Professional Documents
Culture Documents
FARMASI/FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH
ULIMA MAZAYA GHAISANI
1318011173
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
DAFTAR ISI
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas
terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
Obat Bebas dan Bebas Terbatas dipasarkan tanpa resep dokter atau dikenal dengan nama
OTC (Over The Counter) dimaksudkan untuk menangani penyakit-penyakit simtomatis
ringan yang banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri
oleh penderita. Praktik seperti ini dikenal dengan nama self medication (penanganan
sendiri).
a. Obat Bebas
Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket
serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat
sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga
pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini
tetap dibeli bersama kemasannya.
Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis
tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain
killer (parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam
golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR).
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru
dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat
persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua)
sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang
seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker),
karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat
bebas terbatas. Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan
krim antiseptik.
c. Obat Keras
Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang
termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA).
Juga termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam,
Phenobarbital
d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin
Note:
1. Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau
OTC (over the counter).
2. Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6.
3. Obat keras nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dengan
resep dokter.
4. OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker
pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek.
7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya dibagi menjadi 2 :
Alamiah: obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan: jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan: plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral: vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
Sintetik: merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia,
contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam
salisilat.
a. Agonis muskarinik
Asetilkolin dan ester kolin sintesis: metakolin, karbakol, dan betanekol.
Alkaloid kolinergik: muskarin, pilokarpin, arekolin, beserta senyawa sintesisnya.
Indikasi: kembung pada ileus pasca bedah, atonia lambung (gastroparesis), atonia
kandung kemih, dan retensi urin.
b. Antikolinesterase
Menghambat kerja enzim asetilkolinesterase.
Reversibel: edrofonium, fisostigmin, dan takrin.
Ireversibel: senyawa organofosfat dan insektisida.
Indikasi: atonia otot polos saluran cerna dan saluran kemih (pasca bedah),
menghilangkan bayangan gas dalam usus (rontgen X ray), memperkecil
pupil sesudah pemberian atropin pada funduskopi, memperlancar aliran
intraokuler (untuk glaukoma), miastenia gravis (kelemahan otot yang
ekstrem), serta atrofi korteks serebri dan berkurangnya neuron korteks dan
subkorteks (penyakit alzheimer).
c. Antagonis muskarinik
Alkaloid antimuskarinik, atropin, dan skopolamin.
Derivat semi sintesisnya: homatropin dan skopolamin metobromida.
Derivat sintesis: ipratropium bromida, tiotropium, dan tolterodin.
d. Adrenergik
Kerja langsung: isoproterenol, fenilefrin, epinefrin, norepinefrin (levarterenol).
Kerja tidak langsung: amfetamin, tiramin, efedrin, metamfetamin, metilfenidat,
dopamin, dobutamin, salbutamol, klonidin, metil dopa, guanfasin, guanabenz,
tinazidin, dan kokain.
Agonis selektif reseptor b1: dobutamin.
Agonis selektif reseptor b2: metaprotarenol, salbutamol, terbutalin, fenoterol,
formoterol, prokaterol, salmeterol, pirbuterol, bitolterol, isoetarin, dan ritodrin.
Agonis selektif reseptor a1: metoksamin, fenilefrin, mefentermin, metaraminol,
dan midodrin.
Agonis selektif reseptor a2: klonidin, guanfasin, guanabenz, metioldopa, tinazidin.
Indikasi: perangsang otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, kelenjar liur, dan
kelenjar keringat, penghambat otot polos usus, bronkus, dan pembuluh
darah otot rangka (syok anafilaktik, henti jantung, dan menghentikan
perdarahan kapiler pada ulkus peptik yang berdarah selama endoskopi),
perangsang jantung, perangsangan SSP, peningkatan metabolik
(glikogenolisis dan lipolisis), memodulasi sekresi insulin, renin, dan
hormon hipofisis, hambatan atau peningkatan pelepasan neurotransmitter
norepinefrin atau asetilkolin.
e. Penghambat adrenergik
Penyekat adrenergik alfa: fentolamin, prazosin, terazosin, dan doksazosin.
Penyekat Adrenergik beta: propanolol, timolol, nadolol, Asebutolol, Atenolol,
Metoprolol, Esmolol, Pindolol, dan Asebutolol.
Obat-obat yeng mempengaruhi ambilan atau penglepasan neurotransmiter:
Reserpin, Guanetidin, dan Kokain.
Indikasi: vasodilator dan venodilator, penurun tekanan darah, angina pektoris,
aritmia, infark miokard, migrain, glaukoma, ansietas, dan sirosis dengan
varises
BPH (fenoksibenzamin)
Episode akut hipertensi dan pseudoobstruksi usus pada feokromositoma (fentolamin)
Disfungsi ereksi (fentolamin)
Hipertensi (derivat kuinazolin)
Gagal jantung sistolik (prazosin)
f. Antibiotik
Penicillins:
Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding
sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah kelompok
agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin,
kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan untuk
mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran
pernapasan, dan lain-lain). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.
Cephalosporin:
Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati
infeksi saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan
saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Sefalosporin terdiri dari beberapa
generasi, yaitu :
Sefalosporin generasi pertama, untuk infeksi saluran kemih.
Sefalosporin generasi kedua, untuk sinusitis
Sefalosporin generasi ketiga, untuk meningitis
Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, sefuroksim, sefotaksim, seftazidin, seftriakson.
Tetracyclines:
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang
diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter
ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun
contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: Klortetrasiklin,
tetracycline, doxycycline, dan minocycline. demeklosiklin, dan oksitetrasiklin.
Aminoglycosides:
Jenis anti biotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: amikasin, gentamisin, neomisin
sulfat, netilmisin, tobramycin, kamamisin, dan streptomisin.
Macrolides:
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi
tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk
penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Adapun contoh obat yang
termasu dalam golongan ini antara lain: erythromycin, azithromycin,
clarithromycin, roksitromisin, spiramisin.
g. AntiInflamasi
Pengobatan anti inflamasi mempunyai dua tujuan utama yaitu, meringankan rasa nyeri
yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus
menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi perusakan jaringan.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obata-obat anti inflamasi terbagi ke dalam golongan
steroid dan golongan non-steroid:
Obat Anti-inflamasi Nonsteroid atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID
(Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Contoh: Aspirin
Obat antiinflamasi Steroid adalah untuk menghambat enzim fospolifase sehingga
menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien. Contoh:
hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason,
triamsinolon, prednison, fluosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid
dan fluokortolon.
h. Anti Hipertensi
Obat Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya: Hidroklorotiazid
i. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
(epileptic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.
j. Anti Koagulasi
Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium. Contoh : Natrium sitrat,
Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium edetat.
k. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe
segera dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti histamin digolongkan
mejadi 2 kelompok yaitu:
Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti histamin H1,
adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja
histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi
gejala alergi karena musim atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin
HCl (benadryl), Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin
HCl (Clistin), Klorfenoksamin HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl),
Piperinhidrinat (Kolton).
l. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran
yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berdasarkan
penggunaan klinik, psikotropik dapat di bedakan menjadi 4 golongan:
Anti mania (mood stabilizer) berfungsi untuk mencegah naik turunnya mood pada
pasien dengan gangguan bipolar. Contoh: karbamazepin, asam valproat.
berfungsi untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh jamur. Contoh: imidiazol,
diazol dan anti biotic polien
No Golongan Obat Jenis Obat Nama Generik
Morfin
Pethidine
Tramadol HCl
Kodein
Ibuprofen
Natrium diklofenak
Parasetamol
Asam mefenamat
Metampiron
Antipirai Allopurinol
Ketoprofen
Piroksikam
Ketorolac
Kolkisin
Indometasin
Fenilbutazon
Metoklopramid
Domperidon
Ondansetron
Lidokain
Tiopental
Midazolam
4 Antiepilepsi Mg Sulfat
Diazepam
Fenitoin
Phenobarbital
Karbamazepin
Asam Valproat
5 AntiParkinson Triheksifenidil
Levodopa + Karbidopa
Benserazid + levodopa
Bromokriptin
Alprazolam
Fluoksetin
Imipramin
Sertralin
Antipsikosis Flufenasin
Haloperidol
Klorpromazin
Risperidon
Klozapin
Piracetam
7 Kortikosteroid Hidrokortison
Metil Prednisolon
Prednison
Triamsinolon
8 Vitamin Vit A
Vit B1
Vit B6
Vit C
Vit E
Calcitrol
Ca Laktat
Sianokobalamin
Ca karbonat
Ambroxol
Bromhekin
Simetidin
Alumunium Hidroksida
Ca Karbonat
Antasida
PPI Omeprazol
Lansoprazol
sukralfat Sukralfat
Gliserin
Laktulosa
12 Antispasmodik Atropin
Ekstrak Belladon
Oralit
Parenteral Ca glukonat
Larutan KCl
Na bikarbonat
Dextrosa
Loperamid Hcl
Attapulgit
Protamin sulfat
Deferoksamin
Kalsium folinat
Natrium tiosulfat
Umum Mg Sulfat
Karbon Aktif
16 Antialergi Cetirizin
Loratadin
Klorfeniramin
Difenhidramin
Ketotifen
17 Diuretik Furosemida
Manitol
Spironolakton
HCT
Fenofibrat
Antihipertensi Nifedipin
Amlodipin
Valsartan
Losartan
Nicardipin
reserpin
Antiaritmia Propanolol
Verapamil
Digoksin
Amiodaron
Pilokarpin
Timolol
21 Antidiabetes Glibenklamid
Metformin
Acarbose
Pioglitazon
Insulin
Pengganti plasma
DOEN
a. Berdasarkan umur
Persentase DM sekali :
Persentase DM sehari :
Sacchar.lact. qs
S. t.d.d. Pulv. I
Jawab :
Contohnya: dosis dewasa parasetamol 500 mg untuk sekali pakai, berapa dosis untuk
lansian berumur 67 tahun?
Jawab: 4/5 x 500 mg = 400 mg untuk sekali pakai lansia umur 67 tahun
Cito : segera
Urgent : penting
Statim : penting
P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.
Bila dokter ingin agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep ditulis Iteratie dan
ditulis berapa kali resep boleh diulang. Misalkan iteratie 3X, artinya resep dapat dilayani
1 + 3 kali ulangan = 4 X . Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat ditulis
iteratie tetapi selalu dengan resep baru.
u.p usus propius Untuk dipakai sendiri Biasanya dokter menulis resep
untuk dipakai sendiri
C.kecil Sendok 5 ml
Aturan Peracikan
d.t.d da tales doses Berikan dalam dosis Jika ada dtd maka
demikian penimbangan dilakukan
dengan mengalikan masing
masing bahan dengan jumlah
sediaan yang dibuat, sehingga
bobot setiap bahan dalam tiap
sediaan akhir akan sesuai
dengan yang tertulis di resep.
i.o.d in oculo dextro Pada mata kanan Jika kedua mata maka dapat
ditulis dengan o.d.s (oculo
i.o.s In oculo sinistro Pada mata kiri dextro et sinistro)
us. ext. usus externum Untuk pemakaian Kadang tertulis ad.us.ext (ad
luar usum externum)
u.e.
Bentuk sediaan
DAFTAR PUSTAKA
Lippincott, Williams, dan Wilkins. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 4. Jakarta:
EGC.