You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Talasemia merupakan salah satu kelainan genetik terbanyak di dunia.

Penyakit yang semula ditemukan di sekitar Laut Tengah ini kini tersebar luas

sepanjang garis khatulistiwa, termasuk Indonesia. Tidak kurang dari 300.000 bayi

dengan kelainan berat penyakit ini dilahirkan setiap tahun di dunia, sedangkan

jumlah penderita thalassemia heterozigotnya tidak kurang dari 250 juta orang. Di

Indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak diantara golongan anemia

hemolitik dengan penyakit intrakorpuskuler.1,2

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit

tersebut. Pengobatan utama penyakit ini ialah pemberian tranfusi darah dengan

mempertahankan kadar hemoglobin di atas 10 g/dl. Ironisnya, jumlah zat besi

yang tertimbun dalam organ-organ tubuh akibat tranfusi ini menimbulkan banyak

komplikasi. Penimbunan zat besi dalam organ-organ tubuh seperti hati, jantung,

kelenjar endokrin dan lain-lain, menyebabkan gangguan fungsi organ tersebut.

Penimbunan besi dalam hati akan mengganggu fungsi hati, demikian pula dalam

pankreas akan menimbulkan gejala diabetes. Dalam kelenjar endokrin,

penimbunan besi akan mengganggu pertumbuhan atau perkembangan

seksualnya1,2,3.

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus seorang perempuan berusia 26 tahun

yang didianosis dengan thalassemia beta mayor pro transfusi. Pasien dirawat dari

1
tanggal 11 Juli 2015 sampai dengan 12 Juli 2015 sebagai pasien penyakit dalam

wanita di ruang Tulip 3A-B (bangsal Tanjung) RSUD Ulin Banjarmasin.

You might also like