You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Akhir-akhir ini penyakit Diabetes Melitus menyebar luas di belahan dunia,
termasuk Indonesia. Diabetes Melitus adalah suatu kelainan yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia karena kerusakan pada pankreas.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia
mencapai 21,3 juta orang. Dengan adanya kasus tersebut menunjukkan bahwa tugas
tenaga kesehatan khusunya perawat dalam menangani pasien Diabetes Melitus akan
meningkat. Padahal saat ini jumlah tenaga perawat di Indonesia tidak mencapai jumlah
yang seimbang dibanding dengan jumlah pasien Diabetes Melitus yang terus meningkat.
Akan tetapi dengan adanya peran perawat sebagai edukator diharapkan dapat
meringankan tugas seorang perawat sebagai care giver (memberi perawatan pasien).
Bentuk edukasi yang diberikan perawat kepada masyarakat ialah pemberian injeksi insulin
secara mandiri kepada anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Hal ini
dilakukan agar masyarakat dapat mandiri seperti yang telah dijelaskan pada teori self care
model Orem. Dalam teori ini manusia dianggap sebagai individu yang dapat memenuhi
tingkat kesehatannya secara mandiri (Asmadi, 2008).
Injeksi yang dilakukan secara mandiri ini haruslah sesuai dengan prosedur
yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan perawatan terhadap pasien. Tentunya, tugas
perawat dalam memberikan edukasi harus dilakukan secara efektif agar masyarakat yang
mendapat edukasi dapat memahami dengan benar instruksi perawat. Kesalah pahaman
dapat terjadi akibat komunikasi yang kurang baik oleh perawat kepada masyarakat apalagi
masyarakat yang tidak mempunyai pemahaman yang rendah terhadap perawatan Diabetes
Melitus.
Oleh karena itu, perawat dalam melakukan peran sebagai edukator haruslah
memiliki cara yang efektif dalam penyampaian edukasi kepada masyarakat untuk
menghindari kesalah pahaman dalam melakukan suatu perawatan mandiri oleh
masyarakat.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya peran perawat sebagai edukator.
2. Untuk megetahui dan memahami cara perawat dalam memberikan edukasi masyarakat
tentang cara injeksi insulin secara mandiri.
3. Untuk mengetahui dan memahami manfaat pemberian edukasi perawat terhadap
masyarakat.

1.3 Rumusan masalah


1
1. Bagaimana peran perawat sebagai edukator?
2. Bagaimana cara perawat dalam memberikan edukasi masyarakat tentang cara injeksi
insulin secara mandiri?
3. Bagaimana manfaat yang diperoleh dengan adanya edukasi perawat terhadap
masyarakat?

1.4 Manfaat
Penyusunan makalah ini akan memberikan manfaat bagi pembaca. Agar
pembaca dapat mengetahui peran perawat yang tidak hanya merawat pasien di rumah
sakit, tetapi juga sebagai seorang edukator. Bagi seorang perawat, makalah ini dapat
memberikan informasi bagaimana cara efektif pemberian edukasi kepada masyarakat
dalam melakukan injeksi insulin secara mandiri.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Peran Perawat sebagai Edukator


Kebanyakan masyarakat mengenal perawat bertugas untuk merawat seorang pasien
saja. Akan tetapi di balik itu semua perawat mempunyai peran yang besar. Perawat tidak
hanya merawat pasien (care giver), tetapi juga sebagai counselor dan edukator. Pendidikan
bagi perawat penting adanya. Peran perawat sebagai pendidik mutlak ada selama
perkembangan profesi saat ini. dalam hal ini perawat harus mempunyai pengetahuan dan
pemahaman dasar mengenai prinsip, praktik, dan proses pembelajaran untuk menjalankan
tanggung jawab profesionalisme mereka sebagai seorang edukator. Perawat diharapkan dapat
memberi instruksi kepada masyarakat agar mereka dapat mempertahankan tingkat
kesejahteraan yang optimum, mencegah dan menangani penyakit, serta mengembangkan
keterampilan sehingga dapat memberikan perawatan pendukung bagi anggota keluarga.

2
Pemberian edukasi perawat yang sering dijumpai saat ini adalah pemberian injeksi
insulin secara mandiri oleh masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat mandiri
seperti yang telah dijelaskan pada teori self care model Orem. Dalam teori ini manusia
dianggap sebagai individu yang dapat memenuhi tingkat kesehatannya secara mandiri
(Asmadi, 2008). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575 tahun 2005, telah
dibentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang mempunyai tugas pokok
memandirikan masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor risiko penyakit
tidak menular, khususnya penyakit DM yang mempunyai faktor risiko bersama.
Dalam memberikan edukasi perawat haruslah memiliki cara efektif agar penyampaian
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Salah satu cara edukasi efektif adalah dengan
menggunakan metode behavioristik. Ahli behavioristik memandang pembelajaran sebagai
produk dari kondisi stimulus dan respon yang terjadi setelahnya. Teori ini mengamati respons
dan kemudian memanipulasi lingkungan agar menghasilkan perubahan yang diinginkan.
Teori ini dapat diterapkan perawat dalam edukasi injeksi mandiri. Perawat haruslah
mengamati sebuah respon klien dengan melihat apakah masyarakat ini telah siap untuk
melakukan perawatan mandiri. Jangan sampai masyarakat yang mendapat edukasi memang
tidak ingin melakukan injeksi mandiri dan akhirnya melakukan injeksi insulin dengan
terpaksa. Sesuatu hal yang dilakukan dengan keterpaksaan maka hasilnya pun tidak akan
memuaskan. Setelah pengamatan respon pasien, perawat haruslah memanipulasi lingkungan
dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif agar penyampaian edukasi yang
diberikan dapat diterima dengan baik.

2.3. Cara Efektif Edukasi tentang Injeksi Insulin secara Mandiri


Penderita diabetes harus bertanggung jawab untuk perawatan dirinya sendiri. Perawat
dalam memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien Diabetes Melitus haruslah
mencakup pemantauan glukosa darah, pengelolaan diet, menjaga aktivitas fisik, menjaga berat
badan dan stress, serta pemantauan obat-obatan. Untuk membantu pasien mencapai hal ini,
ada program yang standar disepakati oleh tenaga kesehatan yaitu menawarkan program
pendidikan manajemen diri yang menekan pendidikan perawatan diri sendiri dengan
menekankan perawatan diabetes melitus secara individual.
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki oleh olah raga.
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat meningkatkan lean body mass dan demikian

3
menambah laju metabolisme istirahat. Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena
dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh.
Dalam penginjeksian insulin masyarakat hanya sekedar mendapat bagaimana tata
laksana penyuntikan dan prosedur-prosedur waktu penyuntikan. Kadar yang diberikan pun
tetap menjadi tanggung jawab seorang dokter. Perawat dalam memberikan edukasi pun harus
sejelas mungkin, jangan sampai masyarakat melewati batas pemberian kewenangan yang
telah diberikan untuk melakukan perawatan mandiri.

2.3. Manfaat Edukasi Perawat mengenai Injeksi Insulin Mandiri oleh Masyarakat
Manfaat dari pendidikan pasien telah menunjukkan potensinya untuk meningkatkan
kepuasan konsumen, memperbaiki kualitas kehidupan, memastikan kelangsungan perawatan,
secara efektif dapat mengurangi inisiden komplikasi penyakit, memasyarakatkan kepatuhan
terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan, menurunkan ansietas (kecemasan) pasien,
memaksimalkan kemandirian beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan
dapat menyemangati dan memberdayakan pasien untuk terlibat di dalam perencanaan
pengajaran. Sebaliknya, peran perawat sebagai pendidik akan meningkatkan kepuasan kerja
mereka saat mereka menyadari bahwa kegiatan pengajaran mereka berpotensi untuk
membantu terbinanya hubungan terapeotik dengan pasien sehingga, memungkinkan otonomi
anatara pasien dengan perawat yang lebih besar, dan menciptakan perubahan yang benar-
benar membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain.
Karena diperkirakan bahwa lebih dari delapan ribu dari semua kebutuhan dan masalah
kesehatan dapat diatasi di rumah. Maka kebutuhan untuk mendidik masyarakat mengenai cara
merawat diri mereka sendiri memang ada. Berbagai studi mencatat fakta bahwa pasien yang
dibekali informasi memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mematuhi rencana
pengobatan medis dan mendapatkan cara yang inovatif untuk mengatasi penyakit, menjadi
lebih mampu mengatasi gejala penyakit. Kemungkinannya mengalami komplikasi lebih kecil
dan lebih puas terhadap perawatan jika mereka memperoleh informasi yang memadai tentang
cara merawat diri mereka sendiri. Salah satu keluhan yang paling sering diutarakan pasien
pada kasus di pengadilan adalah bahwa mereka tidak dibekali informasi yang memadai.
Selain adanya kebutuhan akan pengajaran klien agar mereka dapat berperan serta
menjadi konsumen yang dibekali informasi sehingga tercapai kemandirian dalam perawatan
diri, perawat juga perlu untuk membuka diri terhadap informasi muttakhir dan berkelanjutan
dengan tujuan akhir untuk memperbaiki praktik.

4
BAB III
KESIMPULAN

Peran perawat bukan hanya sekedar merawat pasien (care giver) tetapi perawat juga
mempunya tugas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Tujuannya untuk
mengajarkan masyarakat agar dapat mandiri dalam memenuhi kesehatannya sesuai dengan
teori self care model milik Orem. Salah satu cara yang efektif yang dapat digunakan oleh
perawat yaitu teori Behavioristik. Cara ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pasien
maupun bagi perawat tersendiri yang pada umumnya dapat meningkatkan status kesehatan
pasien Diabetes Melitus ke arah yang lebih baik.

You might also like