You are on page 1of 137
Wiwik Handayani Andi Sulistyo Haribowo Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem eas Se cy Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Ners. Wiwik Handayani $.Kep. dan dr. Andi Sulistyo Haribowo Manajer Penerbitan dan Produksi: Edward Tanujaya Koordinator Penerbitan dan Produksi: Ariyanto Copy Editor: Rida Angriani Tata Letak: Dedy Juni Asmara Desain Sampul: ‘Smastergrafis Hak Cipta © 2008, Penerbit Salemba Medika JL Raya Lenteng Agung No. 101 Jagakarsa, Jakarta 12610 Telp. _: (021) 781 8616 Faks. — : (021) 781 8486 Website: http: E-mail _ :info@penerbitsalemba.com Awww.penerbitsalemba.com, Hak cipta dilindungi undang-undang, Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipt: Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penj paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Handayani, Wiwik Haribowo, Andi Sulistyo Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi/Wiwik Handayani, Andi $ listyo Haribowo —Jakarta: Salemba Medika, 2008 1jil., 158 hlm., 15,5 x 24 em ISBN 978-979-3027-76-0 1, Keperawatan 2. Sistem Hematologi 1. Judul Il. Wiwik Handayani, Andi Sulistyo Haribowo x Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Malaria 65 Penyakit Hemolitik pada Bayi Bara Lahir 66 Reaksi Transfusi 67 Proses Keperawatan Klien dengan Anemia 68 Polisitemia 74 Proses Keperawatan Polisitemia 80 Bab 5 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sel Darah Putih (Leukosit) 87 Leukemia 87 Proses Keperawatan Klien dengan Leukemia 100 Limfoma Maligna 108 Bab 6 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Pembekuan Darah 119 Hemofilia _119 Proses Keperawatan Klien dengan Hemofilia 121 Koagulasi Intravaskular Diseminata (Disseminated Intravaskular Coagulation /DIC) 126 Proses Keperawatan Klien dengan DIC__127 Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) 129 Proses Keperawatan Klien ITP 132 Bab 7 Tinjauan Singkat tentang Donor Darah dan Transfusi Darah 135 Donor Darah 135 Transfusi Darah 136 Daftar Pustaka 145 Indeks __147 image not available 2 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pasta Klien dengan Gi sistem Hematologi raguan Struktur Eritrosit Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen mas dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya kuming kemerahan-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobi ah merah t tidak dapat berge aa Sel lak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, 5 ul * ini jak dapat mela! n mitosis, fosforilasi in. oksidatif sel, atau pembentukan pro! ponen eritrosit adalah scbagai be: 1. Membran eritrosit hosphatedehydrogenase). 36PD (Glucose 3. Hemoglobin, komponennya terdiri atas: 2. Sistem enzim: enzim in dengan besi; merupakan gabungan protoporfi * heme yan iri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai * globin: bagian protein y: I ng tel eta. Bahan dengan hak cipta image not available image not available image not available 6 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Eriwosit hemolisis au proses penuaan Hemoglobin — OE Globin Heme Fe | Co. Protoforfinn Pool protein Pool besi | | Bilirubin indireks Disimpan/digunakan lagi Disimpan/digunakan Hati lagi Bilirubin direk Feses: Urine urobilinogen sterkobilinogen Figur 1.3 Skema penghancuran eritrosit. Sel Darah Putih (Leukosit) Bahasan mengenai sel darah putih yang akan dibahas mencakup: struktur Ieukosit, fungsi sel darah putih, jenis-jenis sel darah putih, dan jumlah sel darah putih. Struktur Leukosit Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), Mempunyai bermacam-macam inti sel, schingga image not available image not available image not available 10 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi antigen di mana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikroorganisme dan memberitahu sel-sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi aii a Figur 1.8 Limfosit T (Sumber: Gaspard,2003). Limfosit B. Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai menjumpai antigen di mana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada tahap ini, limfosit B mengalami pematangan lebih Janjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi. Figur 1.9 Limfosit B (Sumber: Gaspard, 2003). Bahan dengan hak cipta image not available image not available image not available 14 Buku Ajar Asuhan Keperawatan para Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi substansi yang hilang dari darah klien. Misalnya faktor pembekuan darah I, VIII, dan XT untuk klien yang tidak mendapatkannya. Limpa Pembahasan mengenai limpa pada bab ini terdiri atas struktur dan fungsi limpa. Struktur Limpa Merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan dengan lambung, fleksura Inealis kolon, dan ginjal kiri. Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa), dan pulpa merah (aringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah oleh arteri linealis yang keluar dari arteri coeliaca. Fungsi Limpa Fungsi limpa adalah sebagai berikut. 1. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin), © Destruksi sel eritrosit tua. Ponyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan. Produksi bilirubin dari eritrosit Pembentukan limfosit dalam folikel limpa Pembentukan imunoglobulin. Noe we Pembuangan partikel asing dari darah. Sistem Retikulo Endotelial Sistem retikulo endotelial (RES) terdiri atas sejumlah sel-sel berstruktur sama dan dengan fungsi yang serupa terdapat pada berbagai organ dan jaringan. Sel retikulo endotelial terdapat pada limpa, hepar, timus, kelenjar limfe, sumsum tulang, dan dinding pembuluh darah image not available image not available image not available 18 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Page a i\ oo & 4 Onn Ot ce ? i. a tor Pregentur cru crv cry rT 18 Monost Sranuost Megotaist Entei Mesakarost atest @e@ee F % newtoty esol Prato @ Eros, onost Eosina Figur 1.12 Hematopoiesis dan maturasi sel darah (Sumber: Caudell dan Gaspard, 2003). Hemostasis Apabila tubuh kita mengalami perdarahan akibat dari radapaksa, maka secara otomatis tubuh akan mengatasi perdarahan tersebut. Adapun prinsip dari hemostasis adalah sebagai berikut. Mengurangi Aliran Darah yang Menuju Daerah Trauma Cara untuk mengurangi darah yang menuju daerah trauma adalah sebagai berikut, ae Vasokonstriksi Pembuluh darah yang robek/terluka akibat rudapaksa adalah merupakan rangsangan bagi pembuluh darah itu sendiri yang secara refleks akan mengalami vasokonstriksi pada daerah robekan. Trombosit yang keluar dari pembuluh darah karena adanya permukaan kasar dari daerah Iuka, maka akan pecah dan image not available image not available image not available 22 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Bahan dengan hak ci image not available image not available image not available Buku Ajar Asuhan Keperaatan pasa Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi 2. Leukositosis atau trombosis yang tidak dapat dijelaskan. 3. Dugaan leukemia atau mieloptisis Kontraindikasi Keadaan umum yang buruk. Persiapan Bahan dan alat 1. Bahan tindakan antiseptik. 2. Povidone iodine. 3. Kapas lidi steril dan kapas steril. 4. Prokain/lidokain 3% dan spuit 5 cc. spuit 20 ce, serta jarum hipodermik 23-25 gaus. 5. Sarung tangan steril dan duk berlubang yang steril. 6. Set jarum aspirasi sumsum tulang (14-16) yang sesuai dengan tempat yang akan dilakukan dan spuit yang sesuai dengan jarum aspirasi sumsum tulang. 7. Botol bersih untuk koleksi aspirat sebagai gelas objek untuk preparat. 8, Antikoagulan (heparin atau EDTA). 9. Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenis dan anafilaksis (adrenalin, atropin sulfat, dan cairan set infus). Tempat Aspirasi Tempat yang biasa digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut. 1. Spina iliaka posterior superior (SIPS). 2. Krista iliaka. 3. Spina iliaka anterior superior (STAS). 4. Sternum di antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atau sedikit di kanannya (jangan lebih dari lem). Spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis. Bahan dengan hak cipta image not available image not available image not available 30 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi 21. Berikan tekanan pada tempat injcksi 22. Untuk darah yang didapatkan melalui spuit, pindahkan spesimen pada tabung, masukkan jarum melalui penghenti tabung darah dan biarkan vacum mengisi tabung. Jangan dipaksakan 23, Untuk tabung darah mengandung tambahan, rotasi ke belakang dan ke depan delapan sampai sepuluh kali dengan perlahan. 24. Perhatikan sisi pungsi untuk perdarahan dan berikan pelster (band- aid). 25. Tempelkan label identifikasi lengkap pada tiap tabung, Iekatkan daftar permintaan, dan kirim ke laboratorium. Komplikasi infeksi. Komplikasi yang sering terjadi pada pungsi vena adalah terjadiny Flebotomi merupakan suatu tindakan menurunkan volume darah dengan cara mengeluarkannya melalui pembuluh vena secara bertahap dan cepat. Tujuan Menghilangkan gejal-gejala distres. Indikasi Tindakan ini diindikasikan pada klien dengan masalah polisitemia vena, eritrositosis, dan hemokromatosis. Kontraindikasi Klien dengan masalah gagal jantung tidak dianjurkan untuk melakukan prosedur ini image not available image not available image not available image not available image not available image not available image not available 38 Buku Ajar Asuhan Keperaatan pasa Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi ¢ Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gv/dl «Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb < 11 gr/dl Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut. © Hb<10gr/dl © Hematokrit < 30% © Eritrosit < 2,8 jutafmm* Derajat Anemia Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah sebagai berikut. « Ringan sekali ‘Hb 10 gr/dl-13 gr/dl * Ringan Hb 8 gridl-9,9 gr/dl * Sedang ‘Hb 6 gridl-7,9 gr/dl * Berat ‘Hb <6 gr/dl Prevalensi Perkiraan prevalensi anemia di Indonesia menurat Husaini, dkkc. tergambar dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Prevalensi Anemia di Indonesia Kelompok populasi Angka prevalensi 1. Anak prasckelah 80-10% 2 Anak usia sekolah B5-B5% 8, Dewasa tidak hamil 30-40% 50-70% 20-30% 6. Pekerja berpenghasilan rendah 30-10% Untuk angka prevalensi anemia di dunia sangat bervariasi, bergantung pada geografi dan taraf sosial ekonomi masyarakat. Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau ehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum Bahan dengan hak cipta image not available image not available image not available 42 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Pemeriksaan laboratorium nonhematologis Pemeriksaan laboratorium nonhematologis meliputi © faal ginjal; © faal endokrin; ° asam urat; © faal hati; © biakan kuman. Pemeriksaan penunjang lain Pada beberapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut. e Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi. © Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi * Pemeriksaan sitogenetik * Pemeriksaan biologi molckuler (PCR = polymerase chain reaction, FISH = fluorescence in situ hybrydization). Penatalaksanaan Terapi Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. ini. 1 2. ‘Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien. Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah: 1 i Terapi gawat darurat Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yangdimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut. Terapi khas untuk masing-masing anemia Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi. ‘Terapi kausal Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi image not available image not available image not available 46 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Sel induk hematopoietik Kerusakan sel induk Gangguan lingkungan mikro Mekanisme imunclogis Pansitopenia Eritrosit | — Leukosit 4 Trombosit 1 Sindrom anemia Mudah terinfeksi Perdarahan - Febris - Kulit - Ullsus mulut - Organ dalam - Faring - Sepsis Figur 4.2 Shema patofisiologi anemia aplastih. Gejala Klinis Gejala klinis anemia aplastik terjadi sebagai akibat adanya anemia, Ieukopenia, dan trombositopenia. Gejala yang dirasakan berapa gejala sebagai berikut. 1. Sindrom anemia: gejala anemia bervariasi, mulai dari ringan sampai berat. 2. Gejala perdarahan: paling sering timbul dalam bentuk perdarahan kulit seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub-konjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis melena, dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, tetapi jika terjadi perdarahan otak sering bersifat fatal 3. Tanda-tanda infeksi dapat berupa ulserasi mulut atau tenggorokan, febris, dan sepsis 4, Organomegali dapat berupa hepatomegali dan splenomegali image not available image not available image not available 50 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Iebih kurang sebanyak 500 juta orang. Anemia defisiensi besi mengenai semua usia dan golongan ekonomi, walaupun jumlah terbanyak terdapat pada anak dalam masa pertumbuhan, terutama di negara berkembang. Di Indonesia, ada perbedaan yang nyata antara desa dan kota. Berdasarkan hasil penelitian di desa-desa pada provinsi Sumatera Barat; Jawa Tengah; dan Bali, 50% penduduk yang menderita anemia disebabkan oleh defisiensi besi dan 40% anemia defisiensi besi disertai dengan investa: acing tambang. Di Amerika Serikat, prevalensi anemia defisiensi besi ditemukan sebesar 0,2% pada laki-laki, 2,6% pada wanita yang belum menopouse, dan 1,9% pada wanita yang sudah menopouse. Etiologi Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun, 1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun yang dapat bere dari: * Saluran cerna > akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. + Saluran genetalia wanita > menoragi atau metroragi. ¢ Saluran kemih > hematuria. * Saluran napas > hemoptoe. 2. Faktornutrisi > akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging) 3. Kebutuhan besimeningkat > seperti pada prematuritas anak dalam mas pertumbuhan dan kehamilan. 4. Gangguan absorpsi besi > gastrektomi, kolitis kronis Patofisiologi Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan besi makin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropo berkurang, sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini image not available image not available image not available 54 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi ANEMIA MEGALOBLASTIK Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan anemia megaloblastik adalah sebagai berikut. Pengertian Anemia megaloblastik adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kes, di mana maturasi sitoplasma normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang longgar. Insidensi Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh anemia pernisiosa banyak dijumpai pada orang-orang Skandinavia, Inggris, dan Irlandia dengan angka kejadian 90 kasus tiap 100.000 penduduk per tahun. Pernah dilaporkan adanya anemia pernisiosa pada penduduk Afrika Selatan, Daratan Cina, dan Arab. Belum pernah dilaporkan tentang kejadian anemia pernisiosa di Indonesia Etiologi Pernyebab anemia megaloblastik adalah sebagai berikut. 1. Defisiensi vitamin B12 a, Asupan kurang: pada vegetarian b. Malabsopsi * Dewasa: anemia pernisiosa, gastrektomi total/parsial, penyakit Crohr’s, parasit, limfoma usus halus, obat-obatan (neomisin, etanol, KCL). e Anak-anak: anemia pernisiosa, gangguan sekresi, faktor intrinsik lambung, dan gangguan reseptor kobalamin di ileum), c. Gangguan metabolisme seluler: defisiensi enzim, abnormalitas protein pembawa kobalamin (defisiensi transkobalamin), dan paparan nitrit oksida yang berlangsung lama. image not available image not available image not available 58 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi © Tes-tes malabsopsi. * — Biopsi jejunum + Tanda-tanda penyakit dasar penyebab. Penatalaksanaan Medis/Terapi Terapi pengobatan yang biasa digunakan adalah sebagai berikut. Terapi Suportif Transfusi bila ada hipoksia dan suspensi trombosit bila trombositopenia mengancam jiwa. Terapi untuk Defisiensi Vitamin B12 Terapi yang biasa digunakan untuk mengatasi defisiensi vitamin B12 adalah sebagai berikut. 1 Diberikan vitamin B12 100-1.000 Ug intramuskular sehari selama dua minggu, selanjutnya 100-1.000 Ug IM setiap bulan. Bila ada kelainan neurologis, terlebih dahulu diberikan setiap dua minggu selama enam bulan, baru kemudian diberikan sebulan sekali. Bila penderita sensitif terhadap pemberian suntikan dapat diberikan secara oral 1.000 Ug sekali sehari, asal tidak terdapat gangguan absopsi Transfusi darah sebaiknya dihindari, kecuali bila ada dugaan kegagalan faal jantung, hipotensi postural, renjatan, atau infeksi berat. Bila diperlukan transfusi darah scbaiknya diberi eritrosit yang diendapkan. ‘Terapi untuk Defisiensi Asam Folat Diberikan asam folat 1-5 mg/hari per oral selama empat bulan, asal tidak terdapat gangguan absopsi Terapi Penyakit Dasar Menghentikan obat-obatan penyebab anemia megaloblastik. image not available image not available image not available 62 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Hemoglobin Hemoglobin bebas dalam plasma (hemoglobinemia) — | Se — Kompleks Hb- Komplek Hb—Hemopeksin Metemoglebinemia Hemoglobinuria hepatoglobin | Bpitel tubulus \ Clearance oleh RES Clearance oleh RES Hemosiderinuria Figur 4.6 Skema pemecahan eritrosit intravaskular Kompensasi sumsum tulang untuk meningkatkan eritropoi Destruksi eritrosit dalam darah tepi akan merangsang mekanisme bio-feedback sehingga sumsum tulang meningkatkan eritropoesis Peningkatan eritropoesis ditandai oleh peningkatan jumlah eritroblast dalam sumsum tulang, sehingga terjadi hiperplasia normoblastik ANEMIA SEL SABIT Pengertian Anemia sel sabit merupakan suatu gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif, satu buah dari masing- masing orang tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin S (IIbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah. Insidensi Di Amerika Serikat, anemia sel sabit teratama mengenai orang Amerika keturunan Afrika, yaitu 1 di antara 375 bayi. Selain itu juga didapatkan pada penduduk Mediterania, Karibia, dan keturunan Amerika Sclatan dan ‘Tengah yang mempunyai nenek moyang Arab dan India timur image not available image not available image not available 66 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada klien dengan malaria adalah sebagai berikut. 1. Terapi profilaks terhadap malaria dianjurkan bagi orang yang berpergian ke daerah endemik Pencegahan di daerah endemi antara lain terdiri atas eliminasi ry sumber-sumber genangan air dan penggunaan insektisida, kelambu, dan insect repellent. 3. Tersedia obat antimalaria untuk mengatasi penyakit apabila terjangkit. 4. Kadang-kadang dilakukan transfisi darah PENYAKIT HEMOLITIK PADA BAY! BARU LAHIR Asuhan keperawatan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut, Pengertian Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir adalah suatu anemia normositik normokromik pada bayi positifRh yang lahir dari ibu negatif-Rh yang sebelumnya telah membentuk antibodi terhadap antigen Rh. Gambaran Klinis Penyakit hemolitik yang ringan mungkin relalif asimplomatik disertai hepatomegali ringan dan sedikit peningkatan bilirubin. Penyakit yang parah bermanifestasi sebagai tanda-tanda anemia berat. Dapat terjadi hiperbilirubinemia sehingga timbul ikterus berat dan gangguan susunan saraf pusat yang dikenal sebagai kernikterus Komplikasi Anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung. Hidrops fetalis adalah keadaan yang dijumpai pada janin yang mengidap penyakit yang parah Hidrops fetalis ditandai oleh edema berat di seluruh tubuh image not available image not available image not available 70 Diagnosis Keperawatan 1 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel. Batasan Karakteristik Karakteristik yang biasanya muncul dari diagnosis di atas adalah sebagai Kulit pucat, membran mukosa kering, serta kuku dan rabut rapuh. Perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat. berikut 1. Palpitasi. 3. Ekstremitas dingin 4. Penurunan urine output 5. Mual, muntah, dan distensi abdomen 6. 7 Kriteria Evaluasi Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi. Kriteria evaluasi adalah klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat seperti berikut ini 1. Tanda vital stabil. 2. Membran mukosa warna merah muda. 3. Pengisian kapiler baik. 4. Urine output adekuat 5. Status mental normal. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar perfusi jaringan klien berada pada keadaan normal Intervensi Rasional Mandixi 1, Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna Kulit, membran mukesa, dan dass 1, Memberikan informasi tentang det keadekuatan perfusi jariagan d menentukan kebutuhan intervensi. ath membantu 2, ‘Tinggikan tempat tidur sesuai toleranst 3. Awasi upaya peapasan; auskultasi bunyi hapas. Meningkatkan memaksimalk: butuhan selul -kspansi paru dan igenasi untuk |. Dispnea, gemeridk menunjukkan gagal jet an ares regangan jan ting jama/peningkatan kompensasi curah Jantung image not available image not available image not available 4 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi pada klien dengan masalah infeksi adalah sebagai berikut. 1. Meningkatnya penyembuhan luka 2, Bebas drainase purulen. 3. Tidak ada eritema 4. Tidak demam Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar klien tidak mengalami penyebaran infeksi akibat kondisi klien, Tntervensi Rasional Mandiri 1. Tingkatkan euci tangan yang baik oleh 1. Mencogah kontaminasi lang. pemberi perawatan dan klien, 3. Pertahankan toknik aseptik kelat pada T. Menurankan risiko infoksi proseduriperawatan fukn 3, Pantau tanda vital dengan ketat 3. Deteksi dni adanya tanda tanda infeksi 1, Tingkatkan masakan nutrisl adekuat 7, Meningkatkan pertahanan alamiah Batasi pengunjung sesual indikast 5. Menurunkan pemajanan terhadap patogen cease infakat lain.” 2 Polisitemia adalah peningkatan konsentrasi sel darah merah (jumlah sel darah merah melebihi 6 juta/mm! atau hemoglobin melebihi 18 g/d), dapat primer atau sekunder. Polisitemia Primer (Polisitemia Vera) Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan polisitemia vera adalah sebagai berikut. Pengertian Polisitemia vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel induk hematopoietik dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit absolut dan volume darah total, biasanya disertai leukositosis, trombositosis dalam proporsi normal, dan splenomegali image not available image not available image not available 18 10. at. 12. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Leukositosis, antara 12.000-25.000/mm* (pada 75% kasus) basofilia. Trombositosis: 450.000—800.000/mm’, Skor NAP (neuthrophil alakaline phosphatase) meningkat. Volume darah total meningkat Serum B12 meningkat. Hiperurikemia. Penatalaksanaan Prinsip pengobatan pada polisitemia vera adalah sebagai berikut. 1, ry Menurunkan volume darah sampai ke tingkat normal dan mengontrol eritropoiesis dengan flebotomi Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/polisitemia yang belum terkendali. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment) Menghindari cbat yang mutagenik, teratogenik, dan berefek sterilisasi pada penderita usia muda. Mengontrol panmiclosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik pada klien di atas 40 tahun bila didapatkan tanda-tanda berikut ini, © ‘Trombositosis persisten di atas 800.000/mm', terutama jika disertai gejala trombosis © — Leukositosis progresif. Splenomegali yang simptomatik atau menimbulkan sitopenia problematik. © Gejala sistemik yang tidak terkontrol, seperti pruritus yangsulit dikendalikan, penuruman berat badan, atau hiperurikosuria yang sulit diatasi Penatalaksanaan Medis ‘Tindakan penatalaksanaan medis pada klien dengan polisitemia vera terdiri atas pengobatan umum dan pengobatan khusus. Pengobatan Umum Pengobatan umum yang dilakukan adalah sebagai berikut image not available image not available image not available 82 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi 3. Risiko tinggi perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan reneana tindakan, kesulitan penyesuaian terhadap kondisi kronis, Diagnosis Keperawatan 1 Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan sel darah merah dan volume darah. Batasan Karakteristik Batasan karakteristik pada klien yang mengalami kelebihan volume cairan adalah sebagai berikut. 1. Melaporkan mudah lelah pada pengerahan tenaga minimal disertai dengan takikardia dan takipnea. 2. SDM, hemoglobin, dan hematokrit di atas batas normal. 3. Rales pada auskultasi 4 Tekanan darah di atas rentang normal 5. Natrium serum di bawah rentang normal. Krit Evaluasi Kriteria evaluasi pada klien yang kelebihan volume cairan adalah sebagai berikut, 1. Berpartisipasi dalam aktivitas tanpamengalamitakipnea, takikardi, dan kelelahan. 2. Hasil laboratorium darah lengkap dan natrium serum dalam batas normal 3. Bunyi napas bersih. 4, Penurunan berat badan. 5. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Tujuan: Klien mampu mendemonstrasikan hilangnya kelebihan volume cairan. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar volume cairan pada tubuh klien berada dalam batas normal. image not available image not available image not available Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan — Sel Darah Putih (Leukosit) ‘LEUKEMIA Pengertian Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukemia juga bisa didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik Epidemiologi Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Beberapa data epidemiologi menunjukkan hasil sebagai berikut. 1. Insidensi Insiden leukemia di negara Barat adalah 13/100.000penduduk/ tahun. Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia. 2. Frekuensi relatif Frekuensi relatif leukemia di negara barat menurut Gunz adalah sebagai berikut. «Leukemia akut ° CLL + CML 60% 25% 15% I Bahan dengan hak| image not available image not available image not available Bab 5: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sel Darah Putih (Leukosit) 1 2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali 3. Katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi_keadaan hiperkatabolik. Klasifikasi Leukemia akut menurut klasifikasi FAB (French-American-British) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Leukemia mielositik akut/acute myeloid leukemia (LMA/AML) Asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia mielositik akut (LMA/AML) adalah sebagai berikut. Pengertian. Leukemia mielositik akut (LMA) merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Insidensi. Insiden AML kira-kira 2-3/100.000 penduduk, LMA lobih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak (15%). Ditemukan lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Klasifikasi. Menurut klasifikasi FAB (French-American-British) LMA dibagi menjadi enam jenis, yaitu:. M1 : Leukemia mieloblastik tanpa pematangan, M2 : Leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan. MB : Leukemia promiclositik hipergranular. M4 ; Leukemia mielomonositik. M5 : Leukemia monoblastik. M6 : Eritroleukemia. Gejala Klinis. Gejala klinis yang dapat terlihat pada klien LMA adalah rasa lelah; pucat; nafsu makan hilang; anemia; petekie; perdarahan; nyeri tulang; serta infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati, dan kelenjar mediastinum. Kadang- kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonolitik Evaluasi Diagnostik. Evaluasi diagnostik pada klien dengan LMA adalah sebagai berikut. image not available image not available image not available Bab 5: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sel Darah Putih (Leukosit) 97 * Gejala_hiperkatabolik: berat badan menurun, lemah, anoreksia, dan berkeringat malam. Splenomegali hampir selalu ada, sering masif, . Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan. Gejala gout, gangguan penglihatan, dan priapismus. Anemia pada fase awal dan sering hanya ringan © Kadang-kadang asimptomatik. b. Fase transformasi akut, pada fase ini gejala yang ditemukan adalah sebagai berikut. © Perubahan terjadi secara perlahan-lahan dengan prodromal selama 6 bulan yang discbut sebagai fase akselerasi. Timbul keluhan baru, yaitu: demam, lelah, nyeri tulang, respons terhadap kemoterapi menurun, leukositosis meningkat, serta trombosit menurun dan akhirnya menjadi gambaran Icukemia akut. © Pada sekitar 1/3 penderita, perubahan terjadi secara mendadak tanpa didahului masa prodromal, keadaan ini blastik. disebut kris Evaluasi Diagnostik a. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan leukositosis berat 20.000-50.000, pergeseran ke kiri pada hitung jenis dan trombositopenia nilai fosfatase alkali netrofil selalu rendah dan anemia yang mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut, schingga bersifat normokromik normositer. b. Pada pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperseluler dengan peningkatan megakariosit dan aktivitas granulopoiesis, c. Pada pemeriksaan sitogenik dijumpai adanya kromosom philadelphia (Ph 1). d. Kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah. Kadar asam urat meningkat. Penatalaksanaan. Terapi LMK bergantung pada fase penyakit, yaitu: a. Fase kronis Obat pilihan: ¢ Busulphan (nyleran) > dosis 0,1-0,2 mg/kg BB/hari, image not available image not available image not available 104 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Gunakan distraksi, relaksasi, dan imajinasi sehelum dan sesudan Kemoterap. Rasional 3. Menurunkan ansietas yang dapat menunjang | mmual muntah 1. Berikan antiemetik, sedatif, dan Kortikosteroid yang diresepkan, 1. Kombinasi terapi obat berupaya untuk mengurangi mual muntah melalui kontrol Dderbayal fakior pencetus, 5. Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama, dan sesudah pemberian obat. Kaji intake dan output cairan, 6. Berikan dukungan kepada Klien ager dapat menjaga personal higiene dengan baik. Volume eairan yang adekuat akan mengencerkan kadar obat, mengurangi stimulasi reseptor muntah. 6. Mengurangi rasa kecap yang tidak menyenangkan 7. Berikan tindakan pereda nyeri jika diperlukan. Meningkatkan rasa nyaman akan meningkatkan toleransi fisik terhadap geiala yang dirasakan, Diagnosis Keperawatan 3 Kelemahan yang berhubungan dengan anemia. Tujuan Setelah dilakukan tindakan terjadi penurunan tingkat keletihan Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi pada klien dengan masalah nyeri adalah bila didapatkan adanya hal-hal berikut ini. ae ee 2 Mengonsumsi diet dengan dianjurkan. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada klien Melaporkan penuranan tingkat keletihan. Meningkatnya keikutsertaan dalam aktivitas secara bertahap. Istirahat ketika mengalami keletihan Melaporkan dapat tidur lebih baik Melaporkan energi yang adekuat untuk ikut serta dalam aktivitas. masukan protein dan kalori yang ini bertujuan agar kelemahan klien berkurang dan klien dapat melakukan aktivitasnya dengan baik Intervensi Rasional 1. Berikan dorongan untuk istirahat beberapa poriode selama siang hari, terutama sebeh dan sesudah latihan fi 1. Solama istirahat, energi dihemat dau energi diperharui, Beberapa kali periode istirahat singkat mungkin lebih, bermantaat dibandingkan satu kali periode istirahat yang panjang. 2, Tingkatkan jam tidur total pada malam hari 2. ‘Tidur membantu untuk memulikan tingkat energi. image not available 106 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Intervensi Berikan dukungan agar klien dapat membuang perasaan negatil. Rasional 3 Hal ini memungkinkan untuk mengekspresikan emostonal tanpa kohilangan harga divi 1. Berikan waktu untuk Klien menangis dan suengekspresikan kesedibannya Perasaan ini diperlukan untuk terjadinya perpisahan dan. kerenggangan, 5. Libatkan petugas sesuai dengan yang diinginkan oleh klien dan keluariga asi proses berduka dan ual Guna menfacl perawatan spi 6 Sarankan konseling profesional sesual yang diincikasikan bagi klien dan keluarganiya untuk menghilangkan proses berduka yang patologis, Hal ini menfasilitasi proses berduka 7. Ciptakan situasi yang memungkinkan untuk, heralih melewati proses berduka, Proses berduka beragam. Oleh karen itu, untuk menyelesaikan proses berduka, keragaman ini harus dibiarkan toriadi Diagnosis Keperawatan 5 Gangguan integritas kulit: alopesia yang berhubungan dengan efek toksik kemoterapi Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka gangguan integritas kulit tidak terjadi. Kriteria Evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan dikatakan berhasil jika dapat memenuhi kriteria berikut ini 1. Mengidentifikasi alopesia sebagai potensial efek samping dan pengobatan. 2. Mengidentifikasi. perasaan negatif dan positif serta ancaman torhadap citra diri 3. Mengungkapkan mengenai rambut yang dimiliki adanya kemungkinan kerontokan 4. Menyebutkan rasional untuk modifikasi dalam perawatan rambut dan pengobatan. 5. Melakukan kerontokan rambut. Intervensi Keperawatan Jangkah-langkah untuk mengatasi kemungkinan Intervensi keperawatan pada klien dengan masalah gangguan integritas kulit adalah agar masalah gangguan integritas kulit pada klien dapat teratasi. Bab 5: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sel Darah Putih (Leukosit) 107 1. Diskusikan potensial kerontokan rambut dan| pertumbuhan kembali rambut bersama klien dan keluarga, Memberikan informasi, sehingga ktien dan keluarganya dapat, mulai untuk bersiap diti secara kognitif dan emosional terhadap kerontokan 2, Cegeh atau minimalkan dampak kerontokan rambut inelalui langkah-langkah berikut ini, + Potong rambut yang panjang sebelum pengobatan. + Hindari pemakaian sampo yang berlebihan. * Mengeunakan sampo ringan, dan kondisioner « Hindari penggunaan pengeriting listrik, pemanas, gering rambut, dan ponjepit + Hindari menyisir berlebihan, gunakan sisir yang bergerigi lebar Meninimalkan kerontokan rambutakibat beban berat dan tarikan pada rambut, 3. Cegah trauma pada kulit kepala, Membantu dalam mempertahankan pertumbuhan rambut, 4, Sarankan cara untuk membantu dalam mengatasi Kerontokan rambut seperti memakai wig atau mengenakan tori Menyamarkan kerontokan rambut. 5. Jelaskan bahwa pertumbuhan rambut biasanya mulai Kembali ketika pengobatan telah selesai Diagnosis Keperawatan 6 Menenangkan Klien babwa kerontokan rambut biasanya bersifat sementara, Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan, fungsi, dan peran. Tujuan Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan, maka citra tubuh dan harga diri klien dapat diperbaiki, Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi pada klien ini adalah: 1. Mengidentifikasi hal-hal yang penting. 2. Mengambil peran aktif dalam aktivitas. 3. Mempertahankan peran sebelumnya dalam pembuatan keputusan. ¢ Mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap kehilangan. e Ikut serta dalam aktivitas perawatan diri. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan gambaran diri bertujuan agar tereapai peningkatan harga diri 108 Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi Intervensi 1. Kaji perasaan klien tentang gambaran dan tingkat harga diri Rasional Sotiap klien berespons seeara berbeda terhadap makanan setelah kemoterapi, makanan kesukaan dapat meredakan mual muntah klien, 2, Berikan motivasi untuk keikuisertaan yang kontinu dalam aktivitas dan pembuatan keputusan. 3, Devikan dukungan pada Klien untuk mengungkapkan kekhawatirannya, Memberikan motivasi_menvungkinkan kontrol kontinu terhadap kejadian dan divi Klien ‘Mengidentifikasi kekhawatiran merupakan satu tahapan penting dalam mengatasinya 1 Bantu Klien dalam perawatan divi Ketika [1 Kesejahterann fk meningkatkan barge 5. Berikan Klien dan 5. Memberikan kesempatan untuk pasangam ing berbagi Kekhawatiran mengenai perubahan fui sekstal, mengekspresikan kekhawatirannya LIMFOMA MALIGNA Limfoma maligna merupakan bagian dari penyakit pada klien yang mengalami masalah pada hematologi Pengertian Limfoma maligna merupakan penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun kadang-kadang dapat menyebar secara sistemik. Klasifikasi Secara klinis dan patologis, limfoma maligna dibagi menjadi dua golongan besar berikut ini. 1. Penyakit Hodgkin (Hodgkin Desease—HD) 2. Limfoma non-Hodgkin (LNEH) Limfoma Hodgkin Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan limfoma Hodgkin adalah sebagai berikut. Pengertian Limfoma Hodgkin merupakan limfoma maligna yang khas ditandai oleh adanya sel reed Sternberg dengan latar belakang sel-sel radang pleomorf. Bab 5: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sel Darah Putih (Leukosit) 109 Epidemiologi Limfoma Hodgkin merupakan penyakit yang relatif jarang dijumpai, hanya merupakan 1% dari seluruh kanker, Di negara Barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki, dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada laporan angka kejadian limfoma Hodgkin. Berdasarkan jenis kelamin, limfoma Hodgkin lebih banyak dijumpai pada laki-laki dengan perbandingan laki-laki: wanita = 1,2: 1. Penyakit limfoma Hodgkin terutama ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun. Etiologi Penyebab limfoma Hodgkin sampai saat ini tidak diketahui secara pasti, namun salah satu yang paling dicurigai adalah virus Epstein-barr. Biasanya dimulai pada satu kelenjar getah bening dan menyebar ke sekitamya secara per kontinuitatum atau melalui sistem saluran kelenjar getah bening ke kelenjar-kelenjar sekitarnya. Meskipun jarang, sesekali menyerang juga organ-organ ekstranodal seperti lambung, testis, dan tiroid. Pada penemuan statistik, penyakit ini didapatkan pada kelas sosicekonomi lebih tinggi dan insidennya meningkat pada keluarga dengan riwayat penyakit Hodgkin Klasifikasi Pada umumnya limfoma Hodgkin diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi RYE yang membagi penyakit Hodgkin menjadi empat golongan. 1. Tipe lymphocyte predominance © Merupakan 5% dari penyakit Hodgkin. + Pada tipe ini limfosit kecil merupakan sel latar belakang yang dominan, hanya sedikit sel R-S yang dijumpai. © Dapat bersifat nodular atau difus 2. Tipe mixed cellularity * Terdapat sebanyak 30% dari penyakit Hodgkin. + Jumlah sel R-S mulai banyak dijumpai dalam jumlah seimbang dengan limfosit. 3. Tipe lymphocyte depleted © Kurang dari 5% limfoma Hodgkin, tetapi merupakan tipe yang paling agresif. © Sebagian besar terdiri atas sel R-S sedangkan limfosit jarang ditemui, Bab 5: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sel Darah Putih (Leukosit) 1441 organ atau jaringan ekstralimfatik, seperti sumsum tulang atau hati, Subklasifikasi lebih jauh menunjukkan tidak ada atau adanya gejala sistemik, penurunan berat badan melebihi 10% berat badan, demam, dan berkeringat di malam hari Prosedur Penentuan Derajat Penyakit Prosedur penentuan derajat penyakit dapat dilakukan dengan cara berikut ini 1. Evaluasi awal terdiri atas: * anamnesis dan pemeriksaan fisik; © laboratorium: darah rutin, faal hati, faal ginjal, dan fosfatase alkali; ¢ _ aspirasi atau biopsi sumsum tulang. 2. Evaluasi torak terdiri atas: ¢ foto toraks PA dan lateral; © tomografi paru atau CT scan otak. 3. Evaluasi abdomen terdiri atas: ¢ bipedal lymphangiograhy; atau © CT scan abdomen; * staging laparatomi (untuk stage I, [I A dan B, serta III A). Pemeriksaan Penunjang 1. Secarapatologi anatomi didapatkan gambaran khas yang merupakan gambaran sel keganasan. © Sel reed Sternberg > merupakan sel R-S , ukuran besar, serta berinti banyak dan polipoid © Sel Hodgkin > H-cell yang merupakan sel_pre-Sternberg lacunar. Varian L dan H - Varian pleomorf 2, Pada pemeriksaan darah didapatkan anemia yang bersifat normositer normokromik, leukositosis moderat yang disebabkan oleh netrofilia, eosinofilia, limfopenia, laju endap darah meningkat, serta LDH (lactate dehydrogenase serum) meningkat. Penatalaksanaan ‘Terapi untuk penyakit Hodgkin adalah sebagai berikut.

You might also like