You are on page 1of 39

4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit Meningoensefalitis


1. Pengertian
Meningitis dan ensefalitis dapat dibedakan pada banyak kasus atas dasar klinik
namun keduanya sering bersamaan sehingga disebut meningoensefalitis. Alasannya yaitu

selama meningitis bakteri, mediator radang dan toksin dihasilkan dalam sel subaraknoid
menyebar ke dalam parenkim otak dan menyebabkan respon radang jaringan otak. Pada

ensefalitis, reaksi radang mencapai cairan serebrospinal (CSS) dan menimbulkan gejala-
gejala iritasi meningeal di samping gejala-gejala yang berhubungan dengan ensefalitis dan

pada beberapa agen etiologi dapat menyerang meninges maupun otak misalnya
enterovirus.
Meningoencephalitis merupakan infeksi yang melibatkan meningen, subarachnoid

dan parenkim otak yang akan mengakibatkan reaksi inflamasi. Meningoenseflitis terdiri dari
meningitis dan ensefalitis. Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang

mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).Sedangkan ensefalitis merupakan radang parenkim otak yang dapat

menimbulkan disfungsi neuropsikologis difus dan/atau fokal. Ensefalitis pada umumnya


melibatkan parenkim otak, tetapi meningen atau selaput otak juga sering terlibat sehingga

dikenal istilah meningoensefalitis.


2. Klasifikasi
Meningitis :
1) Meningitis Serosa (Meningitis Tuberculosis Generalisata). Meningitis serosa ditandai
dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih.

Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus.
2) Meningitis Purulenta. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis
yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh

bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis


purulenta yang paling sering terjadi.

Ensefalitis :
5

1) Ensefalitis Supuratif Akut disebabkan oleh Bakteri penyebab ensefalitis supurativa

adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa. Ensefalitis


disebabkan karena peradangan yang dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis

media,mastoiditis,sinusitis,atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru,
bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus

ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang
bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan

abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang
membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.

Manifestasi klinis Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ; Demam , Kejang dan
Kesadaran menurun Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala

infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang
kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.Tanda-tanda deficit neurologist tergantung
pada lokasi dan luas abses.

2) Ensefalitis Sifilis. Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan
tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang

terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah
sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi

susunansaraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan
bagian- bagian lain susunan saraf pusat. Manifestasi klinis Gejala ensefalitis sifilis terdiri

dari dua bagian : (1) Gejala-gejala neurologist Kejang-kejang yang datang dalam
serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering

dijumpai pupil Agryll- Robertson,nervus opticus dapat mengalami atrofi. Pada stadium
akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang progresif. (2) Gejala-gejala mental

Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang
mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat

berkurang, daya pengkajian terganggu.

3. Etiologi
6

Agen penyebab umum meningoensefalitis sebagai berikut:


Tabel 1. Etiologi Penyebab Meningoensefalitis

No Agens Penyebab
1. Virus
Togaviridae

Alfavirus :Virus Ensefalitis Equine Eastern, Virus Ensefalitis Equine Western,Virus Ensefalitis
Equine Venezuela

Flaviviridae

Virus Ensefalitis St. Louis


Virus Powassan Bunyaviridae Virus Ensefalitis California

Virus LaCrosse
Virus Jamestown Canyon

Paramyxoviridae

Paramiksovirus: Virus Parotitis dan Virus Parainfluenza

Morbilivirus : Virus Campak

Orthomyxoviridae : Influenza A dan Influenza B

Arenaviridae :Virus khoriomeningitis limfostik

Picornaviridae
Enterovirus : Poliovirus, Koksakivirus A, Koksakivirus B , Ekhovirus .

Reoviridae

Orbivirus: Virus demam tengu Colorado

Rhabdoviridae : Virus Rabies


Retroviridae

Lentivirus Virus imunodefisiensi manusia tipe 1 dan tipe 2


Onkornavirus : viruslimfotropik T manusia tipe 1, Virus limfotropik T manusia tipe 2

Herpesviridae
7

Herpes virus :Virus Herpes simpleks tipe 1 ,Virus Herpes simpleks tipe 2 ,Virus Varisela

zoster , Virus Epstein Barr


Sitomegalovirus: Sitomegalovirus manusia

Adenoviridae
Adenovirus
2. Bakteri :

Haemophilus influenza
Neisseria menigitidis

Streptococcus pneumonia
Streptococcus grup B

Listeria monocytogenes
Escherichia coli

Staphylococcus aureus
Mycobacterium tuberkulosa
3. Parasit

Protozoa : Plasmodium falciparum, Toxoplasma gondii, Naegleria fowleri (Primary amebic


meningoencephalitis), Granulomatous amebic encephalitis

Helminthes : Taenia solium, Angiostrongylus cantonensis


Rickettsia : Rickettsia ( Rocky Mountain)
4. Fungi

Criptococcus neoformans
Coccidiodes immitis

Histoplasma capsulatum
Candida species

Aspergillus Paracoccidiodes

Penyebab karena Mumpsvirus ditularkan melalui kontak langsung, titik ludah atau muntahan

penderita, serta dikeluarkan melalui urin penderita yang terinfeksi. Penularan Mumpsvirus terjadi
sekitar 4 hari sebelum sampai 7 hari sesudah timbulnya gejala klinik. Diperlukan kontak yang lebih

erat dengan penderita agar terjadi penularan Mumpsvirus, bila dibandingkan dengan penularan virus
Measles atau Varicella-zoster.

Penyebab karena Togavirus dalam siklus biologiknya membutuhkan invertebrata/arthropoda


pengisap darah, misalnya nyamuk dan caplak. Infeksi pada manusia terjadi melalui gigitan arthropoda,

misalnya nyamuk yang mengandung Togavirus. Manusia adalah hospes alami Herpes simpleks virus,
namun banyak strain yang patogenik terhadap berbagai hewan percobaan, misalnya kelinci, tikus,
8

marmot, anak ayam dan kera. Virus ini mencapai otak melalui saraf olfaktoris, kemudian menyebar

dari sel ke sel sehingga menimbulkan nekrosis neuron yang luas.

Ensefalitis virus dibagi dalam 3 kelompok yaitu: ensefalitis primer yang bisa disebabkan oleh

infeksi virus kelompok Herpes simpleks, Virus Influenza, ECHO, Coxsackie dan Arbovirus. Ensefalitis
primer yang belum diketahui penyebabnya dan ensefalitis para infeksiosa, yaitu ensefalitis yang timbul

sebagai komplikasi penyakit virus yang sudah dikenal, seperti Rubela, Varisela, Herpes zooster,
Parotitis epidemika, Mononukleosis infeksiosa. Virus penyebab meningoensefalitis memiliki variasi

geografis yang besar yaitu: di negara berkembang, penyebab terbesar yaitu herpes simplex type-1
(HSV- 1), virus gondok, enterovirus, herpes zooster, adenovirus dan virus Epstein Barr. Di Amerika

Serikat terdapat ensefalitis St.Louis, West Nile virus, Eastern and Weastern equine virus, Bunyavirus
termasuk Virus Ensefalitis California. Di Eropa Tengah dan Timur, Virus Ensefalitis Tick-born adalah

endemis. Herpes simpleks-type 2 merupakan penyebab penyakit paling banyak pada neonatus. Di
Asia, Ensefalitis Jepang adalah penyebab ensefalitis yang paling banyak. Virus Valley fever di Afrika

dan Timur tengah, Amerika latin, dan berbagai belahan di dunia. Ensefalomieletis pasca infeksi dapat
mengikuti semua tetapi yang paling sering dikaitkan dengan campak. Sindrom Guillane Barre telah

dikaitkan dengan infeksi Virus Epstein Barr, cytomegalovirus, coxsackie B, Virus Herpes zooster. Pasien
dengan imunodefisiensi sangat rentan dengan virus tertentu yaitu orang-orang dengan sel imunitas

yang lemah termasuk pasien yang terinfeksi virus HIV dapat berkembang menjadi ensefalitis yang
disebabkan oleh Herpes zoster atau Cytomegalovirus.

Pada umumnya invasi jamur ke dalam otak merupakan penyebaran hematogen dari infeksi di
paru-paru. Penyebaran hematogen dari paru-paru ke otak dan selaputnya sebanding dengan
metastasis kuman tuberculosa ke ruang intrakranial, baik di permukaan korteks maupun di araknoid
dapat dibentuk granuloma yang besar atau yang kecil, yang akhirnya berkembang menjadi

abses.Penyebab karena bakteri yang mencapai cairan serebrospinal akan memperbanyak diri dengan
cepat karena ruangan subaraknoid dan CSS tidak ada komplemen, antibodi opsonin dan sel fagosit.

Terbukti pada infeksi oleh H. influenzae eksperimental, hanya memerlukan satu bakteri hidup untuk
memulai infeksi pada CSS. Bakteri Streptococcus dapat menyebabkan meningitis pada semua

kelompok umur, dan pada penderita umur lebih dari 40 tahun merupakan agen penyebab yang paling
sering.

4. Patofisiologi
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh bakteri masuk melalui peredaran darah,
penyebaran langsung, komplikasi luka tembus, dan kelainan kardiopulmonal. Penyebaran

melalui peredaran darah dalam bentuk sepsis atau berasal dari radang fokal di bagian lain di
dekat otak. Penyebaran langsung dapat melalui tromboflebilitis, osteomielitis, infeksi telinga
9

bagian tengah, dan sinus paranasales. Mula-mula terjadi peradangan supuratif pada

selaput/jaringan otak. Proses peradangan ini membentuk eksudat, trombosis septik pada
pembuluh-pembuluh darah, dan agregasi leukosit yang sudah mati. Di daerah yang

mengalami peradangan timbul edema, perlunakan, dan kongesti jaringan otak disertai
perdarahan kecil. Bagian tengah kemudian melunak dan membentuk dinding yang kuat

membentuk kapsul yang kosentris. Di sekeliling abses terjadi infiltrasi leukosit


polimorfonuklear, sel-sel plasma dan limfosit. Seluruh proses ini memakan waktu kurang

dari 2 minggu. Abses dapat membesar, kemudian pecah dan masuk ke dalam ventrikulus
atau ruang subaraknoid yang dapat mengakibatkan meningitis.
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh virus terjadi melalui virus-virus yang melalui

parotitis, morbili, varisela, dll. Masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan.
Virus polio dan enterovirus melalui mulut, virus herpes simpleks melalui mulut atau mukosa

kelamin. Virus-virus yang lain masuk ke tubuh melalui inokulasi seperti gigitan binatang
(rabies) atau nyamuk. Bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus

rubela atau cytomegalovirus. Di dalam tubuh manusia virus memperbanyak diri secara lokal,
kemudian terjadi viremia yang menyerang susunan saraf pusat melalui kapilaris di pleksus

koroideus. Cara lain ialah melalui saraf perifer atau secara retrograde axoplasmic spread
misalnya oleh virus-virus herpes simpleks, rabies dan herpes zoster. Di dalam susunan saraf

pusat virus menyebar secara langsung atau melalui ruang ekstraseluler. Infeksi virus dalam
otak dapat menyebabkan meningitis aseptik dan ensefalitis (kecuali rabies). Pada ensefalitis

terdapat kerusakan neuron dan glia dimana terjadi peradangan otak, edema otak,
peradangan pada pembuluh darah kecil, trombosis, dan mikroglia.
Amuba meningoensefalitis diduga melalui berbagai jalan masuk, oleh karena parasit

penyebabnya adalah parasit yang dapat hidup bebas di alam. Kemungkinan besar infeksi
terjadi melalui saluran pernapasan pada waktu penderita berenang di air yang

bertemperatur hangat. Infeksi yang disebabkan oleh protozoa jenis toksoplasma dapat
timbul dari penularan ibu-fetus. Mungkin juga manusia mendapat toksoplasma karena

makan daging yang tidak matang. Dalam tubuh manusia, parasit ini dapat bertahan dalam
bentuk kista, terutama otot dan jaringan susunan saraf pusat. Pada fetus yang mendapat

toksoplasma melalui penularan ibu-fetus dapat timbul berbagai manifestasi serebral akibat
gangguan pertumbuhan otak, ginjal dan bagian tubuh lainnya. Maka manifestasi dari

toksoplasma kongenital dapat berupa: fetus meninggal dalam kandungan, neonatus


menunjukkan kelainan kongenital yang nyata misalnya mikrosefalus, dll
5. Tanda dan Gejala
10

Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme

penyebab infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala
spesifik.
1) Pada neonatus temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:
a) Hipotermia atau mungkin bayi demam
b) Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura jahitan, dan kaku kuduk

tapi biasanya temuan ini muncul lambat.


c) Menolak untuk makan, refleks mengisap kurang, muntah,diare,tonus otot melemah,
menangis lemah.

2) Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.
a) tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig

positif dan Brudzinski juga positif)

Gambar pemeriksaan brudzinski dan kernig


b) tanda fokal neurologis dapat ditemukan sampai dengan 15% dari pasien yang
berhubungan dengan prognosis yang buruk
Kejang terjadi pada 30% anak dengan meningitis bakteri
c) Kesadaran berkabut (obtundation) dan koma terjadi pada 15-20 % dari pasien dan
lebih sering dengan meningitis pneumokokus.

3) Dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pasien akan mengeluhkan

sakit kepala, diplopia, dan muntah. Ubun-ubun menonjol, ptosis, saraf cerebral keenam,
anisocoria, bradikardia dengan hipertensi, dan apnea adalah tanda-tanda tekanan

intrakranial meningkat dengan herniasi otak. Papilledema jarang terjadi, kecuali ada
oklusi sinus vena, empiema subdural, atau abses otak.

4) Pada infeksi ensefalitis akut biasanya didahului oleh prodrome beberapa hari gejala
spesifik, seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan keluhan perut, yang

diikuti dengan gejala khas kelesuan progresif, perubahan perilaku, dan defisit neurologis.
11

Kejang yang umum pada presentasi. Anak-anak dengan ensefalitis juga mungkin

memiliki ruam makulopapular dan komplikasi parah, seperti fulminant coma, transverse
myelitis, anterior horn cell disease (polio-like illness), atau peripheral neuropathy. Selain itu

temuan fisik yang umum ditemukan pada ensefalitis adalah demam, sakit kepala, dan
penurunan fungsi neurologis. Penurunan fungsi saraf termasuk berubah status mental,

fungsi neurologis fokal, dan aktivitas kejang. Temuan ini dapat membantu
mengidentifikasi jenis virus dan prognosis. Misalnya akibat infeksi virus West Nile, tanda-

tanda dan gejala yang tidak spesifik dan termasuk demam, malaise, nyeri periokular,
limfadenopati, dan mialgia. Selain itu terdapat beberapa temuan fisik yang unik termasuk

makulopapular, ruam eritematous; kelemahan otot proksimal, dan flaccid paralysis.


Dari pemaparan diatas ciri khas dari penderita meningoensefalitis yang tampak adalah

demam akut yang tinggi, kesadaran menurun (lethargi atau gaduh,gelisah), nyeri
kepala,muntah dan kaku kuduk

6. Pemeriksaan Penunjang
Jika dicurigai bakteri meningitis dan encephalitis, pungsi lumbal harus dilakukan.

Pungsi lumbal harus dihindari dengan adanya ketidakstabilan kardiovaskular atau tanda-
tanda tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan cairan serebrospinal rutin termasuk

hitung WBC, diferensial, kadar protein dan glukosa, dan gram stain. Bakteri meningitis
ditandai dengan pleositosis neutrophilic, cukup dengan protein tinggi nyata, dan glukosa

rendah. Viral meningitis ditandai dengan protein pleositosis limfositik ringan sampai sedang,
normal atau sedikit lebih tinggi, dan glukosa normal. Sedangkan pada encephalitis

menunjukkan pleositosis limfositik, ketinggian sedikit kadar protein, dan kadar glukosa
normal. Peningkatan eritrosit dan protein CSF dapat terjadi dengan HSV. Extreme

peningkatan protein dan rendahnya kadar glukosa menunjukan infeksi tuberkulosis, infeksi
kriptokokus, atau carcinomatosis meningeal. Cairan serebrospinal harus dikultur untuk

mengetahui bakteri, jamur, virus, dan mikobakteri yang menginfeksi. PCR digunakan untuk
mendiagnosis enterovirus dan HSV karena lebih sensitif dan lebih cepat dari biakan virus.

Leukositosis adalah umum ditemukan. Kultur darah positif pada 90% kasus.
Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) dapat mengkonfirmasi komponen
ensefalitis. EEG adalah tes definitif dan menunjukkan aktivitas gelombang lambat, walaupun

perubahan fokal mungkin ada. Studi neuroimaging mungkin normal atau mungkin
menunjukkan pembengkakan otak difus parenkim atau kelainan fokal.
Serologi studi harus diperoleh untuk arbovirus, EBV, Mycoplasma pneumoniae, cat-

scratch disease, dan penyakit Lyme. Sebuah uji IgM serum atau CSF untuk infeksi virus West
Nile tersedia, tetapi reaktivitas silang dengan flaviviruses lain (St Louis ensefalitis) dapat
12

terjadi. pengujian serologi tambahan untuk patogen kurang umum harus dilakukan seperti

yang ditunjukkan oleh perjalanan, sosial, atau sejarah medis. Selain pengujian serologi,
sampel CSF dan tinja dan usap nasofaring harus diperoleh untuk biakan virus. Dalam

kebanyakan kasus ensefalitis virus, virus ini sulit untuk mengisolasi dari CSF. Bahkan dengan
pengujian ekstensif dan penggunaan tes PCR, penyebab ensefalitis masih belum ditentukan

di satu pertiga dari kasus.


Biopsi otak mungkin diperlukan untuk diagnosis definitif dari penyebab ensefalitis,
terutama pada pasien dengan temuan neurologik fokal. Biopsi otak mungkin cocok untuk

pasien dengan ensefalopati berat yang tidak menunjukkan perbaikan klinis jika diagnosis
tetap tidak jelas. HSV, rabies ensefalitis, penyakit prion-terkait (Creutzfeldt-Jakob penyakit

dan kuru) dapat didiagnosis dengan pemeriksaan rutin kultur atau biopsi patologis jaringan
otak. Biopsi otak mungkin penting untuk mengidentifikasi arbovirus dan infeksi Enterovirus,

tuberkulosis, infeksi jamur, dan penyakit non-menular, terutama primer SSP vasculopathies
atau keganasan.

Tabel 2. Temuan pada pemeriksaan cairan serebrospinal

pada beberapa gangguan sistem saraf pusat


kondisi Tekanan Leukosit Protein Glukosa Keterangan

(/L) (mg/dL) (mg/dL)


Normal 50-180 mm <4; 60-70% 20-45 >50 atau 13
H2 O limfosit, 75%

30-40% glukosa
monosit, darah

1-3%
neutrofil
Meningitis Biasanya 100-60,000 100-500 Terdepresi Organisme

bakterial akut meningkat +; biasanya apabila dapat dilihat


beberapa dibandingk pada Gram

ribu; PMNs andengan stain dan


mendominasi glukosa kultur

darah;
biasanya

<40
Meningitis Normal atau 1-10,000; >100 Terdepresi Organisme
bakterial yang meningkat didominasi atau normal dapat

sedang PMNs tetapi normal dilihat;


menjalani mononuklea pretreatment

pengobatan sel biasa dapat


mungkin menyebabka

mendominasi n CSF steril


Apabila

pengobatan
sebelumnya

telah lama
dilakukan
Tuberculous Biasanya 10-500; 100-500; <50 usual; Bakteri tahan

meningitis meningkat: PMNs lebih tinggi menurun asam


dapat sedikit mendominasi khususnya khususnya mungkin

meningkat pada saat terjadi apabila dapat terlihat


karena awalnya blok cairan pengobata pada

bendungan namun serebrospinal n tidak pemeriksaan


cairan kemudian adekuat usap CSF;

serebrospinal limfosit dan


pada tahap monosit

tertentu mendominasi
pada

akhirnya

Fungal Biasanya 25-500; 20-500 <50; Budding yeast


meningkat PMNs menurun dapat terlihat
14

7. Penatalaksaan Medis
Pengobatan suportif dalam kebanyakan kasus meningitis virus dan ensefalitis. Satu-

satunya pengobatan spesifik adalah asiklovir 10 mg/kg iv setiap 8 jam selama 10-14 hari
untuk infeksi herpes simpleks. Asiklovir juga efektif terhadap virus Varicella zoster. Tidak ada

manfaat yang terbukti untuk kortikosteroid, interferon, atau terapi ajuvan lain pada
ensefalitis virus dan yang disebabkan oleh bakteri dapat diberikan klorampinikol 50-75

mg/kg bb/hari maksimum 4 gr/hari.


Meningitis pada neonatus (organisme yang mungkin adalah E.Coli, Steptococcus grup
B, dan Listeria) diobati dengan sefotaksim dan aminoglikosida, dengan menambahkan

ampisilin jika Listeria dicurigai. Akibat Haemophilus memerlukan pengobatan sefotaksim.


Meningitis tuberkulosis diobati dengan rifampisin, pirazinamid, isoniazid, dan etambuto.

Herpetik meningoensefalitis diobati dengan asiklovir intravenous, cytarabin atau


antimetabolit lainnya. Pengobatan amuba meningoensefalitis dilakukan dengan memberikan

amfoterisin B secara intravena, intrateka atau intraventrikula. Pemberian obat ini dapat
mengurangi angka kematian akibat infeksi Naegleria fowleri, tetapi tidak berhasil mengobati

meningoensefalitis yang disebabkan oleh amuba lainnya.

Tabel 3. Penatalaksanaan Medis


15

No. Meningitis Serosa Meningitis Purulenta

1. Rejimen terapi 1. Pneumokok, Meningokok


a. 2 bulan pertama Amphisilin 12-18 gr I.V dalam dosis
INH 1x400 mg/ hr P.O
terbagi per hari, selama minimal 10
Rimfapisin 1x600 mg/hr P.O
Pirazinamid 15-30 mg/kg/hr P.O hari atau hingga sembuh.
Streptomisin 15 mg/kg/hr P.O 2. Haemophylus Influenzae
Etambutol 15-20 mg/kg/hr P.O Kombinasi amphisilin dan
b. 7-12 bulan berikutnya
kloramphenikol selama 10 hari, bila
INH 1x400 mg/hr P.O
Rimfapisin 1x600 mg/hr P.O alergi penisilin berikan kloramphenikol

Steroid, diberikan untuk: saja.


3. Enterobakterium
Menghambat reaksi inflamasi Cefotaxim 1-2 gr gr per 8 jam. Bila
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri resisten terhadap cefotaxim, berikan
Mencegah perlekatan campurantrimetoprim 80 mg dan
Mencegah Arteritis / Infark otak
Indikasi: Kesadaran menurun sulfametoksazol 400 mg per infuse 2x1
Defisit neurologis fokal ampul per hari selama minimal 10 hari.
Dosis: Dexamethason 10 mg bolus 4. Staphylococcus Aureus
intravena, kemudian 4x5 mg Berikan Cefotaxim atau cefrtiaxone 6-

intravena selama 2-3 minggu 12 gr I.V dan bila alergi terhadap

selanjutnya, turunkan perlahan penisilin, berikan vancomisin 2 gr I.V

selama 1 bulan. per hari


5. Bila etiologi belum diketahui: berikan
amphisilin 12-18 gr I.V dikombinasi
dengan kloramfenikol 4 gr per hari I.V

Ensefalitis Supuratif Akut Ensefalitis Sifilis


Amphisilin 4x3 gr dan Kloramfenikol 4x1 gr 1. Penisilin parenteral dosis tinggi
Penisilin G dalam air: 12-24 juta
per 24 jam I.V, selama 10 hari . Steroid
unit/hari I.V dibagi 6 dosis selama
dapat diberikan untuk mengurangi edema
14 hari
otak.
Penisilin Prokain G: 2,4 juta
unit/hari I.M + Probenesid 4x500

mg oral selama 14 hari


Dapat ditambahkan Benzatin

penisilin G: 2,4 juta unit I.M selama


3 minggu
2. Bila alergi penisilin
Tetrasiklin 4x500 mg P.O selama 30
hari atau Eritromisin 4x500 mg P.O

selama 30 hari atau Kloramfenikol 4x1


gr I.V selama 6 minggu atau

Cefrtiaxone 2 gr I.V / I.M selama 14


hari
16

8. Komplikasi
a) Sindrom hormon antidiuretik dapat mempersulit meningitis dan memerlukan

monitoring output urin dan administrasi cairan yang bijaksana, menyeimbangkan


kebutuhan pemberian cairan untuk hipotensi dan hipoperfusi.
b) persisten umum terjadi selama pengobatan meningitis, tetapi juga mungkin terkait

dengan infeksi atau kekebalan efusi perikardial atau immune complex-mediated,


tromboflebitis, demam obat, atau infeksi nosokomial.
c) Di antara korban, gejala biasanya menyelesaikan selama beberapa hari untuk 2 sampai

3 minggu. Meskipun kebanyakan pasien dengan bentuk epidemi ensefalitis menular (St
Louis, California, dan infeksi Enterovirus) di AS sembuh tanpa gejala sisa, kasus yang

parah menyebabkan kematian atau gejala sisa neurologis yang substansial dapat terjadi
dengan hampir semua virus ini Neurotropik. Angka kematian keseluruhan untuk

ensefalitis menular adalah sekitar 5%. Sekitar dua pertiga dari pasien sembuh sebelum
dibuang dari rumah sakit. Sisanya menunjukkan residua klinis yang signifikan, termasuk
kelumpuhan atau spastisitas, gangguan kognitif, kelemahan, ataksia, dan kejang
berulang. Kebanyakan pasien dengan gejala sisa neurologis ensefalitis menular pada

saat dikeluarkan dari rumah sakit secara bertahap memulihkan beberapa atau semua
fungsi mereka.

B. Konsep Asuhan Keperawata


1. Pengkajian Keperawatan
1.1 Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,

nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat

mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi. Meningoensefalitis dapat


terjadi pada semua kelompok umur.
.2 Keluhan utama:
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
.3 Riwayat penyakit sekarang:
Mula-mula pasien gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat, sakit kepala.

1.4 Riwayat penyakit dahulu:


Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita

penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.


.5 Riwayat kesehatan keluarga:

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan
lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
17

1. Pemeriksaan fisik

B1 (Breathing) : Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra


cranial menyebabakan kompresi pada batang otak yang

menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan


intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa

otot pernafasan.

B2 (Blood) : Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan


terjadi iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan

merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan


darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor

menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang


parasimpatis ke jantung.

B3 (Brain) : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran dapat

disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral


yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses

peradangan otak.

B4 (Bladder) : Biasanya pada pasien meningo ensefalitis kebiasaan miksi


dengan frekuensi normal.

B5 (Bowel) : Penderita akan merasa mual dan muntah karena

peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi


hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga

meningkatkan sekresi asam lambung.

B6 (Bone) : Hemiplegi

Pola aktifitas dan : Aktifitas tirah baring, pola istirahat terganggu dengan
istirahat adanya kejang / konvulsif

Makan dan minum


: Mual muntah, disertai dengan kesulitan menelan, sehingga
membutuhkan bantuan NGT dalam pemenuhan nutrisi
Neurosensori
: Terjadi kerusakan pada nervus kranialis, yang terkadang

menyebabkan perubahan persepsi sensori. Kaku kuduk (+),


pemeriksaan kernig sign (+), Burdinzki (+)
18

Integritas ego
: Perubahan status mental dari letargi sampai koma
Kenyamanan
: Terdapat nyeri kepala karena peningkatan TIK akibat edema
serebri
Keamanan Perubahan dalam fungsi mental, tonus otot yang tak
:
terkoordinasi sehingga diperlukan pengaman disamping
tempat tidur sampai restrain pada ekstremitas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d edema serebral.
b. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif b/d penumpukan mucus
c. Ketidakefektipan pola nafas b/d penurunan kesadaran
d. Nyeri akut b/d proses inflamasi
e. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mencerna makanan.
f. Resiko infeksi b/d penyebaran infeksi sistemik
g. Resiko cidera b/d disfungsi motorik : kejang
h. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme
i. Resiko gangguan integritas kulit b/d tirah baring

3. Intervensi Keperawatan

1 Resiko Status neurologi ( 0909 ) Monitor neurologi


Definisi :
ketidakefektifan (2620 )
Kemampuan system syaraf perifer dan
perfusi jaringan otak Definisi :
pusat untuk menerima, memproses,
(00210) Pengumpulan data dan
dan menanggapi stimulasi internal.
Domain : 4 indikator skala : analisa data klien untuk
aktivitas/ istirahat 1. Sangat terganggu mencegah atau
2. banyak terganggu
Kelas 4 : memenimal kan
3. cukup terganggu
repon kardiovaskular / 4. sedikit terganggu komplikasi neurologis
5. tidak terganggu
pulmonal
Kriteria hasil :
Kesadaran ( 1,2,3,4, 4 )
Definisi : Aktivitas :
Ukuran pupil ( 1,2,3,4,5 )
rentan mengalami Reaktivitas pupil ( 1,2,3,4,5) 1.Monitor tingkat
Pola gerakan mata ( 1,2,3,4,5)
penurunan sirkulasi kesadaran
Tekanan darah ( 1,2,3,4,5)
2.Monitor tanda tanda
jaringan otak yang Tekanan nadi ( 1,2,3,4,5)
Pola napas ( 1,2,3,4,5) vital
dapat mengganggu
kesehatan
3.Pantau ukuran pupil,

bentuk, kesemetrisan
19

Faktor risiko : dan reaktivitas


4.Monitor
penyakit
kecendrungan Skala
neurologis
Koma Glasgow
5.Monitor status

pernapasan
6.Monitor refleks batuk
dan muntah
7.Monitor karakteristik

berbicara
8.Monitor respon
babinski
9.Kolaborasi dalam

pemberian terapi
musik klasik atau
musik instrumental
untuk meningkatkan

GCS
2 Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
Status Pernapasan : Kepatenan jalan
tidak Efektif (00031) Airway suction
napas (0410)
Definisi : terbuka, saluran
Domain 11 keamanan 1. Pastikan kebutuhan
trachebronchial bersih untuk
/ perlindungan oral / tracheal
pertukaran udara Jalan napas klien
Kelas 2 cedera fisik suctioning
baik dalam waktu ..... jam, dengan
2. Auskultasi suara
kriteria hasil :
Jumlah pernapasan (1,2,3,4,5) nafas sebelum dan
Irama pernapasan (1,2,3,4,5) sesudah suctioning.
Kedalaman inspirasi (1,2,3,4,5)
Definisi : Kemampuan pengeluaran sekresi 3. Informasikan pada
Ketidakmampuan (1,2,3,4,5) klien dan keluarga

untuk membersihkan tentang suctioning


Indikator skala :
sekresi atau obstruksi 1. Deviasi jauh dari rentang normal 4. Minta klien nafas

dari saluran 2. Deviasi agak besar dari rentang dalam sebelum

pernafasan untuk normal suction dilakukan.


3. Deviasi sedang dari rentang normal
mempertahankan 4. Deviasi ringan dari rentang normal 5. Berikan O2 dengan
kebersihan jalan nafas. 5. Tidak ada deviasi dari rentang menggunakan nasal

Batasan Karakteristik normal untuk memfasilitasi

- Dispneu, suksion nasotrakeal


20

Penurunan suara 6. Gunakan alat yang

nafas steril sitiap


- Orthopneu melakukan tindakan

- Cyanosis 7. Anjurkan pasien


- Kelainan suara untuk istirahat dan

nafas (rales, napas dalam setelah


wheezing) kateter dikeluarkan

- Kesulitan dari nasotrakeal


berbicara 8. Monitor status

- Batuk, tidak oksigen pasien


efekotif atau 9. Ajarkan keluarga

tidak ada bagaimana cara


- Mata melebar melakukan suksion
- Produksi sputum 10. Hentikan suksion
- Gelisah dan berikan oksigen

- Perubahan apabila pasien


frekuensi dan menunjukkan

irama nafas bradikardi,


peningkatan saturasi

Faktor-faktor yang O2, dll.


berhubungan:

- Lingkungan : Airway Management


merokok, 1. Buka jalan nafas,

menghirup asap guanakan teknik


rokok, perokok chin lift atau jaw

pasif-POK, infeksi thrust bila perlu


- Fisiologis : 2. Posisikan pasien

disfungsi untuk
neuromuskular, memaksimalkan

hiperplasia ventilasi
dinding bronkus, 3. Identifikasi pasien

alergi jalan nafas, perlunya


asma. pemasangan alat

- Obstruksi jalan jalan nafas buatan


nafas : spasme 4. Pasang mayo bila
21

jalan nafas, perlu

sekresi tertahan, 5. Lakukan fisioterapi


banyaknya dada jika perlu

mukus, adanya 6. Keluarkan sekret


jalan nafas dengan batuk atau

buatan, sekresi suction


bronkus, adanya 7. Auskultasi suara

eksudat di nafas, catat adanya


alveolus, adanya suara tambahan

benda asing di 8. Lakukan suction


jalan nafas. pada mayo

9. Berikan
bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab

udara Kassa basah


NaCl Lembab

11. Atur intake untuk


cairan

mengoptimalkan
keseimbangan.

12. Monitor respirasi


dan status O2
3 Ketidakefektipan Status pernafasan ( 0415 ) Monitor Pernafasan
Definisi :
pola nafas (00032) (3350)
proses keluar masuknya udara ke paru-
Domain : 4 : Definisi :
paru serta petukaran karbondioksida
aktivitas/ istirahat sekumpulan data dan
dan oksigen di alveoli
Kelas : 4 : pola nafas kembali efektif memberi analisis keadaan klien

repon kardiovaskular / ventilasi yang adekuat dengan : untuk memastikan


indikator skala :
pulmonal kepatenan jalan napas
1. deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran dan kecukupan
Definisi : normal pertukaran gas.
3. Deviasi sedang dari kisaran
inspirasi atau ekspirasi
normal
yang tidak memberi aktivitas ;
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
ventilasi adekuat 5. Tidak ada deviasi dari kisaran 1. monitor kecepatan,
22

normal irama dan kesulitan


Kriteria hasil :
Batasan karakteristik bernafas
Frekuensi pernafasan ( 1,2,3,4,5 ) 2. catat pergerakan
Dispneu
Irama pernafasan ( 1,2,3,4, 5 )
dada, catat
Penggunaan otot Suara auskultasi ( 1,2,3,4, 5 )
Saturasi oksigen ( 1,2,3,4, 5 ) ketidaksimetrisan,
bantu pernafasan
Pernafasan cuping hidung
dan penggunaan
Pernafasan cuping ( 1,2,3,4, 5 )
Batuk ( 1,2,3,4,5 ) oto-otot bantu nafas
hidung
3. monitor suara nafas
Pola nafas abnormal:
tambahan
frekuensi 4. monitor saturasi

pernapasan oksigen
5. auskultasi suara nafas
6. monitor kemampuan
Faktor yang
batuk efektif klien
berhubungan 7. monitor hasil poto
Keletihan thorax
otot pernafasan

Terapi oksigen ( 3320 )


Definisi :

pemberian oksigen dan


pemantauan mengenai

efektivitasnya.
Aktivitas ;

1. berikan oksigen
sesuai terapi
2. Monitor aliran

oksigen
3. Monitor efektifitas
pemberian oksigen
5 Nyeri akut(00132) NOC : NIC :
Domain 12
Kontrol nyeri (1605) Manajemen nyeri
(kenyamanan)
(1400)
Kelas 1 (kenyamanan
Definisi : Tindakan pribadi untuk Definisi : pengurangan
fisik)
mengontrol nyeri atau reduksi nyeri
Definisi : Pengalaman
sampai pada tingkat
sensori dan emosional
Nyeri terkontrol selama ... jam, kenyamanan yang dapat
yang tidak
dengan kriteria hasil diterima oleh pasien:
menyenangkan yang Mengenal faktor-faktor penyebab
1. Lakukan
23

muncul akibat (1, 2,3,4,5) pengkajian nyeri


Mengenal onset nyeri (1,2,3,4,5)
kerusakan jaringan secara
Tindakan pertolongan non
yang aktual atau komprehensif
farmakologi (1,2,3,4,5)
potensial atau Menggunakan analgetik yang termasuk lokasi,
digambarkan dalam direkomendasikan (1,2,3,4,5) karakteristik,
Melaporkan gejala-gejala nyeri
hal kerusakan onset/durasi,
kepada tim kesehatan (1,2,3,4,5)
sedemikian rupa frekuensi, kualitas,
Nyeri terkontrol (1,2,3,4,5)
(International intensitas dan
Association for the faktor pencetus
Indikator skala: 2. monitor respon
study of Pain); awitan
1. tidak pernah menunjukkan ketidaknyamanan
yang tiba-tiba atau 2. jarang menunjukkan
3. kadang-kadang menunjukkan secara verbal dan
lambat dari intensitas
4. sering menunjukkan non verbal.
ringan hingga berat 5. secara konsisten menunjukkan 3. Pastikan pasien
dengan akhir yang
menerima
dapat diantasipasi atau Tingkat nyeri (2102) perawatan
di prediksi dan Definisi : keparahan nyeri yang diamati
analgetik dengan
berlangsung , 6 bulan. atau dilaporkan
Nyeri berkurang selama .... jam, tepat.
Batasan karakteristik:
4. Gunakan strategi
Perubahan selera dengan kriteria hasil
komunikasi yang
makan
Perubahan dalam Melaporkan nyeri (1,2,3,4,5) efektif untuk
Frekuensi nyeri (1,2,3,4,5)
parameter fisiologik Lamanya episode nyeri (1,2,3,4,5) mengetahui respon

( mis: TD, nadi, Ekspresi nyeri; wajah (1,2,3,4,5) penerimaan pasien


Perubahan respirasi rate (1,2,3,4,5)
pernapasan, saturasi Perubahan tekanan darah terhadap nyeri.
5. Evaluasi keefektifan
O2) (1,2,3,4,5)
Diaporesis Kehilangan nafsu makan (1,2,3,4,5) penggunaan
Perilaku distraksi
kontrol nyeri
(mis: berjalan Indikator skala : 6. Monitoring
1. Berat
mondar mandir, 2. Cukup berat perubahan nyeri
aktivitas berulang) 3. Sedang baik aktual
Bukti nyeri 4. Ringan
5. Tidak ada maupun potensial.
menggunakan 7. Sediakan
standar checklist lingkungan yang

perilaku nyeri untuk nyaman.


8. Kurangi faktor-
mereka yang tidak
faktor yang dapat
mampu
menambah
berkomunikasi
24

secara verbal ungkapan nyeri.


Mengekpresikan 9. Ajarkan

perilaku (mis: penggunaan tehnik


gelisah, menangis, relaksasi sebelum

waspada) atau sesudah nyeri


Ekspresi wajah
berlangsung .
terhadap nyeri (mis: 10. Kolaborasi dengan

mata kurang tim kesehatan lain


bercahaya, tampak untuk memilih

kacau, gerakan mata tindakan selain


berpencar atau obat untuk

menetap pada satu meringankan nyeri.


11. Tingkatkan
fokus)
Sikap melindungi istirahat yang
Tidak ada harapan
adekuat untuk
Fokus menyempit
meringankan nyeri.
(mis:persepsi waktu,
proses berpikir

terhambat) Manajemen
Sikap melindungi
pengobatan (2380)
area nyeri
Posisi untuk Definisi : Fasilitasi

menghindari nyeri penggunaan yang aman


Perilaku melindungi dan efektif resep dan
Melaporkan perilaku
obat bebas
nyeri
Pupil dilatasi 1. Tentukan obat yang
Fokus diri sendiri dibutuhkan pasien
Laporan diri
dan cara mengelola
menggunakan skala
sesuai dengan
nyeri yang standart
anjuran/ dosis.
( mis:skala wajah 2. Monitor efek
wong baker, skala teraupetik dari
nilai numerik, skala pengobatan.
visual analog) 3. Monitor tanda dan
Laporan diri gejala serta efek
menggunakan samping dari obat.
istrument nyeri yang 4. Monitor interaksi

standar ( mis: McGill obat.


5. Ajarkan pada pasien
25

Pain Questionnare, keluarga cara

brief Pain Inventory) mengatasi efek


samping

pengobatan.
Faktor yang 6. Pengelolaan
berhubungan: analgetik
Agen cedera biologi 7. Periksa perintah

(mis: infeksi, medis tentang obat,

ischemic, dosis & frekuensi

neoplasma) obat analgetik.


Agen cedera kimia 8. Periksa riwayat alergi

(mis: terbakar, pasien.


9. Pilih obat
capsaicin, methylen
berdasarkan tipe dan
chloride, mustard
beratnya nyeri.
agen) 10. Pilih cara pemberian
Agen cedera fisik
IV atau IM untuk
( mis: abses,
pengobatan, jika
amputasi, luka bakar,
mungkin.
terpotong, prosedur 11. Monitor vital sign
operasi, trauma, sebelum dan
latihan berlebih) sesudah pemberian
analgetik.
12. Kelola jadwal

pemberian analgetik
yang sesuai.
13. Evaluasi efektifitas

dosis analgetik,
observasi tanda dan

gejala efek samping,


misal depresi

pernafasan, mual &


muntah, mulut

kering, & konstipasi.


14. Kolaborasi dgn
dokter untuk obat,

dosis & cara


pemberian yg
26

diindikasikan.
15. Tentukan lokasi

nyeri, karakteristik,
kualitas, dan

keparahan sebelum
pengobatan.
16. Berikan obat dengan

prinsip 5 benar

Pemberian Analgesik

(2210)
Definisi : Menggunakan

agen farmakologik
untuk menghilangkan

atau mengurangi nyeri

1. Tentukan lokasi,
karakteristik,

kualitas, dan derajat


nyeri sebelum

pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi


4. Pilih analgesik yang

diperlukan atau
kombinasi dari

analgesik ketika
pemberian lebih dari

satu
5. Tentukan pilihan

analgesik tergantung
tipe dan beratnya

nyeri
27

6. Tentukan analgesik

pilihan, rute
pemberian, dan

dosis optimal
7. Pilih rute pemberian

secara IV, IM untuk


pengobatan nyeri

secara teratur
8. Monitor vital sign

sebelum dan
sesudah pemberian

analgesik pertama
kali
9. Berikan analgesik
tepat waktu

terutama saat nyeri


hebat

10. Evaluasi efektivitas


analgesik, tanda dan

gejala (efek samping


6 Hipertermi (00007) NOC : NIC :
Domain 11 (keamanan Termoregulasi (0800)
Fever treatment (3740)
/ perlindungan)
Definisi : keseimbangan antara Definisi : manajemen
Kelas 6 : termoregulasi
produksi panas, mendapatkan panas, dari gejala-gejala dan

dan kehilangan panas kondisi yang


Definisi : suhu tubuh
dihubungkan dengan
naik diatas rentang Termoregulasi menjadi baik dalam
peningkatan suhu tubuh
normal waktu ......... jam dengan kriteria hasil :
Berkeringat saat panas 1,2,3,4,5 yang dimediasi oleh
Menggigil saat dingin 1,2,3,4,5
pyrogen endogenous
Batasan Karakteristik: Denyut nadi radial 1,2,3,4,5
Tingkat pernapasan 1,2,3,4,5 1. Monitor suhu
kenaikan suhu
sesering mungkin
tubuh diatas Indikator skala:
2. Monitor IWL
rentang normal 1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu 3. Monitor warna dan
serangan atau
3. Cukup terganggu suhu kulit
konvulsi (kejang) 4. Sedikit terganggu
4. Monitor tekanan
kulit kemerahan
28

pertambahan RR 5. Tidak terganggu darah, nadi dan RR

takikardi 5. Monitor penurunan


Peningkatan suhu kulit 1,2,3,4,5
saat disentuh Perubahan warna kulit 1,2,3,4,5 tingkat kesadaran

tangan terasa 6. Monitor WBC, Hb,


hangat Indikator skala: dan Hct

1. Berat 7. Monitor intake dan


Faktor faktor yang 2. Cukup berat output
3. Sedang
berhubungan 4. Ringan 8. Berikan anti piretik
- penyakit/ 5. Tidak ada 9. Berikan

trauma pengobatan untuk


- peningkatan mengatasi

metabolisme penyebab demam


- aktivitas yang 10. Selimuti pasien
berlebih 11. Lakukan tapid
- pengaruh sponge

medikasi/anastesi 12. Kolaborasipemberi


- ketidakmampu an cairan intravena

an/penurunan 13. Kompres pasien


kemampuan untuk pada lipat paha

berkeringat dan aksila


- terpapar 14. Tingkatkan sirkulasi

dilingkungan udara
panas 15. Berikan

- dehidrasi pengobatan untuk


- pakaian yang mencegah

tidak tepat terjadinya


menggigil

Temperature

regulation (3900)
Definisi : mencapai atau

mempertahankan suhu
tubuh dalam kisaran

normal
29

1. Monitor suhu

minimal tiap 2 jam


2. Rencanakan

monitoring suhu
secara kontinyu

3. Monitor TD, nadi,


dan RR

4. Monitor warna dan


suhu kulit

5. Monitor tanda-
tanda hipertermi

dan hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien

untuk mencegah
hilangnya

kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada

pasien cara
mencegah

keletihan akibat
panas

9. Diskusikan tentang
pentingnya

pengaturan suhu
dan kemungkinan

efek negatif dari


kedinginan

10. Beritahukan
tentang indikasi

terjadinya keletihan
dan penanganan

emergency yang
diperlukan
30

11. Ajarkan indikasi

dari hipotermi dan


penanganan yang

diperlukan
12. Berikan anti piretik

jika perlu

Vital sign Monitoring


(6680)

Definisi :
mengumpulkan dan

menganalisis data dari


cardiovaskular,
pernapasan, dan suhu
tubuh untuk

menentukan dan
mencegah komplikasi

1. Monitor TD, nadi,

suhu, dan RR
2. Catat adanya

fluktuasi tekanan
darah

3. Monitor VS saat
pasien berbaring,

duduk, atau berdiri


4. Auskultasi TD pada

kedua lengan dan


bandingkan

5. Monitor TD, nadi,


RR, sebelum,

selama, dan setelah


aktivitas

6. Monitor kualitas
dari nadi
31

7. Monitor frekuensi

dan irama
pernapasan

8. Monitor suara paru


9. Monitor pola

pernapasan
abnormal

10. Monitor suhu,


warna, dan

kelembaban kulit
11. Monitor sianosis

perifer
12. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang

melebar,
bradikardi,

peningkatan
sistolik)

13. Identifikasi
penyebab dari

perubahan vital
sign
7 Resiko infeksi NOC : NIC :
Kontrol resiko (1902)
(00004) Kontrol Infeksi (6540)
Definisi : indakan individu untuk
Domain 11 Definisi : meminimalkan
mengerti, mencegah, mengeliminasi
(keamanan / perolehan dan transmisi
atau mengurangi ancaman infeksi
perlindungan) dari
Klien dan keluarga mampu
Kelas 1 (infeksi) agen infeksius
menunjukkan kemampuan mencegah
infeksi dalam waktu ............... jam
Definisi : Peningkatan 1. Bersihkan
dengan kriteria hasil :
resiko masuknya lingkungan setelah

organisme patogen Mengidentifikasi faktor risiko dipakai pasien lain


infeksi 1,2,3,4,5 2. Pertahankan teknik
Mengetahui perilaku yang
Faktor-faktor resiko : isolasi
32

Prosedur Infasif berhubungan dengan risiko infeksi 3. Batasi pengunjung

Ketidakcukupan 1,2,3,4,5 bila perlu


Mengidentifikasi tanda dan gejala
pengetahuan 4. Instruksikan pada
infeksi 1,2,3,4,5
untuk menghindari pengunjung untuk
Mempertahankan lingkungan yang
paparan patogen mencuci tangan
bersih 1,2,3,4,5
Trauma Mencuci tangan 1,2,3,4,5 saat berkunjung
Kerusakan jaringan dan setelah

dan peningkatan Indikator skala: berkunjung


paparan 1. Tidak pernah menunjukkan meninggalkan

lingkungan 2. Jarang menunjukkan pasien


3. Kadang-kadang menunjukkan
Ruptur membran 4. Sering menunjukkan 5. Gunakan sabun

amnion 5. Secara konsisten menunjukkan antimikrobia untuk


Agen farmasi cuci tangan
(imunosupresan) 6. Cuci tangan setiap
Malnutrisi sebelum dan

Peningkatan sesudah tindakan


paparan kperawtan

lingkungan 7. Gunakan baju,


patogen sarung tangan

Imonusupresi sebagai alat


Ketidakadekuatan pelindung

imum buatan 8. Pertahankan


Tidak adekuat lingkungan aseptik

pertahanan selama
sekunder pemasangan alat

(penurunan Hb, 9. Ganti letak IV


Leukopenia, perifer dan line

penekanan respon central dan


inflamasi) dressing sesuai

Tidak adekuat dengan petunjuk


pertahanan tubuh umum

primer (kulit tidak 10. Gunakan kateter


utuh, trauma intermiten untuk

jaringan, menurunkan
penurunan kerja infeksi kandung
33

silia, cairan tubuh kencing

statis, perubahan 11. Tingktkan intake


sekresi pH, nutrisi

perubahan 12. Berikan terapi


peristaltik) antibiotik bila perlu

Penyakit kronik
Infection Protection

(proteksi terhadap
infeksi) (6550)

Definisi : pencegahan
dan deteksi mudah

terhadap infeksi pada


pasien yang beresiko

1. Monitor tanda dan

gejala infeksi
sistemik dan lokal

2. Monitor hitung
granulosit, WBC

3. Monitor
kerentanan

terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung

5. Saring pengunjung
terhadap penyakit

menular
6. Partahankan teknik

aspesis pada
pasien yang

beresiko
7. Pertahankan teknik

isolasi k/p
8. Berikan perawatan

kuliat pada area


epidema
34

9. Inspeksi kulit dan

membran mukosa
terhadap

kemerahan, panas,
drainase

10. Ispeksi kondisi luka


/ insisi bedah

11. Dorong masukkan


nutrisi yang cukup

12. Dorong masukan


cairan

13. Dorong istirahat


14. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai

resep
15. Ajarkan pasien dan

keluarga tanda dan


gejala infeksi

16. Ajarkan cara


menghindari

infeksi
17. Laporkan

kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur

positif
1 Ketidakseimbangan Status nutrisi (1004): Management Nutrisi
Definisi : sejauh mana nutrisi dicerna
nutrisi : kurang dari (1100)
dan diserap untuk memenuhi
kebutuhan tubuh Definisi : menyediakan
kebutuhan metabolik .
(00002) dan meningkatkan
Domain 2 (nutrisi)
Klien dapat memperlihatkan intake nutrisi yang
Kelas 1 (makan)
peningkatan makan selama ...... jam, seimbang
Definisi : Intake nutrisi dengan kriteria hasil : 1. Kaji adanya alergi
tidak cukup untuk Asupan gizi (1,2,3,4,5)
makanan
Asupan makanan (1,2,3,4,5)
keperluan Asupan cairan (1,2,3,4,5) 2. Kolaborasi dengan
35

metabolisme tubuh. Energi (1,2,3,4,5) ahli gizi untuk


Indikator Skala :
Batasan menentukan
1. Sangat menyimpang dari normal
karakteristik : 2. Banyak menyimpang dari normal jumlah kalori dan
3. Cukup menyimpang dari normal
Berat badan nutrisi yang
4. Sedikit menyimpang dari normal
20 % atau lebih di 5. Tidak menyimpang dari normal dibutuhkan pasien.

bawah ideal 3. Anjurkan pasien


Status nutrisi (asupan makanan dan
Dilaporkan untuk
cairan (1008)
adanya intake meningkatkan
Definisi : jumlah makanan dan cairan
makanan yang intake Fe
yang masuk kedalam tubuh lebih dari
kurang dari RDA 4. Anjurkan pasien
suatu periode 24 jam
(Recomended Daily untuk

Allowance) meningkatkan
Membran Asupan makanan dan cairan yang protein dan vitamin
mukosa dan masuk ke dalam tubuh cukup dalam C
konjungtiva pucat waktu ........jam dengan kriteria hasil: 5. Berikan substansi

Kelemahan Asupan makan secara oral (1,2,3,4,5) gula


otot yang Asupan cairan secara normal 6. Yakinkan diet yang

digunakan untuk (1,2,3,4,5) dimakan


Asupan cairan intravena (1,2,3,4,5)
menelan/menguny Asupan nutrisi parenteral (1,2,3,4,5) mengandung

ah tinggi serat untuk


Indikator Skala :
Luka, inflamasi 1. Tidak adekuat mencegah

pada rongga mulut 2. Sedikit adekuat konstipasi


3. Cukup adekuat
Mudah merasa 4. Sebagian besar adekuat 7. Berikan makanan

kenyang, sesaat 5. Sepenuhnya adekuat yang terpilih


setelah mengunyah ( sudah

makanan dikonsultasikan
Dilaporkan dengan ahli gizi)

atau fakta adanya 8. Ajarkan pasien


kekurangan bagaimana

makanan membuat catatan


Dilaporkan makanan harian.

adanya perubahan 9. Monitor jumlah


sensasi rasa nutrisi dan

kandungan kalori
10. Berikan informasi
36

Perasaan tentang kebutuhan

ketidakmampuan nutrisi
untuk mengunyah 11. Kaji kemampuan

makanan pasien untuk


Miskonsepsi mendapatkan

Kehilangan BB nutrisi yang


dengan makanan dibutuhkan

cukup
Keengganan Monitoring Nutrisi

untuk makan (1160)


Kram pada Definisi : pengumpulan

abdomen dan analisa data pasien


Tonus otot yang berkaitan dengan
jelek asupan nutrisi
Nyeri

abdominal dengan BB pasien dalam


atau tanpa batas normal

patologi Monitor adanya


Kurang penurunan berat

berminat terhadap badan


makanan Monitor tipe dan

Pembuluh jumlah aktivitas


darah kapiler mulai yang biasa

rapuh dilakukan
Diare dan atau Monitor interaksi

steatorrhea anak atau orangtua


Kehilangan selama makan

rambut yang cukup Monitor lingkungan


banyak (rontok) selama makan

Suara usus Jadwalkan


hiperaktif pengobatan dan

Kurangnya tindakan tidak


informasi, selama jam makan

misinformasi Monitor kulit kering


dan perubahan
37

Faktor-faktor yang pigmentasi

berhubungan : Monitor turgor kulit


Ketidakmampuan Monitor

pemasukan atau kekeringan, rambut


mencerna makanan kusam, dan mudah

atau mengabsorpsi patah


zat-zat gizi Monitor mual dan

berhubungan dengan muntah


faktor biologis, Monitor kadar

psikologis atau albumin, total


ekonomi. protein, Hb, dan

kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor

pertumbuhan dan
perkembangan

Monitor pucat,
kemerahan, dan

kekeringan jaringan
konjungtiva

Monitor kalori dan


intake nuntrisi

Catat adanya
edema, hiperemik,

hipertonik papila
lidah dan cavitas

oral.
Catat jika lidah

berwarna magenta,
scarlet

8 Resiko Cedera NOC : NIC :


Keparahan cedera fisik (1913) Pencegahan jatuh
(00035)
38

Domain 11 (6490)
Definisi : keparahan dari tanda dan Definisi : melaksanakan
(keamanan /
gejala dari cedera tubuh pencegahan khusus
perlindungan)
dengan pasien yang
Kelas 2 (Cedera fisik) Tidak terjadi cedera tubuh
memiliki risiko cedera
selama ............ jam, dengan kriteria hasil
karena jatuh
Defenisi : Rentan :
Lecet pada kulit (1,2,3,4,5)
mengalami cedera fisik Identifikasi
Memar (1,2,3,4,5)
akibat kondisi Luka gores (1,2,3,4,5) kekurangan baik
Ekstremitas keseleo (1,2,3,4,5)
lingkungan yang kognitif atau fisik
Perdarahan (1,2,3,4,5)
berinteraksi dengan Gangguan mobilitas (1,2,3,4,5) dari pasien yang
Cedera kepala tertutup (1,2,3,4,5)
sumber adaftif dan mungkin

sumber defensif meningkatkan


individu, yang dapat potensial jatuh pada
mengganggu Indikator skala : lingkungan tertentu
Identifikasi perilaku
kesehatan. 1. Berat
2. Cukup berat dan faktor yang
Faktor resiko: 3. Sedang mempengaruhi
Eksternal 4. Ringan
Agens nosokomial 5. Tidak ada risiko jatuh
Gangguan fungsi Kaji ulang riwayat

kognitif jatuh bersama


Gangguan fungsi
dengan pasien dan
psikomotor
Hambatan fisik keluarga
Hambatan sumber Monitor gaya
nutrisi berjalan terutama
Moda transfortasi
kecepatan,
tidak aman
keseimbangan dan
Pajanan pada kimia
tingkat kelelahan
toksik
Pajanan pada dengan ambulasi
Sarankan perubahan
patogen
gaya berjalan
Tingkat imunisasi
terutma kecepatan
di komunitas
pada pasien
Ajarkan pasien unuk
Internal
beradaptasi dengan
Disfungsi biokimia
Disfungsi efektor gaya berjalan
Disfungsi imun Sediakan alat bantu
Disfungsi integrasi berjalan
39

sensori Dukung pasien


Gangguan
untuk menggunakan
mekanisme
alat bantu dengan
pertahanan primer
tepat
Gangguan orientasi
Ajarkan pasien
afektif
bagaimana jika
Gangguan sensasi
Hipoksia jaringan jatuh, untuk
Malnutrisi
meminimalkan
Profil darah yang
cedera
abnormal
Usia ekstrem

9 Kerusakan integritas NOC : integritas Jaringan Kulit dan NIC : Managemen

kulit (00046) membran mukosa (1101) tekanan (3500)

Domain 11 : Definisi: keutuhan struktur dan fungsi


Definisi : meminimalkan
Keamanan/ fisiologis kulit dan selaput lendir secara
tekanan pada bagian
Perlindungan normal
Skala Outcome tubuh
Kelas 2 : Cedera fisik Indikator :
Aktivitas :
Definisi : Perubahan Suhu kulit 1,2,3,4,5
Sensasi 1,2,3,4,5 Anjurkan pasien
pada epidermis dan Elastisitas 1,2,3,4,5
untuk
dermis Ketebalan 1,2,3,4,5
Perfusi jaringan 1,2,3,4,5 menggunakan
Integritas kulit 1,2,3,4,5
pakaian yang
Batasan karakteristik :
longgar
- Gangguan
Hindari kerutan
pada bagian Keterangan :
padaa tempat tidur
tubuh 1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu Jaga kebersihan
- Kerusakan
3. Cukup terganggu kulit agar tetap
lapisa kulit 4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu bersih dan kering
(dermis)
Mobilisasi pasien
- Gangguan
(ubah posisi pasien)
permukaan
Lesi pada kulit 1,2,3,4,5
setiap dua jam
kulit Pigmentasi abnormal 1,2,3,4,5
Lesi mukosa membran 1,2,3,4,5 sekali
(epidermis)
Jaringan parut 1,2,3,4,5
Monitor kulit akan
Faktor yang Pengelupasan kulit 1,2,3,4,5
Eritema 1,2,3,4,5 adanya kemerahan
berhubungan Eksternal
Abrasi kornea 1,2,3,4,5
Oleskan lotion atau
:
Keterangan : minyak/baby oil
- Hipertermia atau
40

hipotermia 1. Berat pada derah yang


2. Cukup berat
- Substansi kimia tertekan
3. Sedang
- Kelembaban 4. Ringan Monitor aktivitas
5. Tidak ada
udara dan mobilisasi
- Faktor mekanik pasien

(misalnya : alat Monitor status


yang dapat nutrisi pasien

menimbulkan Memandikan
luka, tekanan, pasien dengan

restraint) sabun dan air


- Immobilitas fisik hangat

- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan

Internal :
- Perubahan status

metabolik
- Tulang menonjol

- Defisit imunologi
- Faktor yang

berhubungan
dengan

perkembangan
- Perubahan sensasi

- Perubahan status
nutrisi (obesitas,

kekurusan)
- Perubahan status

cairan
- Perubahan

pigmentasi
- Perubahan

sirkulasi
- Perubahan turgor
41

(elastisitas kulit)
42

DAFTAR PUSTAKA

Brown,Z.K & Karl,K. B. 2011. 100 Questions & Answers About Breast Cancer, Third Edition. Terjemahan :
Shantyana. Jakarta : PT.Indeks.

Eka, Erwin. 2011. Mengenal terapi musik. Terdapat dalam: http://terapimusik.com /terapi_musik.htm.
Diakses: 8 November 2012.

Green, C.W. & Hertin, S. 2004. Terapi alternatif. Jakarta: Spirita.

Hariati, S. 2010. Efektivitas Terapi Music Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi
Premature Di Makasar. Tesis. Jakarta : FK Universitas Indonesia.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Kompas. 2011. Kanker kini menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia. Didapat dari URL:
http://koranbaru.com/kanker-kini-menjadi-penyebab-kematian-utama-di-seluruh-dunia/

Lin M. F, dkk. 2010. A randomised controlled trial of the effect of music therapy and verbal relaxation
on chemotherapy-induced anxiety. Journal of Clinical Nursing, 20, 988999.

Mansjoer,et al.2001. Kapita Selekta Kedokteran volume 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Mok E & Wong KY (2003) Effects of music on patient anxiety. Association of perioperative Registered
Nurses Journal 77, 396397, 401406, 409410.

Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba

Medika
NANDA. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jogjakarta: Media Action

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Salampessy, Wim. 2004. Terapi dengan Musik. Batam: Interaksara.

Suhartini. 2008. Effectiveness Of Music Therapy Toward Reducing Patients Anxiety In Intensive Care
Unit. Media Ners. Volume 2, Nomor 1, Mei 2008, hlm 1-44

You might also like