Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular
Disease (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan
suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) atau merupakan
suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan
oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Doengoes, 2000: 290).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkanoleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakitserebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer and Bare,
2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredarana darah otak non traumatik. (Arif
Mansjoer, 2000)
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah kebagian otak, sering ini
adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Brunner
and Suddarth).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan
peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke
otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini
akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
2. Klasifikasi
Meningeal.
Hemiparese ++ +/-
Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai berikut:
Kejang - +
Muntah - +
Kaku kuduk - ++
Kernig - +
pupil edema - +
Perdarahan Retina - +
-
Pemeriksaan:
+
Darah pada LP
+
X foto Skedel
Kemungkinan
Oklusi, stenosis
pergeseran glandula
pineal
Angiografi
Aneurisma. AVM.
massa intra hemisfer/
Densitas berkurang vaso-spasme.
(lesi hyperdensi)
Crossing phenomena
Perdarahan retina atau
Opthalmoscope Silver wire art
corpus vitreum
b) Stroke involusi:
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c) Stroke komplit:
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA
berulang.
3. Manifestasi Klinis
4. Etiologi
a. Thrombosis Otak.
Thrombosis merupakan penyebab yang paling umum ari CVA dan yang paling
tambahan yang paling sering kali dijumpai pada trombosis hipotensi da tipe
b. Emboli Serebral.
Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak, oleh bekuan darah atau lemak,
udara pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan
c. Perdarahan Intraserebral.
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, hal ini terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Keadaan ini pada umumnya terjadi pada usia di
Merupakan lepuhan yang lemah dan berdinding tipis yang menonjol pada
Aliran darah
Vasoparalisis
Stagnasi darah
Aliran kolateral
Edema Diapedesis Adesi & penimbunan Iskemia
interstitial trombosit
Otak
Endotelium
Edema
Infark hemoragik Gel fibrin
interstitial
Edema Edema
Edema Pelepasan neuronal astrositik
seluler prostasiklin
Jendalan darah
Akumulasi lipid, aktivitas lisosomal
Mati
Diapedesis & penurunan autofagik, inclusion nuclear & sitoplasmik,
resistensi sawar darah vakuolasi, modifikasi dalam mikrotubuli,
otak inhibisi divisi mikotik
Patofisiologi CVA karena Emboli/trombus dan perdarahan
Pembuluh darah
Hypoxia
Oksipital
Temporalis kiri Parietalis Frontal
Metabolisme Aktifitas elektrolit Nekrotik jaringan otak Ssefalgia mata Nyeri telinga Nyeri homolateral, Hemiparese
anaerob terganggu (mikrositik neuron) ipsilateral, homolateral, disfasia, defisit sensorik kontralateral,
hemianopia hemianopia, kontralateral, sefalgia bifrontal
kuadranopia hemipares ringan
Asam laktat Na & K pump gagal Infark
Na & K influk Gg.kesadaran, Gg. rasa nyaman (nyeri), Gg. Istirahat, intoleransi aktivitas,
kejang fokal, defisit perawatan diri (sindroma), Gg. Komunikasi/bicara,
hemiplegia, defek ketergantungan, Gg.persepsi sensori, Gg. Perfusi jaringan, Gg.
Retensi cairan medan penglihatan, Mobilitas fisik, Gg. Konsep diri, Gg. Menelan, integritas kulit,
afasia Gg. Nutrisi, resiko injury, dll
ODEMA
SEREBRAL
Perdarahan
Medula
Thalamus Pons Subtalamik Subthalamus & oblongata Mesensefalon
diensefalon mesensefalon Putamen Gg. Jantung
Nyeri kepala dorsal Hemiplegia Gg. Pernafasan Paralisis
Hemisfer dominan Rigiditas deserebri Bola mata melirik Sefalgia Refleks telan okulomorius
Afasia Hemiplegia ke bawah-dalam dg Pupil mengecil Muntah Muntah ipsilateral
anomia berat kontralateral Kedasaran Hypersalivasi Koma
paralisis gerakan Reaksi terhadap
dg pemahaman Paralisis fasia ke atas & posisi Defek Gg. Sistem TIK
cahaya lambat
& repetisi homolateral hemisensorik syaraf simpatis
kedua bola mata
lumayan Defiasi mata Gg.Grk bola mata
Hemisfer non melihat ujung
dominan TIK
Koma mendadak Hemisfer serebelum gg. perfusi jaringan
Anosognosia Gg. Okulomotor
Gg. sensori gg. Sirkulasi
Kapsula interna
penglihatan Gg. Keseimbangan bersihan jalan nafas
Hemiparese Mati Frontalis Nistagmus tidak efektif
hemiplegia
Muntah terus- resti aspirasi
kontralateral Gg. motorik menerus gg. Eliminasi uri &
substansia alba
gg. rasa nyaman (nyeri) Singultus alvi
gg. Istirahat/tidur Parietalis gg. Pola nafas tak
hemianopia
kejang efektif
Kapsula interna
resiko injury Gg. proses & TIK gg. Nutrisi kurang dari
Hemiparese
gg. Perfusi jaringan integrasi informasi kebutuhan
hemiplegia kebutuhan oksigen sensorik rasa nyaman
kontralateral integritas kulit kebersihan mulut, dll
gg. perfusi jaringan, defisit volume
mobilitas fisik Temporalis
gg. komunikasi perawatan diri cairan, pola nafas tak efektif, resiko
verbal, integritas intoleransi aktifitas perubahan suhu tubuh, resiko infeksi,
kulit, mobilitas gg. Sensori persepsi resiko cedera, resiko perubahan nutrisi
fisik, perawatan kurang dari kebutuhan, bersihan jalan
diri, intoleransi
nafas tak efektif
aktivitas, konsep
diri, ketergan-
tungan, dll
6. Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan radiologi
CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993), edema, hematoma,
iskemia dan infark (Doengoes, 2000: 292)
MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E.
Doenges, 2000: 292)
Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998) atau membantu menenukan
penyebab stroke yang lebih spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri,
adanya titik oklusi atau ruptur (Doengoes, 2000: 292)
Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita
Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara,
1998). Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandungdarah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intrakranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan proses
inflamasi (Doengoes, 2000: 292)
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
Pemeriksaan darah lengkap: unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
(Linardi Widjaja, 1993)
7. Komplikasi
a. Aspirasi.
b. Paralitic illeus.
c. Atrial fibrilasi.
d. Diabetus insipidus.
e. Peningkatan TIK.
f. Hidrochepalus.
8. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif.
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b. Mengurangi edema post iskemik
Gliserol
Diberikan dalam larutan NaCl atau D5% dengan konsentrasi 10%
(500ml/hari), diberikan perinfus selama 8 jam (tetesan maksimal 90
tetes/menit) selama 5 hari, setelah itu diberikan gliserol per oral selama 2
minggu/lebih dengan dosis 4x30 ml/hari
Manitol
Diberikan sebagai pengganti gliserol
2. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan klien.
Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder
berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.(Doengoes, 1998
dan Doengoes, 2000: 290)
Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan
tanda emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan
gembira, kesulian mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
2. Pemeriksaa Fisik
Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga
dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan, adanya hambatan jalan
nafas. Merokok merupakan faktor resiko.
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan
rasa pengecapan dan penciuman, paralisis atau parese wajah.
Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada
salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak
sama, refleks tendon melemah secara kontralateral, apraksia
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang
sensorik kontralteral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan
refleks patologis.
Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat kesadaran,
gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah,
afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll (Jusuf Misbach, 1999, Doengoes,
2000: 291)
3. Diagnosa
1. Resiko ketidakefektipan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK , penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan
otak
2. Resiko injury berhubungan dengan Profil darah yang tidak normal
(misalnya leukositosis/leucopenia, perubahan factor pembekuan darah,
trombositopenia, sickle cell, penurunan kadar Hb)
3. Bersihan jalan nafas inefektif yang berhubungan dengan Disfungsi
neuromuscular Gangguan pola nafas yang berhubungan dengan Gangguan
neurologi, Disfungsi neuromuscular
4. Intervensi
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: cerebral perfusion promotion
ketidakefektipan selama x 24 jam perfusi jaringan 1. Monitor tanda-tanda vital
perfusi jaringan serebral adekuat. 2. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan parameter
serebral berhubungan Kriteria hasil: hemodinamik & memelihara parameter hemodinamik dalam
dengan peningkatan
No Kriteria Score rentang normal.
TIK , penambahan isi
1 Temperature : 5 3. Pertahankan CVP dalam batas normal
otak sekunder
(36,5 37,5 c) 4. Monitor protrombin time dan parsial tromboplastin time
terhadap perdarahan
2 MAP 65 mm Hg 150 5 5. Pertahankan hematokrit dalam rentang normal
otak
mm Hg 6. Hindari fleksi pada leher, panggul, & lutut yang berlebihan
3 CPP >50 70 mm Hg 5 7. Pertahankan level PCO2 pada 25 mmHg atau lebih
4 ICP < 20mmHg 5 8. Monitor efek samping dari terapi anti koagulan
5 Tekanan darah : 5 9. Monitor tanda-tanda perdarahan
(100-140/60-90mmhg) 10. Monitor status neurologi
7 Tidak ada tanda 5 12. Monitor ICP dan respon neurologis terhadap perawatan yang telah
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke.
Penerbit Dianloko, Yogyakarta
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3 Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran. EGC