You are on page 1of 3

FURUNKEL PADA HIDUNG

No dokumen :
No revisi :
Tanggal terbit :
SOP Halaman :
Ditetapkan Oleh
PUSKESMAS Kepala Puskesmas
CILEUNGSI Cileungsi
dr. Delly Mulyati
1967112820021222002

1.PENGERTIAN Furunkel adalah infeksi dari kelenjar sebasea atau folikel rambut yang
melibatkan jaringan subkutan. Biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah.
Belum terdapat data spesifik yang menunjukkan prevalensi furunkel.
Furunkel umumnya terjadi paling banyak pada anak-anak, remaja
sampai dewasa muda.
2.TUJUAN Memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(puskesmas) dalam penanganan / penatalaksanaan pertama pada
penyakit Furunkel Pada Hidung.
3.KEBIJAKAN 1. Dokter Umum
2. Seluruh praktisi kesehatan yang terampil pada puskesmas DTP
dan non DTP dibawah tanggung jawab dokter
3. Alat - alat kesehatan penunjang
4.REFERENSI

5.PROSEDUR Anamnesa
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan adanya bisul di dalam hidung.
Gejala adanya bisul di dalam hidung kadang disertai rasa nyeri dan
perasaan tidak nyaman. Kadang dapat disertai gejala rhinitis.
Faktor Risiko
a. Sosio ekonomi rendah
b. Higiene personal yang jelek
c. Rhinitis kronis, akibat iritasi dari sekret rongga hidung.
d. Kebiasaan mengorek-ngorek bagian dalam hidung.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


(Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pada lubang hidung tampak furunkel. Paling sering terdapat pada lateral
vestibulum nasi yang mempunyai vibrissae (rambut hidung).
Pemeriksaan Penunjang: Tidak diperlukan
Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis Banding: -

Komplikasi
a. Furunkel pada hidung potensial berbahaya karena infeksi dapat
menyebar ke vena fasialis, vena oftalmika, lalu ke sinus kavernosus
sehingga menyebabkan tromboflebitis sinus kavernosus.
b. Abses.
c. Vestibulitis.

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Kompres hangat dapat meredakan perasaan tidak nyaman.
b. Jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel.
c. Pemberian antibiotik topikal, seperti pemberian salep antibiotik
bacitrasin dan polmiksin B serta antibiotik oral karena lokasi furunkel
yang berpotensial menjadi bahaya. Antibiotik diberikan dalam 7-10
hari, dengan pemberian Amoxicilin 500 mg, 3x/hari, Cephalexin 250
500 mg, 4x/hari, atau Eritromisin 250 500 mg, 4x/hari.
d. Insisi dilakukan jika sudah timbul abses.

Konseling dan Edukasi


Memberitahukan individu dan keluarga untuk:
a. Menghindari kebiasaan mengorek-ngorek bagian dalam hidung.
b. Tidak memencet atau melakukan insisi pada furunkel.
c. Selalu menjaga kebersihan diri.

Kriteria Rujukan: -

Sarana Prasarana
a. Lampu kepala
b. Spekulum hidung
c. Obat-obatan : amoksisilin, cephalexin, eritromisin

Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam
Output :
Pelaporan dan evaluasi.

6.DIAGRAM
ALIR
7.UNIT TERKAIT UGD, BP, Kader, Poskesdes
8.DOKUMEN PMK No.5 ttg Panduan Praktik Klinis Dokter di FASYANKES Primer
TERKAIT
9.REKAM
HISTORIS

You might also like