You are on page 1of 27

TINJAUAN TEORITIS

KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI


PENGLIHATAN

1. PENGERTIAN
a. Persepsi
Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi gangguan persepsi adalah
ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber
internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.
Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan
mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang
sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses
pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta
mengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan
untuk menilai realitas dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris
terhadap stimulus eksternal. Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian
akan perasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan
pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses
sensoris dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini
dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama.

b. Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa
adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987),
halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering
terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut
Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien
dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon
terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan.

2. KLASIFIKASI HALUSINASI
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

3. FAKTOR FAKTOR PENYEBAB HALUSINASI


a. Faktor predisposisi
1. BIOLOGIS
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam
belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
2. PSIKOLOGIS
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien,
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah :
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. SOSIOBUDAYA
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya

4. PSIKOPATOLOGI
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini
bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-
kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi
membicarakamengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu,
akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien
terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya bergerak-gerak.
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang
menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain.Ada yang
mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus
yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi
persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada
sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,maka materi-materi
yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi
ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai
realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.
5. MANIFESTASI KLINIK
Tahap I
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Gerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Tahap II
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi,
pernafasan dan tekanan darah
Penyempitan kemampuan konsenstrasi
Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dengan realitas.

Tahap III
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada
menolaknya
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk
mengikuti petunjuk

Tahap IV
Prilaku menyerang teror seperti panic
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi, menarik diri atau
katatonik
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A.K. DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORIK : HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANGAN D1
RS. Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

I. Data Pasien
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.A.K
Umur : 29 Thn
Jenis kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Pendidikan : D III Akuntansi
Pekerjaan :-
Alamat : Jl Basuki Rahmat Km 12 (Sorong, Papua)
Tgl Pengkj. : 24 November 2008
No Met Ret : 03308

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.A
Alamat : Jl Basuki Rahmat Km 12 (Sorong,Papua)
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubg. Dgn Pasien : Anak kandung
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam

II. Alasan Masuk RS :


- Pasien suka memukul orang
- Suka teriak-teriak
- Bicara ngawur
- Halusinasi visual + acustik
- Minum air sampai muntah
Keluhan Saat dikaji
Pasien mengatakan melihat bayangan hitam besar seperti orang. Bayangan tersebut dilihat
pasien setiap saat. Pasien mengatakan sering melihat bayangang hitam tersebut dilemari.
Pasien banyak diam dan suka menyendiri dan duduk di pojok ruangan. Kadang-kadang
pasien sering mondar-mandir dan marah-marah tanpa sebab.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensorik (Halusinasi Penglihatan)

III. Faktor Predisposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu :
Klien belum pernah mengalami sakit gangguan jiwa, baru kali ini klien mengalami
kesakitan seperti ini
2. Pengobatan sebelumnya :
Tidak ada
3. Pengalaman masa lalu :
Sebelum masuk rumah sakit klien pernah dirawat di rumah sakit umum sorong dua
minggu akibat kecelakan sepeda motor, kemudian klien dirujuk ke makasar untuk di
operasi akibat perdarahan yang berlebihan dibagian kepalah dan klien dirawat satu bulan
di RS makasar, pasien dalam keadaan koma.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, hanya klien yang baru saja
mengalami penyakit seperti ini.
5. Riwayat Kehidupan Pribadi :
a) Riwayat Prenatal : -
b) Riwayat Masa Bayi : -
c) Riwayat Masa Kanak - kanak : -
d) Riwayat Masa Remaja / Dewasa :
Klien pernah mengalami kecelakaan dengan sepeda motor
e) Riwayat Keluarga : -
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Tanda - tanda Vital
TD : 110/70 mmHg N : 80x/m
R :- SB : 36 C
TB :-
BB :-
Keluhan Fisik : -

V. Psikososial :
1. Genogram :
Ayah Ibu
A B

C D

Keterangan : A : Kake dan Nenek dari pihak Ayah


: Laki Laki B : Kake dan Nenek dari pihak Ibu
C : Ayah bersudarah
: Wanita D : Ibu bersaudarah
E : Pasien bersaudarah
: Klien
2. Konsep Diri
a) Gambaran Diri :
Klien menyukai seluruh tubuhnya
b) Identitas Diri :
Klien adalah anak ke empat dari lima bersaudara dan klien mengakuai dirinya laki -
laki
c) Ideal Diri :
Klien mengatakan ingin cepat pulang karena ingin melakukan aktifitas dirumah karena
klien mengatakan bahwa dia sudah sehat dan tidak sakit lagi
d) Harga Diri :
Pasien hanya tidur di atas tempat tidurdan tidak mau bergaul dengan teman lain
e) Peran :
Pasien tidak mempunyai peran yang berarti
Masalah keperawatan : harga diri renda
3. Hubungan Sosial
a) Orang yang palin berarti :
Klien mengatakan orang paling berarti bagi diriya dalah ibu kandungnya
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok dan masyarakat :
Sebelum sakit klien aktif dalam setiap kegiatan, setelah sakit klien tidak aktif lagi
c) Hambatan dalam hubungan interaksi :
Setelah sakit klien hanya berdiam diri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain
disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan :
Klien memeluk agama islam dan klien mengatakan takut terhadap Tuhan
b) Kegiatan ibadah :
Sebelum sakit klien selalu mengikuti sholat berjamaa di masjid, setelah sakit klien
tidak pernah melakukan kegiatan ibadah lagi.
VI. Status Mental
1. Penampilan :
Pasien cukup rapi, pakaian sesuai
2. Pembicaraan :
Pembicaraan jelas dan kadang-kadang jawaban tidak sesuai dengan topic
3. Aktifitas Motorik :
Berjalan mondar-mandir, tegang, mudah marah, mudah tersinggung dengan sesama
teman.
4. Alam Perasaan :
Pasien merasa takut saat melihat bayangan hitam seperti pocong.
5. Interaksi selama Wawancara :
Cukup kooperatif tetapi kontak mata kurang, pasien selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya
6. Gangguan Persepsi :
Halusinasi : Pasien sering melihat bayangan hitam besar seperti pocong
7. Proses Pikir :
Flight of Ideas : pembicaraan yang meloncat-loncat dari satu topic ke topic yang lainnya
tetapi masih ada hubungan yang yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan, akan
tetapi perawat dapat memahami kalimat yang diucapkan pasien.
8. Tingkat Kesadaran :
Compos mentis, orientasi tempat waktu
9. Memori
Pasien tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi waktu lalu dan waktu dekat
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung :
Perhatian pasien mudah dialihkan
11. Kemampuan Penilaian
Pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain
12. Daya Tarik Diri :
Pasien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
i. Makan
Klien tidak mampu untuk merencanakan, mengolah, menyajikan dan membersihkan alat
makan.
ii. BAK/BAB
Pasien dapat mengontrol BAB/BAK pada tempat yang sesuai yaitu di WC
iii.Mandi
Pasien dapat mandi 3-4 kali sehari dengan menggunakan sabun, dan sikat gigi, kegiatan
dilakukan sendiri
iv. Berpakaian
Klien mampu mengambil, memilih dan mengenakan pakaian
v. Istirahat dan tidur
Pasien dapat tidur dengan nyenyak
vi. Penggunaan obat
Pemberian obat dilayani oleh perawat
vii.Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan dan memeberikan obat secara teratur dengan bantuan perawat

VIII. Mekanisme Koping


Saat klien melihat bayangan tersebut, klein suka marah-marah dan kadang-kadang
klien hanya berdiam diri dan menyendiri sambil menutup mata

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Klien tidak suka bergaul dan lebih senang menyendiri

XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Pemahaman tentang penyakit, pemahaman tentang sumber koping yang adaptif, pemahaman
tentang manajemen hidup seha
XII. Aspek Medik
Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi medis :
Chlorpromazine 100 mg (3x1)
Haloperidol 5 mg (3x1)
Triheksipenidile 2 mg (2x1)
Becom C (1x1)
POHON MASALAH

Akibat Resiko perilaku kekerasan

Masalah utama Gangguan persepsi sensorik :


Halusinasi penglihatan

Penyebab Isolasi Sosial : Menarik Diri


ANALISA DATA

No Data Masalah
DS: Pasien mengatakan sering marah kalau Resiko perilaku kekerasan
ditegur sama temen - temenya
DO: Pasien mudah tersinggung dan mudah
marah-marah dengan sesama teman
DS: Pasien mengatakan melihat bayangan Gangguan persepsi sensorik : halusinasi
hitam menyerupai orang yang selalu pengliahatn
datang menghampirinya.
DO: mondar-mandir, marah tanpa sebab,
dan pasien tampak menyendiri.

DS: Pasien mengatakan tidak suka bergaul Isolasi social : menarik diri
dengan sesama teman
DO: Banyak diam dan suka menyendiri di
atas tempat tidur
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A.K. DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORIK : HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANGAN D1
RS. Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

Oleh
Arham Wania
PO. 7120106377

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2008
No Diagosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Resiko perilaku kekerasan Setelah dilakukan tindakan 1. Bina Hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya
keperawatan selama 4 hari pasien a. Salam terapeutik dasar interaksi yang terap
berhubungan dengan halusinasi
tidak memperlihatkan perilaku b. Perkenalkan diri antara perawat dan klien
penglihatan yang ditandai kekersan dengan criteria hasil : c. Jelaskan tujuan interaksi
Dapat mengidentifikasi d. Buat kontrak yang jelas
dengan:
penyebab, tanda dan gejala, 2. Adakan kontak secara singkat tetapi 2. Mengurangi waktu koson
DS: Pasien mempunyai riwayat bentuk perilaku kekerasan seta sering secara bertahap (waktu klien untuk menyendiri.
akibat dari perilaku kekerasan disesuaikan dengan kondisi klien)
suka memukul orang
Dapat terlibat dalam aktivitas 3. Diskusikan penyebab, tanda dan 3. Meningkatkan pemahama
DO: Pasien mudah tersinggung kelompok gejala, bentuk dan akibat perilaku tentang perilaku kekerasa
dan mudah marah-marah Dapat terlibat dalam terapi kekerasan
bermain 4. Latih pasien untuk mencegah 4. Agar pasien dapat mengo
Dapat mengkonsumsi obat terjadinya perilaku kekerasan seperti : perilaku kekerasan
dengan teratur a. secara fisik (relaksasi, olah raga)
b. Secara verbal (
sharing/menceritakan kepada orang
lain )
c. Secara spiritual (berdoa)
d. Secara farmakologis (minum obat)
5. Bantu dalam mempraktekan cara yang 5. Membantu pasien dalam
telah diajarkan memahami perilaku keke
6. anjurkan pasien untuk memilih cara 6. Memberi kesempatan kep
mengontrol perilaku kekerasan yang pasien untuk memilih car
sesuai kehendak dan kemampua
7. anjurkan pasien untuk memasukkan 7. Membantu pasien untuk t
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara yang telah di
yang telah dipilih kedalam jadwal.
8. jauhkan benda-benda yang berbahaya 8. Mencegah terjadinya peri
di lingkungan pasien kekerasan yang lebih para
9. libatkan pasien dalam terapi aktivitas 9. Terapi aktivitas kelompo
kelompok merupakan salah satu car
melatih kebersamaan pas
dalam kelompok
10. kolaborasi dengan dokter dalam 10. terapi medik dapat memb
pemberian terapi obat antipsikotik dalam mengontrol halusin

2 Gangguan persepsi sensorik : Setelah dilakukan tidakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya
keperawatan selama 4 hari pasien a. Buat kontrak dengan klien dasar interaksi yang terap
Halusinasi berhubungan dengan
dapat mengontrol halusinasi yang b. Lakukan perkenalan antara perawat dan klien
stress psikologis yang ditandai dialaminya dengan criteria hasil : c. Panggil nama kesukaan
Dapat membina hubungan d. Ajak klien bercakap-cakap dengan
dengan :
saling percaya ramah
DS: Pasien mengatakan melihat Dapat mengenal jenis, waktu, 2. Identifikasi jenis, waktu, isi, frekuensi 2. Melibatkan pasien dalam
isi, frekuensi halusinasi, halusinasi, respon terhadap halusinasi halusinasinya
bayangan hitam menyerupai
respon terhadap halusinasi dan dan tindakan yang dilakukan
orang yang selalu datang tindakan yang sudah dilakukan 3. Ajarkan pasien cara mengontrol 3. Memberikan informasi da
serta keberhasilannya halusinasi alternatif cara mengatasi
menghampirinya.
Dapat menyebutkan dan dan halusinasi pada pasien
DO: mondar-mandir, marah tanpa mempraktikkan cara 4. Anjurkan pasien untuk 4. Mengetahui pemahaman
mengontrol halusinasi mendemonstrasikan cara mengontrol tentang cara yang telah d
sebab, dan pasien tampak
Dapat minum obat dengan halusinasi yang telah diajarkan
menyendiri. bantuan minimal 5. anjurkan pasien untuk memasukkan 5. Agar pasien dapat mempr
Mengungkapkan halusinasi dalam jadwal kegiatan harian rumah cara yang telah diajarkan
sudah hilang atau terkontrol sakit hari di rumah sakit
6. Anjurkan pasien untuk minum obat 6. Mengobservasi keefektiv
secara teratur program pengobatan
7. Kolaborasi dengan dokter dalam 7. Terapi dokter untuk prose
pemberian terapi obat penyembuhan pasien

3 Isolasi sosial : menarik diri Setelah dilakukan tindakan 1. Bina Hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya
keperawatan selama 4 hari pasien a. Salam terapeutik dasar interaksi yang terap
berhubungan dengan harga diri
dapat berinteraksi dengan orang b. Perkenalkan diri antara perawat dan klien
lain baik secara individu maupun c. Jelaskan tujuan interaksi
rendah yang ditandai dengan : berkelompok dengan criteria hasil d. Buat kontrak yang jelas
: 2. Identifikasi penyebab isolasi social 2. Untuk mengetahui penye
DS: Pasien mengatakan tidak
Pasien dapat membina pasien pasien suka menyendiri
suka bergaul dengan hubungan saling percaya 3. diskusikan bersama pasien tentang 3. Meningkatkan penhgetah
sesama teman Dapat menyebutkan penyebab manfaat berhubungan dengan orang pasien tentang manfaat
isolasi social lain dan kerugian jika tidak berhubungan dengan oran
DO: Banyak diam dan suka Dapat menyebutkan berhubungan dengan orang lain
keuntungan berhubugan 4. ajarkan pasien cara berkenalan dengan 4. Memudahkan pasien dala
menyendiri di pojok
dengan orang lain orang lain melakukan interaksi deng
ruangan Dapat menyebutkan kerugian lain
tidak berhubungan dengan 5. libatkan pasien dalam terapi aktivitas 5. meningkatkan rasa keber
orang lain kelompok pasien dalam berkelompo
Dapat berkenalan dan 6. tunjukkan sikap menerima dengan cara 6. Mengurangi waktu koson
bercakap-cakap dengan orang melakukan kontak singkat tetapi sering klien untuk menyendiri.
lain
Terlibat dalam aktivitas
kelompok bermain
Dapat minum obat dengan
bantuan minimal
Implementasi Evaluasi Paraf
1. Membina hubungan saling percaya dengan Tanggal 15-11-2008, jam 12.00 WITA
klien dengan memberi salam,
memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan S:
interaksi, dan membuat kontrak yang jelas. Pasien merespon salam dan
2. Mengadakan kontak secara singkat tetapi memperkenalkan diri
sering secara bertahap. Pasien mengatakan sudah mengerti
3. Mendiskusikan penyebab, tanda dan gejala, dengan apa yang telah dijelaskan
bentuk dan akibat dari perilaku kekerasan dan diajarkan
4. Melatih pasien untuk mencegah terjadinya Pasien mengatakan memilih teknik
perilaku kekersan seperti : relaksasi sebagai cara untuk
a. secara fisik (relaksasi, olah raga) mencegah terjadinya perilaku
b. Secara verbal ( sharing/menceritakan kekerasan
kepada orang lain ) Pasien mengatakan akan minum
c. Secara spiritual (berdoa) obat secara teratur
d. Secara farmakologis (minum obat)
5. Membantu pasien dalam mempraktekkan cara O:
yang telah diajarkan Pasien dapat mempraktekkan
6. Menganjurkan pasien untuk memilih cara teknik relaksasi yang telah
mengontrol perilaku kekerasan yang sesuai diajarkan
7. Menganjurkan pasien untuk memasukkan cara Pasien terlibat dalam terapi bermain
mengontrol perilaku kekerasan yang telah
Pasien minum obat secara teratur
dipilih kedalam jadwal
Pasien masih mudah marah dan
8. Menjauhkan benda-benda yang berbahaya di
mudah tersinggung dan sering
lingkungan pasien
bicara sendiri
9. Melibatkan pasien dalam terapi aktivitas
kelompok
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan tindakan keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya Tanggal 15-11-2008, jam 12.00 WITA
2. Mengidentifikasi jenis, waktu, isi, frekuensi
halusinasi, respon terhadap halusinasi dan S:
tindakan yang dilakukan Pasien mengatakan masih melihat
3. Mengajarkan pasien cara mengontrol bayangan hitam seperti orang
halusinasi yaitu dengan menutup mata dan Pasien mengatakan takut saat melihat
mengatakan pergi, saya tidak mau lihat bayangan hitam tersebut
kamu. O:
4. Menganjurkan pasien untuk Pasien masih marah-marah tanpa
mendemonstrasikan cara mengontrol sebab
halusinasi yang telah diajarkan Pasien dapat mendemonstrasikan
5. Menganjurkan pasien untuk memasukkan cara yang telah diajarkan
dalam jadwal kegiatan harian rumah sakit Pasien masih jalan mondar-mandir
6. Menganjurkan pasien untuk minim obat A: Masalah belum teratasi
secara teratur P: Lanjutkan tindakan keperawatan
7. Membantu memberikan obat :
Chlorpromazine 100 mg
Haloperidol 5 mg
Triheksipenidile 2mg
Becom C

1. Membina hubungan saling percaya Tanggal 15-11-2008, jam 12.00 WITA


2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
3. mendiskusikan bersama pasien tentang S:
manfaatberhubungan dengan orang lain dan Pasien mengatakan sudah
kerugian jika tidak berhubungan dengan orang mendapatkan teman didalan
lain ruangan
4. Mengajarkan kepada pasien cara berkenalan O:
dengan orang Pasien lebih banyak diam
5. Menunjukkan sikap menerima dengan cara Pasien masih sering menyendiri
melakukan kontak singkat tetapi sering dipojok ruangan
Pasien terlibat dalam aktivitas
kelompok bermain
A: Masalah belum tertasi
P: Lanjutkan tindakan keperawatan
Analisa Proses Interaksi
Nama : Tn. A.K
Umur : 29 Thn
Interaksi : Fase perkenalan
Lingkungan : Diruang terima pasien atau diruang perawat dan duduk berdampingan dengan jarak cm
Waktu : 10.00 10.15

No Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Analisa Berpusat pada Anlisa Brpusat pada Rasional
Perawat Klien
1 P : Selamat pagi P : Menatap klien smbil Berharap klien dapat Tidak merasah terkejut Ucapan salam sebagai
tersenyum merespon sapaan dari disapa oleh perawat tanda terjadinya suatu
perawat. hubungan percaya
antara klien dengan
K : Selamat pagi Mantri K : Membalas senyum pada Senang Tanya, klien perawat
perawat, ekspresi merespon sapaan perawat
wajah tenang

P : Perkenalkan nama saya P : Mengulurkan tangan pada Mengharapkan klien Merasa Senang
A Mahasiswa akper klien dan tersenyum meyambut uluran tangan Untuk menumbuhkan
politeknik Kesehatan sambil menatap klien. dan perkenalan dari rasa percaaklien pada
Manado dan pada saat perawat. perawat
ini saya sedang
praktek di ruangan ini
selamah satu minggu,
apakah kita boleh
berbincang-bincang?

K : Iya, baik K : Menatap perawat dan Merasa senang karena


mengulurkan tangan disambut baik oleh klien

P : Bisakah anda P : Memberikan kesempatan Berharap lansung Pasien senang disapa, Menyebutkan identitas
menyebutkan nama kepada klien untuk berkomunikasi menjawab sesuaiprtanyaan berarti menandakan
kamu menyebutkan nama klien kesediaan hubungan

K : Nama saya K Umur K : Kontak mata singkat


29 Thn saya tinggal di
tuminting P : Mempertahankan kontak Berharap klien masih Menjawab kontak mata Mengakhiri kontak
mata dan tersenyum bisa menerima perawat pertama dan membuat
kontrak selanjutnya
K : Pertahankan kontak mata Senang karena klien bisa
dan tersenyum menerima kontrak
Analisa Proses Interaksi

Nama : Tn. A.K


Umur : 29 Thn
Interaksi : Fase Kerja
Lingkungan : Diruang terima pasien atau diruang perawat dan duduk berdampingan dengan jarak cm
Waktu : 10.30 10.45

No Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Analisa Berpusat pada Anlisa Brpusat pada Rasional
Perawat Klien
2 P : Selamat siang K P : Menatap klien sambil Senang, berharap interaksi Memberikan respon Salam sebagai awal
tersenyum berjalan sesuai kontrak dan untuk interaksikembali sebelum memulai
berharap klien mau dan percakapan
mengingat kontara sesuai
rencana

K : Selamat siang Mantri

P : Apakah S masih ingat


bahwa kiti akan
berbincang hari ini lagi
K : Masih Mantri K : Menganggukan kepala

P : Apakah K sudah mandi P : Kontak mata bicara Mengharapkan klien mau Untuk mengevaluasi
dengan jelas mengingat tentang tentang kebesihan diri
kebersihan diri pasien

K : Sudah Mantri

P : Kalau sudah,Mantri mau


Tanya kenapa K P : Pertahankan kontak Berharap klien mengingat Mengali masalah
sampai di bawa ke sini? mata dan menjawab pertanan klien untuk
yang ditanyakan menimbulkan rasa
K : Saya suka jalan empati
keluyuran K : Kontak mata dan
ekspresi serius

P : Kenapa sampai K
Suka jalan keluyuran P : Pertahankan kontak Berharap klien bisa Klien senang dan Untuk mengetahui
Malam - mamal mata mengungkapkan mengungkapkan masalah klien
perasaannya permasalahanya
K : K arena saya suka jalan K : Menatap perawat
keluyuran malam - dengan ekspresi wajah
malam tenang

P : Kalau begitu sampai di K : Mengangguk dan Senang karena klien dapat Senang karena masalah Dapat membina
sini pembicaraan kita. tersenyum mengungkapkan dapat di atasai oleh hubungan saling
perasaanya perawat percaya
Analisa Proses Interaksi

Nama : Tn. A.K


Umur : 29 Thn
Interaksi : Fase Terminasi
Lingkungan : Diruang terima pasien atau diruang perawat dan duduk berdampingan dengan jarak cm
Waktu : 09.00-09.15

No Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Analisa Berpusat pada Anlisa Brpusat pada Rasional
Perawat Klien
3 P : Selamat siang K P : Menatap klien dan Memberi respon Berharap interaksi Ucapan salam menjalani
tersenyum dapat berjalan dengan hubungan akrab
lancar
K : Selamat siang Mantri K : Tersenyum ke arah perawat Senang klien dapat
membalas sapaan
perawat

P : Bagaimana kabar K P : Kontak mata kurang dan Mendengar pertanyaan Berharap klien tetap Menanyakan keadaan
hari ini tersenyum perawat ceria dan kooperatif menunjukan adanya
perhatian
K : Baik Mantri, saya tidur K : Tersenyum dengan Tampak senang dan ceria Senang karena klien
nyenyak tadi malam perawat Menyadari arti perpisahan kooperatif
P : Jangan lupa minum obat P : Kontak mata dan bicara Berharap klien dapat Terminasi perpisahan
pelan serta tersenyum menerima perpisahan realities
secara realities mempertahankan
hubungan
K : Iya Mantri K : Tersenyum Menerima perpisahan Senang klien
menerima berpisahan
secara realities
P : K sekarang saya harus P : Tersenyum Secara realitis
pergi dan besok akan
pindah ruangan. Nanti
ada teman saya yang
mengganti saya

P : Selamat siang

K : Iya Mantri, terima kasih


dan selamat siang

You might also like