You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Tulang yang menyusun tubuh manusia memiliki fungsi penting yang

lebih dari sekedar jaringan pembentuk tubuh manusia. Secara garis besar

tulang memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi mekanik, fungsi sintetik, dan

fungsi metabolic.1
Fungsi mekanik yaitu fungsi tulang sebagai protektor bagi organ di

dalam tubuh, membentuk struktur tubuh manusia, sebagai anggota gerak

bersama dengan ligamen, tendon, dan otot yang memungkinkan tubuh untuk

dapat bergerak, dan juga berfungsi sebagai konduksi getaran suara sehingga

memungkinkan manusia untuk dapat mendengarkan suara. Fungsi sintetik

yaitu fungsi tulang sebagai pusat produksi sel darah dalam hal ini adalah

sumsum tulang yang berada di cavitas sentral di dalam tulang panjang,

berfungsi penting menghasilkan sel darah merah dan sel darah putih. Fungsi

terakhir, adalah fungsi metabolik, di mana tulang menjadi tempat

penyimpanan mineral kalsium dan fosfor serta lemak (asam lemak) yang

tersimpan di sumsum tulang (yellow bone marrow) menjadi cadangan mineral

dan energi ketika dibutuhkan, selain itu tulang berperan penting dalam

keseimbangan asam basa dengan kemampuannya melepaskan dan

mengasorbsi garam alkalin yang turut membantu menyeimbangkan

keseimbangan pH dalam tubuh.1


Fungsi-fungsi tulang tersebut dapat terganggu dengan adanya kejadian

trauma yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Trauma

1
jaringan tulang dan otot terkadang tampak dramatis dan seringkali ditemukan

pada 85% penderita trauma tumpul.2


Trauma pada jaringan tulang yang berat menunjukkan adanya gaya

besar yang mengenai tubuh. Trauma jaringan tulang dan otot harus diperiksa

dan ditangani secara tepat dan memadai agar tidak membahayakan nyawa dan

anggota gerak.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

Dalam anatomi manusia, klavikula atau tulang leher diklasifikasikan


sebagai tulang panjang yang membentuk bagian dari sabuk bahu (pectoral korset).
Ini menerima namanya dari bahasa Latin clavicula ( "kunci kecil") karena tulang
berputar sepanjang sumbu seperti kunci ketika bahu diculik. Gerakan ini jelas.
Pada beberapa orang, terutama wanita yang mungkin memiliki lebih sedikit lemak
di daerah ini, lokasi tulang terlihat jelas karena menciptakan tonjolan di kulit.
Klavikula adalah melengkung ganda pendek yang menghubungkan tulang lengan
(ekstremitas atas) ke tubuh (trunk), yang terletak tepat di atas tulang rusuk
pertama. Karena berfungsi sebagai penyangga untuk menjaga posisi skapula
sehingga lengan dapat tergantung bebas.

2
Medial, itu artikulasi dengan manubrium sternum (tulang dada) pada sendi
sternoklavikularis. Pada akhirnya lateral artikulasi dengan akromion skapula
(tulang belikat) di acromioclavicular bersama. Bulat ini memiliki ujung medial
dan lateral rata akhir. Dari piramida sternalis sekitar akhir, masing-masing kurva
lateral klavikula dan anterior untuk kira-kira setengah panjangnya. Ini kemudian
membentuk kurva yang halus posterior untuk mengartikulasikan dengan proses
skapula (akromion). Flat, akhir acromial klavikula adalah lebih luas daripada
sternalis akhir. Pada akhir acromial memiliki permukaan kasar yang lebih rendah
terkemuka beruang garis dan tuberkel. Fitur permukaan ini situs pelekatan otot-
otot dan ligamen dari bahu.

Para tulang selangka, juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada,
antara tulang dada (sternum) dan tulang belikat (tulang belikat). Mudah untuk
merasa klavikula, karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot,
hanya kulit yang mencakup sebagian besar tulang. Fraktur klavikula sangat
umum. Patah tulang terjadi pada bayi (biasanya selama kelahiran), anak-anak dan
remaja (karena tidak klavikula sepenuhnya mengeras, atau mengembangkan,
sampai akhir remaja), atlet (karena risiko dipukul atau jatuh), atau selama banyak
jenis kecelakaan dan jatuh.

2.2 DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya


disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda

3
Juall C (1999) Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004)
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam
melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan
lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak
dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang
dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit
merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran
presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan
keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya
berupa greenstick atau fraktur total.
Clavicula merupakan salah satu tulang yang sering mengalami fraktur
apabila terjadi cedera pada bahu karena letaknya yang superfisial. Pada tulang ini
bisa terjadi banyak proses patologik sama seperti pada tulang yang lainnya yaitu
bisa ada kelainan congenital, trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia, kelainan
metabolik tulang dan yang lainnya. Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh
benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan
tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma.

Clavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan pada

masa fetus, terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau pertulangan primer yaitu

medial dan lateral clavicula, dimana terjadi saat minggu ke-5 dan ke-6 masa

intrauterin. Kernudian ossifikasi sekunder pada epifise medial clavicula

berlangsung pada usia 18 tahun sampai 20 tahun. Dan epifise terakhir bersatu

pada usia 25 tahun sampai 26 tahun.

2.3 ETIOLOGI

4
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu
akibat kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor,
namun kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut
beberapa penyebab pada fraktur clavicula yaitu :

Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh
simphisis pubis selama proses melahirkan. Fraktur tulang humerus
umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit
ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan
penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran
presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada
tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis
frakturnya berupa greenstick atau fraktur total. Fraktur menurut Strek,1999
terjadi paling sering sekunder akibat kesulitan pelahiran (misalnya
makrosemia dan disproporsi sefalopelvik, serta malpresentasi).
Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.

Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama,
misalnya pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.

Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post

radioterapi, keganasan clan lain-lain.


2.4 PATOFISIOLOGI

Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan


selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula, tulang
humerus bagian proksimal dan tulang skapula bersama-sama membentuk bahu.
Tulang klavikula juga membentuk hubungan antara anggota badan atas dan
Thorax. Tulang ini membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang
thorax. Pada bagian proksimal tulang clavikula bergabung dengan sternum disebut
sebagai sambungan sternoclavicular (SC).

5
Pada bagian distal klavikula bergabung dengan acromion dari skapula
membentuk sambungan acromioclavicular (AC). Patah tulang klavikula pada
umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang klavikula adalah tulang yang
terletak dibawak kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif di depan. Karena
posisinya yang teletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk
patah.

Patah tulang klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman
yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung
pada tulang akan menyebabkan fraktur.

Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme


kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi
kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh,
keeelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.Pada daerah tengah
tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada
daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga merupakan
transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan
kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal
ataupun proksimal.

2.5 KLASIFIKASI FRAKTUR.2


2.5.1 Klasifikasi etiologis
Fraktur traumatik
Fraktur patologis
Fraktur stres
2.5.2 Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture)
Fraktur terbuka (compound fracture)
Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
2.5.3 Klasifikasi radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas :

1. Lokalisasi (gambar 2.2)


Diafisial
Metafisial

6
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi

Gambar 2.2. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi


*Dikutip dari kepustakaan 3
2. Konfigurasi (gambar 2.3)
Transversal
Oblik
Spiral
Kupu-kupu
Komunitif
Segmental
Depresi

Gambar 2.3. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi.


*Dikutip dari kepustakaan 3

3. Menurut ekstensi (gambar 2.4)


Fraktur total
Fraktur tidak total (fraktur crack)
Fraktur buckle atau torus
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.5)
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :
a) Bersampingan
b) Angulasi
c) Rotasi
d) Distraksi
e) Over-riding
f) Impaksi

Gambar 2.5 Klasifikasi menurut hubungan dengan fragmen

7
*Dikutip dari kepustakaan 2

2.6 KLASIFIKASI FRAKTUR

Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada


clavicula tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami
fraktur yaitu pada bagian midshape clavikula dimana pada anak-anak berupa
greenstick, bagian distal clavicula dan bagian proksimal clavicula. Menurut Neer
secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :

Tipe I: Fraktur mid klavikula (Fraktur 1/3 tengah klavikula)


- Fraktur pada bagian tengah clavicula
- Lokasi yang paling sering terjadi fraktur, paling banyak ditemui
- Terjadi medial ligament korako-klavikula (antara medial dan 1/3
lateral)
- Mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung (dari
lateral bahu)

Tipe II : Fraktur 1/3 lateral klavikula

- Fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat


dibagi:

o type 1: undisplaced jika ligament intak

o type 2: displaced jika ligamen korako-kiavikula ruptur.

o type 3: fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.

Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling
jarang terjadi dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar
5%.
Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami
fraktur setelah midclavicula.

8
Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut Neer ada 3 yaitu :

1. Tipe I : merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana ligament


tidak mengalami kerusakan.
2. Tipe II: merupakan fraktur pada daerah medial ligament coracoclavicular.

3. Tipe III : merupakan fraktur pada daerah distal ligament coracoclavicular


dan melibatkan permukaan tulang bagian distal clavicula pada AC joint.

2.7 DIAGNOSIS
A. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang

belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan

abdomen
3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.7

B. PEMERIKSAAN LOKAL
1. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering atau basah
Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

membedakan fraktur tertutup atau terbuka


Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai

beberapa hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada

organ-organ lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi.2

2. Palpasi (Feel)

9
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita

biasanya mengeluh sangat nyeri.


Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya

disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat

fraktur pada tulang


Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus

dilakukan secara hati-hati


Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa

palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis

posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena Refilling

(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal

daerah trauma, temperatur kulit.


Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai. 2


3. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan

secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah

yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap

gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan

tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh

darah dan saraf. 2


4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara

sensoris dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu

neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelainan saraf

yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat

10
menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita

serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya. 2


5. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat

dilakukan untuk menetapkan kelainan tulang dan sendi :


Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya

fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan

untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk

menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi

sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.6


Tujuan pemeriksaan radiologis :6
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi

fragmen serta pergerakannya


Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-

artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu

pada antero-posterior dan lateral


Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di

atas dan di bawah sendi yang mengalami fraktur


Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto

pada ke dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.


Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan

fraktur pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur

11
kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada

panggul dan tulang belakang.


Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya

fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas

sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari

kemudian.
2.8 PENATALAKSANAAN
Prinsip Umum
Pengobatan bedah ortopedi secara umum mengikuti prinsip dasar

pengobatan penyakit lainnya dan berpedoman kepada hukum

penyembuhan (law of nature), sifat penyembuhan, serta sifat manusia

pada umumya. Disamping pemahaman tentang prinsip dasar pengobatan

yang rasional, metode pengobatan disesuaikan pula secara individu

terhadap setiap penderita. Pengobatan yang diberikan juga harus

berdasarkan alasan mengapa tindakan ini dilakukan serta kemungkinan

prognosisnya.7
Secara umum prinsip pengobatan bedah ortopedi adalah :
Jangan mebuat keadaan lebih buruk bagi penderita (Iatrogenik)
Pengobatan berdasarkan pada diagnosis dan prognosis yang

tepat
Pilih jenis pengobatan yang sesuai dengan keadaan penyakit

penderita
Ciptakan kerja sama yang baik tanpa melupakan hukum

penyembuhan alami
Pengobatan yang praktis dan logis
Pilih pengobatan secara individu
Jangan melakukan pengobatan yang tidak perlu.8

Metode pengobatan kelainan bedah ortopedi

Pada umumnya penanganan pada bidang bedah ortopedi dapat

dibagi dalam tiga cara, yaitu:

12
1. Tanpa pengobatan
Sekurang-kurangnya 50% penderita (tidak termasuk fraktur) tidak

memerlukan tindakan pengobatan dan hanya diperlukan penjelasan

serta nasihat-nasihat seperlunya dari dokter. Tapi tidak jarang penderita

belum merasa puas bila hanya diberikan nasihat (terutama oleh dokter

umum) sehingga perlu dirujuk kedokter ahli bedah tulang untuk

penjelasan rinci tentang penyakit yang diderita dan prognosisnya.2


2. Pengobatan non-operatif
Bed Rest
Bed rest merupakan salah satu jenis metode pengobatan, baik

secara umum ataupun hanya lokal dengan mengistirahatkan

anggota gerak/tulang belakang dengan cara-cara tertentu.2


Pemberian alat bantu
Alat bantu ortopedi dapat terbuat dari kayu, aluminium atau gips,

berupa bidai, gips korset, korset badan, ortosis (brace), tongkat atau

alat jalan lainnya. Pemberian alat bantu bertujuan untuk

mengistirahatkan bagian tubuh yang mengalami gangguan, untuk

mengurangi beban tubuh, membanu untuk berjalan, untuk stabilisasi

sendi atau utuk mencegah deformitas yang ada bertambah berat.


Alat bantu ortopedi yang diberikan bisa bersifat sementara dengn

menggunakan bidai, gips pada badan (gips korset), bisa juga untuk

pemakaian jangka waktu lama/permanen misalnya pemberian

ortosis, protesa, tongkat atau pemberian alat jalan lainnya untuk

menyangga bagian-bagian dari anggota tubuh/anggota gerak yang

mengalami kelemahan atau kelumpuhan pada penderita.7


Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan dalam bidang ortopedi meliputi:
a. Obat-obat anti-bakteri
b. Obat-obat anti inflamasi
c. Analgetik dan sedatif
d. Obat-obat khusus

13
e. Obat-obat sitostatika
f. Vitamin
g. Injeksi lokal.5
3. Pengobatan operatif8
a. Amputasi
Indikasi pelaksanaan amputasi adalah:
Mengancam kelangsungan hidup penderita misalnya pada luka

remuk (crush injury), sepsis yang berat (misalnya gangren),

adanya tumor-tumor ganas.


Kematian jaringan baik akibat diabetes melitus, penyakit

vaskuler, setelah suatu trauma, kombusio atau nekrosis akibat

dingin.
Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan gangguan

atau benda asingsaja), sensibilitas anggota gerak hilang sama

sekali, adanya nyeri hebat, malformasi hebat atau osteomilitis

yang disertai dengan kerusakan hebat.10


b. Eksostektomi
Ini adalah operasi pengeluaran tonjolan tulang/tulang rawan

misalnya pada osteoma tulang frontal atau osteokondroma.9


c. Osteotomi
Osteotomi merupakan tindakan yang bertujuan mengoreksi

deformitas pada tulang, misalnya osteotomi tibial akibat malunion

pada tibia (akibat angulasi atau akibat rotasi) atau pada kubitus varus

sendi siku setelah suatu fraktur suprakondiler humeri pada anak.

Osteotomi juga untuk mengurangi rasa nyeri pada osteoartritis di

suatu sendi. Pada osteoartritis akibat genu varus misalnya, untuk

mengurangi nyeri terutama pada kompartemen medial sendi lutut

dilakukan osteotomi tinggi tibia.10


d. Osteosintesis
Osteosintesis adalah operasi tulang untuk menyambung dua bagian

tulang atau lebih dengan menggunakan alat-alat fiksasi dalam seperti

14
plate, screw, nail plate, wire/k-wire. Teknik osteosintesis yang

terkenal adalah metode AO-ASIF (Association for the Study of

Internal Fixation) yang mengadakan kursus secara teratur di Davos,

Swistzerland. Prinsip dasar metode ini adalah fiksasi rigid dan

mobilisasi dini pada anggota gerak.7


e. Bone grafting (tandur alih tulang)
Dikenal tiga sumber jaringan tulang yang dapat dipakai dalam bone

graft yaitu :
Autograft
Disebut autograft bila sumber tulang berasal dari penderita senidri

(dari kristal iliaka,kosta, femur distal, tibia proksimal atau fibula).

Daerah sumber disebut daerah donor sedangkan daerah penerima

disebut resipien.
Allograft (homograft)
Disebut allograft bila sumber tulang berasal dari orang lain yang

biasanya disimpan dalam bank tulang, misalnya setelah operasi

sendi panggul atau operasi-operasi tulang yang besar. Selain itu,

allograft juga bisa dari tulang mayat.


Xenograft (heterograft)
Disebut heterograft bila sumber tulang bukan berasal dari tulang

manusia, tetapi dari spesies yang lain.9

2.9 PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel,

pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.11

1) Tahap Inflamasi.

15
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan

berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan

yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung

fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.

Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih

besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi,

pembengkakan dan nyeri.12

2) Tahap Proliferasi Sel.

Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk

benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk

revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan

osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan

menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada

patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).

Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan

tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang.

Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang

sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.12

3) Tahap Pembentukan Kalus.

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan

tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen

patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan

16
tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk

menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah

kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu

agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.

Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

4) Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi). Pembentukan kalus mulai

mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang,

melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang

dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.

Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu

dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

5) Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan

mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.

Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun

tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan

pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres

fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan

remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada

titik kontak langsung.11

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis

mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis

menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil

17
proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses

remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam

masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada

orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi

setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998).11

2.10 PROGNOSIS
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang

menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami

fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang

yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera

setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk

penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang

penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting

dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu

faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.7

BAB V
KESIMPULAN

1. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa

terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa.

18
2. Penyebab fraktur femur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana

trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas

fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.


3. Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai ke distal tulang.

Berdasarkan letak patahannya, fraktur femur dekategorikan sebagai fraktur

leher femur, fraktur trokanterik, fraktur subtrokanterik, fraktur fraktur

diafisis, fraktur suprakondiler, dan fraktur kondiler. Gejala klinis dapat

dilihat sesuai klasifikasi fraktur femur.


4. Anamnesi mengenai mekanisme trauma, pemeriksaan fisik di regio yang

dicurigai terdapat fraktur, serta pemeriksaan radiologis diperlukan untuk

menegakkan diagnosis fraktur femur.


5. Tatalaksana fraktur femur seperti tatalaksana fraktur pada umumnya

dengan prinsip rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.


6. Pemasangan scin traction merupakan penanganan paling tepat pada fraktur

tertutup femur bagi dokter umum.


7. Komplikasi yang dapat timbul segera setelah terjadinya fraktur dapat

berupa trauma kulit seperti kontusio, abrasi, laserasi, luka tembus akibat

benda asing maupun penetrasi kulit oleh fragmen tulang, avulsi dan skin

loss, perdarahan lokal, ruptur arteri atau vena, kontusio arteri atau vena

dan spasme arteri. Compartement Syndrome merupakan komplikasi yang

harus diwaspadai dan dicegah, kejadian compartment syndrome dapat

memperburuk kualitas hidup pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi
ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika;

2. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda


(editor), FK UI, Jakarta, 2006. Hal 31

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif


Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364

4. Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.

5. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W.


Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition.
Mosby Elsevier. United States. 2007. Page 408-410

20
6. Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology.
Cambridge University, 2004. Page 140-143

7. Sjamsuhidat. R., De Jong. Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah.. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta. 2003. Hal. 880.

8. Sfeir C, Ho L, Doll BA, Azari K, Hollinger JO. 2005. Fraktur repair,


Human Pess Inc, Totowa, NJ.

9. Black MM, Jacob ME. 1997. Medical surgical nursing. Ed.3 Philadelphia:
W.B.
Sounders

10. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II.
FKUI. Media Aesculapius.
11. Price, Slyvia A Dan Laraine M. Wilson.1995. Patofisiologi. Buku I.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

12. Engram B. 1998. Medical Surgical Nursing Care Plans. Volume 2. Editor :
Ester Monica. Alih Bahasa : Suharyati Samba. Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

21

You might also like