Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN TEORI
selama meningitis bakteri, mediator radang dan toksin dihasilkan dalam sel subaraknoid
menyebar ke dalam parenkim otak dan menyebabkan respon radang jaringan otak. Pada
ensefalitis, reaksi radang mencapai cairan serebrospinal (CSS) dan menimbulkan gejala-
gejala iritasi meningeal di samping gejala-gejala yang berhubungan dengan ensefalitis dan
pada beberapa agen etiologi dapat menyerang meninges maupun otak misalnya
enterovirus.
Meningoencephalitis merupakan infeksi yang melibatkan meningen, subarachnoid
dan parenkim otak yang akan mengakibatkan reaksi inflamasi. Meningoenseflitis terdiri dari
meningitis dan ensefalitis. Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).Sedangkan ensefalitis merupakan radang parenkim otak yang dapat
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus.
2) Meningitis Purulenta. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis
yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
Ensefalitis :
5
media,mastoiditis,sinusitis,atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru,
bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus
ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang
bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan
abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang
membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
Manifestasi klinis Secara umum gejala berupa trias ensefalitis ; Demam , Kejang dan
Kesadaran menurun Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala
infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang
kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.Tanda-tanda deficit neurologist tergantung
pada lokasi dan luas abses.
2) Ensefalitis Sifilis. Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan
tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang
terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah
sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi
susunansaraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan
bagian- bagian lain susunan saraf pusat. Manifestasi klinis Gejala ensefalitis sifilis terdiri
dari dua bagian : (1) Gejala-gejala neurologist Kejang-kejang yang datang dalam
serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering
dijumpai pupil Agryll- Robertson,nervus opticus dapat mengalami atrofi. Pada stadium
akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang progresif. (2) Gejala-gejala mental
Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang
mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat
3. Etiologi
6
No Agens Penyebab
1. Virus
Togaviridae
Alfavirus :Virus Ensefalitis Equine Eastern, Virus Ensefalitis Equine Western,Virus Ensefalitis
Equine Venezuela
Flaviviridae
Virus LaCrosse
Virus Jamestown Canyon
Paramyxoviridae
Picornaviridae
Enterovirus : Poliovirus, Koksakivirus A, Koksakivirus B , Ekhovirus .
Reoviridae
Herpesviridae
7
Herpes virus :Virus Herpes simpleks tipe 1 ,Virus Herpes simpleks tipe 2 ,Virus Varisela
Adenoviridae
Adenovirus
2. Bakteri :
Haemophilus influenza
Neisseria menigitidis
Streptococcus pneumonia
Streptococcus grup B
Listeria monocytogenes
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Mycobacterium tuberkulosa
3. Parasit
Criptococcus neoformans
Coccidiodes immitis
Histoplasma capsulatum
Candida species
Aspergillus Paracoccidiodes
Penyebab karena Mumpsvirus ditularkan melalui kontak langsung, titik ludah atau muntahan
penderita, serta dikeluarkan melalui urin penderita yang terinfeksi. Penularan Mumpsvirus terjadi
sekitar 4 hari sebelum sampai 7 hari sesudah timbulnya gejala klinik. Diperlukan kontak yang lebih
erat dengan penderita agar terjadi penularan Mumpsvirus, bila dibandingkan dengan penularan virus
Measles atau Varicella-zoster.
misalnya nyamuk yang mengandung Togavirus. Manusia adalah hospes alami Herpes simpleks virus,
namun banyak strain yang patogenik terhadap berbagai hewan percobaan, misalnya kelinci, tikus,
8
marmot, anak ayam dan kera. Virus ini mencapai otak melalui saraf olfaktoris, kemudian menyebar
Ensefalitis virus dibagi dalam 3 kelompok yaitu: ensefalitis primer yang bisa disebabkan oleh
infeksi virus kelompok Herpes simpleks, Virus Influenza, ECHO, Coxsackie dan Arbovirus. Ensefalitis
primer yang belum diketahui penyebabnya dan ensefalitis para infeksiosa, yaitu ensefalitis yang timbul
sebagai komplikasi penyakit virus yang sudah dikenal, seperti Rubela, Varisela, Herpes zooster,
Parotitis epidemika, Mononukleosis infeksiosa. Virus penyebab meningoensefalitis memiliki variasi
geografis yang besar yaitu: di negara berkembang, penyebab terbesar yaitu herpes simplex type-1
(HSV- 1), virus gondok, enterovirus, herpes zooster, adenovirus dan virus Epstein Barr. Di Amerika
Serikat terdapat ensefalitis St.Louis, West Nile virus, Eastern and Weastern equine virus, Bunyavirus
termasuk Virus Ensefalitis California. Di Eropa Tengah dan Timur, Virus Ensefalitis Tick-born adalah
endemis. Herpes simpleks-type 2 merupakan penyebab penyakit paling banyak pada neonatus. Di
Asia, Ensefalitis Jepang adalah penyebab ensefalitis yang paling banyak. Virus Valley fever di Afrika
dan Timur tengah, Amerika latin, dan berbagai belahan di dunia. Ensefalomieletis pasca infeksi dapat
mengikuti semua tetapi yang paling sering dikaitkan dengan campak. Sindrom Guillane Barre telah
dikaitkan dengan infeksi Virus Epstein Barr, cytomegalovirus, coxsackie B, Virus Herpes zooster. Pasien
dengan imunodefisiensi sangat rentan dengan virus tertentu yaitu orang-orang dengan sel imunitas
yang lemah termasuk pasien yang terinfeksi virus HIV dapat berkembang menjadi ensefalitis yang
disebabkan oleh Herpes zoster atau Cytomegalovirus.
Pada umumnya invasi jamur ke dalam otak merupakan penyebaran hematogen dari infeksi di
paru-paru. Penyebaran hematogen dari paru-paru ke otak dan selaputnya sebanding dengan
metastasis kuman tuberculosa ke ruang intrakranial, baik di permukaan korteks maupun di araknoid
dapat dibentuk granuloma yang besar atau yang kecil, yang akhirnya berkembang menjadi
abses.Penyebab karena bakteri yang mencapai cairan serebrospinal akan memperbanyak diri dengan
cepat karena ruangan subaraknoid dan CSS tidak ada komplemen, antibodi opsonin dan sel fagosit.
Terbukti pada infeksi oleh H. influenzae eksperimental, hanya memerlukan satu bakteri hidup untuk
memulai infeksi pada CSS. Bakteri Streptococcus dapat menyebabkan meningitis pada semua
kelompok umur, dan pada penderita umur lebih dari 40 tahun merupakan agen penyebab yang paling
sering.
4. Patofisiologi
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh bakteri masuk melalui peredaran darah,
penyebaran langsung, komplikasi luka tembus, dan kelainan kardiopulmonal. Penyebaran
melalui peredaran darah dalam bentuk sepsis atau berasal dari radang fokal di bagian lain di
dekat otak. Penyebaran langsung dapat melalui tromboflebilitis, osteomielitis, infeksi telinga
9
bagian tengah, dan sinus paranasales. Mula-mula terjadi peradangan supuratif pada
selaput/jaringan otak. Proses peradangan ini membentuk eksudat, trombosis septik pada
pembuluh-pembuluh darah, dan agregasi leukosit yang sudah mati. Di daerah yang
mengalami peradangan timbul edema, perlunakan, dan kongesti jaringan otak disertai
perdarahan kecil. Bagian tengah kemudian melunak dan membentuk dinding yang kuat
dari 2 minggu. Abses dapat membesar, kemudian pecah dan masuk ke dalam ventrikulus
atau ruang subaraknoid yang dapat mengakibatkan meningitis.
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh virus terjadi melalui virus-virus yang melalui
parotitis, morbili, varisela, dll. Masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan.
Virus polio dan enterovirus melalui mulut, virus herpes simpleks melalui mulut atau mukosa
kelamin. Virus-virus yang lain masuk ke tubuh melalui inokulasi seperti gigitan binatang
(rabies) atau nyamuk. Bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus
rubela atau cytomegalovirus. Di dalam tubuh manusia virus memperbanyak diri secara lokal,
kemudian terjadi viremia yang menyerang susunan saraf pusat melalui kapilaris di pleksus
koroideus. Cara lain ialah melalui saraf perifer atau secara retrograde axoplasmic spread
misalnya oleh virus-virus herpes simpleks, rabies dan herpes zoster. Di dalam susunan saraf
pusat virus menyebar secara langsung atau melalui ruang ekstraseluler. Infeksi virus dalam
otak dapat menyebabkan meningitis aseptik dan ensefalitis (kecuali rabies). Pada ensefalitis
terdapat kerusakan neuron dan glia dimana terjadi peradangan otak, edema otak,
peradangan pada pembuluh darah kecil, trombosis, dan mikroglia.
Amuba meningoensefalitis diduga melalui berbagai jalan masuk, oleh karena parasit
penyebabnya adalah parasit yang dapat hidup bebas di alam. Kemungkinan besar infeksi
terjadi melalui saluran pernapasan pada waktu penderita berenang di air yang
bertemperatur hangat. Infeksi yang disebabkan oleh protozoa jenis toksoplasma dapat
timbul dari penularan ibu-fetus. Mungkin juga manusia mendapat toksoplasma karena
makan daging yang tidak matang. Dalam tubuh manusia, parasit ini dapat bertahan dalam
bentuk kista, terutama otot dan jaringan susunan saraf pusat. Pada fetus yang mendapat
toksoplasma melalui penularan ibu-fetus dapat timbul berbagai manifestasi serebral akibat
gangguan pertumbuhan otak, ginjal dan bagian tubuh lainnya. Maka manifestasi dari
Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme
penyebab infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala
spesifik.
1) Pada neonatus temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:
a) Hipotermia atau mungkin bayi demam
b) Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura jahitan, dan kaku kuduk
2) Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.
a) tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig
3) Dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pasien akan mengeluhkan
sakit kepala, diplopia, dan muntah. Ubun-ubun menonjol, ptosis, saraf cerebral keenam,
anisocoria, bradikardia dengan hipertensi, dan apnea adalah tanda-tanda tekanan
intrakranial meningkat dengan herniasi otak. Papilledema jarang terjadi, kecuali ada
oklusi sinus vena, empiema subdural, atau abses otak.
4) Pada infeksi ensefalitis akut biasanya didahului oleh prodrome beberapa hari gejala
spesifik, seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan keluhan perut, yang
diikuti dengan gejala khas kelesuan progresif, perubahan perilaku, dan defisit neurologis.
11
Kejang yang umum pada presentasi. Anak-anak dengan ensefalitis juga mungkin
memiliki ruam makulopapular dan komplikasi parah, seperti fulminant coma, transverse
myelitis, anterior horn cell disease (polio-like illness), atau peripheral neuropathy. Selain itu
temuan fisik yang umum ditemukan pada ensefalitis adalah demam, sakit kepala, dan
penurunan fungsi neurologis. Penurunan fungsi saraf termasuk berubah status mental,
fungsi neurologis fokal, dan aktivitas kejang. Temuan ini dapat membantu
mengidentifikasi jenis virus dan prognosis. Misalnya akibat infeksi virus West Nile, tanda-
tanda dan gejala yang tidak spesifik dan termasuk demam, malaise, nyeri periokular,
limfadenopati, dan mialgia. Selain itu terdapat beberapa temuan fisik yang unik termasuk
demam akut yang tinggi, kesadaran menurun (lethargi atau gaduh,gelisah), nyeri
kepala,muntah dan kaku kuduk
6. Pemeriksaan Penunjang
Jika dicurigai bakteri meningitis dan encephalitis, pungsi lumbal harus dilakukan.
Pungsi lumbal harus dihindari dengan adanya ketidakstabilan kardiovaskular atau tanda-
tanda tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan cairan serebrospinal rutin termasuk
hitung WBC, diferensial, kadar protein dan glukosa, dan gram stain. Bakteri meningitis
ditandai dengan pleositosis neutrophilic, cukup dengan protein tinggi nyata, dan glukosa
rendah. Viral meningitis ditandai dengan protein pleositosis limfositik ringan sampai sedang,
normal atau sedikit lebih tinggi, dan glukosa normal. Sedangkan pada encephalitis
menunjukkan pleositosis limfositik, ketinggian sedikit kadar protein, dan kadar glukosa
normal. Peningkatan eritrosit dan protein CSF dapat terjadi dengan HSV. Extreme
peningkatan protein dan rendahnya kadar glukosa menunjukan infeksi tuberkulosis, infeksi
kriptokokus, atau carcinomatosis meningeal. Cairan serebrospinal harus dikultur untuk
mengetahui bakteri, jamur, virus, dan mikobakteri yang menginfeksi. PCR digunakan untuk
mendiagnosis enterovirus dan HSV karena lebih sensitif dan lebih cepat dari biakan virus.
Leukositosis adalah umum ditemukan. Kultur darah positif pada 90% kasus.
Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) dapat mengkonfirmasi komponen
ensefalitis. EEG adalah tes definitif dan menunjukkan aktivitas gelombang lambat, walaupun
perubahan fokal mungkin ada. Studi neuroimaging mungkin normal atau mungkin
menunjukkan pembengkakan otak difus parenkim atau kelainan fokal.
Serologi studi harus diperoleh untuk arbovirus, EBV, Mycoplasma pneumoniae, cat-
scratch disease, dan penyakit Lyme. Sebuah uji IgM serum atau CSF untuk infeksi virus West
Nile tersedia, tetapi reaktivitas silang dengan flaviviruses lain (St Louis ensefalitis) dapat
12
terjadi. pengujian serologi tambahan untuk patogen kurang umum harus dilakukan seperti
yang ditunjukkan oleh perjalanan, sosial, atau sejarah medis. Selain pengujian serologi,
sampel CSF dan tinja dan usap nasofaring harus diperoleh untuk biakan virus. Dalam
kebanyakan kasus ensefalitis virus, virus ini sulit untuk mengisolasi dari CSF. Bahkan dengan
pengujian ekstensif dan penggunaan tes PCR, penyebab ensefalitis masih belum ditentukan
pasien dengan ensefalopati berat yang tidak menunjukkan perbaikan klinis jika diagnosis
tetap tidak jelas. HSV, rabies ensefalitis, penyakit prion-terkait (Creutzfeldt-Jakob penyakit
dan kuru) dapat didiagnosis dengan pemeriksaan rutin kultur atau biopsi patologis jaringan
otak. Biopsi otak mungkin penting untuk mengidentifikasi arbovirus dan infeksi Enterovirus,
tuberkulosis, infeksi jamur, dan penyakit non-menular, terutama primer SSP vasculopathies
atau keganasan.
30-40% glukosa
monosit, darah
1-3%
neutrofil
Meningitis Biasanya 100-60,000 100-500 Terdepresi Organisme
darah;
biasanya
<40
Meningitis Normal atau 1-10,000; >100 Terdepresi Organisme
bakterial yang meningkat didominasi atau normal dapat
pengobatan
sebelumnya
telah lama
dilakukan
Tuberculous Biasanya 10-500; 100-500; <50 usual; Bakteri tahan
tertentu mendominasi
pada
akhirnya
7. Penatalaksaan Medis
Pengobatan suportif dalam kebanyakan kasus meningitis virus dan ensefalitis. Satu-
satunya pengobatan spesifik adalah asiklovir 10 mg/kg iv setiap 8 jam selama 10-14 hari
untuk infeksi herpes simpleks. Asiklovir juga efektif terhadap virus Varicella zoster. Tidak ada
manfaat yang terbukti untuk kortikosteroid, interferon, atau terapi ajuvan lain pada
ensefalitis virus dan yang disebabkan oleh bakteri dapat diberikan klorampinikol 50-75
amfoterisin B secara intravena, intrateka atau intraventrikula. Pemberian obat ini dapat
mengurangi angka kematian akibat infeksi Naegleria fowleri, tetapi tidak berhasil mengobati
8. Komplikasi
a) Sindrom hormon antidiuretik dapat mempersulit meningitis dan memerlukan
3 minggu. Meskipun kebanyakan pasien dengan bentuk epidemi ensefalitis menular (St
Louis, California, dan infeksi Enterovirus) di AS sembuh tanpa gejala sisa, kasus yang
parah menyebabkan kematian atau gejala sisa neurologis yang substansial dapat terjadi
dengan hampir semua virus ini Neurotropik. Angka kematian keseluruhan untuk
ensefalitis menular adalah sekitar 5%. Sekitar dua pertiga dari pasien sembuh sebelum
dibuang dari rumah sakit. Sisanya menunjukkan residua klinis yang signifikan, termasuk
kelumpuhan atau spastisitas, gangguan kognitif, kelemahan, ataksia, dan kejang
berulang. Kebanyakan pasien dengan gejala sisa neurologis ensefalitis menular pada
saat dikeluarkan dari rumah sakit secara bertahap memulihkan beberapa atau semua
fungsi mereka.
nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan
lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
17
1. Pemeriksaan fisik
otot pernafasan.
peradangan otak.
B6 (Bone) : Hemiplegi
Pola aktifitas dan : Aktifitas tirah baring, pola istirahat terganggu dengan
istirahat adanya kejang / konvulsif
Integritas ego
: Perubahan status mental dari letargi sampai koma
Kenyamanan
: Terdapat nyeri kepala karena peningkatan TIK akibat edema
serebri
Keamanan Perubahan dalam fungsi mental, tonus otot yang tak
:
terkoordinasi sehingga diperlukan pengaman disamping
tempat tidur sampai restrain pada ekstremitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d edema serebral.
b. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif b/d penumpukan mucus
c. Ketidakefektipan pola nafas b/d penurunan kesadaran
d. Nyeri akut b/d proses inflamasi
e. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mencerna makanan.
f. Resiko infeksi b/d penyebaran infeksi sistemik
g. Resiko cidera b/d disfungsi motorik : kejang
h. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolisme
i. Resiko gangguan integritas kulit b/d tirah baring
3. Intervensi Keperawatan
bentuk, kesemetrisan
19
pernapasan
6.Monitor refleks batuk
dan muntah
7.Monitor karakteristik
berbicara
8.Monitor respon
babinski
9.Kolaborasi dalam
pemberian terapi
musik klasik atau
musik instrumental
untuk meningkatkan
GCS
2 Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
Status Pernapasan : Kepatenan jalan
tidak Efektif (00031) Airway suction
napas (0410)
Definisi : terbuka, saluran
Domain 11 keamanan 1. Pastikan kebutuhan
trachebronchial bersih untuk
/ perlindungan oral / tracheal
pertukaran udara Jalan napas klien
Kelas 2 cedera fisik suctioning
baik dalam waktu ..... jam, dengan
2. Auskultasi suara
kriteria hasil :
Jumlah pernapasan (1,2,3,4,5) nafas sebelum dan
Irama pernapasan (1,2,3,4,5) sesudah suctioning.
Kedalaman inspirasi (1,2,3,4,5)
Definisi : Kemampuan pengeluaran sekresi 3. Informasikan pada
Ketidakmampuan (1,2,3,4,5) klien dan keluarga
disfungsi untuk
neuromuskular, memaksimalkan
hiperplasia ventilasi
dinding bronkus, 3. Identifikasi pasien
9. Berikan
bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab
mengoptimalkan
keseimbangan.
pernapasan oksigen
5. auskultasi suara nafas
6. monitor kemampuan
Faktor yang
batuk efektif klien
berhubungan 7. monitor hasil poto
Keletihan thorax
otot pernafasan
efektivitasnya.
Aktivitas ;
1. berikan oksigen
sesuai terapi
2. Monitor aliran
oksigen
3. Monitor efektifitas
pemberian oksigen
5 Nyeri akut(00132) NOC : NIC :
Domain 12
Kontrol nyeri (1605) Manajemen nyeri
(kenyamanan)
(1400)
Kelas 1 (kenyamanan
Definisi : Tindakan pribadi untuk Definisi : pengurangan
fisik)
mengontrol nyeri atau reduksi nyeri
Definisi : Pengalaman
sampai pada tingkat
sensori dan emosional
Nyeri terkontrol selama ... jam, kenyamanan yang dapat
yang tidak
dengan kriteria hasil diterima oleh pasien:
menyenangkan yang Mengenal faktor-faktor penyebab
1. Lakukan
23
terhambat) Manajemen
Sikap melindungi
pengobatan (2380)
area nyeri
Posisi untuk Definisi : Fasilitasi
pengobatan.
Faktor yang 6. Pengelolaan
berhubungan: analgetik
Agen cedera biologi 7. Periksa perintah
pemberian analgetik
yang sesuai.
13. Evaluasi efektifitas
dosis analgetik,
observasi tanda dan
diindikasikan.
15. Tentukan lokasi
nyeri, karakteristik,
kualitas, dan
keparahan sebelum
pengobatan.
16. Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
Pemberian Analgesik
(2210)
Definisi : Menggunakan
agen farmakologik
untuk menghilangkan
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
27
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
9. Berikan analgesik
tepat waktu
dilingkungan udara
panas 15. Berikan
Temperature
regulation (3900)
Definisi : mencapai atau
mempertahankan suhu
tubuh dalam kisaran
normal
29
1. Monitor suhu
monitoring suhu
secara kontinyu
5. Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
10. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya keletihan
dan penanganan
emergency yang
diperlukan
30
diperlukan
12. Berikan anti piretik
jika perlu
Definisi :
mengumpulkan dan
menentukan dan
mencegah komplikasi
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
6. Monitor kualitas
dari nadi
31
7. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
pernapasan
abnormal
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis
perifer
12. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
7 Resiko infeksi NOC : NIC :
Kontrol resiko (1902)
(00004) Kontrol Infeksi (6540)
Definisi : indakan individu untuk
Domain 11 Definisi : meminimalkan
mengerti, mencegah, mengeliminasi
(keamanan / perolehan dan transmisi
atau mengurangi ancaman infeksi
perlindungan) dari
Klien dan keluarga mampu
Kelas 1 (infeksi) agen infeksius
menunjukkan kemampuan mencegah
infeksi dalam waktu ............... jam
Definisi : Peningkatan 1. Bersihkan
dengan kriteria hasil :
resiko masuknya lingkungan setelah
pertahanan selama
sekunder pemasangan alat
jaringan, menurunkan
penurunan kerja infeksi kandung
33
Penyakit kronik
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi) (6550)
Definisi : pencegahan
dan deteksi mudah
gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada
pasien yang
beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
resep
15. Ajarkan pasien dan
infeksi
17. Laporkan
kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur
positif
1 Ketidakseimbangan Status nutrisi (1004): Management Nutrisi
Definisi : sejauh mana nutrisi dicerna
nutrisi : kurang dari (1100)
dan diserap untuk memenuhi
kebutuhan tubuh Definisi : menyediakan
kebutuhan metabolik .
(00002) dan meningkatkan
Domain 2 (nutrisi)
Klien dapat memperlihatkan intake nutrisi yang
Kelas 1 (makan)
peningkatan makan selama ...... jam, seimbang
Definisi : Intake nutrisi dengan kriteria hasil : 1. Kaji adanya alergi
tidak cukup untuk Asupan gizi (1,2,3,4,5)
makanan
Asupan makanan (1,2,3,4,5)
keperluan Asupan cairan (1,2,3,4,5) 2. Kolaborasi dengan
35
Allowance) meningkatkan
Membran Asupan makanan dan cairan yang protein dan vitamin
mukosa dan masuk ke dalam tubuh cukup dalam C
konjungtiva pucat waktu ........jam dengan kriteria hasil: 5. Berikan substansi
makanan dikonsultasikan
Dilaporkan dengan ahli gizi)
kandungan kalori
10. Berikan informasi
36
ketidakmampuan nutrisi
untuk mengunyah 11. Kaji kemampuan
cukup
Keengganan Monitoring Nutrisi
rapuh dilakukan
Diare dan atau Monitor interaksi
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Domain 11 (6490)
Definisi : keparahan dari tanda dan Definisi : melaksanakan
(keamanan /
gejala dari cedera tubuh pencegahan khusus
perlindungan)
dengan pasien yang
Kelas 2 (Cedera fisik) Tidak terjadi cedera tubuh
memiliki risiko cedera
selama ............ jam, dengan kriteria hasil
karena jatuh
Defenisi : Rentan :
Lecet pada kulit (1,2,3,4,5)
mengalami cedera fisik Identifikasi
Memar (1,2,3,4,5)
akibat kondisi Luka gores (1,2,3,4,5) kekurangan baik
Ekstremitas keseleo (1,2,3,4,5)
lingkungan yang kognitif atau fisik
Perdarahan (1,2,3,4,5)
berinteraksi dengan Gangguan mobilitas (1,2,3,4,5) dari pasien yang
Cedera kepala tertutup (1,2,3,4,5)
sumber adaftif dan mungkin
menimbulkan Memandikan
luka, tekanan, pasien dengan
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan
dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan
sirkulasi
- Perubahan turgor
41
(elastisitas kulit)
42
DAFTAR PUSTAKA
Brown,Z.K & Karl,K. B. 2011. 100 Questions & Answers About Breast Cancer, Third Edition. Terjemahan :
Shantyana. Jakarta : PT.Indeks.
Eka, Erwin. 2011. Mengenal terapi musik. Terdapat dalam: http://terapimusik.com /terapi_musik.htm.
Diakses: 8 November 2012.
Hariati, S. 2010. Efektivitas Terapi Music Terhadap Peningkatan Berat Badan Dan Suhu Tubuh Bayi
Premature Di Makasar. Tesis. Jakarta : FK Universitas Indonesia.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Kompas. 2011. Kanker kini menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia. Didapat dari URL:
http://koranbaru.com/kanker-kini-menjadi-penyebab-kematian-utama-di-seluruh-dunia/
Lin M. F, dkk. 2010. A randomised controlled trial of the effect of music therapy and verbal relaxation
on chemotherapy-induced anxiety. Journal of Clinical Nursing, 20, 988999.
Mansjoer,et al.2001. Kapita Selekta Kedokteran volume 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Mok E & Wong KY (2003) Effects of music on patient anxiety. Association of perioperative Registered
Nurses Journal 77, 396397, 401406, 409410.
Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika
NANDA. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jogjakarta: Media Action
Suhartini. 2008. Effectiveness Of Music Therapy Toward Reducing Patients Anxiety In Intensive Care
Unit. Media Ners. Volume 2, Nomor 1, Mei 2008, hlm 1-44