You are on page 1of 11

BAB I

DEFINISI

A. Pengertian
Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan,
reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.
Penyimpanan perbekalan farmasi adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Bahan beracun berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan secara langsung maupun tidak
langsung yang mempunyai sifat racun, memancarkan radiasi (radioaktif), mudah terbakar, mudah
meledak, karsinogenik, mutagenik, teratogenik, korosif, dan iritasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai panduan penyimpanan perbekalan farmasi yang ada di RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon
2. Tujuan Khusus
a. Menjamin stabilitas mutu perbekalan Farmasi selama proses penyimpanan di Rumah Sakit.
b. Menghindarkan terjadinya kehilangan barang dan pencurian.
c. Menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja bagi petugas akibat penyimpanan perbekalan
Farmasi yang tidak tepat.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penyimpanan perbekalan farmasi yang benar, antara lain :
1. Memelihara dan menjaga mutu perbekalan farmasi,
2. Menjaga kelangsungan persediaan dan
3. Memudahkan pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan Penyimpanan perbekalan farmasi meliputi semua tempat penyimpanan sediaan farmasi, baik
di dalam instalasi farmasi maupun diluar instalasi farmasi, sebagai berikut :
1. Gudang Farmasi
2. Seluruh depo Farmasi
3. Ruang Rawat Inap
4. Unit Rawat Jalan
5. Instalasi Rawat Intensif
6. Instalasi Rawat Darurat
7. Instalasi Laboratorium
8. Instalasi Radiologi
9. Instalasi Bedah Sentral
Panduan penyimpanan perbekalan farmasi ini berisi panduan dalam pengaturan tempat penyimpanan
perbekalan farmasi, Sistem yang digunakan dalam menyimpan perbekalan farmasi, administrasi
penyimpanan perbekalan farmasi dan pengawasan penyimpanan perbekalan farmasi

A. Pengaturan Tempat Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak. Bila obat rusak, mutu obat menurun
dan memberi pengaruh buruk bagi penderita. Beberapa ketentuan mengenai sarana penyimpanan
obat antara lain :
1. Memiliki Ruangan yang cukup untuk menyimpan semua persediaan obat dan cukup untuk
pergerakan petugas
2. Pintu Ruang Penyimpanan mempunyai kunci pengaman
3. Struktur Dinding dalam keadaan baik, tidak ada retakan, lubang atau tanda kerusakan oleh air.
4. Atap Ruang penyimpanan dalam keadaan baik dan tidak bocor.
5. Tempat penyimpanan rapi, rak dan lantai tidak berdebu dan dinding bersih.
6. Tempat penyimpanan bebas hama dan tidak ada tanda infestasi hama.
7. Udara bergerak bebas, kipas angin dan kawat nyamuk dalam keadaan baik.
8. Tersedia cukup ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan.
9. Tersedia alat pengukur dan pengatur suhu ruangan
10. Jendela dicat putih atau mempunyai gorden serta aman dan mempunyai teralis.
11. Terdapat rak/lemari penyimpanan.
12. Terdapat lemari pendingin untuk obat tertentu dan dalam keadaan baik.
13. Terdapat lemari khusus yang mempunyai kunci untuk penyimpanan narkotik dan psikotropika.
14. Terdapat alat bantu lain untuk pengepakan dan perpindahan barang.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tempat peyimpanan adalah
sebagai berikut :
1. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
Tempat penyimpanan menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan sekat- sekat
karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi
dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang gudang
dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
2. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan adalah adanya sirkulasi udara yang cukup
didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan
farmasi sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.

2
3. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan sirkulasi udara
dan perputaran stok perbekalan farmasi.
Keuntungan penggunaan pallet:
Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir
Peningkatan efisiensi penanganan stok
Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak
Pallet lebih murah dari pada rak
4. Kondisi penyimpanan khusus :
Vaksin memerlukanCold Chain khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan terputusnya
arus listrik.
Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci.
Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol harus disimpan dalam ruangan khusus,
sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
5. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton, dan
lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan
dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk
memastikan masih berfungsi atau tidak.

B. Sistem Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Penyimpanan perbekalan farmasi dapat menggunakan beberapa sistem penyimpanan. Macam-
macam sistem penyimpanan tersebut adalah :
1. Fixed Location
Sistem ini sangat mudah di dalam mengatur barang, karena masing- masing item persediaan
selalu di simpan dalam tempat yang sama dan di simpan dalam rak yang spesifik, rak tertutup atau
dalam rak bertingkat. Sistem ini diibaratkan seperti rumah, dimana seluruh penghuni dapat
mengetahui semua letak barang. Beberapa kerugian dalam penggunaan sistem ini yaitu:
a. Sistem ini tidak fleksibel, jika ada perubahan dalam jumlah pemesanan atau perubahan dalam
pengemasan atau keputusan untuk mengubah tempat menjadi lebih besar atau lebih kecil.
b. Jika ada item baru yang dipesan, mungkin tidak ada tempat untuk menyimpannya.
c. Pencurian oleh karyawan dapat meningkat karena seluruh karyawan mengetahui tempat-
tempat item yang diperhitungkan (obat yang bernilai mahal)
d. Tempat penyimpanan harus dibersihkan karena tempat yang digunakan untuk jangka waktu
yang lama jadi harus di jaga kebersihannya.
2. Fluid Location
Dalam sistem ini, penyimpanan di bagi menjadi beberapa tempat yang dirancang. Masing-
masing tempat ditandai sebuah kode. Setiap item disimpan dalam suatu tempatyang disukai pada
waktu pengiriman. Sistem ini dirancang seperti hotel. Ruangan ditandai hanya ketika barang
datang. Administrasi sistem fluid location berdasarkan pada:
a. Unit pengadaan memberikan informasi mengenai tipe, volume, dan jumlah barang yang datang.
b. Staf gudang menganalisis di mana lokasi barang yang akan digunakan untuk barang yang akan
datang dan dapat memilih tempat yang tepat. Data ini dapat dilaporkan di dalam sistem
pengontrolan stok.
c. Jika tempat sudah tidak cukup lagi, maka barang-barang lain dapat dipindah untuk
menciptakan ruangan yang baru lagi.
d. Pelaporan sistem pengontrolan stok harus diperbaharui.
3. Semi Fluid Location
Sistem ini merupakan kombinasi dari sistem kedua di atas. Setiap barang selalu mendapatkan
tempat yang sama. Barang yang khusus diberikan tempat tersendiri. Dalam sistem ini, setiap item
ditandai dengan penempatan barang yang cocok supaya mempermudah dalam mengambil stok.
Saat menyediakan pesanan karyawan harus mengetahui di mana letak setiap item, untuk

3
memudahkan dalam mengingat setiap item. Untuk barang yang slow moving perlu dilakukan
pemilihan lokasi dan penataan ulang. Sistem ini tidak menghemat tempat seperti sistem fluid
location. Adapun keistimewaan sistem ini adalah ketika mengambil stok selalu diperhatikan tempat
yang sama. Tidak seperti sistem fixed location, dimana resiko tertukar barang yang relatif lebih
kecil.

Beberapa sistem penataan obat yang digunakan juga memiliki peran penting terhadap efisiensi
pengelolaan dan penyimpanan obat. Sistem penataan obat yang dapat digunakan antara lain adalah
1. First In First Out (FIFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan barang baru (datang terakhir)
di belakang barang yang datang sebelumnya.
2. Last in First Out (LIFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan barang baru (datang terakhir)
di depan yang datang sebelumnya.
3. First Expired First Out (FEFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan obat yang mempunyai
tanggal kadaluarsa lebih dahulu di depan obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih akhir.

C. Administrasi Penyimpanan
Keluar masuknya perbekalan farmasi dicatat dalam kartu stok barang dan Sistem Informasi
Managemen Rumah Sakit (SIM RS).
Kartu stok berfungsi:
- Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau
kadaluwarsa)
- Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat
- Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat
- Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan, distribusi
dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
Kolom-kolom pada Kartu Stok diisi sebagai berikut:
Tanggal penerimaan atau pengeluaran.
Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran.
Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.
No. Batch/No. Lot.
Tanggal kadaluwarsa
Jumlah penerimaan
Jumlah pengeluaran
Sisa stok
Paraf petugas yang mengerjakan
Adapun Kegiatan yang harus dilakukan :
1. Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan
2. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari
3. Setiap terjadi mutasi obat ( penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/ daluwarsa ) langsung
dicatat di dalam kartu stok
4. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan

D. Pengawasan Penyimpanan
Seluruh tempat penyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan rumah sakit untuk
memastikan obat disimpan secara benar oleh apoteker supervisi
Kriteria Penilaian :
1. Penataan penyimpanan perbekalan farmasi di ruangan adalah :
a. Bentuk sediaan obat
b. Alfabetis
4
2. Stabilitas penyimpanan obat dengan ketentuan :
a. Suhu :
1). Ruangan : 22 25 C
2). Lemari pendingin : 2 8 C
b. Kelembaban : 60 mmHg
c. Terlindung dari cahaya langsung
d. Kondisi fisik obat : warna, kejernihan, terjadi endapan
3. Ketersediaan perbekalan farmasi di ruangan : persediaan obat sesuai dengan kebutuhan
ruangan
4. Penggolongan obat LASA dan Hight Alert :
a. Labelisasi ada atau tidak
b. Lokalisir sediaan High Alert dilakukan atau tidak
c. Peringatan Obat High Alert
5. Pencatatan pengobatan pasien : formulir terisi dengan lengkap tentang obat yang diterima oleh
pasien meliputi nama obat, bentuk sediaan, rute pemberian, aturan pakai, efek samping dan
interaksi obat yang diterima oleh pasien
6. Pengisian kartu stok obat : kesesuaian jumlah obat yang ada dan yang tercatat di stok setiap
hari
7. Pemantauan obat Emergency Kit , meliputi :
a. Kesesuaian jenis dan jumlah antara fisik dan label kotak emergensi
b. Kondisi fisik : warna, kejernihan, terjadi endapan
c. Tanggal kadaluarsa
8. KIE : Pemberian KIE tercatat / tidak di lembar edukasi
9. Spill Kit (bila ada) : Lengkap / tidak (sesuai dengan label)
10. Obat Kadaluarsa : Ada / tidak

5
BAB III
TATA LAKSANA

1. Penyimpanan Perbekalan Farmasi umum


a. Perbekalan Farmasi di gudang dan depo farmasi dipisahkan berdasarkan bentuk sediaannya
(tablet, sirup, injeksi, infus, atau alat kesehatan).
b. Tiap Kelompok perbekalan farmasi disusun dalam almari, rak rak atau pallet secara
alfabetis. Daftar nama nama perbekalan farmasi dicantumkan dalam setiap rak untuk
memudahkan pencarian.
c. Penyimpanan perbekalan Farmasi menerapkan kombinasi sistem FIFO (First In First Out)
dan FEFO (First Expired First Out).
d. Perbekalan Farmasi disimpan pada suhu sesuai ketentuan yang tercantum dalam petunjuk dari
produsen, sebagai berikut :
- Suhu kamar (<25oC), seperti sediaan padat atau oral dan alkes.
- Suhu sejuk (15o 25oC), pada ruangan AC seperti beberapa sediaan injeksi, tetes mata,
tetes telinga, salep mata.
- Suhu dingin (2o 8oC), pada almari pendingin seperti obat sitotoksik, sediaan
suppositoria, insulin dan serum.
- Suhu cool box (8-15C), pada obat-obat tertentu seperti propiretik suppo
Pemantauan suhu ruangan dan suhu almari pendingin dilakukan secara rutin dan dicatat
dalam lembar monitoring.
e. Obat obat yang Look Alike Sound Alike (LASA) tidak disimpan berdekatan untuk
meminimalkan terjadinya kesalahan.
f. Obat dengan pemantauan khusus (kategori high alert) disimpan pada tempat terpisah dan
ditandai stiker High Alert berwarna merah
g. Penyimpanan sediaan narkotika/psikotropika dalam lemari khusus yang terkunci sesuai
prosedur yang berlaku.
h. Peyimpanan obat di ruangan perawatan, obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien
disimpan pada loker obat masing-masing pasien yang diberikan identitas berupa nama pasien
dan nomor rekam medis.
i. Simpan Bahan Beracun Berbahaya pada lemari khusus B3 sesuai dengan SOP penyimpanan
B3
j. Perbekalan farmasi yang disimpan memiliki label nama sediaan, konsentrasi/dosis, waktu
kadaluarsa, dan peringatan.
k. Dilakukan inspeksi berkala untuk memastikan obat disimpan dengan benar.
l. Pemantauan suhu ruangan dan suhu almari es dilakukan :
1) Dua kali (saat masuk dan pulang kerja) di depo obat dan gudang farmasi.
2) Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan dan depo obat dengan jam kerja tiga shift.
m. Kelembaban ruangan penyimpanan didokumentasikan :
1) Dua kali (saat masuk dan pulang kerja) di depo obat dan gudang farmasi.
2) Tiga kali (tiap shift jaga) di unit pelayanan dan depo obat dengan jam kerja tiga shift.
n. Ruangan dan ventilasi diinspeksi secara berkala oleh Intalasi Pemeliharaan Sarana dan
Sanitasi.

2. Penyimpanan Perbekalan Farmasi Khusus


a. Penyimpanan Obat Termolabil pada suhu dingin (2o 8oC)
Penyimpanan obat Termolabil pada suhu dingin ditempatkan pada lemari pendingin yang
sudah dikalibrasi dan memiliki pengatur suhu.
Prosedur penyimpanan obat dalam lemari pendingin:
1. Siapkan lemari pendingin khusus obat yang didalamnya dilengkapi dengan alat pengukur
suhu, suhu diatur pada 2o 8oC

6
2. Periksa obat yang akan disimpan sesuai dengan spesifikasi penyimpanan obat pada
suhu dingin (2o 8oC)
3. Buka lemari pendingin
4. Simpan obat pada tempat yang telah disediakan di dalam lemari pendingin
5. Susun mengikuti prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk- pertama keluar) dan
FEFO (First Expired First Out = pertama kadaluwarsa-pertama keluar);
6. Tutup pintu lemari pendingin dengan rapat
7. Isi kartu stok
8. Suhu pada lemari pendingin dipantau dan dicatat pada form pemantauan suhu setiap
pergantian shift jaga
9. Laporkan jika suhu lemari pendingin diatas 8o C pada Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit
Setiap lemari pendingin terinstalasi dengan generator listrik. Jika lemari pendingin rusak,
maka dilaporkan ke Instalasi Pemeliharaan Sarana dan isi lemari pendingin dipindah ke
lemari pendingin lain yang masih baik.
b. Penyimpanan Sediaan Narkotika dan psikotropika
Narkotika dan Psikotropik yang berada dalam penguasaan Rumah Sakit wajib disimpan
secara khusus dengan ketentuan sebagai berikut (Permenkes No 28 Tahun 1978) :
- Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
- Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
- Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1 digunakan untuk
menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian 2
digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.
- Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40x80x100 cm3, lemari
tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
- Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali
ditentukan oleh MenKes.
- Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
- Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum.
Prosedur penyimpanan obat Sediaan Narkotika dan psikotropika :
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat Narkotika dan
Psikotropika
2) ijin pada petugas yang diberi tanggung jawab pemegang kunci Lemari Narkotika dan
Psikotropika
3) Buka pintu Lemari Narkotik dan Psikotropik
4) Simpan Obat pada rak yang sudah disediakan
5) Susun obat mengikuti prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk- pertama keluar)
dan FEFO (First Expired First Out = pertama kadaluwarsa-pertama keluar);
6) Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa obat di dalam kartu stok
7) Jumlahkan setiap penerimaan obat pada kartu stok.
8) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok

c. Penyimpanan Bahan Beracun Berbahaya (B3)


Bahan berbahaya (B3) yang bersifat mudahmenyala atau terbakar, eksplosif,
radioaktif,oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenik,teratogenik, mutagenik, iritasi dan
berbahaya lainnya disimpan di tempat terpisah atau dalam lemari terpisah (tahan api dan
korosif). Semua bahan diberi label yang menyebutkan isi, tanggal kadaluarsa, dan label
tanda bahan berbahaya peringatan disesuaikan dengan klasifikasi B3,
Penyimpanan B3 harus disertai dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar
Data Pengaman (LDP) yang memuat identitas bahan, bahaya yang ditimbulkan, cara
penanggulangan bila terjadi tumpahan / kebocoran serta cara penanggulangan

7
kedaruratan.Di tempat penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan Alat pelindung Diri (APD)
bagi petugas.
Prosedur penyimpanan B3
1) Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ketempat semula setelah digunakan
2) Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan B3.
3) Pastikan rak memiliki bibir pembatas di bagian depan agar wadah tidak jatuh. Idealnya,
tempatkan wadah cairan pada baki logam atau plastik yang bisa menampung cairan jika
wadah rusak. Tindakan pencegahan ini utamanya penting di kawasan yang rawan
gempa bumi atau kondisi cuaca ekstrem lainnya.
4) Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang
digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika
terdapatsprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci dari kepala sprinkler.
5) Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6) Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7) Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area
peralatankeadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.
8) Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama.
9) pengguna dan tanggal penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk membantu
kontrol inventaris
10) Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada
lemari berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di
dalam lemariyang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di bagian depan.
11) Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah
terbakar yang disetujui.
12) memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari langsung.
13) Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara terpisah
yangdisortir berdasarkan abjad.
14) Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.
15) Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya di
ataskepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan. Kaji tanggung
jawab iniminimal setiap tahun.

d. Penyimpanan Obat High Alert


Obat HIGH ALERT disimpan terpisah dari obat-obat yang lain sesuai dengan daftar Obat High
Alert yang dikeluarkan Instalasi Farmasi. Pada setiap Obat High Alert yang akan
dipergunakan untuk kebutuhan klinis harus diberi stiker berwarna merah yang bertuliskan
High Alert. Tempat penyimpanan obat High Alert harus di tempat khusus yang bertanda
SELOTIP MERAH di sekeliling tempat penyimpanan dan terpisah dari obat obat yang lain.
Prosedur penyimpanan obat high alert
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat HIGH ALERT
2) Beri label HIGH ALERT pada masing-masing obat
3) Siapkan tempat khusus penyimpanan obat HIGH ALERT terpisah dari penyimpanan
sediaan farmasi lainnya
4) Beri tanda selotif merah disekeliling tempat penyimpanan
5) Susun Boks secara Alfabetis
6) Masukkan sediaan farmasi dalam boks obatnya masing-masing
7) Susunsediaan farmasi mengikuti prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk-
pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama kadaluwarsa-pertama
keluar);
8) Catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa sediaan farmasidi dalam kartu stok
9) Jumlahkan setiap penerimaan sediaan farmasi pada kartu stok.

8
10) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok

e. Penyimpanan obat LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)


Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang mempunyai tampilan kemasan
yang mirip baik dari segi bentuk, warna, konsentrasi obat yang berbeda dan obat yang
kedengaran di telinga berbunyi mirip. Penyimpanan obat LASA, tidak ditempatkan
berdekatan dipisahkan oleh satu boks obat sebelumnya yang tidak LASA dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
Prosedur penyimpanan obat LASA :
1) Terima dan pisahkan sediaan farmasi yang termasuk dalam obat LASA
2) Siapkan kotak tempat penyimpanan obat dan beri stiker LASA berwarna hijau
3) Tulis nama obat menggunakan huruf capital dengan warna dan ukuran yang cukup
sehingga terbaca dengan jelas contoh DIAzepam, LORAzepam, CeFOTAxim,
ceFUROxim.
4) Susun kotak LASA secara tidak berdekatan, dipisahkan oleh satu boks obat
sebelumnya yang tidak LASA
5) catat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa sediaan farmasi di dalam kartu
stok
6) Jumlahkan setiap penerimaan sediaan farmasi pada kartu stok.
7) Catat nama/paraf petugas pada kartu stok

f. Penyimpanan obat pada kotak emergensi


Obat emergensi tersedia pada unit-unit perawatan yang ditetapkan dan bisa segera di akses
untuk kebutuhan emergensi. Instalasi Farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan,
menyimpan dan melindungi obat emergensi dari kehilangan atau pencurian. Obat-obatan
emergensi disimpan dalam troli emergensi dengan akses terdekat dan selalu siap pakai.
Troli emergensi dikunci dan disegel kunci disposable dengan nomor seri.Troli emergensi
dicek setiap satu bulan sekali terkait jumlah perbekalan, waktu kadaluarsa perbekalan, serta
penggantian perbekalan yang mendekati waktu kadaluarsa.
Prosedur penyimpanan obat emergensi adalah :
1) Siapkan obat yang akan disimpan dalam kotak emergensi, sesuai dengan daftar obat
emergensi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
2) Susun obat emergensi dalam kotak emergensi
3) Kunci kotak emergensi menggunakan kunci plastik dengan nomor register
4) Distribusikan Kotak emergensi pada unit pelayanan yang membutuhkan obat emergensi
5) Kotak emergensi disimpan ditempat yang tersendiri, mudah dilihat, terdekat, dan siap
dipakai.
6) Penyimpanan kotak emergensi disertai dengan daftar obat dengan nama, jumlah, dan
tanggal kadaluarsa, buku pengecekan kotak obat emergensi dan buku penggunaan
dan pergantian obat emegensi.
7) Inspeksi dilakukan setiap 1 (satu) bulan

g. Penyimpanan Gas medis


Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis
pada sarana kesehatan. Yang harus diperhatikan dalam penyimpanan gas medis antra lain
- Tabung dalam keadaan baik
- Tempat penyimpanan aman, kering dan cukup baik ventilasinya
- Tabung harus dalam keadaan berdiri
- Tabung yang berisi dan kosong harus dalam keadaan terpisah
- Ruangan lantai dalam keadaan rata
Prosedur penyimpanan gas medis adalah :

9
1) Terima dan periksa keadaan tabung gas yang diterima
2) Catat jumlah dan nomor tabung gas medis di dalam buku mutasi gas medis.
3) Simpan gas medis di tempat yang sudah disediakan dengan posisi tabung berdiri tegak
dan dipasang penutup kran
4) Pasang tali/rantai pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi goncangan.
5) Pisahkan tabung gas medis isi dan tabung gas kosong, untuk memudahkan pemeriksaan
dan penggantian.
6) Jumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran gas medis pada buku
7) Catat nama/paraf petugas.

h. Penyimpanan Nutrisi Parenteral


Beberapa jenis nutrisi parenteral, yaitu:
1. Karbohidrat, contoh: dextrose 5%, dextrose 10%, Triofusin 500, Triofusin 1000, dll.
2. Asam amino, contoh: Aminofluid L600
3. Lemak, contoh: Intralipid 10%
4. Cairan elektrolit, contoh: Ringer Laktat

Beberapa sifat yang perlu diperhatikan, misalnya:


1. Bahan organic biasanya lebih sensitive terhadap panas.
2. Lemak dan minyak alami mengandung ikatan rangkap yang dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk peroksida
3. Asam amino dapat terpengaruh oleh panas, cahaya, air dan kelembaban.
4. Material anhidrat dapat menyerap kelembaban dari lingkungan.
5. Senyawa seperti NaOH dapat mengabsorbsi CO2 dari udara.
- Instalasi farmasi hanya mengelola produk nutrisi parenteral.
- Produk Nutrisi Parenteral disimpan sesuai sifat bahan dan petunjuk penyimpanan dari
produsen.

i. Penyimpanan Obat Radioaktif


RSUD Arjawinangun tidak memiliki obat yang bersifat radioaktif yang disimpan

j. Penyimpanan Obat sample


Arjawinangun tidak menerima obat sample.

k. Penyimpanan Obat yang dibawa oleh pasien


Bila pasien membawa obat dari luar RSUD Arjawinangun untuk digunakan selama
perawatan di RSUD Arjawinangun, maka pasien/ keluarga pasien harus menandatangani
Formulir Serah Terima Obat dari Pasien (Formulir Rekonsiliasi). Obat disimpan di loker
pasien pada saat pasien sudah masuk ke ruang perawatan.
Prosedur penyimpanan Obat yang dibawa oleh pasien adalah
1. DPJP atau perawat igd menanyakan kepada pasien yang akan masuk perawatan
tentang pemakaian obat yang sedang dikonsumsi atau dibawa dari luar rumah sakit.
2. Perawat memasukkan data obat yang dibawa oleh pasien kedalam formulir rekonsiliasi
3. Perawat menyerahkan obat yang dibawa oleh pasien dari luar rumah sakit disertai
dengan bukti serah terima obat untuk diverifikasi identitasnya oleh petugas farmasi.
4. Jika obat tersebut akan digunakan kembali dalam proses pengobatan, harus diresepkan
kembali oleh Dokter dan dietiket ulang oleh petugas farmasi.
5. Jika obat tidak digunakan atau masih ada sisa, maka obat dimasukkan dalam plastik
khusus dan disimpan dalam loker obat pasien dengan diberi penandaan jelas
6. Obat yang tidak dilanjutkan akan dikembalikan kepada pasien saat pulang perawatan.
7. Penyerahan kembali obat kepada pasien atau keluarganya saat pulang dikonseling oleh
Apoteker.

10
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO Penyimpanan Umum Perbekalan Farmasi


2. SPO Penyimpanan Obat Termolabil
3. SPO Penyimpanan Obat High Alert
4. SPO Penyimpanan Obat LASA
5. SPO Penyimpanan Gas Medis
6. SPO Penyimpanan B3
7. SPO Penyimpanan Obat dalam Kotak Emergensi
8. SPO Penyimpanan Sediaan Narkotika Dan Psikotropika
9. SPO Penyimpanan Obat yang Dibawa oleh Pasien
10. Formulir Monitoring Temperatur Dan Kelembaban

11

You might also like