasodilator arteriol aferen untuk mengatur laju filtrasi glomerulus :

1. Terlalu sedikitnya aliran filtrasi glomerulus kedalam tubulus menyebabkan penurunan konsentrasi
klorida pada makula densa.

2. Penurunan konsentrasi klorida menyeabkan dilatasi arteriol aferen.

3. Sebaliknya ini meningkatkan kecepatan pengaliran darah kedalam glomerulus dan meningkatkan
tekanan glomerulus.

4. Peningkatan tekanan glomerulus meningkatkan laju filtrasi glomerulus kembali kearah tingkat yang
di perlukan.

Mekanisme umpan balik vasokonstriktor arteriol eferen

Ion-ion klorida yang terlalu sedikit pada makula densa di anggap juga menyebabkan sel-sel
jukstaglomerulus melepaskan renin dan sebaliknya ini menyebabkan pembentukan angiontensi.
Kemudian angiontensi tertama mengkontriksikan arteriol eferen karena ia lebih sensitive terhadap
angiontensi II dari pada arteriol aferen.

Dengan kenyataan ini dalam pikiran, sekarang kita dapat mendeskripsikan mekanisme
vasokonstriktor arteriol eferen yang membantu mempertahankan laju filtrasi glomerulus yang
konstan :

1. Laju filtrasi glomerulus yang terlalu rendah menyebakan reabsopsi ion-ion klorida yang berlebihan
dalam filtrat, mengurangi konstrentasi klorida pada makula densa.

2. Kemudian konsentasi ion-ion klorida yang rendah menyebabkan sel-sel JG bebaskan renin dan
granula-granulanya.

3. Renin menyebabkan pembentukan angiontensi II.


4. Angiontensi II mengkonstriksikan arterioal eferen, yang menyebabkan menigkatnya tekanan di
dalam glomelurus.

5. Kemudian peningkatan tekanan meningkatkan laju filtrasi glomerulis kembali kearah yang normal.

Jadi ini masih mgerupakan mekanisme umpan balik negatif lainnya yang membantu
mempertahankan laju filtrasi glomerulus yang saat konstan ia melakukan itu dengan
mengkonstriksikan arteriol eferen pada waktu yang sama sehingga mekanisme vasodilator aferen
yang dilukiskan diatas mendilatasi ateriol aferen. Bila kedua mekanisme ini berfungsi bersama-sama
maka laju filtrasi glomerulus hanya meningkat beerapa persen walaupun tekanan arteri berubah
antara batas 75 mm.Hgdan 160 mm.Hg.

Autoregulasi aliran darah ginjal

Bila tekanan arteri berubah hanya beberapa menit pada suatu waktu, maka aliran darah ginjal
dan laju filtasi glomerulus diautorigulasi pada waktu yang sama. Ini dilukiskan pada gambar ia
memperlihatkan aliran darah ginjal yang relatif konstan antara batas 70 dan 160 mm.Hg tekanan
arteri.

Mekanise umpan balik vasodilator arteriol aferen yang dilukiskan di gambar yang menyebabkan
autoregulasi aliran darah ginjal ini. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut : bila aliran darah ginjal
menjadi terlalu sedikit, maka tekanan glomerulus turun dan laju filtrasi glomerulus juga menjadi
terlalu sedikit. Sebagai akibatnya, mekanisme umpan balik menyebabkan arteriol aferen berdilatasi
untuk menembalikan laju filtrasi glomerulus kembali ke arah normal. pada waktu yang sama, dilatasi
juga meningkatkan aliran darah kembali kearah nomal walaupun tekanan arteri rendah.

D. SISTEM RENIN ANGIOTENSIN DI GINJAL

Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal. Fungsi utama hormon ini adalah untuk
mengatur aliran darah pada waktu terjadinya iskeemia ginjal (penurunan suplai darah). Renin
disintesis dan dilepaskan dari sel jukstaglomerulus, yang berada di apparatus jukstaglomerulus
ginjal.

Peranan Sistem Renin Angiotensin dan Mekanisme Vasokonstriktor Eferen Dalam memelihara
Air dan Garam Tetapi Membuang Urea Selama Hipotensi Arteri

Mekanisme vasokonstriktor arteriol eferen tak hanya membantu memelihara filtrasi glomerulus
yang normal sewaktu tekanan arteri turun terlalu rendah tetapi juga memberikan cara untuk
mengatur ekskresi urea secara terpisah dari ekskresi air dan garam. Pada hipotensi arteri, sangat
penting melindungi sebanyak mungkin air dan garam. Di pihak lain,sama pentingnya untuk
meneruskan mengekskresi produk-produk sisa tubuh, yang paling banyak adalah urea. Di bagian
lebih awal dalam bab ini telah di tunjukan bahwa kecepatan ekskresi urea hampir langsung
sebanding dengan laju filtrasi glomerulus. Sehingga sejauh mekanisme vasokonstriktor arteriol
eferen dapat mempertahankan filtrasi glomerulus yang tinggi, juga pada tekanan arteri yang rendah,
urea yang akan diekskresikan ke dalam urina hampir mendekati jumlah yang normal. Sehingga
hipotensi yang menurunkan tekanan arteri hingga serendah 65 sampai 70mm.Hg tak menyebabkan
retensi urea yang bermakna.

Di pihak lain, karena angiotensi II di bentuk dalam ginjal dan juga di dalam darah yang
bersirkulasi selama hipotensi arteri, maka ini menyebabkan retensi air dan berbagai ion-ion
natrium, klorida, kalium dan lain-lainnya secara nyata oleh ginjal. Jadi ini memberikan suatu cara
untuk memelihara air dan ion-ion walaupun kenyataanya bahwa urea terus menerus diekskresikan.

Mungkin angiontensin menyebabkan konservasi air dan ion dengan mekanisme berikut. Ia
meningkatkan tahanan arteriol, yang mengurangi aliran darah ginjal sehingga juga mengurangi
tekanan kapiler peritubulus. Sebaliknya ini meningkatkan kecepatan reabsorpsi air dan elektrolit-
elektrolit dari sistem tubulus.
TEDJHO Just another WordPress.com site
Home
About

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai


dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.

A. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

B. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring Didalam lengkung faring
terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit
dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari:

1. Bagian superior

Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut nasofaring, pada
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga

2. Bagian media

Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah

3. Bagian inferior

Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

C. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:
i, oeso membawa, dan , phagus memakan).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:

1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

D. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri
dari 3 bagian yaitu

1. Kardia.

2. Fundus.

3. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

1. Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.

2. Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan
usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan
otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan
usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari
kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.

3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

F. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :


1. Kolon asendens (kanan)

2. Kolon transversum

3. Kolon desendens (kiri)

4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai
cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi
membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

J. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas
terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas
jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke


dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh
dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

K. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai
fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran
penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi
bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya
dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

L. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya.
Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

You might also like