Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak sereh wangi merupakan salah satu produk minyak atsiri Indonesia
dan menempati urutan ketiga dunia berdasarkan data Dewan Atsiri Indonesia pada
tahun 2009, setelah Cina dan Vietnam. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan
wilayah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sereh (Santoso, 1992).
Sastrohamidjojo (1981) telah mengidentifikasi sebelas senyawa dalam
minyak sereh wangi Tipe Jawa (Cymbopogon winterianus Jowitt) di antaranya
sitronellal, geraniol, sitronelol, -pinena, limonena, linalool, dan elamol. Namun
senyawa yang dominan terdapat pada minyak sereh adalah sitronellal, geraniol,
dan sitronelol.
Sitronellal adalah cairan tidak berwarna dengan aroma menyegarkan dan
mempuyai sifat racun dehidrasi (desiccant) (Yulvianti et al., 2014). Sitronellal
dapat diubah menjadi sitronellol dengan cara mereduksinya menggunakan agen
pereduksi seperti LiAlH4 dan aluminium isopropoksida (Sastrohamidjojo, 1981).
Sitronellol adalah senyawa alkohol, sehingga dapat dilakukan esterifikasi dengan
asam karboksilat. Ester dari sitronellol memiliki aroma bunga yang segar,
sehingga banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan sabun dan
detergent (Fridge, 2004).
Ester yang diperoleh dari sitronellol sering digunakan sebagai bahan
tambahan pada proses pembuatan parfum dan essence yang dapat digunakan
sebagai pemberi bau harum pada aroma terapi. Sitronellil propionat memiliki
aroma buah-buahan dan mawar yang menyegarkan, sehingga banyak digunakan
sebagai bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan parfum dan essence.
Beberapa perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan parfum dan essence di
Perancis menggunakan sitronellil propionat sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan produk, seperti halnya ester-ester yang lain (Brechbill, 2007).
Priatmoko (2002) pernah membuat senyawa rhodinil propionat dengan cara
mereaksikan rhodinol dengan asam propionat dan menggunakan asam sulfat
2
sebagai katalis. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa sitronellil propionat juga
dapat dihasilkan dengan menggunakan metode reaksi yang sama, yaitu dengan
mereaksikan sitronellol dengan asam propionat dengan menggunakan katalis asam
sulfat. Penggunaan katalis asam sulfat dalam proses reaksi sitronellol dengan
asam propionat memiliki kelemahan. Homogenitas fasa katalis asam sulfat dengan
campuran yang akan direaksikan menyebabkan sulitnya pemisahan produk yang
dihasilkan dengan katalis. Tawas merupakan katalis yang dapat digunakan sebagai
pengganti asam sulfat. Heterogenitas tawas dengan campuran reaksi diharapkan
dapat memudahkan proses pemisahan pada akhir reaksi (Usman et al., 2010).
Peyusunan makalah ini didasarkan pada studi literatur tentang pembentukan
sitronellil propionat dengan menggunakan katalis tawas.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini dengan
metode studi literatur tentang reaksi pembuatan sitronellil propionat dengan
menggunakan katalis tawas.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Sereh Wangi
Minyak sereh wangi yang sering juga disebut sebagai minyak sitronellal,
merupakan minyak hasil ekstraksi dengan metode destilasi uap dari daun dan
batang tanaman sereh wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt). Tanaman ini
merupakan tanaman asli Indonesia dan dibudidayakan serta dapat tumbuh liar di
pekarangan. Tanaman ini memang berasal dari selatan India atau Srilanka, dan
sekarang sudah banyak tumbuh di Asia, Amerika dan Afrika (Fatimah, 2012).
Perdagangan minyak sereh wangi mengenal dua jenis minyak sereh wangi,
yaitu Ceylon citronella oil dan Java citronella oil. Ceylon citronella oil hanya
dihasilkan oleh Srilanka sedangkan Java citronella oil dihasilkan di Indonesia,
Taiwan, RRC, dan Guatemala. Minyak sereh wangi tipe Jawa terkenal
digunakan dalam industri parfum sebagai sumber dari beberapa komponen
yang dapat diisolasi seperti sitronellal, geraniol, sitronellol, dan sebagainya,
yang dapat diubah menjadi beberapa senyawa penting yang digunakan secara
luas dalam parfum (Brechbill, 2007).
Minyak sereh dapat diisolasi dari tanaman sereh dengan 3 cara, yaitu
Penyuligan dengan air, penyulingan dengan air dan uap, dan dengan cara
penyulingan dengan uap. Penyulingan dengan cara uap memerlukan biaya yang
besar, tetapi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan jauh lebih baik daripada dua
cara yang lain (Santoso, 1992). Minyak sereh yang memenuhi syarat SNI 06-
3953-1995 memiliki kriteria massa jenis 0,880-0,922 gr/mL, indeks bias 1,446-
1,475, dengan warna kuning kecokelatan, dan kelarutan dalam alkohol 1:2 (BSNI,
1995).
Minyak sereh wangi tipe Jawa mengandung sebelas komponen senyawa
yang telah diidentifikasi dengan Kromatografi Gas, Spektrometer Massa,
Spektrofotometer Inframerah, dan H1 RMI. Komponen tesebut di antaranya -
pinen, limonen, linalol, sitronellal, sitronellol, geraniol, sitronelil asetat, -
4
kariofilen, geranil asetat, -kadinen, dan elamol. Gambar 2.1 adalah kromatogram
minyak sereh wangi tipe jawa (Sastrohamidjojo, 1981).
Senyawa dominan yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak sereh
wangi ialah sitronellal, sitronellol dan geraniol (Santoso, 1992).
Sitronellal dapat dipisahkan dengan dua cara yaitu dengan cara fisika dan
cara kimia. Secara fisika sitronellal dipisahkan yaitu dengan destilasi fraksinasi
pengurangan tekanan, dan dengan cara kimia yaitu dengan mengendapkannya
dengan natrium bisulfit (NaHSO3) jenuh. Pemisahan sitronellal dengan cara fisika
5
memerlukan data titik didih dan tekanan uap komponen utama yang akan
dipisahkan (Sastrohamidjojo, 1981). Data titik didih pada berbagai tekanan
komponen utama minyak sereh wangi dapat dilihat pada tabel 2.1 sedangkan
struktur sitronellal dapat dilihat pada gambar 2.2.
Tabel 2.1 Data Titik Didih pada Berbagai Tekanan Komponen Utama Minyak
Sereh Wangi
Tekanan Titik Didih (0C)
mmHg mBar Sitronellal Sitronellol Geraniol
Dari gambar tersebut terlihat bahwa sitronellal mempunyai satu atom C kiral,
sehingga mempunyai bentuk stereoisomer (R)-Sitronellal dan (S)-Sitronellal.
6
O O OH O
NaBH4
H3C OCH 3 H20 H3C OCH 3
Natrium borohidrida juga tidak dapat mereduksi ikatan rangkap dua dan
ikatan rangkap tiga karena ikatan ini tidak memiliki parsial positif, seperti yang
ditunjukkan Gambar 2.4 (Bruice, 2003).
7
NaBH4
CH 3CH 2CH CH2 tidak tereduksi
NaBH4
CH 3CH 2 C CH tidak tereduksi
Gambar 2.5 adalah mekanisme reaksi reduksi pada keton menjadi senyawa
alkohol sekunder (Bruice, 2003).
+
Na
H B
+ EtO BH3
R R EtOH H R R -
H CH3
Masih agen pereduksi
H
O + +
Na O Na O- OH
H OEt
H NaBH4 +
H H H
- H
EtOH BH3
H
sitronellal sitronellol
- +
BH3 +
Na
+
OEt
Na + : OEt + BH3
OEt
- OH
+
-
Na EtO B OEt + 4NaOH +
OEt
HO B OH + Na OEt
OH
Gambar 2.6 Mekanisme Reaksi Reduksi Sitronellal
+
O Alkohol R' R'
OH
+ R'-OH +
+ HO O H HO O
H
R OH R OH R R C
+
OH O H
Asam karboksilat
H
-H2O
+
O -H+ O H
R R
OR' OR'
Ester
Gambar 2.8 merupakan sintesis ester dengan cara lain yaitu dengan mengaktivasi
asam dengan tionil halida sehingga dihasilkan suatu asil halida yang reaktif
(Bruice, 2003).
O SOCl2 O O
CH3OH
CH3 O
CH3
OH CH3
O
O
H+
+ HO + H OH
H3C CH3 CH3 H3C CH3
CH3
CH3
OH
+
O O-Al
Al OH
+ HO + HO
H3C CH3 CH3 CH3
H3C CH3
Sitronellol Asam propionat
CH3
CH3 O CH3
-H2O O H
O CH3
O
Al H
-Al O O
+ H
H5C2 Al-O O
H3C CH3 H C2H5
H3C CH3 H3C CH3
sitronellil propionat
O O O
H
C2H5
O
:O+. C2H5 . O
+
C2H5
H
e
m/z = 212
H + + O
CH 2 CH 2
H + *
+ HO C2H5
+ *
CH 3
H2C CH2 +
+
HC CH H2C H2C
+ +
H + H3C C + H2C CH2
CH 2 CH2
m/z = 69
m/z = 41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Senyawa sitronellil propionat dapat diperoleh dari proses reaksi esterifikasi
sitronellol dengan asam propionat dan menggunakan tawas sebagai katalis.
Sitronellol yang digunakan berasal dari sitronellal yang telah terlebih dahulu
diperoleh dari minyak sereh wangi dan mengalami proses reduksi. Sitronellil
propionat merupaka salah satu senyawa ester yang berperan penting dalam
industri pembuatan parfum serta essence aroma terapi yang banyak digunakan
sebagai pengaharum dalam lilin aroma terapi yang banyak digunakan untuk
membantu menenangkan tingkat emosi manusia.
3.2 Saran
Makalah ini belum mencakup secara keseluruhan metode maupun fungsi
dari sitronellil propionat, oleh karena itu pada pembuatan makalah selanjutnya
dapat ditambahkan kembali metode maupun fungsi lain dari sitronellil propionat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alam, I.J., Usman, T. & Sayekti, E., 2011. Esterifikasi Sitronellol degan Asam Propionat
Menggunakan Katalis Tawas. Skripsi S1. Pontianak: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura.
Brechbill, O.G., 2007. Parfume Materials of France. New Jersey, USA: Fragrance Book
Inc.
BSNI, 1995. SNI 06-3953-1995 Minyak Sereh, Mutu dan Cara Uji. [Online] (2016)
Available at: http://www.sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/4386
[Accessed 03 Mei 2016].
Fatimah, 2012. Serai Wangi Tanaman Perkebunan yang Potensial. Surabaya: Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. p.8.
Fessenden, R. & Fessenden, J., 1991. Kimia Organik jilid 1. 4th ed. Jakarta: Erlangga.
Fridge, 2004. Part 4 - Aroma Chemicals Derived From Essential Oil: Appendix H. [Online]
Available at: http://www.nediac.org.za/media/5882/append8.pdf [Accessed 03
Mei 2016].
Hart, H., Leslie, Craine, E.L. & Hart, J.D., 2003. Kimia Organik Suatu kuliah Singkat. 11th
ed. Jakarta: Erlangga.
Nurisman, A., 2009. Sintesa Mentol dari Sitronelal dalam Proses Satu Tahap dengan
Katalis Dwifungsi. Skripsi S1. Bogor: IPB.
Santoso, H.B., 1992. Sereh Wangi : Bertanam dan Penyulingan. Yogyakarta: Kanisius.
Sastrohamidjojo, H., 1981. A Study of Some Indonesian Essential Oil. Disertasi S3.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, Universitas Gadjah Mada.
Sayekti, E., 2002. Konversi Ionon Menjadi Ionol dan Ionil Asetat Melalui Reaksi Reduksi
dan Esterifikasi. Tesis S2. Yogyakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Gajah Mada.
15
Usman, T., Arianie, L., Rahmalia, W. & Advant, R., 2010. Esterifikasi Asam Lemak dari
Limbah Kelapa Sawit (Sludge Oil) Menggunakan Katalis Tawas. Jurnal Indi. J. Chem,
2009, 9(3), pp.474-78.
Yulvianti, M., Sari, R.M. & Amaliah, E.R., 2014. Pengaruh Perbandingan Campuran
Pelarut n-Heksana-Etanol Terhadap Kandungan Sitronellal Hasil Ekstraksi Serai
Wangi (cymbopogon nardus). Jurnal Integrasi Proses, 5(1), pp.8-14.