You are on page 1of 23

TERMOKOPEL (P3)

NABIL AHMAD RIZALDI

1413100109

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2014

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan termokopel ini yang bertujuan untuk
menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep
temperatur. Dalam percobaan termokopel ini alat yang akan digunakan antara lain
termokopel dua set, statip satu set, termometer satu buah, metramax multimeter
satu buah, gelas beker satu buah, kompor listrik satu buah, dan beberapa potongan
es batu yang telah disediakan. Pada percobaan ini diukur tegangan dengan variasi
suhu dari 10oC-80oC yang bertujuan untuk menguatkan bukti dari data yang telah
diperoleh dan dengan melihat tegangan yang dihasilkan setiap kenaikan suhu
10oC pada multimeter. Percobaan ini menggunakan prinsip hukum ke nol
termodinamika yang berbunyi benda yang dipanaskan pada sisi ujung akan
mempengaruhi sisi ujung lainya yang akan membentuk kesetimbangan termal.
Percobaan dilakukan dengan dua buah termokopel dimana pada termokopel satu
dan termokopel 2 dilakukan variasi kenaikan suhu dan penurunan suhu.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil bahwa tegangan seeback pada
kawat logam berbanding lurus dengan medan listrik pada gradien suhu kawat.

Kata kunci : Termokopel, Jenis Termokopel, Suhu, Konstanta Seeback

i
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................... 2
DASAR TEORI ....................................................................................................................... 2
2.1 Termokopel ......................................................................................................... 2
2.2 Temperatur ......................................................................................................... 3
2.3 Arus ..................................................................................................................... 4
2.4 Medan Magnet ................................................................................................... 5
2.5 Gejala Seeback .................................................................................................... 6
2.6 Konduksi Logam .................................................................................................. 7
2.7 Prinsip Kerja Termokopel .................................................................................... 7
2.8 Jenis-jenis Termokopel........................................................................................ 8
BAB III ................................................................................................................................ 10
METODOLOGI PERCOBAAN .............................................................................................. 10
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................. 10
3.2 Langkah Kerja .................................................................................................... 10
BAB IV................................................................................................................................ 12
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 12
4.1 Analisa Data ...................................................................................................... 12
4.2 Grafik ................................................................................................................. 14
4.3 Pembahasan ...................................................................................................... 17
BAB V................................................................................................................................. 19
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita sering menjumpai logam, logam merupakan konduktor yang baik.
Suatu logam terdiri dari atom atau elektron yang selalu bergerak. Hal ini pada
tahun 1821, seorang fisikawan bernama Thomas Johann Seebeck menemukan
bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara
gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek
termoelektrik. Untuk mengukur perubahan panas ini gabungan dua macam
konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda panas yang diukur.
Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan
mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur
benda. Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan
menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan
memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur.
Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt tiap derajad celcius
untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa kombinasi
menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,
kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting
diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan
temperatur absolut.

1.2 Permasalahan
Permasalahan pada praktikum ini adalah bagaimana cara menjelaskan
konsep temperatur pada logam dan untuk menera Termokopel dari temperature
pada logam tersebut.

1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menjelaskan konsep temperatur
pada logam dan untuk menera Termokopel dari temperature pada logam
tersebut.
1
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Termokopel
Thermokopel merupakan kependekan dari thermo-electric couple.
Thermokopel (termoelektrik) merupakan penemuan yang ditemukan pada tahun
1821 oleh T.J Seebeck. T.J Seebeck menggunakan dua kawat tembaga dan
menghubungkannya pada plat bismuth. Ujung-ujung kawat tersebut diberikan
suatu panas yang tujuannya adalah menaikkan temperatur pada kawat sehinnga
timbul pergerakan arus listrik. Thermokopel adalah sebuah sensor suhu yang
digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan
beda potensial(voltase). Thermokopel merupakan transduser aktif suhu yang
dirangkai dari dua buah logam berbeda dengan titik pembacaan pada penemuan
kedua logam(sambungan) dan titik yang lainnya sebagai outputnya.
Thermokopel merupakan salah satu sensor besaran suhu yang terdiri dari
sepasang kawat yang terbuat dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut
disambung pada salah satu ujungnya sementara ujung yang lain disambungkan ke
alat ukur tegangan melalui kawat tembaga .

gambar 2.1 Termokopel

(Giancoli, 2000)

2
2.2 Temperatur
Konsep suhu (teperatur) berakar dari ide kualitatif panas dan dingin
yang berdasarkan pada indera sentuhan kita. Suatu benda yang terasa panas
umumnya memiliki suhu yang lebih tinggi daripada benda serupa dingin. Hal ini
tidak cukup jelas, dan indera dapat terkelabui. Tetapi banyak sifat benda yang
dapat diukur tergantung pada suhu. Panjang batang logam, tekanan uap dalam
boiler, kemampuan suatu kawat mengalirkan listrik, dan warna suatu benda panas
yang berpendar-semua tergantung pada suhu

Temperatur merupakan ukuran panas atau dinginnya suatu benda misalnya


sebuah benda terasa panas karena mempunyai temperatur yang tinggi, sedangkan
sebuah benda terasa dingin karena mempunyai temperatur yang rendah. Banyak
sifat zat yang berubah terhadap temperatur sebagai contoh, ada beberapa zat yang
akan mengalami pemuaian ketika dipanaskan. Sebatang besi akan lebih panjang
ketika dpanaskan dari pada saat besi tersebut dingin. Hambatan listrik materi zat
juga dapat mengalami perubahan terhadap temperatur. Sebuah alat yang
digunakan untuk mengukur temperatur disebut dengan termometer. Ada beberapa
macam termometer dengan cara kerja uyang berbeda tiap termometer tergantung
dari beberapa sifat materi yang berubah terhadap temperatur

Dua buah benda dengan suhu awal yang berbeda, jika di tempatkan di
suatu tempat yang sama maka lama kelamaan suhu akhir dari kedua objek tersebut
akan sama. Jika dua buah objek yang berbeda di dekatkan satu sama lain maka
dapat terjadi interaksi antara keduanya tapi tidak terjadi interaksi dengan
lingkungannya. Jika kedua objek tersebut mempunyai suhu yang berbeda maka
karena kedua objek tersebut berinteraksi satu sama lain maka pada akhirnya suhu
dari kedua objek tersebut menjadi sama. Interkasi antara dua objek dengan suhu
awal yang berbeda ini disebut dengan interaksi termal, sedangkan perubahan suhu
kedua objek saat di dekatkan satu sama lain sehingga menghasilkan suhu yang
sam apada akhirnya disebut dengan kesetimbangann termal. Pada proses
tercapainya kesetimbangan termal juga terjadi suatu perpindahan energi.

3
(Fredman, 2000)

2.3 Arus
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang melewati suatu
penghantar selama satuan waktu. Bila aliran muatan listrik per satuan waktu
konstan, maka arus listrik memiliki persamaan

i = q/t.....................................................................................................(2.1)

satuan SI untuk arus listrik adalah Ampere (A), muatan q adalah Coulomb, dan
waktu t adalah detik. Apabila banyaknya muatan per satuan waktu yang mengalir
tidak konstan, maka arus akan berubah seiring perubahan waktu yang diberikan
oleh limit diferensial dari persamaan 2.1, menjadi

i = dq/dt..................................................................................................(2.2)

Muatan listrik dapat dihitung dengan mengintegralkan i dari batas 0 hingga t,


dengan persamaan

q = = ......................................................................................................(2.3)

(Resnick, 1996)

Arus listrik bernilai sama untuk seluruh penampang penghantar. Arus


listrik dapat mengalir pada penghantar hanya bila rangkaiannya saling tersambung.
Apabila ada rangkaian yang terputus, maka tidak ada arus yang mengalir .Aliran
dari arus listrik searah dengan aliran muatan positif. Dalam konduktor listrik, arah
arus berlawanan dengan arah aliran elekton. Bila ujung kabel terhubung
membentuk loop, seluruh titik loop memiliki potensial listrik yang sama, yang
menyebabkan medan listrik pada konduktor bernilai nol. Hal ini menyebabkan
tidak ada muatan yang bergerak, dan tidak ada arus. Apabila ujung kabel
terhubung dengan baterai, potensial listrik pada setiap titik pada loop tidak
bernilai sama. Potensial yang berbeda ini menyebabkan adanya medan listrik pada
konduktor, menyebabkan adanya muatan yang bergerak, sehingga terdapat arus
listrik yang mengalir pada konduktor tersebut (Giancoli, 2000)
4
2.4 Medan Magnet
Salah satu gejala kemagnetan yang dapat kalian amati dengan mudah
adalah tertariknya paku atau potongan besi oleh batang magnet. Batang magnet
seperti ini dikelompokan sebagai magnet permanen. Disebut magnet permanen
karena sifat kemagnetan tetap ada kecuali dikenai gangguan luar yang cukup besar
seperti pemanasan pada suhu yang cukup tinggi atau pemukulan yang cukup keras.

Setiap magnet memiliki dua kutub yang berlawanan. Salah satu kutub dinamai
kutub utara dan kutub lainnya dinamai kutub selatan. Dinamakan kutub utara
karena kutub tersebut akan mengarah ke kutub utara geografi bumi. Sebaliknya,
kutub selatan cenderung mengarah ke kutub selatan geografi bumi.

Dua kutub magnet yang didekatkan akan saling melakukan gaya. Sifat gaya antar
kutub magnet sebagai berikut

1. Kutub sejenis melakukan gaya tolak-menolak


2. Kutub tak sejenis melakukan gaya tarik-menarik

Besarnya gaya tarik atau gaya tolak antar dua kutub berbanding lurus dengan
kekuatan masing-masing kutub dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antar dua kutub.

Seperti pada definisi medan listrik, kita juga mendefinisikan medan magnet. Di
sekitar suatu:

1. Arah medan magnet sama dengan arah garis gaya magnet


2. Besar medan magnet sebanding dengan kerapatan garis gaya

di sekitar kutub

Garis gaya listrik dilukiskan keluar dari muatan positif dan masuk pada muatan
negatif. Untuk mendapatkan kemudahan yang sama, maka diperkenalkan juga
konsep garis gaya pada magnet, yaitu ;

5
1. Garis gaya magnet dilukiskan keluar dari kutub utara dan masuk di kutub
selatan.
2. Kerapatan garis gaya per satuan luas di suatu titik menggunakan

titik tersebut.

3. Kerapatan garis gaya terbesar diamati di kutub magnet. Ini berarti medan
magnet paling kuat di daerah kutu

Makin jauh dari kutub maka makin kecil kerapatan garis gaya. Ini berarti makin
jauh darikutub maka makin lemah medan magnet (Resnick, 1996)

2.5 Gejala Seeback


Apabila seutas kawat dipanaskan pada satu ujungnya, panas akan mengalir
dari ujung yang dipanaskan menuju yang lebih dingin. Aliran panas ini terjadi
dengan dua proses, yaitu tumbukan antar elektron dan aliran panas melalui awan
elektron . Medan listrik yang terjadi karena adanya gradien suhu disebut gejala
Seebeck.
Gambar dari grafik tersebut dapat dilihat dibawah ini;

T1 T2

Gambar 2.2 Gejala Seeback

Medan listrik (E) yang terjadi akibat gradien suhu disebut gejala Seebeck.
Medan listrik yang terjadi berbanding lurus dengan gradien suhu kawat (T/x),
sehingga dapat dituliskan,

6
E = S(x, T) ....(2.6)

dimana S(x,T) adalah koefisien Seebeck, adalah perbedaan suhu dan E adalah
medan listrik (Zemansky, 1970)

2.6 Konduksi Logam


Logam terdiri dari atom atom atau elektron elektron yang selalu bergerak
pergerakan ini menunjukan elektron mempunyai sebuah tenaga gerak. Saat logam
dipanaskan maka tenaga elektron ini semakin besar sehingga elektron mempunyai
pergerakan yang semakin cepat. Pada termokopel terdapat dua buah logam yang
dipadukan lalu di panaskan, setiap logam mempunyai elektron yang kecepatannya
berbeda. Hal ini menimbulkan beda potensial antara logam satu dengan yang
satunya, sehinnga saat dihubungkan dengan voltmeter akan terbaca berapa
tegangan tegangan listrik yang didapat.
Apabila seutas kawat logam dipanaskan salah satu ujungnya, panas akan
mengalir dari ujung yang dipanaskan menuju ke ujung yang tidak dipanaskan.
Aliran panas ini terjadi dengan dua cara yaitu dengan tumbukan antar elektron di
dalam logam tersebut, yang kedua adalah aliran panas melalui awan
elektron.Karena adanya gradien atau perbedaan suhu ini disebut efek seebeck.
Tegangan seebeck sebuah kawat logam, Medan listrik yang terjadi berbanding
lurus dengan gradien suhu kawat, dT/dx, sehingga,
E= S(x , T)dT/dx.................................................(2.7)
Dimana S(x,T) adalah koefesien seebeck, dan diketahui beda potensial antara
kedua ujung logam E= dV/dx, sehingga,
dV=S(x,T)dT.......................................................(2.8)
Nilai tegangan listrik yang dihasilkan oleh termokopel tidak bergantung pada
panjang kawat maupun diameter kawat, melainkan bergantung pada bahan dari
logamnya sendiri dan perbedaan suhu antara kedua sambungan (Tippler, 2001)

2.7 Prinsip Kerja Termokopel


Prinsip kerja yang terjadi pada termokopel ialah dilakukan penggabungan
dua ujung-ujung kawat logam (yang dilas) lalu pada titik sambungan tersebut
diberikan sebuah sumber panas untuk menaikkan suhu pada ujung sambungan
7
kawat tersebut.Titik sambungan ujung kawat ini sering disebut dengan hot
junction. Setiap jenis logam apabila dipanaskan pada temperatur tertentu akan
menghasilkan tegangan(beda potensial) yang berbeda-beda. Artinya apabila suatu
kawat konduktor I dipanaskan pada suhu yang sama, kawat konduktor I akan
memiliki tegangan yang berbeda dengan kawat konduktor jenis II, sehingga
terjadi suatu perbedaan tegangan yang dapat diukur. Berikut diberikan gambar
penampang termokopel di bawah ini

Gambar 2.3 Prinsip Kerja Termokopel


Apabila sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya, maka
elektron-elektron yang terdapat pada ujung logam tersebut akan bergerak dan
saling mendesak bertumbukan, sehingga nantinya akan bergerak ke arah ujung
logam yang tidak dipanaskan. Elektron-elektron bergerak, akan membentuk suatu
kerumunan dalam suatu daerah yang disebut daerah kerapatan electron. Kerapatan
electron untuk setiap jenis bahan logam berbeda-beda, Elektron lebih nyaman
berada pada daerah dengan kepadatan elekron yang rendah dari pada kepadatan
tinggi, oleh sebab itu electron akan senantiasa bergerak dari batang logam yang
memiliki kepadatan electron tinggi ke batang yang kepadatannya rendah.
Sehingga hal tersebut akan memicu terjadinya perbedaan tegangan antar ujung-
ujung logam yang dipanaskan. Beda tegangan ini memiliki hubungan yang linier
dengan perubahan arus yang membentuk suatu gaya electromagnet (termolistrik).
Besaran amper dari arus listrik yang ditimbulkan oleh ujung-ujung logam tersebut
akan dapat dikonversikan dalam besaran temperatur yang ditunjukkan oleh
termokopel (Fredman, 2000)

2.8 Jenis-jenis Termokopel


Jenis-jenis termokopel antara lain :

8
Tipe K, materialnya yaitu chromel/alumel dengan rentang suhu -200 oC
hingga +200 oC, termokopel ini dimanfaatkan untuk tujuan umum dan
harganya lebih murah

Tipe E, materialnya chromel/constantan dengan rentang suhu -200 oC


hingga +1000 oC, dan cocok digunakan pada suhu rendah

Tipe J, materialnya Iron/constantan, dengan rentang suhu -40 oC hingga


+750 oC

Tipe N, materialnya Nicrosil/Nisil dengan rentang suhu -200 oC hingga


+1300 oC memiliki tahan yang tinggi terhadap oksidasi dan sangat cocok
untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa menggunakan platinum.

Tipe B, materialnya platinum rhodium dengan rentang suhu 0 oC hingga


+1800 oC, tidak dapat dipakai dibawah suhu 50 oC

Tipe R, materialnya platinum 7 %


rhodium dengan rentang suhu 0 oC
hingga +1600 oC, tipe ini harganya mahal.

Tipe S, materialnya platinum dan 10% rhodium, dengan rentang suhu 0 oC


hingga +1600 oCdigunakan untuk mengukur titik leleh emas

Tiper T, Termokopel yang materialnya copper/constantan dengan rentang


suhu -200 oC hingga +400 oC digunakan sebagai alternatif sejak penelitian
kawat tembaga.

(Serway, 2004)

9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat alat dan bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Amplifier (Amp) satu buah, Voltmeter (V) satu buah, Termokopel dua set,
Termometer satu buah, Statip dengan kelengkapannya satu set, dan kompor
listrik satu buah, serta Potongan es batu secukupnya

3.2 Langkah Kerja

Gambar 3.1 Skema Alat Termokopel


Dirangkai alat seperti gambar 3.1, sebelum dihibungkan dengan tegangan
240 V dipastikan switch pada amplifier harus pada kedudukan: switch 1 di
posisi off nol, switch 2 di posisi 30 mV, switch 3 di posisi 0, switch 5 diposisi
Short-circuit, output 4 sudah dihubungkan dengan Voltmeter, setelah amplifier
dihubungkan dengan PLN, diubah switch 1 pada posisi on dan 5 menit kemudian
diputar switch 2 ke kiri berturut-turut ke penunjukkan 10, 3,1 dan seterusnya
sampai jarum penunjukkan voltmeter bergerak. Dijaga harga penunjukkan
voltmeter tetap nol setiap diputar switch 2 dengan jalan diatur knop 7.diputar
switch 5 ke posisi tertentu dan dicatat penunjukkan voltmeter dan suhu ruangan.
Dimana harga beda potensial sebanding dengan suhu ruang. dicatat penunjukan
voltmeter dan suhu ruangan. Dimana harga beda potensial sebanding dengan suhu

10
ruang. dicatat penunjukan voltmeter dan temperature referensi 0 oC (bila
memungkinkan), 10oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, 80oC, dan 90oC, dengan tanpa
dirubah ke posisi switch 2. Diulangi langkah percobaan di atas untuk termokopel
yang lain.

11
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Dari percobaan termokopel yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai


berikut :

Tabel 4.1 Data hasil percobaan peningkatan dan penurunan suhu pada termokopel
1

No Suhu( oC) Tegangan (mV)


1 10 -1
2 20 -0.5
3 30 0.1
4 40 0.7
5 50 1.4
6 60 2.1
7 70 2.8
8 80 3.6
9 70 2.4
10 60 1.6
11 50 1.2
12 40 0
13 30 -0.2
14 20 -0.5
15 10 -0.9

Tabel 4.2 Data hasil percobaan peningkatan dan penurunan suhu pada termokopel
2

Suhu
No. (oC) Tegangan (mV)
1 10 -1.3
2 20 -0.6
12
3 30 0.1
4 40 0.9
5 50 1.6
6 60 2.4
7 70 3.2
8 80 4.1
9 70 3.1
10 60 2
11 50 1.4
12 40 0.7
13 30 0
14 20 -0.7
15 10 -1

Tabel 4.3 Rata-rata kenaikan suhu pada termokopel satu

10 oC -0.95 mV
20 oC -0.5 mV
30 oC -0.05 mV
40 oC 0.35 mV
50 oC 1.3 mV
60 oC 1.85 mV
70 oC 2.6 mV
80 oC 3.6 mV

Tabel 4.4 Rata-rata kenaikan suhu pada termokopel dua

10 oC -1.15 mV
20 oC -0.65 mV
30 oC 0.05 mV
40 oC 0.8 mV
50 oC 1.5 mV
60 oC 2.2 mV
70 oC 3.15 mV
80 oC 4.1 mV

13
4.2 Grafik
Dari data yang diperoleh dalam analisa data diatas diperoleh grafik regresi
sebagai berikut :

Grafik 4.1 Tegangan karena peningkatan suhu termokopel 1

Grafik 4.2 Tegangan karena penurunan suhu pada termokopel 1

14
Grafik 4.3 Tegangan karena peningkatan pada suhu termokopel ke 2

Grafik 4.4 Tegangan karena penurunan pada suhu termokopel ke 2

15
Grafik 4.5 Grafik hubungan tegangan dan suhu pada termokopel 1

Grafik 4.6 Hubungan tegangan dan suhu pada termokopel 2

16
4.3 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan termokopel (P3) yang bertujuan untuk
menentukan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep
tersebut. Pada percobaan termokopel ini digunakan sebuah alat antara lain
termokopel dua set, termometer satu buah, statip satu set, kompor listrik satu buah,
gelas beker satu buah, multimeter satu buah dan beberapa potongan es batu yang
akan digunakan untuk penurunan suhu pada temokopel. Alat-alat tersebut
memiliki fungsi masing-masing yaitu statip berfungsi sebagai pengait termometer
dan silinder plastik sebagai tempat logam tepat jatuh ke dalam gelas beker,
potongan es batu berfungsi sebagai penurunan suhu, kompor listrik berfungsi
untuk penaikan suhu, termometer befungsi sebagai pengukur suhu, multimeter
berfungsi sebagai alat pengukur tegangan, dan gelas beker sebagai tempat air.
Dalam pengukuran tegangan tidak menggunakan voltmeter dan amplifier
berfungsi untuk menyeimbangkan tegangan. Dalam percobaan ini tidak digunakan
voltmeter maupun amplifier karena tegangan yang akan dihitung pada percobaan
ini kecil jadi tidak memerlukan kedua alat tersebut sebagai pengukurnya,
melainkan menggunakan multimeter untuk menghitung tegangan dengan ukuran
kecil yaitu dengan ukuran mikrovolt(mV).

Percobaan Termokopel ini berdasarkan konsep temperatur yang dimana


berdasarkan hukum termodinamika ke Nol. Konsep ini menjelaskan bahwa pada
logam yang suhunya tinggi akan menuju ke logam yang suhunya rendah dan
sehingga kesetimbangan termal yang suhunya sama dan akan terjadi tumbukan
elektron-elektron yang awalnya diam dan hanya bergetar dan saling menumbuk
sehingga timbulah arus listrik yang menghasilkan beda potensial (tegangan) yang
terukur pada multimeter. Sesuai prinsip kerja termokopel yaitu yang terjadi pada
termokopel ialah dilakukan penggabungan dua ujung-ujung kawat logam (yang
dilas) lalu pada titik sambungan tersebut diberikan sebuah sumber panas untuk
menaikkan suhu pada ujung sambungan kawat tersebut.Titik sambungan ujung
kawat ini sering disebut dengan hot junction. Setiap jenis logam apabila
dipanaskan pada temperatur tertentu akan menghasilkan tegangan(beda potensial)
17
yang berbeda-beda. Artinya apabila suatu kawat konduktor I dipanaskan pada
suhu yang sama, kawat konduktor I akan memiliki tegangan yang berbeda dengan
kawat konduktor jenis II, sehingga terjadi suatu perbedaan tegangan yang dapat
diukur. Pada percobaan ini dilakukan variasi suhu yaitu dari 10 oC-80 oC dan
kemudian sebaliknya menurunkan dari suhu 80 oC ke 10 oC.Pada saat menaikkan
suhu letakkan gelas beker yang telah diisi air dengan termometer yang tercelup di
air sebagai pengukur suhunya dan dicatat teganganya setiap kenaikan 10 oC, dan
untuk penurunan suhu air, dimasukkan gelas beker ke dalam gayung yang berisi
beberapa potongan es batu. Es batu tidak langsung dimasukkan ke dalam beker
gelas agar volume air es tidak berubah sehingga tidak mempengaruhi tegangan
pada multimeter.

Dan berdasarkan pada data hasil percobaan didapatkan grafik yang linier
pada percobaan termokopel 1 dan grafik yang berkelok pada termokopel ke 2 baik
secara penaikan suhu dan penurunan suhu. Hal tersebut dikarenakan adanya aliran
panas yang mengalir pada kawat konduksi yang dipanaskan yang dimana aliran
tersebut menuju ujung yang lebih dingin karena adanya perbedaan suhu yang
besar dan menghasilkan gaya listrik yang besar pula. Medan Listrik yang terjadi
karena gradien suhu yang disebut gejala Seeback. Dari hasil grafik dapat diketahui
nilai koefisien dari seeback untuk termokopel 1 dan 2, untuk termokopel 1 dan 2
konstanta seebacknya yaitu 64 Mv/ oC dan 74 Mv/ oC. Berdasarkan konstanta
tersebut dapat diketahui yaitu termokopel tersbut adalah tipe E.

Kendala yang dialami yaitu terdapat kesulitan ketika akan menurunkan


suhu dimana kita tidak boleh sembarangan menambah potongan es batu ke dalam
gayung karena akan mempengaruhi penambahan volume air yang berpengaruh
pada tegangan di multimeter sedangkan suhunya pun tidak kunjung turun.

18
BAB V
KESIMPULAN

Setelah percobaan dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Pada konsep temperatur yaitu pada termokopel ini menggunakan dua


termokopel yang dimana memiliki temperatur yang berbeda maka akan
terbentuk aliran energi yang mengalir daari suhu yang sangat panas ke
rendah dan akhirnya akan tercapai kesetimbangan termal yang dimana
kesetimbangan termal merupakan konstanta dari suatu benda yang
mempunyai jenis yang berbeda untuk menghantarkan panas dan terjadilah
tumbukan-tumbukan elektron yang menghasilkan beda potensial.

Dari jenis-jenis termokopel yang telah diterangkan di dasar teori dan


berdasarkan analisa data terbukti bahwa termokopel yang digunakan
termokopel jenis tipe E

Mengetahui tegangan dari penurunan dan penaikan suhu.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fredman, Y. &. (2000). Physics for University. USA: John Willey & Sons inc.

Giancoli. (2000). Physics for Scientist and Engineering. USA: John Willey &
Sons.inc.

Resnick, H. (1996). Fundamental of Physics. USA: John Willey & Sons inc.

Serway. (2004). College physics. USA: John Willey&Sons.inc.

Tippler. (2001). College Physics. New York: John Willey& Sons.inc.

Zemansky, S. (1970). Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

20

You might also like