You are on page 1of 28

TUGAS PRAKOASS

FARMASI/FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH
ULIMA MAZAYA GHAISANI
1318011173

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
DAFTAR ISI

1. Penggolongan obat dan contoh obat di dalamnya ........................................................... 1


2. Obat yang sering dipakai dalam tiap stase ...................................................................... 5
3. Perhitungan rumus pada anak, dewasa, dan lansia dan contohnya ................................. 17
4. Syarat kelengkapan bagian tubuh resep .......................................................................... 19
1. Penggolongan obat dan contoh obat di dalamnya

Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas
terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

Obat Bebas dan Bebas Terbatas dipasarkan tanpa resep dokter atau dikenal dengan nama
OTC (Over The Counter) dimaksudkan untuk menangani penyakit-penyakit simtomatis
ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri
oleh penderita. Praktik seperti ini dikenal dengan nama self medication (penanganan
sendiri).

a. Obat Bebas

Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket
serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat
sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga
pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini
tetap dibeli bersama kemasannya.

Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis
tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain
killer (parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam
golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR).

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam.

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua)
sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang
seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker),
karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat
bebas terbatas. Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan
krim antiseptik.

c. Obat Keras

Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang
termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA).
Juga termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam,
Phenobarbital

d. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin
Note:

1. Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau
OTC (over the counter).

2. Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6.

3. Obat keras nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dengan
resep dokter.

4. OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker
pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek.

Obat narkotika golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu


pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.
Contoh: Tanaman: Papaver somniferum L. (semua bag. termsk buah & jerami kec.
bijinya), Erythroxylon coca; Cannabis sp. Zat/senyawa : Heroin
Obat narkotika golongan II : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oleh
pemerintah. Contoh: Morfin dan garam-gramnya Petidin
Obat narkotika golongan III : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oeh
pemerintah. Contoh : Codein

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat dibagi menjadi 5 jenis


penggolongan antara lain:
obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau
mikroba, contoh antibiotik
obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin,
dan serum.
obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang,
contoh vitamin dan hormon.
pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit.
contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat
antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

3. Penggolongan obat berdasarkan lokasi pemakaian dibagi menjadi 2 golongan :


Obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
Obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh
sulfur, dll
4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian dibagi menjadi seperti :
Oral: obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet,
kapsul, serbuk, dll
Perektal: obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang
tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari
pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
Sublingual: pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke
pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-
hormon
Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
Langsung ke organ, contoh intrakardial
Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan dibagi menjadi 2:


Sistemik: obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
Lokal: obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll.

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi:


Farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh
hormon dan vitamin
Kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit
penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya dibagi menjadi 2 :
Alamiah: obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan: jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan: plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral: vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
Sintetik: merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam
salisilat.

8. Obat wajib apotek


Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek
tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri kesehatan RI Nomor
347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor
924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut:
Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat
yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam
pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada
masyarakat
Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya :
obat saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.

2. Obat yang sering dipakai dalam tiap stase

a. Agonis muskarinik
Asetilkolin dan ester kolin sintesis: metakolin, karbakol, dan betanekol.
Alkaloid kolinergik: muskarin, pilokarpin, arekolin, beserta senyawa sintesisnya.

Indikasi: kembung pada ileus pasca bedah, atonia lambung (gastroparesis), atonia
kandung kemih, dan retensi urin.

b. Antikolinesterase
Menghambat kerja enzim asetilkolinesterase.
Reversibel: edrofonium, fisostigmin, dan takrin.
Ireversibel: senyawa organofosfat dan insektisida.

Indikasi: atonia otot polos saluran cerna dan saluran kemih (pasca bedah),
menghilangkan bayangan gas dalam usus (rontgen X ray), memperkecil
pupil sesudah pemberian atropin pada funduskopi, memperlancar aliran
intraokuler (untuk glaukoma), miastenia gravis (kelemahan otot yang
ekstrem), serta atrofi korteks serebri dan berkurangnya neuron korteks dan
subkorteks (penyakit alzheimer).

c. Antagonis muskarinik
Alkaloid antimuskarinik, atropin, dan skopolamin.
Derivat semi sintesisnya: homatropin dan skopolamin metobromida.
Derivat sintesis: ipratropium bromida, tiotropium, dan tolterodin.

Indikasi: efek perifer tanpa efek sentral (antispasmodik), midriatikum


(menghilangkan daya akomodasi untuk funduskopi, iritis, iridosiklitis, dan
keratitis), Parkinson, bronkodilator, tukak peptik (disentri, kolitis,
divertikulitis, dan kolik), mengurangi sekresi lendir hidung dan saluran
napas (rhinitis akut, koriza, hay fever, PPOK, bronkitis kronis dan
emfisema), medikasi praanastesia, dan antidotum untuk keracunan
antiklinesterase dan keracunan kolinergik.

d. Adrenergik
Kerja langsung: isoproterenol, fenilefrin, epinefrin, norepinefrin (levarterenol).
Kerja tidak langsung: amfetamin, tiramin, efedrin, metamfetamin, metilfenidat,
dopamin, dobutamin, salbutamol, klonidin, metil dopa, guanfasin, guanabenz,
tinazidin, dan kokain.
Agonis selektif reseptor b1: dobutamin.
Agonis selektif reseptor b2: metaprotarenol, salbutamol, terbutalin, fenoterol,
formoterol, prokaterol, salmeterol, pirbuterol, bitolterol, isoetarin, dan ritodrin.
Agonis selektif reseptor a1: metoksamin, fenilefrin, mefentermin, metaraminol,
dan midodrin.
Agonis selektif reseptor a2: klonidin, guanfasin, guanabenz, metioldopa, tinazidin.

Indikasi: perangsang otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, kelenjar liur, dan
kelenjar keringat, penghambat otot polos usus, bronkus, dan pembuluh
darah otot rangka (syok anafilaktik, henti jantung, dan menghentikan
perdarahan kapiler pada ulkus peptik yang berdarah selama endoskopi),
perangsang jantung, perangsangan SSP, peningkatan metabolik
(glikogenolisis dan lipolisis), memodulasi sekresi insulin, renin, dan
hormon hipofisis, hambatan atau peningkatan pelepasan neurotransmitter
norepinefrin atau asetilkolin.

Syok kardiogenik dan sepsis (dopamin/dobutamin).


Syok anafilaktik dan hipersensitifitas (efedrin).
Hipertensi sangat berat dan syok neurogenik (metoksamin/fenilefrin).
Hipotensi (fenilefrin).
Hipotensi postural kronik karena gangguan fungsi sistem saraf otonom (efedrin).
Hipertensi (klonidin, guanfasin, guanabenz, dan metildopa).
Aritmia jantung (fibrilasi ventrikel, disosiasi elektromekanik, dan asistol) (epinefrin).
Takikardia supraventrikular paroksismal (metoksamin, fenilefrin, dan metaraminol).
Mengurangi perdarahan pada operasi THT (epinefrin).
Memperpanjang anastesi (epinefrin).
Asma bronkial (agonis b2).
Glaukoma sudut lebar (epinefrin dan dipiverin).
Narkolepsi (efedrin, amfetamin, metamfetamin, dan dekstroamfetamin).
Parkinson (dekstroamfetamin).
Sindrom hiperkinetik anak; ADHD (amfetamin, dekstroamfetamin, dan metilfenidat).
Menunda kelahiran prematur (ritodrin, terbutalin, dan fenoterol).
Diare pada pasien DM dengan neuropati otonomik (klonidin).

e. Penghambat adrenergik
Penyekat adrenergik alfa: fentolamin, prazosin, terazosin, dan doksazosin.
Penyekat Adrenergik beta: propanolol, timolol, nadolol, Asebutolol, Atenolol,
Metoprolol, Esmolol, Pindolol, dan Asebutolol.
Obat-obat yeng mempengaruhi ambilan atau penglepasan neurotransmiter:
Reserpin, Guanetidin, dan Kokain.
Indikasi: vasodilator dan venodilator, penurun tekanan darah, angina pektoris,
aritmia, infark miokard, migrain, glaukoma, ansietas, dan sirosis dengan
varises

BPH (fenoksibenzamin)
Episode akut hipertensi dan pseudoobstruksi usus pada feokromositoma (fentolamin)
Disfungsi ereksi (fentolamin)
Hipertensi (derivat kuinazolin)
Gagal jantung sistolik (prazosin)

f. Antibiotik
Penicillins:
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding
sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah kelompok
agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin,
kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan untuk
mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran
pernapasan, dan lain-lain). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.

Benzilpenisilin (Penisilin G) dan fenoksimetilpenisilin (penisilin V)


-penisilin tahan penisilase: kloksasilin dan flukoksasilin
-penisilin spektrum luas: ampisilin, amoksisilin, amoksiklav, dan pivampisilin.
-penisilin antipseudomonas: piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, dan tikarsilin
-mesilinam: pivmesilinam

Cephalosporin:
Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati
infeksi saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan
saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa
generasi, yaitu :
Sefalosporin generasi pertama, untuk infeksi saluran kemih.
Sefalosporin generasi kedua, untuk sinusitis
Sefalosporin generasi ketiga, untuk meningitis
Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, sefuroksim, sefotaksim, seftazidin, seftriakson.

Antibiotik beta laktam lainnya:


-golongan monobaktam dan aztreonam
-golongan karbapenem, imipenem (turunan tienamisin) dan meropenem

Tetracyclines:
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang
diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter
ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun
contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: Klortetrasiklin,
tetracycline, doxycycline, dan minocycline. demeklosiklin, dan oksitetrasiklin.
Aminoglycosides:
Jenis anti biotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: amikasin, gentamisin, neomisin
sulfat, netilmisin, tobramycin, kamamisin, dan streptomisin.

Macrolides:
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk
penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun contoh obat yang
termasu dalam golongan ini antara lain: erythromycin, azithromycin,
clarithromycin, roksitromisin, spiramisin.

Sulfonamides dan trimethoprim:


Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek
berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan Kristal obat, pasien harus
minum sejumlah besar air. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : gantrisin dan co-trimoxazole.

Metronidazole dan tinidazole.

Quinolones: ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin, ofloksasin, asam nalidiksat,


dan moksifloksasin

Antibiotik lainnya: kloramfenikol, klindamisin, vankomisin,


teikoplanin, spektinomisin, dan linezolid

g. AntiInflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu, meringankan rasa nyeri
yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus
menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke dalam golongan
steroid dan golongan non-steroid:

Obat Anti-inflamasi Nonsteroid atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID
(Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Contoh: Aspirin
Obat antiinflamasi Steroid adalah untuk menghambat enzim fospolifase sehingga
menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien. Contoh:
hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason,
triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid
dan fluokortolon.

h. Anti Hipertensi

Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas


cardiovascular. Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu :

Obat Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya: Hidroklorotiazid

Obat Penghambat Adrenergik ialah golongan obat yang menghambat perangsangan


adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :
Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat yang menduduki
adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b) sehingga menghalanginya untuk
berinteraksi dengan obat adrenergik.
Penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor
terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang
termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel,
bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai sebagai
antihipertensi.
Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu obat yang
menghambat perangsangan adrenergik di SSP.

Vasolidator berfungsi untuk mengendurkan otot polos arteri, menyebabkan mereka


untuk membesar dan dengan demikian mengurangi resistensi terhadap aliran darah.
Contoh : hydralazine dan minoxidil

Penghambat Angiotensin-Converting Enzime (ACE-inhibitor) dan Antagonis


Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk memblokir aksi hormon
angiotensin II, yang mempersempit pembuluh darah. Contoh : captopril,
enalapril, perindopril, ramipril, quinapril dan lisinopril
Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang sama seperti ACE
inhibitor. Contoh : candesartan, irbesartan, telmisartan, eprosartan.
Antagonis Kalsium berfungsi untuk menghambat influx kalsium pada sel otot
polos pembuluh darah dan miokard. Contoh : nifedipin.

i. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
(epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.

j. Anti Koagulasi

Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan


menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan
darah. Antikoagulasi dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral


dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli
paru-paru dan trombosis vena dalam. Contoh: Protamin Sulfat

Antikoagulasi oral terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya : dikumoral,


warfarin dan derivate indan-1,3-dion misalnya: anisindion.

Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium. Contoh : Natrium sitrat,
Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium edetat.

k. Anti Histamin

Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe
segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti histamin digolongkan
mejadi 2 kelompok yaitu:

Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti histamin H1,
adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja
histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi
gejala alergi karena musim atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin
HCl (benadryl), Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin
HCl (Clistin), Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl),
Piperinhidrinat (Kolton).

Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi


histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung.
Antagonis H2 terdiri dari: Semitidin (Cimet, Corsamet, Nulcer, Tagamet,
Ulcadine), Ranitidin, HCl (Ranin, Ranatin, Ranatac, Zantac, Zantadin),
Famotidin (Facid, Famocid, Gaster Ragastin, Restidin).

l. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran
yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berdasarkan
penggunaan klinik, psikotropik dapat di bedakan menjadi 4 golongan:

Antipsikosis (major tranquilizer) bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun


kronik, suatu gangguan jiwa yang berat.Contoh: Risperidon, Olanzapin, Zolepin.
Antiansietas (minor tranquilizer) berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit
psikoneurosis, dan berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis. Contoh:
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam.

Anti depresi digunakan untuk mengobati gangguan yang heterogen. Contoh:


desipramin, nortriptilin

Anti mania (mood stabilizer) berfungsi untuk mencegah naik turunnya mood pada
pasien dengan gangguan bipolar. Contoh: karbamazepin, asam valproat.

m. Anti Jamur atau Anti Fungi

berfungsi untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh jamur. Contoh: imidiazol,
diazol dan anti biotic polien
No Golongan Obat Jenis Obat Nama Generik

1 ANALGETIK (Antinyeri) Narkotik Fentanil

Morfin

Pethidine

Tramadol HCl

Kodein

Non Narkotik Acetosal

Ibuprofen

Natrium diklofenak

Parasetamol

Asam mefenamat

Metampiron

Antipirai Allopurinol

Antipirai (NSAID) Meloksikam

Ketoprofen

Piroksikam

Ketorolac

Kolkisin

Indometasin

Fenilbutazon

2 Antiemetik (Antimual/muntah) Dimenhidrinat

Metoklopramid

Domperidon

Ondansetron

3 Anestesi Anestesi lokal Bupivikain

Lidokain

Anestetik umum& Ketamin


Oksigen

Tiopental

Midazolam
4 Antiepilepsi Mg Sulfat

Diazepam

Fenitoin

Phenobarbital

Karbamazepin

Asam Valproat

5 AntiParkinson Triheksifenidil

Levodopa + Karbidopa

Benserazid + levodopa

Bromokriptin

6 Psikofarmaka Antiansietas & anti Diazepam


insomnia

Alprazolam

Antidepresi & anti mania Amitriptilin

Fluoksetin

Imipramin

Sertralin

Antipsikosis Flufenasin

Haloperidol

Klorpromazin

Risperidon

Klozapin

Piracetam

7 Kortikosteroid Hidrokortison

Metil Prednisolon

Prednison

Triamsinolon

8 Vitamin Vit A

Vit B1
Vit B6

Vit C

Vit E

Calcitrol

Ca Laktat

Sianokobalamin

Ca karbonat

9 Batuk Antitusif (batuk kering) Dextrometorfan (DMP)

Ekspektoran Gliseril guaiakolat


(GG)

Ambroxol

Bromhekin

10 Antasida dan antiulkus Antagonis reseptor H2 Ranitidin

Simetidin

Antihiperasiditas Magnesium Hidroksida

Alumunium Hidroksida

Ca Karbonat

Antasida

PPI Omeprazol

Lansoprazol

sukralfat Sukralfat

11 Laksativ (pencahar) Bisakodil

Gliserin

Laktulosa

12 Antispasmodik Atropin

Ekstrak Belladon

13 Larutan elektrolit Oral Na bikarbonat

Oralit

Parenteral Ca glukonat
Larutan KCl

Na bikarbonat

Dextrosa

14 Antidiare Kaolin dan pektin

Loperamid Hcl

Attapulgit

15 Antidot/obat lain utk keracunan Khusus Nalokson

Protamin sulfat

Deferoksamin

Kalsium folinat

Metil tionin klorida


(biru metilen)

Natrium tiosulfat

Umum Mg Sulfat

Karbon Aktif

16 Antialergi Cetirizin

Loratadin

Klorfeniramin

Difenhidramin

Ketotifen

17 Diuretik Furosemida

Manitol

Spironolakton

HCT

18 Kardiovaskuler AntiHiperlipidemia Simvastatin

Fenofibrat

Antihipertensi Nifedipin

Amlodipin

Valsartan
Losartan

Nicardipin

reserpin

Antiaritmia Propanolol

Verapamil

Digoksin

Amiodaron

19 Kulit Anti acne Asam Retinoat

Anti fungi Mikonazol

20 Mata Miotik & anti glaukoma Asetazolamid

Pilokarpin

Timolol

21 Antidiabetes Glibenklamid

Metformin

Acarbose

Pioglitazon

Insulin

22 Produk darah dan pengganti Dekstran 70


plasma
HES

Pengganti plasma
DOEN

3. Perhitungan rumus pada anak, dewasa, dan lansia dan contohnya

a. Berdasarkan umur

Rumus young (untuk anak <8 tahun)


Rumus dilling (untuk anak 8 tahun)

Rumus Fried (untuk bayi)

b. Berdasarkan berat badan


Rumus Thermich

c. Rumus untuk menentukan persentase DM obat

Persentase DM sekali :

Persentase DM sehari :

Contoh soal sediaan serbuk :

R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)

Sacchar.lact. qs

m.f.pulv. d.t.d. no.X.

S. t.d.d. Pulv. I

Pro: Rifki (12th)


Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan,
mengandung 0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu
bungkus.

Jawab :

a. DM sekali pakai untuk anak 12 tahun

DM sekali pakai = (12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai

sedangkan untuk Persentase DM sekali :

= (0,5/0,6 mg) x 100% = 83,3%

b. DM untuk sehari untuk anak 12 tahun

DM sehari = (12/20) x 3 mg = 1,8 mg DM dosis atropin untuk sehari .

Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :

= (3x0,5)/1,8 x 100% = 83,3 %

Dosis obat lansia

Umur ---> Dosis

60-70 4/5 dosis dewasa

70-80 3/4 dosis dewasa

80-90 2/3 dosis dewasa

>90 1/2 dosis dewasa

Contohnya: dosis dewasa parasetamol 500 mg untuk sekali pakai, berapa dosis untuk
lansian berumur 67 tahun?
Jawab: 4/5 x 500 mg = 400 mg untuk sekali pakai lansia umur 67 tahun

4. Syarat kelengkapan bagian tubuh resep

Pembagian suatu resep yang lengkap :

1) Tanggal dan tempat ditulisnya resep ( inscriptio )

2) Aturan pakai dari obat yang tertulis ( signatura )

3) Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep ( subcriptio )

4) Tanda buka penulisan resep dengan R/ ( invecatio )

5) Nama obat, jumlah dan cara membuatnya ( praescriptio atau ordinatio )

Resep untuk pengobat segera

Cito : segera

Urgent : penting

Statim : penting
P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.

pada bagian atas kanan resep

Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie dan
ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3X, artinya resep dapat dilayani
1 + 3 kali ulangan = 4 X . Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis
iteratie tetapi selalu dengan resep baru.

Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan

s signa tandai Singkatan untuk aturan pakai


terlihat pada bagian signatura
atau yang diawali dengan
signa

a.c. ante coenam Sebelum makan

d.c. durante coenam Pada waktu makan

p.c. post coenam Setelah makan

a.p. ante prandium Sebelum sarapan pagi

a.h. alternis horis Selang satu jam

abs.febr absente febre Bila tidak demam

h.v. hora vespertina Malam hari

n nocte Malam hari

h.s. hora somni Waktu tidur

h.m. hora matutina Pagi hari

s.d.d. semel de die Sekali sehari Kadang juga tertulis dengan


variasi in.d misal t.in.d (ter in
b.d.d. bis de die Dua kali sehari die), namun maksudnya masih
sama.
t.d.d. ter de dir Tiga kali sehari

q.d.d quarter de dir Empat kali sehari


s.n.s si necesse sit Bila perlu Biasanya digunakan untuk
obat yang digunakan bila
s.o.s si opus sit Bila perlu perlu saja, contoh analgetik,
anticemas

u.p usus propius Untuk dipakai sendiri Biasanya dokter menulis resep
untuk dipakai sendiri

u.c usus cognitus Cara pakai sudah


diketahui

i.m.m In manus medici Berikan kepada Untuk obat-obat yang perlu


dokter aplikasi khusus oleh dokter
contoh sediaan fletcher

gtt. guttae Tetes

C atau cochl. cochlear Sendok makan Karena ukuran sendok yang


(15ml) ada di rumah pasien bervariasi
(sendok makan 5-7 ml,
Kadang tertulis sendok teh hanya 2-3 ml)
C.besar maka untuk meminimalisir
kesalahan akan lebih baik jika
pada etiket dituliskan
C.p cochlear parvum Sendok bubur (8ml) langsung berapa ml tiap kali
pemakaian.
C.th cochlear theae Sendok teh

Ukuran 5 ml, namun


Farmakope Belanda
menulis 3 ml.

C.orig Cochlear original Sendok dari pabrik

C.kecil Sendok 5 ml

Aturan Peracikan

Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan

m.f misce fac Campur dan buatlah Aturan peracikan atau


pembuatan terlihat pada
bagian yang diawali dengan
m.f.

a.a. ana Masing-masing Hati-hati, ad berbeda dengan


aa. Jika ad maka ditambahkan
aa p.aeq. ana partes aequales Masing-masing sama bahan tersebut sampai
banyak volume/bobot total sesuai
dengan yang tercantum dalam
a.d. ad sampai resep. Jadi angka yang tertulis
adalah hasil akhir.

Namun jika tertulis aa maka


tambahkan bahan tersebut
sesuai yang tercantum dalam
resep. Jadi angka yang tertulis
adalah jumlah bahan yang
ditambahkan.

Jika tertulis aa ad, maka perlu


dihitung dahulu selisih
bobot/volume antara sediaan
akhir yang ingin dibuat
dengan bobot/volume bahan
yang ada.

Selisih bobot/volume tersebut


lalu dibagi dengan bahan yang
terkena perintah ini, sehingga
hasil akhir sediaan tetap sama
dengan yang tertulis dalam
resep

add adde Tambahkan Berbeda lagi dengan aa dan


ad. Kalo adde berarti tinggal
ditambahkan bahan sesuai
yang tertulis dalam resep.

ad.libit. ad libitum Sesukanya Contoh pada pembuatan


pulveres maka bahan pengisi
dapat diberi perintah ini agar
hasil akhir pulveres dapat
didekatkan ke 250mg atau
500mg.

q.s quantum satis Secukupnya Lihat komen atas

d.t.d da tales doses Berikan dalam dosis Jika ada dtd maka
demikian penimbangan dilakukan
dengan mengalikan masing
masing bahan dengan jumlah
sediaan yang dibuat, sehingga
bobot setiap bahan dalam tiap
sediaan akhir akan sesuai
dengan yang tertulis di resep.

Jika tanpa dtd maka


penimbangan dilakukan sesuai
yang tertulis dalam resep.

Oleh karena itu dosis obat


yang menggunakan dtd akan
lebih besar daripada yang
tidak menggunakan dtd.

d.i.d da in dimidio Berikan setengahnya Ingat yang dimaksud setengah


adalah jumlah sediaannya,
bukan dosisnya.

Contoh di resep tertulis 10


kapsul, maka dibuat 5 kapsul
saja, bukan dibuat 10 kapsul
dengan dosis setengahnya.

cito cito Segera Jika ada aturan ini maka resep


harus didahulukan.
p.i.m periculum in mora Berbahaya jika
ditunda

div.in.part.aeq. Divide in partes Bagilah dalam


aequales bagian-bagian yang
sama

g gramma Gram Jika bahan dalam resep tidak


tertulis satuannya, maka
gr grain Kurang lebih 65 mg diasumsikan adalah dalam
gram.

Hati-hati penulisan gram


cukup g saja, jika gr maka
akan menjadi grain.

d.c.f da cum formula Berikan dengan


resepnya
Lokasi penggunaan

Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan

a.d. auris dextrae Telinga kanan

a.l. auris laevae Telinga kiri

i.o.d in oculo dextro Pada mata kanan Jika kedua mata maka dapat
ditulis dengan o.d.s (oculo
i.o.s In oculo sinistro Pada mata kiri dextro et sinistro)

us. ext. usus externum Untuk pemakaian Kadang tertulis ad.us.ext (ad
luar usum externum)
u.e.

ext.ut. externe untendum Pemakaian sebagai


obat luar

us.int. usus internum Untuk pemakaian Lihat topik etiket, untuk


dalam membedakan etiket obat luar
dengan obat dalam.

loc.dol locus dolens Tempat yang nyeri

i.v intra vena Ke dalam pembuluh


darah

i.m Intra muscular Ke dalam jaringan


otot

p.o per oral Melalui mulut

s.c sub cutan Di bawah kulit

oris oris Mulut


fl flesh Botol

Bentuk sediaan

Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan

ampl. ampula Ampul

aurist. auristillae Obat tetes telinga

bol. boli Pil besar

caps. capsule Kapsul

collut. collutio Obat cuci mulut

garg. gargarisma Obat kumur

crem. cremor Krim

emuls. emulsum Emulsi

pulv. pulveres Serbuk terbagi

narist. naristillae Obat tetes hidung

oculent. oculentum Salep mata

past.dentifr. pasta dentrificia Pasta gigi

pil. pilula Pil

pot. potio Obat minum

pulv. pulvis Serbuk

pulv.adsp. pulvis adspersorius Serbuk tabur

sol. solutio Larutan

tinc. tinctura Tingtur

DAFTAR PUSTAKA
Lippincott, Williams, dan Wilkins. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 4. Jakarta:
EGC.

Universitas Indonesia. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen


Farmakologi dan Terapeutik Universitas Indonesia.

Website http://m-rifqi-rokhman.staff.ugm.ac.id diakses tanggal 8 Februari 2017 pukul 07.00

You might also like