Professional Documents
Culture Documents
Abstrak - Pada Tahun Anggaran 2015, entitas pelaporan dan entitas akuntansi pemerintahan diwajibkan untuk
menerapkan basis akuntansi akrual. Perubahan ini ditujukan untuk menghasilkan Laporan Keuangan yang
lebih transparan dan menggambarkan realita yang sebenarnya. Dengan adanya perubahan ini maka Laporan
Keuangan Pemerintah akan semakin menyerupai basis akuntansi yang diterapkan di sektor komersial. Oleh
karena itu, diperlukan penyesuaian pemahaman akuntansi terkait perubahan tersebut, diantaranya dalam
pengakuan dan pengukuran beban dan belanja pemerintah serta penyajian dan pengungkapannya dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Kata kunci: akuntansi pemerintahan, beban dan belanja pemerintah, pengakuan beban dan belanja,
pengukuran beban dan belanja
1. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan untuk menerapkan basius
akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja Negara. Namun karena
berbagai keterbatasan pemerintah baru diwajibkan melaksanakan akuntansi berbasis akrual pada Tahun
Anggaran 2015.
Adapun dua elemen yang terdapat dalam akuntansi berbasis akrual adalah beban dan belanja. Dengan
adanya beban dan belanja maka pengakuan terhadap dua akun ini juga dibedakan dimana beban diakui
berdasarkan timbulnya kewajiban sedangkan belanja diakui berdasarkan keluar atau tidaknya uang dari Kas
Negara. Dampak perbedaan pengakuan juga berakibat pada perbedaan pelaporan dimana beban dilaporkan
dalam Laporan Operasional (LO) sedangkan belanja dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Oleh karena itu diperlukan beberapa penyesuaian pemahaman terhadap basis akuntansi akrual agar dapat
memuluskan proses transisi basis akuntansi ini.
2. LANDASAN TEORI
FRS dijadikan pedoman dalam penyusunan IPSAS, dan IPSAS dijadikan pedoman penyusunan SAP. Jadi
secara umum prinsip SAP dan IFRS akan serupa. Untuk sektor publik, maka SAP sudah pasti lebih mendetail
dari IFRS. Menurut IFRS, Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau deplesi atas aset atau penambahan kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas, selain
yang berkaitan dengan distribusi kepada peserta ekuitas. IFRS juga mengadopsi pengecualian beban yang
berasal dari distributions to owners (Conceptual Framework).
Menurut PP No.71 Tahun 2010, yang dimaksud dengan belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sedangkan yang dimaksud
dengan beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Dalam Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutkan dengan
belanja, sedangkan Laporan Operasional (LO) menyebut dengan beban. LRA disusun dan disajikan dengan
menggunakan anggaran berbasis kas, sedangkan LO disajikan dengan prinsip akrual yang disusun untuk
melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual. Definisi ini berbeda dengan pengertian beban pada
akuntansi sektor swasta. Beban pada akuntansi sektor swasta terjadi karena konsumsi aset atau terjadinya beban
yang disebabkan oleh produksi atau pengantaran barang atau penyerahan jasa.
2) Belanja modal
Menurut PSAP Nomor 02 Paragraf 37, belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara
lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan
jaringan, dan aset tak berwujud.
a. Pengeluaran untuk Perolehan Awal Aset Tetap/Aset Tak Berwujud
Belanja Modal untuk perolehan aset tetap/aset tak berwujud meliputi harga beli aset tetap/aset lainnya
ditambah semua biaya lain yang dikeluarkan sampai aset tetap/aset lainnya tersebut siap untuk digunakan.
Misalnya, biaya transportasi, biaya uji coba, biaya perjalanan dinas dan biaya lainnya yang terkait dengan
perolehan aset tetap/aset tak berwujud. Biaya-biaya tersebut harus dianggarkan dalam DIPA sebagai Belanja
Modal. Agar rencana pembelian/ pembangunan suatu aset tetap atau aset tak berwujud dapat dianggarkan dalam
Belanja Modal dan realisasi belanjanya juga dikategorikan sebagai Belanja Modal, perlu diperhatikan beberapa
hal berikut:
(1). Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset tak berwujud sehingga menambah
asset pemerintah;
(2). Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
(3). Perolehan aset tersebut diniatkan untuk digunakan sendiri bukan untuk dijual. Kapitalisasi adalah penentuan
nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap/asset tak berwujud hingga siap
pakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknis aset.
b. Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap
Belanja untuk pengeluaran-pengeluaran sesudah perolehan aset tetap dapat juga dimasukkan sebagai
Belanja Modal, jika memenuhi kriteria berikut:
(1). Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang
telah dimiliki.
(2). Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi aset tetap.
(3). Belanja Lain-Lain.
Menyimak PSAP Nomor 02 paragraf 38, belanja lain-lain adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial,
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah pusat/daerah.
4. KESIMPULAN
Pengertian konsep belanja dan beban merupakan sesuatu yang berbeda, adapun konsep belanja dan beban
menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang diatur melalui PP 71 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
a. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
b. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.
Dari pengertian di atas, terlihat perbedaan antara belanja dan beban sehingga pengakuan terhadap
belanja/beban adalah sebagai berikut
a. Basis Akrual Penuh (Lampiran I), menurut PSAP 12 Laporan Operasional, paragraf 32. Beban diakui pada saat:
1. Timbulnya kewajiban
2. Terjadinya konsumsi aset
3. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
b. Basis Kas Menuju Akrual (Lampiran II), belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.
Pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, penyajian beban akan disajikan pada Laporan Operasional
sedangkan belanja akan disajikan di Laporan Realisasi Anggaran.
REFERENSI
[1] Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat
[2] Suryanovi, Sri. 2014. Buku Seri Akuntansi Pemerintah: Akuntansi Pemerintah Pusat (Buku2). Tangerang
Selatan: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
[3] Kartikahadi, Hans, et al. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat.
[4] Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah. Lembaran Negara RI Tahun 2010, Nomor 123. Sekretariat Negara. Jakarta.
[5] Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.05/2015 Tahun
2015 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang Pemerintah. Berita Negara RI Tahun 2015,
Nomor 1438. Sekretariat Negara. Jakarta.