You are on page 1of 21

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PENGATURAN KEWAJIBAN DIVESTASI SAHAM DALAM


PERUSAHAAN MODAL ASING DI BIDANG PERTAMBANGAN
MENURUT PP. NO 77 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN
KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Nelsa Nurfitriani Pratama*, Budiharto, Paramita Praningtyas


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : pratamanelsa@ymail.com

Abstrak
Salah satu produk hukum terbaru pemerintah yang mengatur mengenai kewajiban
divestasi adalah PP No. 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara. Namun produk hukum terbaru ini juga tidak melengkapi kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam pengaturan sebelumnya yaitu mengenai akibat hukum apabila
para pihak yang memiliki hak penawaran tidak kunjung menawarkan saham divestasi kepada
peserta Indonesia pada periode berikutnya karena penawaran tidak tercapai ditahun sebelumnya
dan PP terbaru ini hanya bisa diterapkan bagi investor asing pemegang Izin Usaha Pertambangan
dan Izin Usaha Pertambangan Khusus. Bagi para pemegang Kontrak Karya sanksi yang terdapat di
dalam peraturan ini tidak dapat langsung diterapkan kepada mereka karena harus melalui proses
renegosiasi kontrak sebab kontrak karya bersifat perdata dimana ketentuan di dalam kontrak
tersebut mengikat layak nya undang-undang bagi para pihak yang bersepakat.
Penulisan hukum ini menggunakan metodelogi yuridis normative melalui studi dokumen
dan literature serta melakukan penelitian terhadap beberapa pasal yang terdapat di dalam kontrak
dan membandingkannya dengan teori-teori serta hukum yang berlaku saat ini.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketidakjelasan regulasi menyebabkan para
pelaku usaha menafsirkan hukum sesuai dengan kepentingannya masing-masing dan berakibat
pada ketidakpastian hukum yang berujung pada pelaku usaha melakukan wanprestasi. Pemegang
kontrak karya tidak dapat dikenai sanksi yang terdapat di dalam UU Minerba tahun 2009 dan PP.
No 77 tahun 20014 namun mereka dapat dikenai sanksi dalam Hukum Perdata dan Hukum
Perjanjian Internasional.
Kata Kunci: Divestasi Saham, PP No. 77 Tahun 2014, Kontrak Karya

Abstract
One of the Governments latest legal products that manage obligation regarding
divestment is PP No. 77 2014 about implementation of the business activities of the Mining of
Minerals and Coal. But this latest legal products also does not complete the deficienscies found in
previous arrangements regarding legal consequence if the parties that have the right bid failed to
offer stock divestment to participants of Indonesia on the next period because the deals are not
reached in the past and this latest regulation could only be applied to foreign investors who
holding IUP and IUPK. For the holders of Kontrak Karya the sanctions contained in PP No. 77
2014 can not be directly applied to them because it has to go through the process of contract
renegosiation because Kontrak Karya is a civil law.
Legal method used in this writing is a normative juridical method. Research specification
used in this research is descriptive-analytics. The data are collected by doing a research based in
material agreements, legislation and library materials.
It can be conclude that the obscurity of regulation led the investors interpret the law that
suitable to them. This condition led to the uncertainty of law that caused the investors do breach.

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

The holder of Kontrak Karya can not be punished by UU Minerba 2009 and PP No.77 2014
however they can be punished by civil law and the law of international treaties.
Keywords: Divestment of Shares, PP. No. 77 2014, Kontrak Karya.

I. PENDAHULUAN perusahaan memecah konsentrasi


Riskannya masalah kegiatan atau penumpukan modal sahamnya
usaha pertambangan membuat sebagai akibat dari larangan
pemerintah berusaha mengakomodir monopoli.1
pengusahaan tambang demi Salah satu tujuan pembentukan
kemakmuran rakyat dengan pengaturan kewajiban divestasi
membentuk peraturan-pertauran saham dibidang pertambangan ialah
demi melindungi kedaulatan Negara. mengacu pada Pembukaan Undang-
Salah satu nya adalah kewajiban Undang Dasar 1945 yaitu untuk
divestasi saham pertambangan yang memajukan kesejahteran umum,
di atur dalam UU Minerba No.4 selain itu menurut Erman Rajaguguk
tahun 2009 serta Peraturan Indonesianisasi saham sendiri
Pemerintah yang mengatur hal bertujuan untuk untuk
tersebut yaitu PP No. 77 tahun 2014 menghindarkan dominasi asing atas
tentang Perubahan ke 3 atas perekonomian nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Pada Peraturan Pelaksanaan UU
tahun 2010. Minerba sebelumnya yaitu PP
Divestasi adalah penjualan surat Nomor 24 tahun 2012 menyebutkan
berharga dan/atau kepemilikan bahwa Perusahaan asing yang
pemerintah baik sebagian atau menjadi pemegang izin
keseluruhan kepada pihak lain atau pertambangan setelah 5 (lima) tahun
adalah pelepasan, pembebasan dan produksi wajib mendivestasi
pengurangan modal. Dalam definisi sahamnya secara bertahap, sehingga
ini, divestasi dikonstruksikan sebagai pada tahun kesepuluh sahamnya
jual-beli. Subjeknya adalah paling sedikit 51% dimiliki peserta
pemerintah dengan pihak lainnya Indonesia dengan tahapan
(orang atau badan hukum) serta divestasinya adalah 20% dari seluruh
objek jual-belinya yaitu surat saham pada tahun keenam produksi,
berharga dan aset pemerintah. kemudian 30% pada tahun ketujuh,
Divestasi (ekonomi) adalah 37% pada tahun kedelapan, 44%
penyertaan/pelepasan sebuah pada tahun kesembilan, dan 51%
investasi, seperti saham oleh pemilik pada tahun ke-10.
saham lama, tindakan penarikan Sedangkan setelah dilakukannya
kembali penyertaan modal yang perubahan atas PP tersebut yaitu PP
dilakukan perusahaan model ventura
dari perusahaan pasangan usahanya, 1

divestasi model ventura dapat http://www.dml.or.id/documents/analisis


dilakukan dengan beberapa cara. /13.KetMed-DML-
Istilah lain untuk kebijakan divestasi Kontrak%20Karya%20dan%20Divestasi
di Indonesia disebut Indonesianisasi %20saham%20Minerba-20150531.pdf,
saham, dapat pula berarti tindakan Di akses pada Minggu, 13 September
2015

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

No. 77 Tahun 2014 menyebutkan ada dengan sempurna. Salah satu


bahwa kewajiban perusahaan persoalan yang tidak pernah ada titik
minerba mendivestasikan sahamnya penyelesaiannya adalah mengenai
sebanyak 51% apabila tambangnya kesimpang siuran akan ketentuan
tidak terintegrasi dengan pabrik apabila saham yang di divestasikan
pemurnian (smelter). Bila terintegrasi tidak terbeli oleh pihak Indonesia.
smelter, kewajiban divestasinya Berdasarkan hal tersebut di atas,
hanya 40%, dan apabila maka penulis berminat menulis
mengembangkan tambang bawah skripsi dengan judul Pengaturan
tanah, kewajiban divestasi saham Kewajiban Divestasi Saham dalam
hanya 30%. Pada PP No. 77 Tahun Perusahaan Modal Asing di
2014 ditegaskan, mekanisme Bidang Pertambangan menurut
penawaran saham divestasi PP. NO 77 Tahun 2014 Tentang
dilakukan secara berjenjang. Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pemerintah pusat mendapat Pertambangan Mineral dan
kesempatan pertama, kemudian Batubara.
kepada Pemerintah Daerah, tempat
tambang tersebut beroperasi, lalu ke A. Rumusan Masalah
BUMN dan kemudian BUMD, jika
tidak ada yang berminat baru 1. Bagaimanakah penerapan
ditawarkan perusahaan swasta divestasi saham bidang
nasional lewat pelelangan. pertambangan di Indonesia
Pada Kasus PT. Freeport setelah di keluarkannya PP
Indonesia berdasarkan diterbitkannya No. 77 tahun 2014?
PP No. 77 Tahun 2014 tentang 2. Bagaimana akibat hukum
Perubahan Ketiga atas PP Nomor 23 apabila saham tidak terbeli
tahun 2010 atas Pelaksanaan oleh peserta Indonesia setelah
Kegiatan Usaha Pertambangan melewati jangka waktu yang
Mineral dan Batubara pada 14 ditentukan?
Oktober 2014 tersebut PTFPI
diwajibkan mendivestasikan B. Tujuan Penelitian
sahamnya sebesar 30% karena PTFPI
termasuk pengembang tambang 1. Mengetahui bagaimana
bawah. Padahal pada PP No 24 tahun pelaksanaan dari kewajiban
2012 justru mengamanatkan PTFPI divestasi saham dalam sektor
melepas 51% saham nya. pertambangan berdasarkan
Peraturan Pelaksana dari UU PP. NO 77 Tahun 2014
Minerba sendiri yaitu PP No. 23 Tentang Pelaksanaan
Tahun 2010 telah dilakukan Kegiatan Usaha
perubahan sebanyak tiga kali yaitu Pertambangan Mineral dan
PP. No. 24 Tahun 2012, kemudian di Batubara.
ubah dengan PP No. 1 Tahun 2014 2. Untuk mengetahui dan
dan yang terakhir adalah PP No. 77 menganalisa akibat hukum
tahun 2014. Namun dengan tiga kali yang ditimbulkan apabila
perubahan tersebut tetap tidak kewajiban divestasi saham
menjawab persoalan-persoalan yang tidak terlaksana setelah

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

melewati jangka waktu yang berkaitan dengan penelitian ini. Dapat


ditentukan. pula berupa litelatur-litelatur, pendapat-
pendapat atau tulisan para ahli. Analisis
II. METODE data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan metode kualitatif.
Metode penelitian adalah suatu cara
penelitian dalam rangka mengumpulkan Tujuan penggunaan metode
data yang akurat yang dapat kualitatif adalah karena peneliti
dipertanggungjawabkan dan menjamin berupaya memahami gejala-gejala yang
tingkat validitasnya. Metode merupakan sedemikian rupa secara kualitatif dan
cara kerja untuk dapat memahami obyek tidak memerlukan kuantifikasi, karena
yang menjadi sasaran ilmu yang gejala tidak memungkinkan untuk diukur
bersangkutan2. secara tepat dalam angka.
Metode pendekatan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode III. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan yuridis normatif, yaitu suatu A. Hasil Penelitian
penelitian yang berusaha 1. Tata Urutan Sejarah
mensinkronisasikan ketentuan-ketentuan Pengaturan Kepemilikan Saham
hukum yang berlaku dengan kaidah- Perusahaan Pertambangan di
kaidah yang berlaku dalam perlindungan Indonesia.
hukum terhadap norma atau peraturan
hukum lainnya dengan kaitannya dengan Dalam bidang pertambangan di
penerapan peraturan-peraturan hukum Indonesia, politik hukukm pembentukan
itu pada praktik nyata dilapangan3. peraturan perundang-undangan dapat
dilihat dari setiap produk hukum yang
Spesifikasi penelitian yang dibuat pada saat peraturan tersebut di
digunakan dalam penelitian ini bersifat bentuk. Secara umum, pengaturan di
deskriptif analitis, yaitu menggambarkan bidang pertambangan terbagi dalam
peraturan perundang-undangan yang periode-periode yaitu periode sebelum
berlaku dikaitkan dengan teori-teori kemerdekaan dan periode sesudah
hukum dan praktek pelaksanaan hukum kemerdekaan.
positif yang menyangkut permasalahan
terkait. 1.1 Peraturan Pertambangan
Sebelum Kemerdekaan.
Teknik pengumpulan data dilakukan 1.1.1 Indische Mijn Wet(1899-1960).
dengan melakukan studi kepustakaan Pada masa penjajahan Belanda
yang berhubungan dengan permasalahan pengusahaan pertambangan
dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilaksanakan dengan sistem konsensi.
dapat dilakukan dengan cara Konsensi merupakan suatu perjanjian
mengumpulkan dan meneliti peraturan, antara suatu Negara pemilik atau Negara
konvensi, traktat, dan aturan lain yang kuasa pertambangan dengan kontraktor
dimana kontraktor akan mendapatkan
2 Soekamto, Soerjono, Pengantar hak untuk melakukan eksplorasi dan jika
Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, berhasil melakukan produksi serta
Jakarta, 1981, hlm. 5 memasarkan hasil produksinya, dalam
3 Burhan Ashofa, Metode Penelitian
hal Negara pemberi konsensi tidak
Hukum. (Jakarta: Rineka Cipta,2001),
hlm.25

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

memiliki hak untuk teribat dalam Setelah kemerdekaan tahun


manajemen operasi.4 1945, pemerintah memulai membuat
Sistem konsensi dibidang instrument hukum dan peraturan
pertambangan diatur dalam Indische perundang-undangan dalam rangka
Mijn Wet yang dibuat pada tahun 1899, mengembalikan kekuatan Negara
diubah tahun 1910 dan berlaku hingga dan hak-hak rakyat. Dalam bidang
tahun 1960. Ketentuan ini berlaku untuk pertambangan sebagai bentuk
semua jenis kegiatan pertambangan. pembuatan instrument hukum,
Hak-hak bagi pemegang konsensi pemerintah menerbitkan beberapa
disebutkan dalam Pasal 16 Indische Mijn peraturan perundang-undangan yang
Wetyang menyatakan bahwa : terus berubah seiring berjalan nya
a. hak eksklusif untuk waktu sesuai dengan politik hukum
menambang bahan galian yang berkembang di Indonesia.
yang tersebut di dalam
konsensinya. 1.2.1.Undang-Undang Nomor 10
b. Melakukan semua pekerjaan Tahun 1959 tentang Pembatalan
yang diperlukan di permukaan Hak-Hak Pertambangan.
dan didalam yanah daerah Berdasarkan pasal 1 Undang-
konsesni yang bersangkutan. Undang Nomor 10 Tahun 1959 Hak-hak
c. Hak memiliki bahan galian pertambangan yang diberikan sebelum
yang telah berhasil di tahun 1949 yang belum juga dikerjakan
tambang. dan/atau diusahakan kembali, begitu
d. Hak membuat pekerjaan pula yang pengerjaannya masih dalam
pembantu yang diperlukan di taraf permulaan dan tidak menunjukkan
luar daerah konsensi yang pengusahaan yang sungguh-sungguh,
bersangkutan. batal menurut hukum. Sedangkan
berdasarkan pasal 4 hak-hak yang
Dalam menjalankan hak dibatalkan tersebut dapat diberikan hak-
konsensinya, kontraktor memiliki hak pertambangan baru oleh menteri
wewenang manajemen penuh dan perindustrian sambil menunggu
bahan galian yang didapatkan ditetapkannya Undang-undang
sepenuhnya menjadi milik Pertambangan dan Undang-undang
kontraktor. Sebagai konsekuensinya Minyak, namun hak tersebut hanya dapat
pemerintah tidak memiliki akses dan diberikan kepada perusahaan-perusahaan
kemampuan untuk menentikan harga Negara dan/atau Daerah-daerah
jual dan ketersediaan produk di Swatantra.
dalam negeri.5 UU No.10 Tahun 1959 menjadi
dasar awal sebelum diterbitkan Undang-
1.2 Peraturan Pertambangan Undang tentang Pertambangan baru
Periode Setelah yang diharapkan akan mengatur
Kemerdekaan. pemberian hak-hak pertambangan secara
lebih lengkap. Keinginan untuk
membenahi pengaturan dan pengawasan
4Rudi
usaha pertambangan di Indonesia
M. Simamora, Hukum Minyak dan
Gas Bumi, Djambatan, Jakarta:2000, Hlm
merupakan politik hukum yang menjadi
55. dasar pembentukan produk hukum
5ibid. sesuai dengan apa yang dicita-citakan

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

yang kemudia pemerintah berhasil b. diusahakan dengan perusahaan


menciptakan landasan pembentukan bersama oleh badan-badan
Undang-Undang Nomor 37 Prp Tahun Negara dan/atau Daerah;
1960 tentang Pertambangan. c. diusahakan oleh Perusahaan
Daerah;
1.2.2. Undang-Undang Nomor 37 Prp d. diusakan secara campuran oleh
Tahun 1960 tentang Pertambangan. Negara dan pihak swasta, boleh
UU No. 37 Prp Tahun 1960 memuat campuran dengan perseorangan,
pokok-pokok mengenai:6 asal kewarganegaraan Indonesia
dan boleh pula dengan badan
a. penguasaaan bahan-bahan galian swasta yang pengurusnya adalah
yang berada di dalam, dibawah warganegara Indonesia
dan diatas wilayah hukum seluruhnya;
pertambangan Indonesia; e. diusahakan oleh pihak swasta,
b. Pembagian bahan-bahan galian boleh oleh perseorangan asal
dalam beberapa golongan, yang berkewarganegaraan Indonesia
didasarkan atas pentingnya bahan atau oleh badan swasta yang
galian itu; seluruh pengurusnya
c. Sifat dari perusahaan berkewewarganegaraan
pertambangan, yang pada Indonesia, terutama yang
dasarnya harus dilakukan oleh mempunyai bentuk koperasi.
Negara, perusahaan Negara
daerah atau usaha-usaha lainnya Pengaturan dalam UU No. 37 Prp
berdasarkan azaz-azaz Tahun 1960 masih menggunakan
kekeluargaan; asas pengusahaan pertambangan
d. Pengertian konsensi ditiadakan, yang sepenuhnya dilakukan oleh
sedangkan wewenang kuasa dalam negeri, karena pada saat UU
untuk melakukan usaha ini lahir Indonesia menganut
pertambangan diberikan demokrasi terpimpin yang ketika itu
berdasarkan kuasa Presiden Soekarno memiliki prinsip
pertambangan; anti terhadap liberalism-kapitalisme,
e. Adanya peraturan peralihan sedangkan investasi asing yang
untuk mencegah kekosongan masuk ke dalam negeri merupakan
(vacuum) dalam menghadapi bentuk liberalisasi bidang usaha
pelaksanaan Peraturan dalam negeri yang tentunya tidak
Pemerintah Pengganti Undang- sesuai dengan prinsip Presiden
Undang ini. Soekarno.8

Dalam UU No. 37 Prp Tahun 1.2.3. UU No. 11 Tahun 1967 tentang


1960, pengusahaan pertambangan Pokok-Pokok Pertambangan.
ditentukan dengan cara:7 UU No.11 Tahun 1067 ini
a. diusahakan oleh Perusahaan dikeluarkan bersamaan dengan lahirnya
Negara; UU No. 1 tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing yang di
6
Penjelasan Umum UU No. 37 Prp Tahun dalamnya juga menyinggung mengenai
1960.
7 Ibid. 8OpCit, Ahmad Redi, Hlm.46

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

investasi di bidang pertambangan. Kedua UU MINERBA memberikan kedudukan


undang-undang ini sangat terkait karena yang lebih tinggi kepada pemerintah
sector pertambangn merupakan sector yaitu sebagai pemberi izin dimana
yang berhubungan erat dengan pemerintah selaku penguasa dari segala
penanaman modal asing. Pada masa kekayaan alam yang terdapat di dalam
kepemimpinan Presiden Soeharto, bumi Indonesia dan dapat
investor asing mulai masuk ke Indonesia mengendalikan pemanfaatan sumber
dengan berpegangan pada pasal 10 UU daya tersebut baik melalui perusahaan
No. 11 tahun 1967 yang menyatakan nasional maupun asing Undang-Undang
bahwa menteri yang menyelenggarakan No.4 tahun 2009 menjadi dasar
urusan dibidang dibidang pertambangan perubahan paradigma pengelolaan
dapat menunjuk pihak lain sebagai mineral dan batubara di Indonesia.
kontraktor apabila diperlukan untuk Perubahan paradigma tersebut
melaksanakan sendiri oleh Instansi diantaranya terkait dengan kewajiban
Pemerintah atau perusahaan Negara divestasi saham sebagaimana diatur
yang bersangkutan sebagai pemegang dalam pasal 112,yaitu:
kuasa pertambangan yang dalam
melaksanakan pengusahaan 1) Setelah 5 (lima) tahun
pertambangan dapat dilakukan perjanjian berproduksi, badan usaha
karya. pemegang IUP dan IUPK yang
Hal ini ditandai dengan sahamnya dimiliki oleh asing
masuknya PT Freeport ke Indonesia wajib melakukan divestasi saham
dengan kepemilikan saham sebesar pada pemerintah, pemerintah
100% (seratus persen). daerah, badan usaha milik
Negara, badan usaha milik
daerah .
1.2.4. UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pokok-Pokok Pertambangan. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Pada masa sebelum berlakunya divestasi saham sebagaimana
UU MINERBA Pemerintah dan para dimaksud dalam ayat (1) diatur
investor asing menggunakan sistem dengan Peraturan Pemerintah.
kontrak karya sebagai sumber Peraturan pemerintah dari UU Minerba
hukumnya, namun setelah berlakunya sendiri telah di ubah berkali-kali. Hingga
UU MINERBA para investor asing yang Pengaturan dalam PP No. 24 tahun 2012
ingin berinvestasi di Indonesia dianggap lebih lengkap dibandingkan
khususnya pada sector pertambangan dengan PP No. 23 tahun 2010 sebab
menggunakan sistem Izin Usaha perubahan besaran persenan dari 20%
Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha (dua puluh persen) kembali menjadi 51%
Pertambangan Khusus (IUPK). Kedua (lima puluh satu persen). Kemudian
sistem ini yaitu kontrak karya dan izin diaturnya tahapan persentasi divestasi
usaha pertambangan memiliki perbedaan saham serta adanya pengaturan
yang signifikan khususnya dalam hal mengenai kewajiban menawarkan
kedudukan para pihak. Sistem kontrak kembali saham divestasi kepada peserta
karya memberikan kedudukan yang Indonesia apabila pada tahapan tahun
seimbang antara pemerintah dan investor tertentu tidak tercapai pada tahun
asing sedangkan, pada sistem izin usaha berikutnya. Hal ini merupakan jawaban
pertambangan yang terdapat di dalam

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

atas pertanyaan bagaimana bila divestasi 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan
tidak tercapai. Walaupun hal tersebut Batubara.
menimbulkan permasalahan kembali bila Kewajiban divestasi yang
divestasi tidak tercapai.9 tercantum dalam Kontrak Karya PT
Freeport generasi V yang disetujui tahun
2. Contoh Kasus Kepemilikan Saham 1991 disebut sebagai promosi
Perusahaan Pertambangan Asing di kepentingan nasional pada pasal 24 ayat
Indonesia. 2, dalam pasal ini menyebutkan bahwa
2.1 Sengketa Kewajiban Divestasi PTFI berkewajiban mendivestasikan
Saham dalam Kontrak Karya (contoh sahamnya sebesar 51% kepada pihak
kasus PT New Mount). Indonesia dan apabila proses divestasi
dilakukan melalui penawaran dalam
Sengketa divestasi saham PT pasar modal maka kewajiban divestasi
NNT dimulai pada saat pelaksanaan oleh PTFI adalah 45% dan divestasi itu
kewajiban divestasi saham kepada harus diselesaikan secara berangsur
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. hingga tahun ke 20 setelah
Awalnya PT NNT belum melakukan penandatanganan perjanjian tersebut.
divestasi saham sesuai jadwal Pengalihan saham dimulai pada tahun
sebagaimana tertuang dalam pasal 24 ke-5 produksi yaitu sebesar 10%,
KK. Pemerintah pun menganggap PT kemudian dilanjutkan pada tahun ke 10
NNT tekah lalai memenuhi dan satu tahun berikutnya secara
kewajibannya sehingga memperkarakan bertahap hingga tahun ke 20 total saham
PT NNT ke arbitrase internasional.10 yang telah di alihkan keseluruhannya
Berdasarkan putusan arbitrase adalah mencapai 51% pada 31 Desember
tersebut PT NNT dinyatakan harus 2011. Namun hingga saat ini saham yang
memenuhi kewajiban sesuai sesuai pasal telah terdivestasi dari PTFI baru
24 angka 3 KK dengan segera mencapai angka 10,64%.
mendivestasi sahamnya kepada Hal ini terjadi karena regulasi
Pemerintah Daerah dan Pemerintah yang sering berubah. Seperti perbedaan
Pusat. persentase saham yang wajib di divestasi
pada setiap PP dan keluarnya PP No. 20
2.2. Kewajiban Divestasi Saham Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham
dalam Kontrak Karya (contoh kasus dalam Perusahaan yang Didirikan dalam
kontrak karya PT Freeport). Rangka Penanaman Modal Asing yang
Kewajiban divestasi terdapat di memungkin para investor asing untuk
dalam kontrak karya antara Pemerintah memiliki 100% sahamnya. Hal ini
dan Badan Usaha Asing pada Kontrak menimbulkan multitafsir atas hukum
Karya PT Freeport Generasi V tahun tersebut dianatara para pihak yang
1991, segala aturan dan ketentuan yang terdapat di dalam perjanjian. Sehingga
menyangkut tentang divestasi berkiblat para pihak menafsirkan hukum sesuai
pada kontrak karya sebelum dengan kepentingannya masing-masing
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor dimana PT Freeport Indonesia
berpandangan bahwa dengan
diterbitkannya PP No. 20 tahun 1994,
maka PT FI dalam kewajiban pengalihan
9
ibid. hlm 175 saham mengikuti ketentuan dalam PP
10
Ahmad Redi, OpCit, hlm 274

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tersebut sebab dalam pasal 24 ayat (2) 77 tahun 2014 yang mewajibkan PT
poin d Kontrak Karya Generasi V Freeport mendivestasikan sahamnya
menyatakan bahwa Jika setelah sebesar 30% maka masih ada 20,64%
penandatanganan Persetujuan ini, lagi dari total jumlah saham PT Freeport
peraturan perundang-undangan yang yang harus ditawarkan kepada peserta
berlaku atau kebijaksanaan- Indonesia. Sehingga PT Freeport
kebijaksanaan atau tindakan-tindakan berkewajiban mendivestasikan sahamnya
pemerintah memberlakukan ketentuan sebesar 10,65% pada oktober 2015 dan
pengalihan saham yang lebih ringan dari 10% lagi pada oktober 2019.
ketentuan yang ditetapkan dalam pasal Berdasarkan pasal 112 D ayat 2 bahwa
ini, ketentuan pengalihan saham yang pemegang kontrak karya dan perjanjian
lebih ringan tersebut akan berlaku bagi karya pengusahaan tambang batubara
pihak-pihak dalam persetujuan ini. yang telah berproduksi sekurang-kurang
Hal ini yang mengakibatkan nya 5 (lima) tahun sejak PP No. 77 tahun
ketidakpastian hukum karena tidak pasti 2014 diundangkan maka wajib
mana yang seharusnya dijadikan acuan. melaksanakan ketentuan divestasi saham
Hingga saat ini PT Freeport belum paling lambat 1 (satu) tahun sejak PP ini
melakukan divestasi tahap selanjutnya diundangkan, namun hingga 15 januari
karena masih menunggu regulasi yang 2016 belum ada penawaran saham yang
jelas. dilakukan oleh PT Freeport kepada
peserta Indonesia.
B. Pembahasan
1.2 Sistem Penawaran Saham
1. Penerapan Divestasi Saha, Bidang Divestasi.
Pertambangan Di Indonesia Setelah
Sistem penawaran yang terdapat
Di Keluarkannya PP No. 77 Tahun
dalam peraturan pemerintah adalah
2014.
secara langsung dan secara lelang umum.
1.1 Kewajiban Divestasi Saham dalam Penawaran secara langsung dilakukan
PP No. 77 Tahun 2014. oleh investor asing dengan menawarkan
saham nya kepada pihak yang memiliki
Pada Kasus PT. Freeport prioritas utama yaitu Pemerintah Pusat
Indonesia berdasarkan diterbitkannya PP dan Pemerintah Daerah secara
No. 77 Tahun 2014 tentang Perubahan berjenjang. Dalam hal pemerintah pusat
Ketiga atas PP Nomor 23 tahun 2010 dan pemerintah tidak berminat maka
atas Pelaksanaan Kegiatan Usaha berdasarkan pasal 97 ayat (8) PP No.77
Pertambangan Mineral dan Batubara tahun 2014 saham tersebut ditawarkan
pada 14 Oktober 2014 lalu PTFPI kepada BUMN dan BUMD secara
diwajibkan mendivestasikan sahamnya berjenjang melalui lelang.
sebesar 30% karena PTFPI termasuk Penawaran secara lelang dilakukan oleh
pengembang tambang bawah. Padahal investor asing kepada pihak lainnya
pada PP No 24 tahun 2012 justru untuk mendapatkan harga tertinggi dari
mengamanatkan PTFPI melepas 51% saham.11 Cara lelang ini terdapat dalam
saham nya.
Jumlah saham yang telah 11SalimHS, Salim HS, Hukum
didivestasikan oleh PT. Freeport saat ini Pertambangan di Indonesia, Revisi III, PT
adalah 9,36% dan sesuai dengan PP No. Raja Grafindo Presda, Jakarta:2007. hlm 127

9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pasal 97 ayat (8b) PP No.77 Tahun 2014 tersebut berbeda apabila saham tersebut
yaitu dalam hal BUMN dan BUMD diperdagangkan di pasar modal. Apabila
tidak berminat untuk membeli saham dilakukan perdagangan di pasar modal,
divestasi maka saham ditawarkan kepada maka pihak yang dapat membeli saham
badan usaha swasta nasional dengan cara tersebut merupakan pihak manapun yang
lelang. memiliki modal. 13 Tidak terbatas pada
pihak yang ditentukan dalam UU No.4
1.3 Persoalan Divestasi Saham Melalui tahun 2012.
Pasar Modal. Selain itu hal ini jelas bertentangan
Sebagaimana diatur dalam UU dengan tujuan dari kewajiban divestasi
No.4 Tahun 2009, perusahaan saham bagi kepentingan nasional,
pertambangan batubara dimungkinkan dimana apabila perusahaan modal asing
untuk melakukan pengalihan saham di tersebut melakukan IPO maka saham
bursa saham. Dalam pasal 93 ayat (2) dapat dimiliki oleh siapa pun yang
UU No. 4 tahun 2009 diatur bahwa memiliki modal termasuk pihak asing
untuk pengalihan kepemilikan dan/atau karena secara prinsip di pasar modal
saham di bursa saham Indonesia hanya tidak boleh ada tindakan diskriminatif
dapat dilakukan setelah kegiatan berdasarkan kewarganegaraan,
eksplorasi tahapan tertentu. 12 Kemudian sebagaimana yang tercantum di dalam
menurut ayat (3) pengalihan tersebut Keputusan Menteri Keuangan Nomor
hanya dapat dilakukan dengan syarat 455/KMK.01/1997, orang asing boleh
harus memberitahu kepada Menteri membeli saham di pasar modal
Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia seberapa banyak mereka mau.
gubernur atau bupati/walikota sesuai Padahal tujuan pemerintah dari
dengan kewenangannya dan sepanjang dibentuknya kewajiban divestasi adalah
tidak bertentangan dengan ketentuan agar pemerintah dapat menjadi pemilik
peraturan perundang-undangan. saham mayoritas. Sehingga selain
Sebagaimana diatur dalam Pasal mendapatkan deviden hal ini akan
112 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009, meningkatkan fungsi pengawasan pada
pemegang IUP dan IUPK yang perusahaan oleh pemerintah dengan
sahamnya dimiliki oleh asing wajib memperoleh jatah kursi komisaris di
melakukan divestasi saham kepada perusahaan modal asing tersebut.
Pemerintah, Pemerintah daerah, BUMN 1.4 Sanksi Bagi Investor Asing yang
dan BUMD, atau badan usaha swasta Tidak Mengikuti Tahapan dan
nasional. Dalam pasal 112 ayat (2) Persentase Kewajiban Divestasi.
tersebut, maka saham divestasi tersebut
hanya terbatas pada penawaran kepada
pihak yang telah ditentukan dalam UU
No.4 Tahun 2009 yaitu Pemerintah, Sanksi terhadap pelanggaran
Pemerintah daerah, BUMN dan BUMD, kegiatan pertambangan diatur dalam
atau badan usaha swasta nasional. Hal pasal 119 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 209 tentang Pertambangan
12
Mineral dan Batubara yaitu IUP dan
Yang dimaksud eksplorasi tahapan
IUPK dapat dicabut oleh Menteri,
tertentu dalam ketentuan ini yaitu telah
ditemukan dua wilayah prospek dalam
kegiatan eksplorasi. (penjelasan pasal 93
13
ayat 2 UU No, 4 tahun 2009 ibid

10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

gubernur atau bupati/walikota sesuai pelaksanaan IUP, IUPR dan IUPK


dengan kewenangannya apabila: diselesaikan melalui pengadilan dan
arbitase dalam negeri. Selain dalam pasal
a. pemegang IUP dan IUPK 154 UU Minerba, pengaturan mengenai
tidak memenuhi penyelesaian sengketa divestas
kewajiban yang pertambangan dapat ditemui dalam Pasal
ditetapkan dalam IUP atau 32 UU N0. 25 Tahun 2007, yaitu:
IUPK serta peraturan 1) Dalam hal terjadi sengketa di
perundang-undangan. bidang pertambangan penanaman
b. Pemegang IUP atau IUPK modal antara Pemerintah dengan
melakukan tindak pidana pennanam modal, para pihak
sebagaimana dimaksud terlebih dahulu menyelesaikan
dalam undang-undang sengketa tersebut melalui
ini;atau musyawarah dan mufakat.
c. Pemegang IUP atau IUPK 2) Dalam hal penyelesaian sengketa
dinyatakan pailit. sebagaimana dimaksud pada ayat
Dalam pasal 110 PP No.23 (1) tidak tercapai, penyelesaian
Tahun 2012 sebagaimana telah diubah sengketa tersebut dapat dilakukan
dengan PP No.77 Tahun 2014. Dalam melalui arbitrase atau alternative
pasal ini menyebutkan bahwa bagi penyelesaian sengketa atau
pemegang IUP dan IUPK yang pengadilan sesuai dengan
melanggar ketentuan dalam pasal 97 ayat ketentuan peraturan perundang-
(1) dikenai sanksi administrative. Sanksi undangan.
administrative yang dimaksud dalam 3) Dalam hal terjadi sengketa di
pasal 110 ayat (2) adalah: bidang penanaman modal antara
pemerintah dengan penanam
1) peringatan tertulis; modal dalam negeri, para pihak
2) penghentian sementara dapat menyelesaikan sengketa
IUP Operasi Produksi tersebut melalui arbitrase
atau IUPK Operasi berdasarkan kesepakatan para
Produksi mineral atau pihak dan jika penyelesaian
batubara; dan/atau sengketa melalui arbitase tidak
3) pencabutan IUP atau disepakati, penyelesaian sengketa
IUPK. tersebut akan dilakukan di
pengadilan.
Sanksi administrative yang
4) Dalam hal terjadi sengketa
dimaksud diberikan oleh Menteri,
dibidang penanaman modal
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai
antara pemerintah dengan
dengan kewenangannya.
penanam modal asing, para pihak
1.5 Penyelesaian Sengketa Divestasi akan menyelesaikan sengketa
Saham Bidang Pertambangan. tersebut melalui arbitrase
internasional yang harus
Penyelesaian sengketa divestasi disepakati oleh para pihak.
saham di bidang pertambangan diatur Dari kedua pengaturan tersebut
dalam Pasal 154 No. 4 Tahun 2009 yaitu terdapat perbedaan yang mendasar yaitu
setiap sengketa yang muncul dalam sesuai pasal 32 UU No. 25 Tahun 2007

11
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penyelesaian sengketa dilakukan melalui Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor


arbitase internasional yang disepekati 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
para pihak sedangkan, dalam pasal 154 Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
UU Minerba mengatur penyelesaian dan Batubara (PP Minerba), namun pada
sengketa melalui forum arbitrase dalam UU Minerba tahun 2009 pengalihan
negeri. Selain itu dalam Pasal 154 UU saham di mungkinkan berdasarkan pasal
Minerba mengatur penyelesaian 93 ayat 2 UU Minerba tahun 2009.
sengketa yang terjadi terhadap pemegang
Izin Usaha Pertambangan sedangkan 2. Akibat Hukum Apabila
dalam Pasal 32 UU No. 25 Tahun 2007 Divestasi Saham Melewati Batas
mengatur penyelesaian sengketa yang Waktu
terjadi atas hal-hal yang tertuang dalam
perjanjian. Dalam Peraturan Pemerintah No.
77 tahun 2014 sebagai pelaksana dari
undang-undang khususnya pasal 97 ayat
1.6 Kelemahan PP No. 77 Tahun
(11) hanya mengatur mengenai apabila
2014
tidak tercapainya penawaran divestasi
Pengaturan dalam PP No. 77 saham pada tahun bersangkutan maka,
tahun 2014 dianggap telah kehilangan dilakukan pada tahun berikutnya.
semangat nasionalisasi dibanding dengan Pengaturan tersebut walaupun tidak
PP No. 24 tahun 2012 karena lengkap namun memberikan sedikit
menyinggung mengenai kewajiban kejelasan pengaturan mengenai
divestasi pada Kasus PT. Freeport kemungkinan tidak tercapainya
Indonesia berdasarkan diterbitkannya PP divestasi. Namun ketidaklengkapan itu
No. 77 Tahun 2014 tentang Perubahan menimbulkan pertanyaan baru kembali
Ketiga atas PP Nomor 23 tahun 2010 yaitu bagaimana apabila setelah tahun
atas Pelaksanaan Kegiatan Usaha berikutnya pun proses divestasi tidak
Pertambangan Mineral dan Batubara tercapai. Hal ini akan menyebabkan
pada 14 Oktober 2014 tersebut PTFPI saham yang akan didivestasikan
diwajibkan mendivestasikan sahamnya menumpuk dan mekanisme nya pun
hanya sebesar 30% karena PTFPI tidak jelas. Sesuia pada sub bab
termasuk pengembang tambang bawah. sebelumnya yaitu sanksi-sanksi bagi
Padahal pada PP No 24 tahun 2012 investor yang tidak menjalankan
justru mengamanatkan PTFPI melepas kewajiban sesuai dengan UU maka akan
51% saham nya. dikenakan sanksi berdasarkan pasal
Selain itu ketidakjelasan pasal 119 Undang-Undang Nomor 4
persoalan mekanisme kewajiban Tahun 2009 dan pasal 110 PP No.23
divestasi saham apakah dapat dilakukan Tahun 2012 sebagaimana telah diubah
melalui IPO atau tidak. Sebab dalam dengan PP No.77 Tahun 2014. Namun
Pasal 24 ayat (2) poin a KK generasi V penerapan sanksi ini hanya bisa
menyatakan bahwa memungkinkan diterapkan bagi investor asing pemegang
pengalihan saham melalui Bursa Efek Izin Usaha Pertambangan dan Izin Usaha
Jakarta. Sedangkan skema divestasi Pertambangan Khusus. Bagi para
saham perusahaan asing melalui IPO pemegang Kontrak Karya sanksi ini
tidak dikenal dalam hukum positif tidak dapat langsung diterapkan kepada
Indonesia atau Peraturan Pemerintah mereka karena harus melalui proses
Nomor 77 tahun 2014 tentang Perubahan renegosiasi kontrak sebab kontrak karya

12
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

bersifat perdata dimana ketentuan di teguran,penghentian operasi sementara


dalam kontrak tersebut mengikat layak dan pencabutan izin produksi.
nya undang-undang bagi para pihak yang
bersepakat. 2.2 Akibat Hukum Atas Terjadinya
Wanprestasi Dalam KUHPerdata.
2.1 Akibat Hukum Atas Terjadinya
Wanprestasi Dalam PP. No. 77 Tahun Kontrak karya sendiri merupaka
2014. perjanjian antara dua belah pihak yaitu
pemerintah dan penanam modal asing
Di Indonesia perjanjian patungan dimana posisi kedua nya adalah sejajar
mengenai penanaman modal asing tidak tanpa memandang status dari keduanya
saja tunduk kepada kitab undang-undang dan dalam kontrak tersebut memuat hak
hukum perdata (KUH Perdata) dan kewajiban para pihak. Dalam
khususnya buku 3, Bab 2 tentang KUHPerdata kontrak karya merupakan
Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian tidak
kontrak atau persetujuan, tetapi juga bernama/innominaatcontracten dimana
ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan menurut pasal 1319 KUHPerdata
pemerintah sehubungan dengan menyatakan bahwa semua persetujuan,
14
penanaman modal. Sehubungan baik yang mempunyai suatu nama
dengan ini salah satu peraturan khusus, maupun yang tidak terkenal
pemerintah yang mengatur mengenai dengan suatu nama tertentu, tunduk pada
penanaman modal asing dalam bidang peraturan-peraturan umum, yang dimuat
pertambangan salah satunya adalah UU dalam Bab II dan Bab sebelumnya. Ini
Minerba dan peraturan pelaksanaannya artinya para pihak yang telah membuat
yaitu PP No.77 tahun 2014. perjanjian tetap tunduk kepada
Peraturan Pemerintah No. 77 KUHPerdata sepanjang hal tersebut
tahun 2014 sebagai pelaksana dari tidak dimuat di dalam perjanjian.
undang-undang khususnya pasal 97 ayat Dalam praktiknya, para pihak
(11) hanya mengatur mengenai apabila seringkali tidak dapat melaksanakan apa
tidak tercapainya penawaran divestasi yang menjadi prestasinya sesuai dengan
saham pada tahun bersangkutan maka, apa yang telah diperjanjikan karena
dilakukan pada tahun berikutnya. berbagai alasan, hal ini biasa disebut
Peraturan ini tidak lengkap karena dengan wanprestasi. Menurut pengertian
menyamarkan akibat hukum dari umum , wanprestasi adalah merupakan
terlambatnya pelaksanaan kewajiban pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
yang ditentukan sebab dalam pasal 119 atau dilakukan tidak menurut
UU Minerba mengatakan bahwa bagi selayaknya. Oleh sebab itu, seorang
pemegang IUP dan IUPK yang tidak debitur dinyatakan wanprestasi apabila ia
menjalankan kewajiban divestasi akan dalama melaksanakan prestasi perjanjian
dikenai sanksi administrative berupa telah lalai, sehingga terlambat dari
pencabutan izin kemudian pada pasal jadwal waktu yang ditentukan atau
110 PP. No.23 Tahun 2010 sanksi nya dalam melaksanakan prestasi. 15
berupa pemberian surat Sedangkan menurut subekti, seorang
debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak

14 15
Erman Rajagukguk, Indonesianisasi M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum
Saham. Bina Aksara, Jakarta:1984. hlm 13 Perjanjian, Alumni, Bandung 1986, hlm 60.

13
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

memenuhi kewajibannya atau terlambat Seperti halnya dengan perjanjian


memenuhinya atau memenuhinya tapi tidak bernama lainnya, maka apabila di
tidak seperti yang telah diperjanjikan.16 dalam kontrak karya telah mengatur,
Dalam kasus kewajiban divestasi maka sesuai dengan sifat terbuka Buku
saham PT Freeport sebenarnya PT III KUHPerdata, ketentuan-ketentuan
Freeport telah melakukan wanprestasi dalam Buku III boleh disimpangi, akan
dimana PTFI telah melakukan prestasi tetapi apabila di dalam Kontrak Karya
namun tidak baik yaitu PTFI memang tidak diatur, ketentuan sebaliknya yang
telah melaksanakan kewajibannya harus di terapkan.17
dengan melakukan divestasi saham Kontrak karya sendiri juga
sebesar 10% setelah di perpanjangnya mengatur mengenai ketentuan saat
kontrak karya generasi V tahun 1991 berakhirnya kontrak. Meskipun dalam
namun, setelah itu PTFI tidak Pasal 1381 KUHPerdata telah diatur
melaksanakan lagi kewajiban nya yang mengenai kapan suatu perikatan berakhir
telah ditentukan dalam perjanjian selama , namun berdasarkan pada asas
hampir 14 periode. kebebasan berkontrak, para pihak dalam
Keadaan lalai seperti ini dalam kontrak karya bebas untuk menentukan
hal perjanjian bersyarat seperti hal nya sendiri kapan kontrak di antara para
Kontrak Karya, akibat hukumnya adalah pihak berakhir. Kontrak karya berakhir
perjanjian tersebut dapat dibatalkan oleh apabila:18
salah satu pihak, namun pembatalan 1. jangka waktu yang ditetapkan
tersebut tidak dapat dilakukan begitu dalam kontrak telah berakhir.
saja melainkan berdasarkan pasal 1266 2. Kontraktor setiap saat dapat
KUHPerdata perjanjian tersebut dapat menghentikan usaha
dibatalkan berdasarkan keputusan hakim pertambangannya apabila tidak
baik apabila syarat batal tersebut telah menguntungkan, setelah
tercantum di dalam perjanjian atau pun memenuhi semua kewajiban
tidak tercantum, apabila tidak tercantum berdasarkan Kontrak Karya dan
maka hakim adalah leluasa dalam suatu selanjutnya melakukan likuidasi
keadaan atas permintaan tergugat untuk sesuai peraturan yang berlaku.
memberikan jangka waktu untuk tetap 3. Sebaliknya pemerintah dapat
memenuhi kewajibannya dengan jangka mengakhiri kontrak secara
waktu tidak lebih dari satu bulan. sepihak apabila kontraktor lalai
Apabila kemudian tergugat melaksanakan kewajibannya.
dalam hal ini PTFI telah dinyatakan lalai Apabila ternyata perusahaan lalai
oleh hakim maka pihak penggugat dalam dalam melaksanakan ketentuan kontrak,
hal ini adalah pemerintah berdasarkan maka pemerintah akan menyampaikan
pasal 1267 KUHPerdata memiliki hak pemberitahun secara tertulis kepada
opsi yaitu memaksa pihak tergugat untuk perusahaan tentang keadaan ini.19 Dalam
memenuhi prestasinya atau membatalkan hal ini perusahaan diberi jangka waktu
persetujuan disertai dengan penggantian 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
biaya, kerugian dan bunga. menerima pemberitahuan tersebut.
2.3. Akibat Hukum Atas Terjadinya Apabila dalam jangka waktu yang telah
Wanprestasi Dalam Kontrak Karya
17
ibid. 57
16 18
Prof.Subekti, Pokok-Pokok Hukum ibid. 60
19
Perdata, Intermasa, Jakarta 1980, hlm 147. ibid 58

14
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ditetapkan, perusahaan tidak dapat internasional yang utama dan perusahaan


memperbaiki kelalainnya atau tidak penanaman modal asing dengan objek
memberi penjelasan maupun alasan yang perjanjiannya adalah sumber daya
kuat sebab-sebab mengapa tidak mineral dan batubara.
memenuhi kewajibannya, maka Karena sumber hukum yang
pemerintah dapat mengakhiri kontrak utama yang mengatur perjanjian
secara sepihak. 20 Namun sebelum internasional adalah Konvensi Wina
mengakhiri secara sepihak tersebut tentang Hukum Perjanjian Internasional
berdasarkan Pasal 1266 KUHPerdata 1969 (Viena Convention on The Law of
mengatakan yang menentukan bahwa The Treaties). Dalam pasal 24 Konvensi
tiap perjanjian bilateral selalu dianggap Wina 1969 mengatur mengenai azas
telah dibuat dengan syarat, bahwa pacta sunt servanda dimana perjanjian
kelalaian salah satu pihak akan tersebut mengikat layaknya undang-
mengakibatkan pembatalan perjanjian undang bagi pihak-pihak yang
dan pembatalan tersebut harus melakukan perjanjian. Ini artinya bahwa
dimintakan pada hakim. perjanjian yang telah disepakati wajib di
Sesuai dengan ketentuan Pasal 21 jalankan yaitu ketentuan dalam Kontrak
ayat 1 Kontrak Karya dinyatakan bahwa Karya Generasi V Tahun 1991 dimana
para pihak telah bersepakat untuk kewajiban divestasi saham adalah 51%
menyerahkan semua sengketa antara hingga tahun ke-20. Pada kasus
kedua belah pihak, baik yang timbul kewajiban divestasi saham oleh PT
sebelum atau sesudah pengakhiran Freeport, pihak PTFI telah lalai dalam
persetujuan atau penerapannya atau melaksanakan kewajibannya selama
operasi-operasi di bawah persetujuan, hampir 14 periode. Berdasarkan pasal 46
termasuk anggapan-anggapan bahwa Konvensi Wina 1969 terdapat tiga factor
salah satu pihak telah lalai dalam yang bisa menjadi dasar bagi suatu
melaksanakan kewajiban-kewajiban nya, Negara untuk membatalkan
maka penyelesaian akhir, para pihak kesepakatannya untuk mengikatkan diri
berkeinginan untuk menyelesaikannya pada perjanjian adalah:
dengan cara Konsiliasi atau melalui 1. ketentuan hukum nasional
Arbitrase. 21 Penyelesaian sengketa yang dilanggar itu adalah
wanprestasi melalui aribtrase ketentuan tentang wewenang
internasional terjadi pada kasus untuk membuat perjanjian;
kewajiban divestasi saham PT NNT 2. ketentuan yang dilanggar
ditahun 2008. mempunyai arti mendasar;
3. pelanggaran itu harus benar-
2.4 Akibat Hukum Atas Terjadinya benar bukan saja untuk
Wanprestasi Dalam Hukum Negara yang bersangkutan
Perjanjian Internasional. tetapi juga untuk pihak-pihak
Kontrak karya merupaka sebuah lainnya.
perjanjian internasional karena Dalam hal lalainya PTFI dalam
subyeknya adalah Negara dimana melakukan kewajiban divestasi, sesuai
Negara adalah subyek hukum dengan pasal 46 ayat (2) bahwa
pelanggaran tersebut menyentuh
ketentuan yang mempunyai arti
20
ibid mendasar sebab dengan terhambatnya
21
ibid 63

15
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

keuntungan pada negara tentunya akan 2.5 Dampak Kewajiban Divestasi


membuat potensi kerugian pada Negara Terhadap Iklim Investasi di
karena kewajiban divestasi saham Indonesia.
kepada peserta Indonesia sebesar 51%
telah sesuai dengan tujuan Undang- Kehadiran investor asing sangat
undang Dasar Negara Republik dipengaruhi oleh kondisi internal suatu
Indonesia Pasal 33 ayat (3) bahwa yang Negara, seperti stabilitas ekonomi,
menyebutkan bahwa bumi, dan air dan politik Negara dan penegakan hukum.
kekayaan alam yang terkandung di Salah satu faktor yang sangat
dalamnya dikuasai oleh negara dan mempengaruhi iklim investasi di
dipergunakan untuk sebesar-besarnya Indonesia adalah mengenai kebijakan-
kemakmuran rakyat. Keuntungan ini kebijakan yang dibentuk pemerintah.
dapat mensejahterahkan rakyat karena Dari berbagai kebijakan
Penguasaan negara atas sumber daya pembatasan investasi asing yang
alam dalam kepemilikan saham nasional berkaitan dengan skripsi ini adalah pada
dapat dilakukan oleh peserta Indonesia poin ke-empat yaitu keharusan
yang keuntungannya dirasakan secara melakukan divestasi. Berdasarkan pasal
langsung oleh masyarakat karena 24 Kontrak Karya 1991, Pasal 27 UU
menurut pasal 24 Kontrak Karya proses No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
divestasi saham tersebut dapat dilakukan Modal Asing, Pasal 79 dan 112 UU
melalui Bursa Efek dan atau dengan cara Minerba 2009 menyimpulkan bahwa
lain yang ditentukan oleh pemerintah bagi penanam modal asing wajib
yaitu dapat melalui sistem penawaran mengalihkan sahamnya kepada pihak
dan lelang kepada Pemerintah dan nasional atau biasa dikenal sebagai
BUMN/BUMD serta pihak swasta kebijakan divestasi.
nasional. Dimana apabila saham berhasil Bertambahnya secara perlahan-
di alihkan kepada pemerintah maka lahan partisipasi nasional baik disektor
rakyat akan menikmati keuntungan publik maupun swasta dalam pemilikan
tersebut yang disalurkan melalui APBN. perusahaan-perusahaan penanam modal
Kemudian pasal 60 ayat 3 huruf asing, pembatasan atas aktivitas
b Konvensi Wina menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan asing di sektor-
konsekuensi dari pelanggaran terhadap sektor tertentu dan lain-lain larangan
perjanjian terutama pelanggaran adalah hasil dari perasaan nasionalisme
terhadap suatu ketentuan yang penting di bidang perekonomian. Namunm dari
untuk memenuhi maksud atau tujuan sudut investor asing sendiri
perjanjian tersebut adalah pengakhiran kebijaksanaan tersebut dirasakan sebagai
atau penangguhan bekerjanya suatu creeping nasionalisasi: erosi pemilikan
perjanjian. Namun seperti yang telah dan kontrol terhadap manajemen dari
dibahas sebelumnya bahwa pengakhiran perusahaan-perusahaan penanaman
22
suatu perjanjian bersyarat tidak dapat modal tersebut.
serta merta dilakukan oleh salah satu Menjalankan kontrol atas
pihak, pengkahiran tersebut harus perusahaan joint venture merupakan
berdasarkan keuputsan hakim. bagian yang penting bagi investor asing.
Masalah ini tidak akan timbul, jika pihak

22
Masao Sakurai dalam Erman Rajaguguk,
hlm 79

16
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

asing memiliki mayoritas saham-saham bertujuan untuk mengumpulkan sumber-


dalam perusahaan tersebut namun, ketika sumber kekayaan alam dan menjualnya
pihak asing menjadi pemegang saham dipasar dunia seperti hal nya perusahaan
minoritas, ia masih memiliki beberapa pertambangan logam, yang menjadi
cara untuk melindungi kepentingan- hambatan bagi mereka untuk
kepentingannya, antara lain melalui berinvestasi adalah larangan ekspor dari
pengaturan quorum rapat umum bahan-bahan mentah tertentu oleh
pemegang saham dan cara mengambil pemerintah setempat agar bahan-bahan
keputusan 23 , surat kuasa yang tidak tersebut di olah terlebih dahulu di dalam
dapat dicabut, voting agreement, dan negeri sebelum akhirnya di ekspor, hal
management kontrak. 24 Selain melalui ini lah yang menjadi faktor pendorong
rapat hal-hal tersebut, investor asing investor tambang asing untuk
teteap dapat melakukan kontrol terhadap mengundurkan investasi mereka karena
perusahaan dengan mengalihkan saham pengolahan di dalam negeri akan
kepada beberapa pihak nasional bisa mengeluarkan biaya besar lagi serta
dengan melalui pasar modal dengan pajak ekspor atas bahan tersebut akan
jumlah yang terpecah-pecah sehingga bertambah.
investor asing tersebut teteap sebagai Yang menjadi masalah dalam
pemegang saham mayoritas. iklim investasi sendiri bukanlah karena
Mengenai kontrol pada ada nya kewajiban divestasi melainkan
perusahan joint venture sebenarnya karena tidak ada nya kepastian hukum
partner asing mempunyai kemungkinan atas kebwajiban divestasi tersebut karena
untuk mengadakan manajemen kontrak regulasi yang berubah-berubah yang
dengan partner lokal yang memberikan mengakibatkan para pihak menafsirkan
kekuasaan kepadanya untuk hukum sesuai dengan kepentingannya
menjalankan perusahaan joint venture masing-masing yang mengakibatkan
tersebut yaitu dengan mengadakan ketidakpastian hukum karena tidak pasti
perjanjian khusus. Perjanjian ini hukum mana yang seharusnya dijadikan
menyangkut jabatan-jabatan tertentu acuan.
yang merupakan konspensasi atas
ketiadaan kontrol melalui pemungutan IV. KESIMPULAN
suara dalam rapat pemegang saham. Pelaksanaan kewajiban divestasi
Pada dasarnya kesediaan investor saham di Indonesia telah diatur
asing untuk melakukan pengalihan dengan beberapa peraturan yang
saham kepada peserta nasional berganti-ganti yang menyebabkan
bergantung kepada penilaian seberapa ketidakpatuhan para pelaku usaha
jauh bidang usaha yang bersangkutan dengan alasan tidak konsisten nya
masih akan memberikan keuntungan regulasi yang ada yang menyebabkan
dimasa depan. Hal ini bersentuhan para pelaku usaha menafsirkan
dengan motivasi investor asing tersebut hukum sesuai dengan
melakukan investasi serta tujuan dari kepentingannya masing-masing yang
perusahaan. Bagi perusahaan yang berakibat pada ketidakpastian
hukum. Bahkan peraturan terbaru
23
Lawis D. Solomon dalam Erman yang mengatur kewajiban divestasi
Rajaguguk, Hlm 79. adalah PP No. 77 tahun 2014 dan
24
Arvind V. Phatak dalam erman Peraturan Menteri No.13 Tahun 2013
Rajaguguk, Hlm 79.

17
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tentang Tata Cara dan Penetapan bersepakat. Kontrak Karya dalam


Harga Divestasi Saham, serta hukum perdata merupakan perjanjian
Perubahan penanaman Modal di bersyarat dan juga berstatus sebagai
Bidang Usaha Pertambangan Mineral suatu perjanjian internasional karena
dan Batubara ini juga tidak di dalamnya mengatur mengenai
menjawab mengenai kekurangan- subyek Internasional yakni Negara
kekurangan yang terdapat dalam dan Perusahaan Penanaman Modal
pengaturan sebelumnya yaitu tidak Asing tentu pengaturannya berbeda
diaturnya mengenai bagaimana dengan Sistem Perizinan di dalam
apabila para pihak yang memiliki UU Minerba. Apabila kemudian
hak penawaran tidak tertarik untuk dalam hal ini PTFI telah dinyatakan
membeli saham divestasi, kewajiban lalai oleh hakim maka pihak
menawarkan kembali saham penggugat dalam hal ini adalah
divestasi kepada peserta Indonesia pemerintah berdasarkan pasal 1267
pada periode berikutnya apabila KUHPerdata memiliki hak opsi yaitu
penawaran tidak tercapai tidak memaksa pihak tergugat untuk
memiliki mekanisme yang jelas memenuhi prestasinya atau
apabila penawaran ditahun membatalkan persetujuan disertai
berikutnya pun tidak tercapai, tidak dengan penggantian biaya, kerugian
adanya ketentuan mengenai dan bunga. Kontrak Karya juga
kewajiban divestasi saham apabila mengatur penyelesaian sengketa
divestasi dilakukan melalui Initial yaitu berdasarkan Pasal 21 Kontrak
Public Offering serta PP terbaru ini Karya sengketa diselesaikan melalui
telah kehilangan semangat arbitrase internasional. Wanprestasi
nasionalisasi dengan mengurangi dari sisi Hukum Perjanjian
persentase divestasi PT FI dari 51% Internasional, berdasarkan pasal 46
menjadi 30%. Konvensi Wina 1969 PT Freeport
Akbiat hukum apabila divestasi telah melakukan faktor-faktor yang
melewati batas waktu sebenarnya bisa menjadi dasar bagi suatu Negara
telah di atur dalam Pasal 110 ayat (2) untuk membatalkan kesepakatannya
OO No. 23 Tahun 2012 sebagaimana untuk mengikatkan diri pada
telah diubah dengan PP No. 77 perjanjian. Kemudian pasal 60 ayat 3
Tahun 2014 serta pasal 110 Undang- huruf b Konvensi Wina menyatakan
Undang Nomor 4 Tahun 2009 bahwa konsekuensi dari pelanggaran
tentang Pertambangan Mineral dan terhadap suatu ketentuan yang
Batubara. Namun, sanksi ini hanya penting untuk memenuhi tujuan
bisa diterapkan bagi investor asing perjanjian tersebut adalah
pemegang IUP dan IUPK. Bagi para pengakhiran perjanjian.
pemegang Kontrak Karya sanksi ini
tidak dapat langsung diterapkan
kepada mereka karena harus melalui V. DAFTAR PUSTAKA
proses renegosiasi kontrak sebab BUKU-BUKU
kontrak karya bersifat perdata
dimana ketentuan di dalam kontrak Thalib, Sajuti, 1974. Hukum
tersebut mengikat layak nya undang- Pertambangan Indonesia.
undang bagi para pihak yang

18
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Bandung: Akademi Geologi dan Rajaguguk, Erman. 1984.


Pertambangan. Indonesianisasi Saham. Jakarta:
Bina Aksara.
Redi, Ahmad. 2014. Hukum
Pertambangan. Jakarta: Gramata. Rajaguguk, Erman. 2009. Hukum
Investasi di Indonesia, Anatomi
Nanik, Trihastuti. 2013. Hukum Undang-Undang No. 25 Tahun
Kontrak Karya. Malang: Setara 2009 tentang Penanaman Modal
Press. Asing. Jakarta: Fakultas Hukum
Sutedi, Adrian. 2011. Hukum Universtitas Al-Azhar Indonesia.
Pertambangan. Jakarta: Sinar Harahap, Yahya. 1985. Segi-Segi
Grafika. Hukum Perjanjian. Bandung:
HS, Salim. 2007. Hukum Alumni.
Pertambangan di Indonesia Harahap, Yahya. 2009. Hukum
Revisi III. Jakarta: PT Raja Perseroan Terbatas. Jakarta:
Grafindo. Sinar Grafika.
HS, Salim dan Sutrisno, Budi. 2007. Prof. Subekti. 1980. Pokok-Pokok
Hukum Investasi di Indonesia. Hukum Perdata. Jakarta:
Jakarta: PT. Raja Grafindo. Intermasa.
HS, Salim. 2004. Hukum Kontrak Roisah, Kholis. 2009. Hukum
Teori dan Teknik Penyusunan Perjanjian Internasional.
Kontrak. Jakarta: Sinar Semarang: Pustaka Magister.
Grafikan.
HS, Salim. dan Nurbani, Erlies.
Moin, Abdul. 2007. Merger, Akuisisi 2012. Hukum Divestasi di
& Divestasi. Yogyakarta: Indonesia. Jakarta: Raja
Ekonisa. Grafindo Presda.
Purwahid, Patrik. 1994. Dasar-Dasar Fuady, Munir. 1999. Hukum
Hukum Perikatan. Bandung: Perusahaan Dalam Paradigma
Mandar Maju. Hukum Bisnis. Bandung: Citra
Ilmar, Aminudin. 2004. Hukum Aditya Bakti.
Penanaman Modal di Indonesia. Simamora, Rudi. 2000. Hukum
Jakarta: Prenada Media. Minyak dan Gas Bumi. Jakarta:
Harjono, Dhaniswara. 2007. Hukum Djambatan.
Penanaman Modal, Tinjauan Abdulkadir, Muhammad. 2013.
terhadap Undang-Undang Hukum Dagang dan Tentang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Surat Berharga. Bandung: PT
Penanaman Modal. Jakarta: Raja Citra Aditya Bakti.
Grafindo Persada.
Soekamto, Soerjono. 1982.
Pengantar Penelitian Hukum.
Jakarta: UI Press.

19
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Soemitro, Roni. 1982. Metedologi Tahun 2010 Tentang


Penilitian Hukum dan Jurimetri. Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Jakarta: Ghalia Indonesia. Pertambangan Mineral dan
Batubara.
Soekamto, Soerjono dan Mamudji,
Sri. 2004. Penelitian Hukum 10. Peraturan Pemerintah Republik
Normatif Suatu Tinjauan Indonesia Nomor 77 tahun 2014
Singkat. Jakarta: PT Grafindo Tentang Perubahan Ketiga Atas
Persada. Peraturan Pemerintah No 23
Tahun 2010 Tentang
Rokhmatussadyah, Ana dan Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Suratman. 2011. Hukum Pertambangan Mineral dan
Investasi dan Pasar Modal. Batubara.
Jakarta: Sinar Grafika.
11. Peraturan Menteri Keuangan
PERATURAN PERUNDANG- Republik Indonesia Nomor
UNDANGAN NASIONAL DAN 183/PMK.05/2008 Tentang
PERJANJIAN INTERNASIONAL Persyaratan dan Tata Cara
1. Undang-undang Dasar Negara Divestasi terhadap Investasi
Republik Indonesia 1945 Pemerintah.

2. Kitab Undang-Undang Hukum 12. Undang-Undang Nomor 40


Perdata Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas..
3. Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1959 tentang Pembatalan 13. Departemen Energi dan Sumber
Hak-Hak Pertambangan. Daya Mineral Republik
Indonesia, Siaran Pers nomor
4. Undang-Undang Nomor 37 Prp 23/HUMAS DESDEM/2009,
Tahun 1960 tentang perihal Putusan Arbitrase
Pertambangan. Mengenai Sengketa Divestasi
5. Undang-Undang Nomor 11 Saham PT Newmount
Tahun 1967 tentang Pokok- Tenggara.
Pokok Pertambangan. 14. Keputusan Direktur Jendral
6. Undang-Undang Pasar Modal Pertambangan Umum Nomor
No. 25 Tahun 2007 150.K/20.01/DDJP/1998
tentang Tatacara, Persyaratan
7. Undang-Undang Perseroan dan Pemrosesan Permohonan
Terbatas No 40 Tahun 2007 Kontrak Karya.
8. Undang Undang No 4 Tahun 15. Keputusan Menteri Keuangan
2009 Tentang Pertambangan Nomor 455/KMK.01/1997
Mineral dan Batubara Tentang Pembelian Saham Oleh
Pemodal Asing Melalui Pasar
9. Peraturan Pemerintah Republik
Modal
Indonesia Nomor 24 tahun 2012
Tentang Perubahan Atas 16. Vienna Convention on the law
Peraturan Pemerintah No 23 of treaties 1969

20
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PENELITIAN ILMIAH DAN


MAKALAH
Yosandra, Analisis Yuridis
Kewajiban Divestasi Saham
Pertambangan Dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009
Tentang Mineral dan Batubara
Serta Aturan Pelaksanaannya,
Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro.
Setyanto P Santosa, Pembentukan
Holding Company BUMN
Peluang dan Tantangan,
Makalah, diunduh dari
http://www.pacific
.net.id/pakar/setyanto/tulisan_03
.html , diunduh pada 21 Januari
2016 pukul 18:04 WIB.
INTERNET
http://www.dml.or.id/documents/an
alisis/13.KetMed-DML-
Kontrak%20Karya%20dan%
20Divestasi%20saham%20
Minerba-20150531.pdf, Di
akses pada Minggu, 13
September 2015

21

You might also like