Professional Documents
Culture Documents
1413100109
JURUSAN KIMIA
SURABAYA
2014
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan termokopel ini yang bertujuan untuk
menjelaskan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep
temperatur. Dalam percobaan termokopel ini alat yang akan digunakan antara lain
termokopel dua set, statip satu set, termometer satu buah, metramax multimeter
satu buah, gelas beker satu buah, kompor listrik satu buah, dan beberapa potongan
es batu yang telah disediakan. Pada percobaan ini diukur tegangan dengan variasi
suhu dari 10oC-80oC yang bertujuan untuk menguatkan bukti dari data yang telah
diperoleh dan dengan melihat tegangan yang dihasilkan setiap kenaikan suhu
10oC pada multimeter. Percobaan ini menggunakan prinsip hukum ke nol
termodinamika yang berbunyi benda yang dipanaskan pada sisi ujung akan
mempengaruhi sisi ujung lainya yang akan membentuk kesetimbangan termal.
Percobaan dilakukan dengan dua buah termokopel dimana pada termokopel satu
dan termokopel 2 dilakukan variasi kenaikan suhu dan penurunan suhu.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil bahwa tegangan seeback pada
kawat logam berbanding lurus dengan medan listrik pada gradien suhu kawat.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................... 2
DASAR TEORI ....................................................................................................................... 2
2.1 Termokopel ......................................................................................................... 2
2.2 Temperatur ......................................................................................................... 3
2.3 Arus ..................................................................................................................... 4
2.4 Medan Magnet ................................................................................................... 5
2.5 Gejala Seeback .................................................................................................... 6
2.6 Konduksi Logam .................................................................................................. 7
2.7 Prinsip Kerja Termokopel .................................................................................... 7
2.8 Jenis-jenis Termokopel........................................................................................ 8
BAB III ................................................................................................................................ 10
METODOLOGI PERCOBAAN .............................................................................................. 10
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................. 10
3.2 Langkah Kerja .................................................................................................... 10
BAB IV................................................................................................................................ 12
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 12
4.1 Analisa Data ...................................................................................................... 12
4.2 Grafik ................................................................................................................. 14
4.3 Pembahasan ...................................................................................................... 17
BAB V................................................................................................................................. 19
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Permasalahan pada praktikum ini adalah bagaimana cara menjelaskan
konsep temperatur pada logam dan untuk menera Termokopel dari temperature
pada logam tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menjelaskan konsep temperatur
pada logam dan untuk menera Termokopel dari temperature pada logam
tersebut.
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Termokopel
Thermokopel merupakan kependekan dari thermo-electric couple.
Thermokopel (termoelektrik) merupakan penemuan yang ditemukan pada tahun
1821 oleh T.J Seebeck. T.J Seebeck menggunakan dua kawat tembaga dan
menghubungkannya pada plat bismuth. Ujung-ujung kawat tersebut diberikan
suatu panas yang tujuannya adalah menaikkan temperatur pada kawat sehinnga
timbul pergerakan arus listrik. Thermokopel adalah sebuah sensor suhu yang
digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan
beda potensial(voltase). Thermokopel merupakan transduser aktif suhu yang
dirangkai dari dua buah logam berbeda dengan titik pembacaan pada penemuan
kedua logam(sambungan) dan titik yang lainnya sebagai outputnya.
Thermokopel merupakan salah satu sensor besaran suhu yang terdiri dari
sepasang kawat yang terbuat dari bahan yang berbeda. Kedua kawat tersebut
disambung pada salah satu ujungnya sementara ujung yang lain disambungkan ke
alat ukur tegangan melalui kawat tembaga .
(Giancoli, 2000)
2
2.2 Temperatur
Konsep suhu (teperatur) berakar dari ide kualitatif panas dan dingin
yang berdasarkan pada indera sentuhan kita. Suatu benda yang terasa panas
umumnya memiliki suhu yang lebih tinggi daripada benda serupa dingin. Hal ini
tidak cukup jelas, dan indera dapat terkelabui. Tetapi banyak sifat benda yang
dapat diukur tergantung pada suhu. Panjang batang logam, tekanan uap dalam
boiler, kemampuan suatu kawat mengalirkan listrik, dan warna suatu benda panas
yang berpendar-semua tergantung pada suhu
Dua buah benda dengan suhu awal yang berbeda, jika di tempatkan di
suatu tempat yang sama maka lama kelamaan suhu akhir dari kedua objek tersebut
akan sama. Jika dua buah objek yang berbeda di dekatkan satu sama lain maka
dapat terjadi interaksi antara keduanya tapi tidak terjadi interaksi dengan
lingkungannya. Jika kedua objek tersebut mempunyai suhu yang berbeda maka
karena kedua objek tersebut berinteraksi satu sama lain maka pada akhirnya suhu
dari kedua objek tersebut menjadi sama. Interkasi antara dua objek dengan suhu
awal yang berbeda ini disebut dengan interaksi termal, sedangkan perubahan suhu
kedua objek saat di dekatkan satu sama lain sehingga menghasilkan suhu yang
sam apada akhirnya disebut dengan kesetimbangann termal. Pada proses
tercapainya kesetimbangan termal juga terjadi suatu perpindahan energi.
3
(Fredman, 2000)
2.3 Arus
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang melewati suatu
penghantar selama satuan waktu. Bila aliran muatan listrik per satuan waktu
konstan, maka arus listrik memiliki persamaan
i = q/t.....................................................................................................(2.1)
satuan SI untuk arus listrik adalah Ampere (A), muatan q adalah Coulomb, dan
waktu t adalah detik. Apabila banyaknya muatan per satuan waktu yang mengalir
tidak konstan, maka arus akan berubah seiring perubahan waktu yang diberikan
oleh limit diferensial dari persamaan 2.1, menjadi
i = dq/dt..................................................................................................(2.2)
q = = ......................................................................................................(2.3)
(Resnick, 1996)
Setiap magnet memiliki dua kutub yang berlawanan. Salah satu kutub dinamai
kutub utara dan kutub lainnya dinamai kutub selatan. Dinamakan kutub utara
karena kutub tersebut akan mengarah ke kutub utara geografi bumi. Sebaliknya,
kutub selatan cenderung mengarah ke kutub selatan geografi bumi.
Dua kutub magnet yang didekatkan akan saling melakukan gaya. Sifat gaya antar
kutub magnet sebagai berikut
Besarnya gaya tarik atau gaya tolak antar dua kutub berbanding lurus dengan
kekuatan masing-masing kutub dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antar dua kutub.
Seperti pada definisi medan listrik, kita juga mendefinisikan medan magnet. Di
sekitar suatu:
di sekitar kutub
Garis gaya listrik dilukiskan keluar dari muatan positif dan masuk pada muatan
negatif. Untuk mendapatkan kemudahan yang sama, maka diperkenalkan juga
konsep garis gaya pada magnet, yaitu ;
5
1. Garis gaya magnet dilukiskan keluar dari kutub utara dan masuk di kutub
selatan.
2. Kerapatan garis gaya per satuan luas di suatu titik menggunakan
titik tersebut.
3. Kerapatan garis gaya terbesar diamati di kutub magnet. Ini berarti medan
magnet paling kuat di daerah kutu
Makin jauh dari kutub maka makin kecil kerapatan garis gaya. Ini berarti makin
jauh darikutub maka makin lemah medan magnet (Resnick, 1996)
T1 T2
Medan listrik (E) yang terjadi akibat gradien suhu disebut gejala Seebeck.
Medan listrik yang terjadi berbanding lurus dengan gradien suhu kawat (T/x),
sehingga dapat dituliskan,
6
E = S(x, T) ....(2.6)
dimana S(x,T) adalah koefisien Seebeck, adalah perbedaan suhu dan E adalah
medan listrik (Zemansky, 1970)
8
Tipe K, materialnya yaitu chromel/alumel dengan rentang suhu -200 oC
hingga +200 oC, termokopel ini dimanfaatkan untuk tujuan umum dan
harganya lebih murah
(Serway, 2004)
9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
10
ruang. dicatat penunjukan voltmeter dan temperature referensi 0 oC (bila
memungkinkan), 10oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, 80oC, dan 90oC, dengan tanpa
dirubah ke posisi switch 2. Diulangi langkah percobaan di atas untuk termokopel
yang lain.
11
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Data hasil percobaan peningkatan dan penurunan suhu pada termokopel
1
Tabel 4.2 Data hasil percobaan peningkatan dan penurunan suhu pada termokopel
2
Suhu
No. (oC) Tegangan (mV)
1 10 -1.3
2 20 -0.6
12
3 30 0.1
4 40 0.9
5 50 1.6
6 60 2.4
7 70 3.2
8 80 4.1
9 70 3.1
10 60 2
11 50 1.4
12 40 0.7
13 30 0
14 20 -0.7
15 10 -1
10 oC -0.95 mV
20 oC -0.5 mV
30 oC -0.05 mV
40 oC 0.35 mV
50 oC 1.3 mV
60 oC 1.85 mV
70 oC 2.6 mV
80 oC 3.6 mV
10 oC -1.15 mV
20 oC -0.65 mV
30 oC 0.05 mV
40 oC 0.8 mV
50 oC 1.5 mV
60 oC 2.2 mV
70 oC 3.15 mV
80 oC 4.1 mV
13
4.2 Grafik
Dari data yang diperoleh dalam analisa data diatas diperoleh grafik regresi
sebagai berikut :
14
Grafik 4.3 Tegangan karena peningkatan pada suhu termokopel ke 2
15
Grafik 4.5 Grafik hubungan tegangan dan suhu pada termokopel 1
16
4.3 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan termokopel (P3) yang bertujuan untuk
menentukan konsep temperatur pada logam dan menera termokopel dari konsep
tersebut. Pada percobaan termokopel ini digunakan sebuah alat antara lain
termokopel dua set, termometer satu buah, statip satu set, kompor listrik satu buah,
gelas beker satu buah, multimeter satu buah dan beberapa potongan es batu yang
akan digunakan untuk penurunan suhu pada temokopel. Alat-alat tersebut
memiliki fungsi masing-masing yaitu statip berfungsi sebagai pengait termometer
dan silinder plastik sebagai tempat logam tepat jatuh ke dalam gelas beker,
potongan es batu berfungsi sebagai penurunan suhu, kompor listrik berfungsi
untuk penaikan suhu, termometer befungsi sebagai pengukur suhu, multimeter
berfungsi sebagai alat pengukur tegangan, dan gelas beker sebagai tempat air.
Dalam pengukuran tegangan tidak menggunakan voltmeter dan amplifier
berfungsi untuk menyeimbangkan tegangan. Dalam percobaan ini tidak digunakan
voltmeter maupun amplifier karena tegangan yang akan dihitung pada percobaan
ini kecil jadi tidak memerlukan kedua alat tersebut sebagai pengukurnya,
melainkan menggunakan multimeter untuk menghitung tegangan dengan ukuran
kecil yaitu dengan ukuran mikrovolt(mV).
Dan berdasarkan pada data hasil percobaan didapatkan grafik yang linier
pada percobaan termokopel 1 dan grafik yang berkelok pada termokopel ke 2 baik
secara penaikan suhu dan penurunan suhu. Hal tersebut dikarenakan adanya aliran
panas yang mengalir pada kawat konduksi yang dipanaskan yang dimana aliran
tersebut menuju ujung yang lebih dingin karena adanya perbedaan suhu yang
besar dan menghasilkan gaya listrik yang besar pula. Medan Listrik yang terjadi
karena gradien suhu yang disebut gejala Seeback. Dari hasil grafik dapat diketahui
nilai koefisien dari seeback untuk termokopel 1 dan 2, untuk termokopel 1 dan 2
konstanta seebacknya yaitu 64 Mv/ oC dan 74 Mv/ oC. Berdasarkan konstanta
tersebut dapat diketahui yaitu termokopel tersbut adalah tipe E.
18
BAB V
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Fredman, Y. &. (2000). Physics for University. USA: John Willey & Sons inc.
Giancoli. (2000). Physics for Scientist and Engineering. USA: John Willey &
Sons.inc.
Resnick, H. (1996). Fundamental of Physics. USA: John Willey & Sons inc.
20