You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Otitis media supuratif kronik adalah suatu radang kronis telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (ottorhea) lebih
dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental, bening atau berupa nanah.1

Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna
dan OMSK tipe maligna. Otitis media merupakan masalah utama sebelum antibiotik
ditemukan pada pertengahan 1930-an dan sampai sekarang masalah otitis media
masih sering muncul di negara kita.2

Para peneliti mendapat persentase yang berbeda mengenai jenis bakteri pada
3
OMSK. Adenin Adenan (1973) mendapatkan Proteus sp sebagai kuman yang
dominan (48%) dan perbandingan kuman gram negatif dan positif adalah 3 : 1. Brook
(1979) dan Palca (1965) mengatakan bakteri aerob yang sering dijumpai pada OMSK
adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Stafilokokus. Finegald (1981)
menemukan kuman aerob yang dominan adalah Pseudomonas aeruginosa (36 dari 68
penderita) sedangkan Proteus sp hanya 7 dari 68 penderita.4

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media
kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman
yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.5

Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau
mukoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan
vertigo. OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran sehingga menimbulkan
dampak yang serius terutama bagi anak-anak, karena dapat menimbulkan pengaruh
jangka panjang pada komunikasi anak, perkembangan bahasa, proses pendengaran,

1
psikososial dan perkembangan kognitif serta kemajuan pendidikan. Komplikasi intra
kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK
berhubungan dengan kolesteatom seperti abses ekstradural, abses subdural,
tromboflebitis, meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis.5,6

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara
berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan
prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi
terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%. Di Indonesia
menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-
1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi
telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah
OMSK.7,8

Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden
Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh orang awam dikenal sebagai "congek")
sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk
Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.9

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

2.1.1. Definisi
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan
kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi)
dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Istilah kronik digunakan
apabila penyakit ini hilang timbul atau menetap selama 2 bulan atau lebih.10

2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan, kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek.
Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang
mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden
OMSK saja, tidak ada data yang tersedia. Otitis media kronis merupakan penyakit
THT yang paling banyak di negara sedang berkembang. Di negara maju seperti
Inggris sekitar 0, 9% dan di Israel hanya 0, 0039%. Di negara berkembang dan negara
maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi
pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada
populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%.11 Menurut survei yang dilakukan
pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insidens Otitis Media
Supuratif Kronis (atau yang oleh awam sebagai congek) sebesar 3% dari penduduk
Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat
6,6 juta penderita OMSK. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan
dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3, 1%-5, 20%
populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan
penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Prevalensi OMSK di RS Dr Cipto

3
Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1989 sebesar 15, 21%. Di RS Hasan Sadikin
Bandung dilaporkan prevalensi OMSK selama periode 1988 1990 sebesar 15,7%
dan pada tahun 1991 dilaporkan prevalensi OMSK sebesar 10,96%. Prevalensi
penderita OMSK di RS Dr Sardjito Yogyakarta pada tahun 1997 sebesar 8,2%.12

2.1.3. Klasifikasi
OMSK dibagi atas 2 jenis yaitu:13
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain
yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya
tahan tubuh yang rendah, di samping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas
dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
1. Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang di
mana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai
mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dan jarang ditemukan polip yang besar
pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan
penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila
tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi.
2. Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala
lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, and atau suatu rasa penuh dalam telinga.

4
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral
lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi
yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom
adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari
lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kolesteatom kongenital dan kolesteatom
didapat.
a. Kolesteatom kongenital. Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital,
menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah:
1. Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli
saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.
b. Kolesteatom didapat.
1. Primary acquired cholesteatoma.
Koelsteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida
2. Secondary acquired cholesteatoma.

Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis


biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal pada
bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna yang masuk
ke kavum timpani melalui perforasi membran timpani atau kantong retraksi membran
timpani pars tensa. Oleh karena tuba tertutup terjadi retraksi dari membrane plasida,
akibat pada tempat ini terjadi deskuamasi epitel yang tidak lepas, akan tetapi
bertumpuk di sini. Lambat laun epitel ini hancur dan menjadi kista. Kista ini tambah

5
lama tambah besar dan tumbuh terus kedalam kavum timpani dan membentuk
kolesteatom. Ini dinamakan primary acquired cholesteatom atau genuines
cholesteatom. Mulamula belum timbul peradangan, lambat laun dapat terjadi
peradangan. Primary dan secondary acquired cholesteatom ini dinamakan juga
pseudo cholesteatoma, oleh karena ada pula congenital kolesteatom. Ini juga
merupakan suatu lubang dalam tenggorok terutama pada os temporal. Dalam lubang
ini terdapat lamel konsentris terdiri dari epitel yang dapat juga menekan tulang
sekitarnya. Beda kongenital kolesteatom, ini tidak berhubungan dengan telinga dan
tidak akan menimbulkan infeksi. Bentuk perforasi membran timpani adalah:
1. Perforasi sentral Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan
postero-superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi
dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom
3. Perforasi atik Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma 14

Berdasarkan aktivitas secret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK
tenang.
1. OMSK Aktif
OMSK aktif ialah OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif, Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli.13 Biasanya
didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau
setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi
dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum
sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada
liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran
yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan

6
konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada
mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-
kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.4
2. OMSK Tenang
OMSK tenang ialah keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat.13 Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.
Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam
telinga.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK
tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe
aman tidak terdapat kolesteatoma.13
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau
OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di
atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi
subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK
tipe berbahaya.13

2.1.4. Etiologi
Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan downs syndrom. Faktor host yang
berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik.

7
Penyebab OMSK antara lain: 15
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara
umum, diet, tempat tinggal yang padat. 15
2. Genetik Faktor
Genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum
diketahui apakah hal ini primer atau sekunder. 15
3. Otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa
yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi
kronis. 15
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa metode kultur
yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah
Gramnegatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya. 15
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas
atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada
dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. 15

8
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
otitis media kronis. 15
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-
toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya. 15
8. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema
tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum
diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk
mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak
mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.15

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap


pada OMSK : 4
1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.
3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga
mencegah penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif


menjadi kronis majemuk, antara lain :

9
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya
pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat
disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi
atau timpanosklerosis.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.

Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan


mekanisme pertahanan tubuh.

2.1.5. Manifestasi Klinis 4,16


1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi.Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret
dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang
telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga.Sekret
yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya.Dapat terlihat keping-keping kecil,
berwarna putih, mengkilap.Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret

10
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas.Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan
granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang
mendasarinya.Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah
kemungkinan tuberculosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan
efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif
kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih
baik.Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan
penurunan pendengaran lebih dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga
tengah.Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena
putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.Penurunan fungsi kohlea
biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi
toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa
terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi
tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi
akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus

11
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada
tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya.Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita
yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar
membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang
oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian
dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga
timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji
fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo.Uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani,
dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

2.1.6. Patogenesis
Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah
terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder
pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah missal
perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif
dari otitis media kronis. Suatu teori tentang patogenesis dikemukan dalam buku
modern yang umumnya telah diterima sebagai fakta. Hipotesis ini menyatakan bahwa
terjadinya otitis media nekrotikans, terutama pada masa anak-anak, menimbulkan

12
perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu, gendang
telinga tetap berlubang, atau sembuh dengan membran yang atrofi yang kemudian
dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi gambaran otitis atelektasis. Hipotesis
ini mengabaikan beberapa kenyataan yang menimbulkan keraguan atas
kebenarannya, antara lain:17
i. Hampir seluruh kasus otitis media akut sembuh dengan perbaikan lengkap
membran timpani. Pembentukan jaringan parut jarang terjadi, biasanya ditandai
oleh penebalan dan bukannya atrofi.
ii. Otitis media nekrotikans sangat jarang ditemukan sejak digunakannya antibiotik.
Penulis (DFA) hanya menemukan kurang dari selusin kasus dalam 25 tahun
terakhir. Di pihak lain, kejadian penyakit telinga kronis tidak berkurang dalam
periode tersebut.
iii. Pasien dengan penyakit telinga kronis tidak mempunyai riwayat otitis akut pada
permulaannya, melainkan lebih sering berlangsung tanpa gejala dan bertambah
secara bertahap, sampai diperlukan pertolongan beberapa tahun kemudian setelah
pasien menyadari adanya masalah.

2.1.7. Pemeriksaan klinik


Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut:
i) Pemeriksaan Audiometri Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya
didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural,
beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela,
Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli
sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala
timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan
ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas

13
pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan
pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan
ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test berbisik).
Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan
intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang
ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang
pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran:
Normal: -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan: 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang: 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat: 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat: 71 dB sampai 90 dB
Tuli total: lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang
serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat
diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk
perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa
membantu:
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-
50 dB apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran di belakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah. Pemeriksaan audiologi
pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan menggunakan

14
garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan,
terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.18
ii) Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit
telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi
dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang
tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan
mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik
memberi kesan kolesteatom Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan
adalah:
1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari
arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang
skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk
menghindari dura atau sinus lateral.
2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.
Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat
kolesteatom.
4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga
dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus
terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk
melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada

15
keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior
menunjukan adanya penyakit mastoid.
iii) Bakteriologi Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari
mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis
berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang
sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus
aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H.
influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E.
Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi
telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal,
adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus,
streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak
berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal
dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.14

2.1.8. Penatalaksanaan
Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktorfaktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Bila didiagnosis kolesteatom, maka
mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk
mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis
penyakit dan luasnya infeksi, di mana pengobatan dapat dibagi atas: 19
1. Konservatif
2. Operasi

OMSK BENIGNA TENANG


Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan

16
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (Miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran. 19

OMSK BENIGNA AKTIF


Prinsip pengobatan OMSK adalah pembersihan liang telinga dan kavum timpani
serta pemberian antibiotika.
1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (toilet telinga)
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik
bagi perkembangan mikroorganisme (Fairbank, 1981). Cara pembersihan liang
telinga (toilet telinga): 19
1. Toilet telinga secara kering (dry mopping).
2. Toilet telinga secara basah (syringing).
3. Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)

2. Pemberian antibiotik topikal


Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif
yang dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa.
Neomisin dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif
melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan
Pseudomonas karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan
Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan
organisme gram positif (Fairbanks, 1984). Biasanya tetes telinga mengandung
kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat
digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam
acid carrier dan telinga akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil
gram positif dan gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif
melawan kuman anaerob, khususnya B. fragilis (Fairbanks, 1984). Pemakaian jangka

17
panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida akan merusak
foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah Polimiksin
B atau polimiksin E, Neomisin dan Kloramfenikol. Polimiksin B atau polimiksin E
bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla,
Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus dan.B.fragilis. Ia bersifat
toksik terhadap ginjal dan susunan saraf. Neomisin merupakan obat bakterisid pada
kuman gram positif dan negatif serta menyebabkan toksik terhadap ginjal dan telinga.

2. Pemberian antibiotik sistemik


Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur
kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai
pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan
faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Dalam pengunaan
antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap masing- masing
jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing kuman
penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing jaringan tubuh, toksisitas obat
terhadap kondisi tubuhnya. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh
antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

OMSK MALIGNA
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada
beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain mastoidektomi
sederhana (simple mastoidectomy), mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal
dengan modifikasi, miringoplasti, timpanoplasti dan pendekatan ganda timpanoplasti

18
(Combined approach tympanoplasty). Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi
secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah
terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.

2.1.9. Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe
maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang
virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi
intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK
berhubungan dengan kolesteatom. Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai
berikut:16
i. Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang pendengaran
dan paralisis nervus fasial.
ii. Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf
(sensorineural).
iii. Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan
petrositis.
iv. Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan hidrosefalus
otitis.

19
BAB III
PENUTUP

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah suatu radang kronis telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
(ottorhea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Gejala klinis yang dialami pasien dapat
berupa telinga berair, gangguan pendengaran, nyeri pada telinga, dan vertigo. Otitis
media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang
sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Prinsip pengobatan
OMSK adalah pembersihan liang telinga dan kavum timpani serta pemberian
antibiotika.

20

You might also like