Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 543C
Anggota Kelompok:
Andika Pratama G99162088
Anindita Hasna Intan G99162093
Azalia Virsalina G99161024
Muhammad Natsir G99161064
Yuscha Anindya G99161109
1
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok 543C
Anggota Kelompok:
Andika Pratama G99162088
Anindita Hasna Intan G99162093
Azalia Virsalina G99161024
Muhammad Natsir G99161064
Yuscha Anindya G99161109
2
KATA PENGANTAR
1. Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. dr. Eti Poncorini Pamungkasari, M.Pd, selaku Kepala Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. dr.Arsita Eka Praseyawati, M.Kes, selaku pembimbing FOME IKM/FK UNS.
4. dr. Katarina Iswati, selaku Kepala Puskesmas Karanganyar dan pembimbing
FOME di Puskesmas Karanganyar, Karanganyar.
5. Seluruh staf di Puskesmas Karanganyar dan seluruh staf bagian IKM-
Kedokteran Pencegahan FK UNS.
6. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Surakarta, Juni 2017
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... 2
KATA PENGANTAR ... 3
DAFTAR ISI ..... 4
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR . 6
4
H. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR .. 29
TAHAP IV. DIAGNOSIS HOLISTIK DAN PEMBAHASAN... 31
A. DIAGNOSIS HOLISTIK .. 31
B. PEMBAHASAN ... 33
TAHAP V. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF . 46
A. SARAN KOMPREHENSIF . 45
B. FLOW SHEET . 47
SIMPULAN DAN SARAN . 49
A. SIMPULAN .. 49
B. SARAN . 49
DAFTAR PUSTAKA ........ 51
LAMPIRAN ..... 52
5
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah ..... 7
6
TAHAP I
N L/ Ket
Nama Kedudukan Umur Pendidikan Pekerjaan
o P .
Kepala 35
1. Tn. W L SLTA Pedagang -
keluarga tahun
28 Buruh
2. Ny. P Istri P SD -
tahun pabrik
5 Blm Belum
3. An. A Anak P -
tahun sekolah bekerja
68 Tidak Tidak
4. Tn. Y Mertua L -
tahun sekolah bekerja
Kesimpulan :
Keluarga Ny. P adalah extended family yang terdiri atas 4 orang. Pasien
tinggal satu rumah bersama suami yaitu Tn. W (35 tahun), anak yaitu An. A(5
tahun), dan Ayah yaitu Tn. Y(68 tahun). Dalam keluarga tersebut, terdapat satu
orang sakit yaitu Ny. P, umur 28 tahun dengan diagnosis TB paru.
7
A. Identifikasi Aspek Personal
1. Alasan kedatangan berobat
Pasien datang ke Puskesmas Karang Anyar karena khawatir dengan
sakitnya yang tidak kunjung sembuh setelah diperiksakan ke dokter praktek
swasta dan minum obat.
2. Persepsi pasien tentang penyakit
Pasien mengerti dengan keadaan yang dialaminya. Pasien mengetahui
bahwa sakit yang diderita menular. Pasien sadar akan perlunya pengobatan
terhadap penyakitnya dan membutuhkan waktu yang lama dan kedisiplinan
dalam pengobatan penyakitnya.
3. Kekhawatiran pasien
Pasien memiliki kekhawatiran bila penyakitnya tersebut akan menular dan
mengancam kesehatan anggota keluarga lainnya dan apabila diketahui
menular akan dijauhi keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Pasien khawatir tidak dapat sembuh dari penyakitnya
4. Harapan pasien
Pasien berharap penyakit TB Paru yang dideritanya dapat sembuh dengan
baik total.
TAHAP II
PENDAHULUAN
8
A. STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Umur : 28 tahun
Alamat : Kerten, Karang Anyar
Jenis kelamin : Wanita
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 31 Mei 2017
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama : Batuk berdahak sejak 1 bulan sebelum memeriksakan
diri
9
d. Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat sakit asma : disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat sakit serupa : (+), kakak pasien menderita
TB 2 tahun yang lalu, pengobatan lengkap 9 bulan, sembuh.
(+) ibu pasien, 10 tahun yang
lalu meninggal karena menderita TB paru
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat sakit gula : disangkal
d. Riwayat sakit asma : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang wanita berusia 28 tahun. Pasien tinggal
bersama suami, anak, dan ayahnya. Saat ini pasien keluar dari
pekerjaannya setelah terdiagnosa TB paru. Sebelumnya pasien bekerja
sebagai buruh di parik sepatu. Sedangkan suami pasien adalah seorang
pedagang keliling.
Saat ini, Ny. P mengandalkan penghasilan yang didapatkan dari
suaminya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Pasien berobat dengan
menggunakan fasilitas KIS.
Setelah menderita TB, pasien masih bergaul dengan warga
ligkungan sekitar dan teman temannya, dengan menggunakan masker.
5. Riwayat Nutrisi
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayur. Lauk
yang dimakan biasanya tempe, tahu atau telur. Pasien jarang mengonsumsi
buah-buahan.
Kesan: Kuantitas dan kualitas nutrisi cukup
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status
gizi kesan baik.
10
2. Tanda Vital
Tensi : 110/60 mmHg
Nadi : 88x/menit, reguler
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,6oC per axiler
3. Status Gizi
BB : 50 kg
TB : 160 cm
BMI : BB/TB2 = 50/(1,60)2 = 19,53kg/m2
Status gizi : normoweight
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 16 x/menit
Suhu : 36,60C per axiler
4. Kulit
Warna sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), petechie (-),
spider nevi (-).
5. Kepala
Bentuk mesochepal, distribusi merata.
6. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),
reflek kornea (+/+)
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-).
8. Mulut
Mukosa basah (+), bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-),
gusi berdarah (-), gigi tanggal (-)
9. Telinga
Membran timpani intak (+), sekret (-)
10. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)
11. Leher
11
Trakea di tengah, JVP tidak meningkat, Kelenjar Getah Bening tidak
membesar.
12. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider
nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)
a. Cor
1) Inspeksi
Ictus cordis tak tampak
2) Palpasi
Ictus cordis tak kuat angkat
3) Perkusi
Batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi
BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (-),
b. Pulmo
1) Inspeksi : pengembangan dada kanan=dada kiri
2) Palpasi : fremitus raba kanan=kiri
3) Perkusi : sonor/sonor
4) Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
13. Abdomen
I: dinding perut sama tinggi dengan dinding dada, supel, NT (-)
14. Ekstremitas
i. Atas : Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)
ii. Bawah : Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
12
1. Pada Saat Kunjungan
Pada saat kunjungan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
2. Tergantung Kasus
Pasien diperiksa sputum di puskesmas Karanganyar dengan hasil +3
G. ASSESSMENT
TB Paru, kasus baru
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa :
Obat Anti Tuberkulosis(OAT) Kategori 1
2. Non medikamentosa
Edukasi:
Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat tinggi protein setiap hari
Meminum obat secara teratur dan tertib
Menggunakan masker
Menutup mulut ketika batuk
Tidak membuang sputum sembarangan
Promotif: Menjelaskan dampak yang dapat terjadi jika obat tidak
diminum secara teratur serta menjelaskan bahwa penyakit yang diderita
menular
Preventif: Rutin memantau kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan
Rehabilitatif: Melakukan pemeriksaan kembali setelah 2 bulan minum
obat.
13
TAHAP III
A. Fungsi Holistik
Pasien Ny. P tinggal bersama dengan keluarga besar( extended family) yang terdiri dari Ny. P, suami (Tn.W ), Anak (An.
A), dan ayahnya (Tn.Y).Tidak ada riwayat penyakit menurun (herediter) dari keluarga Ny. P.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan yang terjadi dalam keluarga ini cukup baik. Jarang timbul masalah diantara tiap anggota keluarga. Apabila ada
masalah, mereka akan berdiskusi bersama, keputusan yang diambil juga diputuskan bersama agar tidak ada yang merasa
diperberat. Fungsi psikologis pasien diukur menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety and Stress Scale). Pada
penilaian menggunakan kuesioner DASS, pasien maupun keluarga tidak mengalami depresi, tidak ansietas, dan tidak stres.
3. Fungsi Sosial
Pasien tidak memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini masih
aktif dalam mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan di lingkungannya seperti arisan RT, kegiatan PKK pada
14
tanggal 10 di tiap bulannya, pengajian di masjid , acara jalan-jalan bersama masyarakat dalam RW, dan lain-lain. Pasien tidak
merasakan adanya keterbatasan dalam mengikuti kegiatan di lingkungannya.
4. Fungsi Ekonomi
Sebelum sakit, Ny. P bekerja sebagai buruh pabrik sepatu, namun saat ini Ny. P sudah tidak bekerja karena dari keluarga
menyarankan untuk fokus dalam pengobatan dan istirahat dengan cukup. Suami Ny. P bekerja sebagai pedagang. Biaya
pengobatan Ny. P menggunakan fasilitas KIS.
Ny. P dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dialaminya dan berdiskusi dengan suaminya. Hubungan dalam
keluarga harmonis. Saat ini Ny. P mendapatkan perhatian lebih dan dorongan dari keluarga dalam menyelesaikan
pengobatannya. Ny. P juga cukup baik dalam hal beradaptasi dengan masyarakat dan budaya di sekitar tempat tinggalnya.
B. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi
keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.
1. Adaption
15
Adaptation menunjukkan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan,
dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain. Adaptation juga menunjukkan bagaimana keluarga menjadi tempat utama anggota
keluarga kembali jika dia menghadapi masalah. Fungsi ini dalam keluarga Ny. P sudah berjalan cukup baik karena sampai saat ini tidak
ada masalah yang tidak terselesaikan dengan baik.
2. Partnership
Partnership menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang
dialami oleh keluarga tersebut, bagaimana sebuah keluarga membagi masalah dan membahasnya bersama-sama. Ny. P,suami dan
ayahnyasudah merasa puas dengan cara keluarga membagi masalah.
3. Growth
Growth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. Dalam keluarga tidak
pernah ada bagian keluarga yang mengatakan tidak setuju tanpa alasan yang jelas dan tanpa solusi dalam menyelesaikan
masalahnya.Suami sangat mendukung ketika Ny. P harus melakukan pengobatan kontrol rutin ke puskesmas terdekat.
4. Affection
Affection menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga, di dalam keluarga terdapat rasa saling
menyayangi satu sama lain dan saling memberi dukungan serta mengekspresikankasih sayangnya. Menurut pasien, secara keseluruhan
hubungan kasih sayang antara Ny. P dengan suami, anak, serta ayahnya cukup baik.Dalam mengekspresikan kasih sayang serta
merespon emosi sudah baik. Tidak pernah terjadi kekerasan dalam menyelesaikan masalah dalam keluarga Ny. P.
16
5. Resolve
Resolve menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga
yang lain. Dalam keluarga Ny. P sudah cukup baik, keluarga masih sering berkumpul bersama.
1. Selalu/sering : 2 poin
2. Kadang-kadang : 1 poin
1. 8-10 : baik
2. 6-7 : cukup
3. 1-5 : buruk
Penilaian mengenai fungsi fisiologis keluarga Ny. P dapat dilihat pada Tabel 3.1
17
Kode APGAR keluarga Ny. P Ny. P
Kesimpulan:
18
Fungsi fisiologis keluarga Ny. P tergolong baik. Hal ini terlihat dari total skor APGAR 10.
C. Fungsi Patologis
Fungsi patologis menilai setiap sumber daya yang dapat digunakan oleh keluarga ketika keluarga Ny. P menghadapi
permasalahan. Fungsi patologis keluarga Ny. P dapat diamati pada Tabel 3.2
19
Mereka rutin beribadah dan mengaji di rumah.
Mereka merasa bahwa kegiatan spiritual mampu
membantu mereka mengatasi permasalahan-
permasalahan dalam hidup.
Tabungan Ny. P dan penghasilan suami diakui
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ECONOMY Pasien juga terkadang masih mendapatkan -
bantuan dari anak-anaknya yang tinggal
bersebelahan.
Pendidikan terakhir Ny. P pada tingkat SD
namun belum sampai lulus memutuskan untuk
EDUCATION +
berhenti sekolah dan mencoba bekerja menjadi
buruh.
Apabila ada masalah kesehatan, keluarga Ny. P
MEDICAL selalu berobat ke Puskesmas maupun pelayanan -
kesehatan lainnya.
Sumber : Data primer, Mei 2017
Kesimpulan:
20
D. GENOGRAM
Ny. M Tn. Y Ny. S
Tn. P
TB Paru
68 th
Tn. Y Ny.S
40th 32 th
An. A
30 th Tn. T Tn. Y Tn. Y
Tn. W 36 th 33 th 30 th Ny. P 28
35 th th
21
E. Pola Interaksi Keluarga
Tn. W Ny. P
An. A Tn. Y
Keterangan :
: Hubungan harmonis
Kesimpulan :
1. Pengetahuan
22
Pendidikan terakhir Ny. P adalah SD, sehingga kemampuan dan
kesadaran untuk mencari atau mengetahui informasi tentang penyakit yang
dialami cukup, bahkan Ny. P sudah banyak mengetahui informasi
mengenani ketertiban untuk meminum obat setiap hari. Untuk kesadaran
pasien memeriksakan diri ke dokter apabila merasa sakit sudah cukup
baik. Pengetahuan pasien akan pentingnya pengendalian dan komplikasi
dari penyakitnya cukup baik. Hal itu membuat pasien rutin minum obat.
2. Sikap
3. Tindakan
1. Lingkungan
23
Keadaan rumah
Ny. Pmasih
2 Daerah perumahan: jauh dengan jalan besar kurang dalam
Luas tanah: terdapat halaman, luas bangunan: kerapian dan
3 2 kebersihan.
7x4m
4 Jumlah penghuni dalam satu rumah: 4 orang
5 Jarak antar rumah: 7m (depan), 1m (samping)
6 Rumah 1 lantai
Lantai rumah: sebagian dikeramik dan sebagian
7
tidak
Dinding rumah: tembok bata, tinggi, sebagian
8
sudah dicat
9 Jamban keluarga: ada
10 Kamar mandi: ada
11 Dapur: ada (1)
12 Tempat tidur : ada (2)
Penerangan listrik @20watt x 6 buah lampu= 120
13
watt
14 Pencahayaan: cukup
15 Ketersediaan air bersih bersumber dari sumur
Kondisi umum rumah: kondisi rumah kurang
16
rapi, kurang bersih, dan kurang terawat
Tempat pembuangan sampah: di dalam rumah
17 terdapat tempat sampah dan sedikit ke luar rumah
terdapat tempat pembakaran sampah.
2. Keturunan
3. Pelayanan Kesehatan
24
Ny. P memiliki kemauan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
seperti kontrol untuk penyakitnya dan memeriksakan diri jika sakit.
Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sudah cukup baik.
Ny. P mempunyai KIS, sehingga untuk biaya berobat di Puskesmas sudah
ditanggung oleh jaminan kesehatan.
25
H. Identifikasi Outdoor dan Indoor
1. Lingkungan Indoor
Kamar
mandi
Dapur
7m
Kamar
utama
Ruang
keluarga Kamar
orang
tua
Ruang tamu
Teras rumah
Halaman rumah
4m
Keterangan Gambar :
: Jendela
: Pintu
26
Keterangan:
a. Luas rumah 28m2, lantai sebagian keramik dan sebagian tidak,
pencahayaan cukup.
b. Penggunaan air sumur untuk mandi, mencuci, dan memasak.
c. Keadaan dalam rumah kurang rapi, kurang bersih, dan kurang terawat
2. Lingkungan Outdoor
a. Terdapat pagar pada bagian depan rumah, namun belakang tidak
b. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah yang cukup, namun tidak
memiliki batas seperti bak maupun penutup. Sampah biasanya dibakar
TAHAP IV
DIAGNOSTIK HOLISTIK
A. Diagnosis Holistik
Aspek I: Personal
Pasien berusia 32 tahun dalam extended family dengan diagnosa TB
paru kasus baru. Dari penilaian aspek personal, didapatkan pasien tidak
mengalami keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari setelah
mengetahui penyakitnya. Dari segi fungsi psikologis, pasien tidak mengalami
depresi, ansietas, maupun stres.
Aspek II: Klinis
Pasien didiagnosis menderita TB paru kasus baru.
Aspek III: Faktor Internal
Tingkat pendidikan pasien kurang memadai untuk diberikan pengertian
mengenai kondisinya saat ini. Namun pasien masih bisa memahami cara
pengobatan, kepatuhan pengobatan, nutrisi untuk pasien, dan hal-hal yang
harus dihindari agar penyakitnya tidak menular pada orang-orang di
sekitarnya. Pasien bersedia menjalani pengobatan rutin, minum obat dan
kontrol hingga selesai pengobatan, dan bertekad ingin sembuh.
Aspek IV: Faktor Eksternal
27
Pasien masih dapat melaksanakan kehidupannya dengan baik, tampak
ceria, ramah terhadap orang baru. Fungsi sosial pasien baik terlihat dari
sehari-hari pasien bersosialisasi dengan tetangga-tetangga di sekitarnya.
Hubungan yang terjadi dalam keluarga cukup harmonis.
Dari segi ekonomi,tabungan Ny. P dan penghasilan suami diakui cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Pasien juga terkadang masih
mendapatkan bantuan dari anak-anaknya yang tinggal bersebelahan.Keadaan
lingkungan indoor maupun outdoor sudah cukup baik, walaupun masih
kurang dalam hal kerapian dan kebersihan ruangan.
28
TAHAP V
A. PEMBAHASAN
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya adalah batuk
lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam
derajad rendah, nyeri dada dan batuk darah (Mansjoer, 2001). Tuberculosis
adalah contoh infeksi pernafasan bawah yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus (Corwin, 2000).
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk
dan bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
29
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TBC masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar
dari paru ke bagian tubuh lainnya (Depkes, 2011).
30
Riwayat Terjadinya Tuberkulosis
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke
kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah
infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
dormant atau tidur. Jika daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan
akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan
mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC) Tuberkulosis pasca
primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau
status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya efusi pleura (Depkes, 2011).
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan suatu
definisi kasus yang meliputi empat hal, yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit (paru atau ekstra paru);
31
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya (baru atau sudah pernah diobati).
2. TB ekstra paru adalah TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lainlain.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran TB.
32
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1. Kasus Baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
33
3. Pindahan (Transfer In) adalah pasien yang dipindahkan dari sarana
pelayanan kesehatan yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan
pengobatannya.
34
Penderita TBC dapat diobati dengan pemberian antibiotik oleh dokter.
Pengobatan secara teratur selama 6-12 bulan dapat mencegah TBC kambuh
lagi. Penyakit TBC merupakan penyakit menular. Oleh karena itu, pencegahan
dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan penderita TBC. TBC
dapat menular misalnya melalui dahak penderita TBC yang secara tidak
langsung terhirup manusia yang sehat.
4) Bila obat pertama sudah diganti, dianggap telah resisten terhadap obat
tersebut.
1) INH (isoniazid)
2) Rifampisin
35
3) Etambutol
4) Streptomisin
5) Pirazidinamid
1) Keptromisin
2) Sikloserin
3) Etionamid
4) Viomisin
5) kanamisin
Alternatif Drugs
2) Tioasetazon.
2) Streptomisin
3) Etambutol
4) Pirazinamid
Diberikan setiap hari selama 1-2 bulan,dilanjutkan dengan: INH plus salah
satu dari: 1) Rifampisin
36
2) Etambutol
3) Streptomisin
Diberikan 2-3 kali seminggu selama 4-7 bulan dengan demikian, lamanya
pengobatan 6-9 bulan.
5. Usahakan agar sinar matahari dapat masuk setiap ruangan dalam rumah
melalui jendela atau genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar
matahari.
37
8. Menjemur kasur, bantal secara teratur.
38
merupakan faktor risiko terjadinya kusta pada pasien serta dapat meningkatkan
risiko terjadinya penularan kusta pada orang di sekelilingnya.
39
dari keadaan geografis (dataran tinggi atau rendah, persawahan, dan lain-lain),
kelembaban udara, suhu, lingkungan tempat tinggal. Adapun lingkungan non
fisik meliputi sosial (pendidikan, pekerjaan), budaya (adat, kebiasaan turun
temurun), ekonomi (kebijakan mikro dan lokal), dan politik (suksesi
kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit).
Sebelum sakit, Ny. P bekerja sebagai buruh cuci 7 namun saat ini Ny.
Psudah tidak bekerja karena dari keluarga menyarankan untuk fokus dalam
pengobatan dan istirahat dengan cukup. SuamiNy. P bekerja sebagai buruh. Biaya
pengobatanNy. P menggunakan fasilitas KIS.
Fungsi fisiologis keluarga Ny. P tergolong baik.Hal ini terlihat dari total
skor APGAR 8.Secara umum, tidak ada hambatan komunikasi pada keluarga ini.
Dilihat dari pola interaksi antar keluarga, hubungan antar anggota keluarga dalam
satu rumah secara keseluruhan harmonis.
40
Fungsi Patologis keluarga Ny. P terganggu pada bagian pendidikannya.
Fungsi pendidikan yaitu berupa pasien yang merupakan lulusan SD dan saat ini
sudah tidak bekerja.
B. SARAN KOMPREHENSIF
1. Promotif
41
c. Memberikan edukasi kepada anggota keluarga yang tinggal dalam satu
rumah mengenai kondisi penderita untuk mencegah penularan kepada
anggota keluarga lain
d. Keluarga penderita harus lebih meningkatkan perilaku hidup sehat,
dengan meningkatkan asupan gizi, sadar akan kebersihan dan
karakteristik lingkungan yang sehat untuk menjaga kesehatan
2. Preventif
3. Kuratif
42
43
FLOW SHEET
Nama : Ny. P
Keluhan/
No Tgl Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target
Kondisi Pasien
1. 12 Tampak sakit Tanda Vital: Medikamentosa : 1. Berobat jalan ke 1. Berkurangnya
2017 ringan pada - Tensi: 110/60 mmHg MDT MB untuk dewasa Puskesmas bercak-bercak di
- Nadi: 76 x/menit (reguler, isi cukup, 2. Kontrol rutin ke kulit pasien
bercak ditangan simetris) Non Medikamentosa : puskesmas tiap 2. Konversi hasil
kiri, kesadaran - Pernafasan: 18x/menit, Suhu: 36,30C 1. Menjaga asupan nutrisi bulan kerokan kulit
composmentis per axiler 2. Istirahat yang cukup
Status Gizi : 3. Minum obat secara teratur
- BB: 55 kg 4. Mengurangi paparan sinar matahari
- TB: 162 cm dan keringat berlebih
- IMT: BB/TB2 = 55/(1,62)2 =
2
20,99 kg/m
- Status gizi: BB normoweight.
1. Kepala : dbn
1. 2. Thoraks : dbn
2. 3. Cor : dbn
3. 4. Pulmo : dbn
4. 5. Ekstremitas : tampak lesi macula
eritem pada tangan kiri. Ukuran
bervariasi dengan diameter mulai 1cm
sampai 6cm. batas tegas. Suhu teraba
sama dengan kulit sekitar. Hipoestesi
(+).
44
5.
2. 82 Tampak sakit Tanda Vital: Medikamentosa : 1. Berobat jalan ke 1. Berkurangnya
2017 ringan pada - Tensi: 120/70 mmHg MDT MB untuk dewasa Puskesmas bercak-bercak di
- Nadi: 88 x/menit (reguler, isi cukup, 2. Kontrol rutin ke kulit pasien
bercak ditangan simetris) Non Medikamentosa : puskesmas tiap 2. Konversi hasil
kiri, kesadaran - Pernafasan: 20x/menit, Suhu: 36,70C 1. Menjaga asupan nutrisi bulan kerokan kulit
composmentis per axiler 2. Istirahat yang cukup
Status Gizi : 3. Minum obat secara teratur
- BB: 55 kg 4. Mengurangi paparan sinar matahari
- TB: 162 cm dan keringat berlebih
- IMT: BB/TB2 = 55/(1,62)2 =
2
20,99 kg/m
- Status gizi: BB normoweight.
1. Kepala : dbn
6. 2. Thoraks : dbn
7. 3. Cor : dbn
8. 4. Pulmo : dbn
9. 5. Ekstremitas : tampak lesi macula
eritem pada tangan kiri. Ukuran
bervariasi dengan diameter mulai 1cm
sampai 6cm. batas tegas. Suhu teraba
sama dengan kulit sekitar. Hipoestesi
(+).
3. 15 2 Tampak sakit Tanda Vital: Medikamentosa : 1. Berobat jalan ke 1. Berkurangnya
2017 ringan pada - Tensi: 115/60 mmHg MDT MB untuk dewasa Puskesmas bercak-bercak di
- Nadi: 84 x/menit (reguler, isi cukup, 2. Kontrol rutin ke kulit pasien
bercak ditangan simetris) Non Medikamentosa : puskesmas tiap 2. Konversi hasil
kiri, kesadaran - Pernafasan: 19x/menit, Suhu: 36,50C 1. Menjaga asupan nutrisi bulan kerokan kulit
composmentis per axiler 2. Istirahat yang cukup
Status Gizi : 3. Minum obat secara teratur
- BB: 55 kg 4. Mengurangi paparan sinar matahari
- TB: 162 cm dan keringat berlebih
45
- IMT: BB/TB2 = 55/(1,62)2 =
20,99 kg/m2
- Status gizi: BB normoweight. 1.
1. Kepala : dbn
10. 2. Thoraks : dbn
11. 3. Cor : dbn
12. 4. Pulmo : dbn
5. Ekstremitas : tampak lesi macula
eritem pada tangan kiri. Ukuran
bervariasi dengan diameter mulai
1cm sampai 6cm. batas tegas. Suhu
teraba sama dengan kulit sekitar.
Hipoestesi (+).
46
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
B. SARAN
47
4. Puskesmas hendaknya meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dengan memaksimalkan kerjasama lintas sektor pada
pasien dengan penyakit infeksi khususnya tuberkulosis di daerah kerja
puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit menular khususnya tuberkulosis, mencegah timbulnya kasus
baru, meningkatkan deteksi kasus, memaksimalkan terapi pada pasien
dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
5. Kegiatan home visit sebaiknya tetap dilaksanakan secara berkelanjutan
untuk dapat melihat permasalahan kesehatan pasien secara lebih
komprehensif
48
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng). 2013. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/2013/SDK/Mibangkes/profil20
12/BAB_I-VI_2012_fix.pdf (diakses pada 21 april 2016).
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi
keenam. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Wisnu IM, Hadilukito G. 2000. Pencegahan cacat kusta. Dalam: Daili ESS,
Menaldi SL, Ismiarto SP, Nilasari H, editors. Kusta. Edisi ke-2. Jakarta:
FKUI
Walker SL, Lockwood DNJ. 2008. Leprosy type 1(reversal) reaction and their
management. Lep Rev 79: 372-86.
49
Lampiran 1. Foto-Foto Kegiataan
50
51