You are on page 1of 11

PRESENTASI KASUS

PENATALAKSANAAN ANESTESI REGIONAL


PADA PENDERITA ASMA

DIAJUKAN OLEH :
YETTY RAHMAWATI (110.1999.238)
ZULFIANI (110.1999.252)

SMF ANESTESI
RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

0
MARET 2005
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. SH
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Alamat : Seputih Surabaya
Tanggal masuk RSAM : 07 Februari 2005
Tanggal operasi : 24 Februari 2005

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis (24 Februari 2005)
Keluhan utama : benjolan pada perut sejak 1 tahun yang lalu
Keluhan tambahan : rasa tidak enak pada perut

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada perut sebelah kanannya sejak 1
tahun yang lalu. Benjolan awalnya hanya dirasakan kira-kira sebesar buah rambutan.
Lama kelamaan makin besar tanpa disertai keluhan lain. Selama sakit, haid masih lancar
dan tidak bertambah banyak maupun lebih lama. Pasien memiliki anak 7 orang dan
pernah keguguran 1 kali. Anak terakhir berumur 6 tahun. Selama 3 tahun terakhir pasien
rutin menggunakan pil kontrasepsi.

Keluhan bengkak pada kaki maupun kelopak mata tidak ada. Riwayat sakit kuning tidak
ada. Riwayat nyeri perut sebelah kanan bawah disertai demam tidak ada. BAB dan BAK
tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

1
Pasien mempunyai penyakit asma (tidak dalam serangan).
Riwayat Alergi Obat
Tidak ada

Riwayat Kebiasaan Merokok


Tidak ada

Riwayat Minum Minuman Keras


Tidak ada

Riwayat Minum Obat Penenang


Tidak ada

Riwayat Operasi
Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : afebris
Berat Badan : 50 kg
Tinggi badan : 156 cm

Status Generalis
KEPALA
Bentuk : Bulat simetris

2
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra oedem -/-, konjungtiva ananemis, sklera anikterik,
lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya (+/+),
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung ,septum tidak deviasi,
sekret (-), mukosa tidak hiperemis
Mulut : Bibir tidak kering, bibir sianosis (-), lidah kotor(-),
faring tidak hiperemis
Leher : Tidak ada kelainan

THORAK
PARU
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-/-) ronkhi (-/-)

JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : sela iga III parasternal kiri
Batas kanan : sela iga V parasternal kanan
Batas kiri : sela iga VI midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Perut cembung
Palpasi : Teraba massa bulat dikuadran kanan bawah, 15 x 20cm, kenyal,
batas tegas, permukaan rata, nyeri tekan (-), mobile,
hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

3
Auskultasi : Bising usus (+) normal
GENITALIA EXTERNA
Kelamin : Wanita, perdarahan pervaginam (-).

EKSTREMITAS
Superior : Oedem (-/-), sianosis (-)
Inferior : Oedem (-/-), sianosis (-)

IV. LABORATORIUM
1. Darah Rutin
- Hb : 11 gr% (12 16 gr%)
- Leukosit : 7800 /mm (4500 10.700 / ul)
- Hitung Jenis : 0/0/1/64/34/1
- LED : 15 mm/jam (0-20 mm/jam)
- Masa perdarahan : 2 menit
- Masa pembekuan : 10 menit
2. Fungsi ginjal
- Ureum : 30 mg/dl (10 40 mg/dl)
- Creatinin : 0,9 mg/dl (0,9 1,5 mg/dl)
3. Kadar Gula
- GDS : 143 mg/ dl (<200 mg/dl)
4. Test fungsi hati
- SGOT : 16
- SGPT : 18
5. Test Kehamilan : (-)

Diagnosis pre operasi


Kista ovarii

Rencana Operasi
Kistektomi / Salphingo ooforektomi

4
Kesan
Status Fisik ASA II

Jenis Anestesi
Anestesi Regional

Teknik Anestesi
Anestesi Spinal

Persiapan Operasi
Surat izin operasi
Puasa 6-8 jam sebelum operasi
Tidak memakai perhiasan / kosmetik
Tidak memakai gigi palsu
Memakai baju khusus kamar bedah

Pemeriksaan Fisik dikamar Operasi


Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/mnt
Respirasi : 22x/mnt
Suhu : afebris

Analgesia spinal
Marcaine 0,5 % hyperbaric 20 mg

Tekhnik anestesi
1. Setelah alat disiapkan dan pasien posisi duduk dengan punggung fleksi
2. Dilakukan tindakan antisepsis kulit daerah punggung pasien sekitar daerah lumbal
3-4

5
3. Dilakukan punksi lumbal dengan menyuntikkan jarum lumbal No.22 pada bidang
median L3-4
4. Lalu stilet dicabut dan aliran LCS menetes keluar, lalu disuntikkan Marcaine
0,5% hiperbarik 20 mg
5. Bekas suntikan ditutup kasa steril dan pasien ditelentangkan dengan kepala diberi
bantal
6. Diberi O2 4 lt/mnt, dan setelah diyakini anestesi berhasil maka operasi dimulai.
7. Kontrol tekanan darah dan nadi setiap 5 menit setelah pemberian Marcaine
8. Pemberian cairan dipercepat pada 5 menit pertama karena TD sistol turun menjadi
90 mmHg, diberikan RL 500ml selama 10 menit, lalu TD sistol menjadi 110 mmHg
dan stabil kemudian tetesan diturunkan kembali.
9. Selama operasi tidak ada komplikasi yang terjadi, TD ataupun tanda-tanda vital
lainnya masih dalam batas normal.
10. Setelah operasi selesai, pasien dibawa keruang pemulihan.

Lama operasi
50 Menit

Perawatan diruang pemulihan


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Belum sadar penuh
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Skor lockhart Pergerakan :2
Pernafasan :2
Warna kulit :2
TD :2
Kesadaran :2
Jumlah skor : 10
Penatalaksanaan

6
Pemberian oksigen 3 lt/menit

RESUME

Pasien, wanita, 35 thn, datang dengan keluhan terdapat benjolan pada perutmya yang
dirasa sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mempunyai riwayat asma.
D/ pre op : Kista Ovarium
Rencana operasi : Kistektomi / Salphingo ooforektomi
Kesan : Status fisik ASA II
Jenis anestesi : Lokal anestesi
Tekhnik anestesi : Spinal anestesi

Pemeriksaan fisik di kamar operasi


TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt
S : Afebris
Lama operasi : 50 mnt
Perawatan di ruang pemulihan
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Sadar penuh
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Pernapasan : 24 xmnt
Skor Lockhart : 10
Penatalaksanaan : O2 3 lt/mnt

7
DISKUSI

Pada pasien ini kami menggunakan teknik anestesi spinal karena indikasi pada tenik ini
adalah operasi pada daerah abdomen bagian bawah termasuk dinding perut (hernia),
operasi intraperitoneal dan prosedur ginekologik. Dengan pertimbangan bahwa tindakan
ini tidak akan mencetuskan serangan asma.

Pasien ini dikategorikan ASA 2 karena tidak ada penyakit sistemik dan asma yang
dideritanya tidak dalam serangan.

Pada persiapan pra anestesi, pasien ini dapat dilakukan tindakan anestesi spinal yaitu :
Tekanan darah 130/80 mmHg
Jantung dan paru dalam batas normal
Kulit daerah tindakan tidak ada infeksi / dermatitis
Riwayat kelainan perdarahan tidak ada
Riwayat nyeri tulang belakang tidak ada
Tanda-tanda demam dengan kaku kuduk tidak ada
Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial tidak ada

Obat yang digunakan adalah Marcaine 0,5% hiperbarik sebanyak 20 mg. Marcaine
mengandung Bupivacaine yaitu golongan amida yang dimetabolisme dihepar dan
termasuk onset lambat. Dosis yang diberikan tergantung dari tingkat anesthesia yang
diharapkan dan jenis cairan yang digunakan serta tinggi pasien (panjang dari kolumna
vertebralis). Dosis maksimum adalah 150 mg.

Tekanan darah systole sempat turun 5 menit setelah pemberian Bupivacaine hingga lebih
dari 20% tekanan darah awal. Segera diberikan infuse kristaloid secara cepat, dan
kemudian didapatkan tekanan darah naik dan stabil. Keadaan ini dikarenakan terjadi
penurunan resistensi perifer total. Dalam hal ini terjadi vasodilatasi arteri dan vena
didaerah tempat serabut eferen simpatis mengalami blokade. Yang mengakibatkan aliran

8
balik vena kejantung berkurang sehingga curah jantung / isi sekuncup berkurang dan
tekanan darah pun menurun.

Keadaan ini dapat diatasi dengan :


Cairan per infus
Vasokonstriktor
Mild trendelenburg (kepala lebih rendah 3-5).

Pada pasien ini kondisi hipotensi sudah tertangani hanya dengan pemberian infus secara
cepat sehingga tidak perlu diberikan obat vasokonstriktor.

Kebutuhan cairan pasien (pra + durante operatif)


Cairan keluar
Kekurangan cairan pra bedah (puasa)1-2 cc/kgBB/jam : 500 cc
Perdarahan (tabung suction + duk + kassa) 30 cc x 3-4 cc : 120 cc
Insessible loss (1,5 2 cc/kgBB/jam) : 100 cc
Urin : 150 cc
Kebutuhan pemeliharaan selama operasi 6 cc/kgBB/jam : 300 cc
Total 1170 cc

Cairan yang masuk selama operasi


Kristaloid 1000 + 250 cc = 1250 cc

Selisih cairan keluar dan masuk


1250 cc 1170 cc : 80 cc (balance +)
Kesan : cairan yang diberikan pada pasien ini sesuai kebutuhan.

Kebutuhan cairan pasca operatif


Diberikan berdasarkan perhitungan jumlah urin dan insensible loss. Bila kondisi sudah
memungkinkan per oral, cairan diberikan sesuai kemauan pasien. Bila belum bisa, cairan
diberikan parenteral.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Kristanto; Analgesia Regional dalam Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan


Terapi Intensif FKUI, Jakarta, 1989, hal.123-128
2. Snow, Jhon.C; Spinal Anesthesia in Manual of Anesthesia, Medical Sciences
International Ltd, Japan, 1982, page 125-143.
3. Suntoro, Adji; Terapi Cairan Perioperatif dalam Anestesiologi, Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI, Jakarta, 1989, hal.87-92

10

You might also like