You are on page 1of 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker payudara (Carsinoma Mammae) salah satu kanker yang sering di alami wanita di
seluruh negara,terutama negara berkembang dan masih berperan sebagai penyebab kematian pada
wanita masa pertengahan.

Di Amerika serikat tahun 2005, ditemukan kasus baru berkisar 212.390 kasus dan sekitar
40.870 meninggal (Zager SJ et al,2006). Di Eropa tahun 2006 ditemukan 429.900 kasus baru
dengan proporsi sekitar 13,5% dari keseluruhan penderita kanker yang baru Sedangkan di
Indonesia kanker payudara merupakan kedua tertinggi setelah kanker leher rahim dengan insiden
relatif sebesar 12,6% menurut data dari Pathology Based Cancer Registries dengan ASCAR (Age
Standarize Cancer Ratio) sebesar 17,46% dan diperkirakan di Indonesia akan dijumpai minimal
20 ribu kasus baru tiap tahunnya.

Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan karena etiologi yang belum jelas
dan banyaknya faktor pendukung dan terutama minimnya pengetahuan masyarakat sendiri
mengenai penyakit ini, mengakibatkan penderita datang dalam keadaan stadium lanjut, hal ini juga
mungkin disebabkan karena kurangnya informasi, letak geografis, pendidikan, banyaknya iklan
yang menerangkan pengobatan alternatif serta kurangnya alat diagnosis seperti mammografi, USG
maupun dari segi keterampilan tenaga medis dalam mendiagnosis keganasan payudara. Jumlah
kanker payudara di Indonesia di dapatkan kurang lebih 23.140 kasus baru setiap tahun(200 juta
populasi). Pada penelitian Muchlis Ramli dkk di RSCM, per tahun mendapatkan stadium IIIA &
IIIB sebanyak 43,4% dan stadium IV sebanyak 14,3% yang merupakan stadium lanjut, berbeda
dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak pada stadium dini.

Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani. An-tidak, tanpa dan aesthesos,
persepsi, kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh (Wikipedia, 2008). Istilah Anestesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendell
Holmes pada tahun 1948 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara,
2

karena anestesi adalah pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.
Sedangkan Analgesia adalah tindakan pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran pasien (Latief, dkk, 2001).

Anestesi umum adalah suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi. Rees dan Gray membagi
anestesi umum menjadi tiga komponen yaitu hipnotika, anelgesia dan relaksasi. Ketiga komponen
anestesia ini sering disebut dengan trias anestesia. Untuk mencapai ketiga kondisi trias anestesi
dapat dilakukan dengan menggunakan obat anestesi tunggal seperti eter, atau dengan
mengkombinasikan beberapa jenis obat anestesi. Kombinasi obat-obat yang dipakai juga dapat
bervariasi dari obat-obat anestesi inhalasi sampai penggunaan obat-obat anestesi intravena.

Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama narkose umum
(NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang
bersifat reversibel (Miharja, 2009). Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi
besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang, misalnya pada
kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan lain-lain (Joomla,
2008).

Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, dan
membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama penggunaan anestesi juga
diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital
melakukan fungsinya selama operasi dilakukan (Joomla, 2008).
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mammae

Dalam embrio manusia, payudara dikenal sebagai Milk Streak terjadi pembentukan pada
minggu ke enam dalam fetus. Payudara terletak pada hemithoraks kanan & kiri dengan batas-batas
sebagai berikut :

Superior : Iga II atau III


Inferior : Iga VI atau VII
Medial : Pinggir Sternum
Lateral : Garis axillaris anterior sampai ke media

Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan
posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga.

2.2 Definisi Karsinoma Mammae

Karsinoma mammae merupakan tumor ganas paling sering ditemukan pada wanita. Di
Eropa Barat, Amerika Utara dan negara maju lainnya, insiden karsinoma mammae menempati
posisi pertama dari kanker kaum wanita. Menurut statistik setiap tahun di RRC terdapat 40.000
lebih wanita meninggal karenanya, maka kanker mammae telah menjadi salah satu penyakit serius
yang mengacam jiwa wanita negara kita.

2.3 Epidemiologi
Variasi geografis
Studi epidemiologi menunjukkan perbedaan geografis insiden karsinoma mammae tidak
sepenuhnya berkaitan dengan suseptibilitas genetik, tapi juga dipengaruhi faktor lingkungan,
tertutama lingkungan hidup masa dini.
Variasi jenis kelamin
4

Penyakit ini terutama mengenai wanita, kanker mammae pria hanya sekitar 1% dari kanker
mammae
Variasi Usia
Penderita terbanyak adalah usia 45-49 tahun (25,2%), di susul pada usia 40-44 tahun
(15,8%), dan 54-59 tahun (15,6%).

2.4 Etiologi
Etiologi kanker mammae masih belum jelas, tapi data menunjukkan terdapat kaitan erat
dengan faktor berikut :

1. Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mammae


2. Reproduksi
Usia menarke kecil
Henti haid lanjut dan siklus haid pendek
Tidak menikah
Partus pertama usia >30 tahun
Dan setelah partus belum menyusui
3. Kelainan kelenjar mammae
4. Penggunaan obat di masa lalu
5. Radiasi pegion
6. Diet dan gizi

2.5 Klasifikasi
1. Non invasive carcinoma
a. Ductal Carsinoma In Situ (DCIS) yaitu sel kanker yang telah terbentuk dalam
saluran dan belum menyebar, semakin lama saluran akan tersumbat dan bertambah
besar.
b. Lobular Carsinoma In Situ (LCIS) yang bermula dari kelenjar yang memproduksi
air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
5

2. Invasive Carsinoma
a. Pagets disease dari papilla mammae seringnya muncul sebagai erupsi ekstrem
kronik dari papilla mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi atau halus.
b. Invasive Ductal Carsinoma juga disebut adenocarsinoma with productive fibrosis,
kanker ini ditemukan 80% dari kanker payudara, 60% bermetastasis ke kelenjar
getah bening.
c. Invasive Lobular Carsinoma, pertumbuhannya tersembunyi sulit untuk
terindentifikasi.
3. Angklosarcoma yaitu berasal dari pembuluh darah limf yang kadang timbul 5-10
tahun setelah radioterapi pascamasektomi keganasan payudara.

2.6 Manifestasi Klinis


1. Masa Tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak nyeri, sering kali
ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan dikuadran lateral atas. Umumnya lesi
soliter. Konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada
stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding thoraks). Massa cenderung membesar bertahap, dalam
beberapa bulan besar secara jelas.
2. Perubahan Kulit
a. Tanda lesung
b. Perubahan kulit jeruk (peau dorange)
c. Nodul satelit kulit
d. Invasi, ulserasi kulit
e. Perubahan inflamatorik

3. Perubahan Pappila Mammae


a. Retraksi
b. Sekret papilar (umumnya sanguineus)
c. Perubahan eksematoid

4. Pembesaran Kelenjar Limfe Regional


6

2.7 Diagnosis
2.7.1 Diagnosis

1. Anamnesis

Harus mencakup status haid, perkawinan, partus laktasi, dan riwayat kelainan mammae
sebelumnya, riwayat keluarga kanker, fungsi kelenjar tiroid, penyakit ginekologik, dll. Dalam
riwayat sekarang terutama harus perhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan
hubungan dengan haid.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi. Amati ukuran, simetris kedua mammae, perhatikan apakah adalah benjolan
tumor atau perubahan patologik kulit (misalnya cekungan, kemerahan udem, erosi,
nodul, satelit, dll). Perhatikan kedua mammae apakah simetris, ada retraksi, distorsi, erosi
dan kelainan lain.
b.Palpasi. Umumnya dalam posisi baring, juga dapat kombinasi duduk dan baring. Waktu
pemeriksaan rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari berlawanan arah jarum
jam palpasi lembut, dilarang meremas mamae, kemudian dengan lembut pijat areola
mammae, papilla mammae, lihat apakah keluar sektret.

3. Pemeriksaan penunjang
Mamografi
USG
MRI mammae
Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan histologik
Pemeriksaan biopsi

2.7.2 Diagnosa Banding

Fibroadenoma mammae
7

Sering timbul pada wanita muda, tersering usia 18-25 tahun. riwayat penyakit ini
panjang, progresi lambat. Tumor berbentuk buat dan lonjong, konsistensi sedang,
permukaan licin, mobilitas baik.
Hiperplasia kistik kelenjar mammae
Umumnya pada wanita setengah baya dan sering berkaitan dengan haid. Beberapa
hari sebelum haid mulai terasa kencang nyeri, setelah haid rasa kencang nyeri
hilang dan tumor menyusut.
Tumor papiliform intraduktal
Gejala utama berupa sektret papilla mammae (paling sering cairan berwarna merah
gelap), ini disebabkan tumor disertai infeksi peradangan mengalami rembesan
darah.

2.8 Klasifikasi Stadium


8

2.9 Terapi

2.10 Prognosis

Stadium O : 95%
Stadium I : 88%
Stadium II : 66%
Stadium III : 36%
Stadium IV : 7%

2.11 Anatomi Jalan Nafas

Keberhasilan intubasi memerlukan pengetahuan yang baik tentang anatomi jalan nafas.
Ada dua jalur jalan nafas, yaitu hidung yang melanjut sebagai nasofaring dan mulut yang melanjut
sebagai orofaring. Kedua jalur tersebut terpisah di anterior oleh palatum, namun mereka bergabung
di posterior dalam faring (Gambar 1). Faring membentang dari basis cranii sampai tulang rawan
krikoid dan esofagus, lalu dibagi menjadi nasofaring, orofaring, dan laringofaring yang dikelilingi
9

oleh jaringan fibromuskular. Pada dasar lidah, epiglottis secara fungsional memisahkan laring
dengan trakea, serta hipofaring dengan esofagus.

Gambar 1. Anatomi Jalan Nafas

Epiglottis berfungsi mencegah aspirasi dengan menutupi glottis (pintu masuk laring) saat
menelan. Laring adalah kumpulan tulang rawan yang dibentuk bersama ligamentum dan otot.
Laring terdiri dari sembilan tulang rawan yaitu tiroid, krikoid, sepasang aritenoid, sepasang
kornikulata, dan sepasang kuneiformis. Laring pada dewasa berada setinggi segmen servikal 36
berfungsi untuk memodulasi suara dan memisahkan trakea dari esofagus saat menelan. Pada pria
panjang laring sekitar 45 mm dan memiliki diameter sekitar 35 mm, sedangkan pada wanita
memiliki panjang sekitar 35 mm dan berdiameter sekitar 25 mm.

Ligamentum tiroaritenoid membentuk pita suara (plica vocalis) dan merupakan jalan nafas
tersempit pada dewasa, namun pada bayi trakea merupakan jalan nafas tersempit.4 Celah antara
kedua pita suara disebut rima glottis dengan panjang antero-posterior pria sekitar 23 mm dan
sekitar 17 mm pada wanita, sedangkan lebar sekitar 69 mm dan dapat memanjang hingga 12 mm,
sehingga dapat disimpulkan pembukaan glottis dewasa adalah sekitar 610 mm.

Trakea membentang dari tepi bawah tulang rawan krikoid setinggi vertebra servikal 6
hingga percabangan karina setinggi vertebra torakalis 5 (antara vertebra torakalis 4 dan 5). Trakea
dibentuk oleh 1620 cincin tulang rawan hialin dan pada bagian posterior dibentuk oleh jaringan
otot. Panjang trakea sekitar 1012 cm. Pada dewasa lumennya berdiameter 2,5 cm, sedangkan
10

pada bayi kurang dari 3 mm. Pasokan sensorik ke saluran nafas bagian atas berasal dari sarafsaraf
kranial. Membran mukosa hidung mendapat persarafan dari cabang saraf oftalmikus. Saraf
palatinus mendapatkan aliran sensoris dari cabang trigeminal pada permukaan superior dan
inferior palatum durum dan mole. Saraf lingualis (cabang dari saraf maxillaris) dan saraf
glossofaryngeus mendapatkan sensasi dari duapertiga lidah depan dan sepertiga lidah belakang.
Saraf glossofaryngeus juga menginervasi atap faring, tonsil, dan permukaan bawah palatum mole.
Saraf vagus (X) memberi persarafan sensoris jalan nafas dibawah epiglotis. Saraf laryngeus
superior dibagi menjadi saraf laringeal eksternal (motorik) dan internal (sensorik) yang mendapat
rangsang sensoris dari laring antara epiglotis dan pita suara. Cabang saraf vagus yang lain adalah
saraf reccuren laryngeus, menginervasi laring dibawah pita suara.

Otototot di laring disarafi oleh saraf reccuren laryngeus kecuali otot krikotiroid yang
disarafi oleh saraf laryngeus eksternal (motorik), yang merupakan cabang saraf laryngeus superior.
Otot krikoaritenoid posterior mengabduksi pita suara, sedangkan otot krikoaritenoid lateral
merupakan aduktor utama. Fonasi melibatkan aksi simultan yang kompleks oleh berbagai otot
laring. Cedera pada saraf motorik yang menginervasi laring menyebabkan beragam kelainan
wicara.

2.12 ANESTESI

Gambar 2. Tahap-Tahap Anestesi


11

Anestesi cair yang menguap:

Halotan
Halotan digunakan secara ekstensif dalam anestesia anak karena
ketidakmampuannya menginduksi inhalasi secara cepat dan status asmatikus yang
refraktur. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit intrakranial
Isofluran
Keadaan kardeiovaskular stabil, tidak bersifat aritmogenik, tekanan ntrakranial
tidak meningkat, bronkodilator. Sedangkan kerugiannya adalah Iritasi jalan napas
sedang
Enfluran
Secara klinis, enfluran merupakan bronkodilator yang baik, respons kardiovaskular
stabil, kecenderungan aritmia jantung minimal, dan tidak mengiritasi saluran napas.
Sedangkan kerugiannya adalah Enfluran mempunyai potensi aktivitas kejang.
Kontraindikasi pada pasien dengan tekanan intrakranial yang meningkat disertai
dengan gangguan patologik intrakranial
Sevofluran
Sevofluran merupakan fluorokarbon dengan bau yang tidak begitu menyengat, dan
tidak begitu mengiritasi saluran napas, serta absorpsinya cepat. Indikasi klinik:
sebagai anestesi umum untuk melewati stadium 2 dan untuk pemeliharaan umum.

Anestesi intravena:

1. Golongan barbiturat
Pentothal/ Thiopenthal Sodium/ Penthio Barbital/ Thiopenton
Obat ini tersedia dalam bentuk serbuk higroskopis, bersifat basa, berbau belerang, larut
dalam air dan alcohol. Penggunaannya sebagai obat induksi, suplementasi dari anastesi
regional, antikonvulsan, pengurangan dari peningkatan TIK, proteksi serebral.
Metabolismenya di hepar dan di ekskresi lewat ginjal. Onset : 20-30 detik; Durasi : 20-30
menit; Dosis : Induksi iv : 305 mg/Kg BB, anak 5-6 mg/Kg BB, bayi 7-8 mg/kg BB.
12

Kontraindikasi: Alergi barbiturat, Status ashmatikus, Porphyria, Pericarditis constriktiva,


Tidak adanya vena yang digunakan untuk menyuntik, Syok, Anak usia < 4 th (depresi
saluran pernapasan)
2. Golongan benzodiazepin
Diazepam/ Midazolam
3. Propofol
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih. Emulsi ini terdiri dari gliserol,
phospatid dari telur, sodium hidroksida, minyak kedelai dan air. Obat ini sangat larut dalam
lemak sehingga dapat dengan mudah menembus blood brain barier dan didistribusikan di
otak. Propofol dimetabolisme di hepar dan ekskresikan lewat ginjal. Penggunaanya untuk
obat induksi, pemeliharaan anastesi, pengobatan mual muntah dari kemoterapi.
Dosis :
Sedasi : bolus, iv, 5-50 mg
Induksi : iv 2-2,5 mg/kg
Pemeliharaan : bolus iv 25-50 mg, infuse 100-200 g/kg/menit, antiemetic iv 10 mg
4. Ketamin
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya menyebabkan pasien
mengalami katalepsi, analgesic kuat, dan amnesia, akan tetapi efek sedasinya ringan.
Pemberian ketamin dapat menyebakan mimpi buruk.
Opioid
Morfin/ Petidin/ Fentanil/ Sufentanil
Untuk induksi diberikan dalam dosis tinggi. Opioid tidak mengganggu kardiovaskulet,
sehingga banyak digunakan untuk induks pada pasien jantung

2.13 PIPA GUEDEL

Guedel adalah alat bantu jalan nafas untuk menahan pangkal lidah jatuh. Alat ini berguna
pada pasien yang masih bernafas spontan. Alat ini juga membantu saat dilakukan penghisapan
(suction) dan mencegah pasien menggigit pipa endotrakeal (ETT).
13

Gambar 3. Pipa Guedel

Indikasi:

Pasien yang mengalami penurunan kesadaran


Pasien kejang
Pasien setelah general anestesi

Kontraindikasi:

Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau
apabila ukuran terlalu panjang, epiglotis akan tertekan menutup rimaglotis
sehingga jalan nafas akan tersumbat
Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana reflek faring masih ada karena dapat
menyebabkan muntah dan spasme laring

2.14 LARINGOSKOPI

Ada dua jenis laringoskop yang umum dipakai yaitu laringoskop bentuk lengkung
(macintosh) dan bentuk lurus (miller). Laringoskop digunakan untuk melihat laring dan struktur
yang berdekatan dengan laring, paling sering digunakan dengan tujuan memasukkan pipa
endotrakea kedalam trakea. Tujuan lainnya yaitu untuk pemasangan gastric tube, melihat benda
asing, dan menilai saluran pernafasan bagian atas. Bentuknya bervariasi, dari yang dilengkapi
dengan bola lampu sederhana hingga menggunakan perangkat serat optik yang kompleks.
Beragam perangkat yang tersedia disesuaikan dengan penggunaannya. Laringoskop diproduksi
14

baik sebagai kesatuan maupun terpisah (blade dan handle). Sumber cahaya dapat berada di pisau
(blade) maupun pada pegangan (handle). Untuk laringoskop yang terpisah antara pisau dan
pegangan, sumber cahaya dapat berfungsi jika keduanya disatukan. Handle dilengkapi dengan pin
engsel yang memudahkan untuk disatukan pada slot engsel pisau. Sebuah laringoskop tunggal
memiliki tombol pada handle untuk mengontrol kekuatan lampu. Standar yang digunakan dalam
pembuatan laringoskop adalah American Society for Testing and Materials (ASTM) F-965 dan
F1195 serta International Standars Organization (ISO) 7376.

Gambar 4. Laringoskop Miller dan Macintesh

Gambar 5. Pemakaian Laringoskopi


15

2.15 PIPA TRAKEA

Tindakan pembedahan terutama yang memerlukan anestesi umum diperlukan


teknik intubasi endotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah suatu teknik memasukkan suatu alat
berupa pipa ke dalam saluran pernafasan bagian atas.

Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal untuk mempertahankan jalan nafas agar tetap
bebas, mengendalikan oksigenasi dan ventilasi, mencegah terjadinya aspirasi lambung pada
keadaan tidak sadar, tidak ada refleks batuk ataupun kondisi lambung penuh, sarana gas anestesi
menuju langsung ke trakea, membersihkan saluran trakeobronkial.

Gambar 6. Endotracheal Tube

Desain pipa endotrakea secara umum berbentuk lengkung, sebagaimana mengikuti


lengkung anatomis jalan nafas agar memudahkan pemasangan dan mengurangi resiko tertekuk.
Ujung distal pipa endotrakea berpenampang miring, sekitar 3810 untuk memudahkan
visualisasi saat pemasangan melewati pita suara. Terdapat murphy eye / lubang di samping distal
ETT berlawanan dengan sisi penampang miring yang berguna untuk mengurangi risiko
penyumbatan ujung distal karena menyentuh karina atau dinding trakea. Biasanya produk pipa
ETT dilengkapi dengan penanda sebagai panduan posisi pipa terhadap pita suara. Penanda tersebut
bervariasi, dalam bentuk garis warna hitam, putih, atau area dengan blok warna hitam.

Cuffs merupakan balon yang bisa dikembangkan dari pilot balon melalui lumen kecil di
dinding pipa. Pipa ETT dengan cuff biasanya digunakan pada dewasa untuk menjaga jalan nafas
terhindar dari cairan dan kotoran di atas, serta mencegah kebocoran gas. Untuk mencegah aspirasi,
16

tekanan dinding lateral harus melebihi tekanan hidrostatik maksimal yang ditimbulkan oleh
genangan cairan (saliva, muntahan, atau darah) diatas cuff.

Gambar 7. Pemasangan ETT

Indikasi Intubasi Trakea:

Menjaga patensi jalan nafas oleh sebab apapun


Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

Kesulitan Intubasi:
Leher pendek berotot
Mandibula menonjol
Maksila/ gigi depan menonjol
Uvula tak terlihat
Gerak sendi temporo-mandibula terbatas
Gerak vertebra servikal terbatas

Tindakan laringoskopi dan intubasi dapat menyebabkan penekanan pada saraf laryngeus
superior dan saraf recurrenlaryngeus sehingga meningkatkan rangsang simpatis. Dengan
meningkatnya rangsang simpatis maka dapat muncul komplikasi maupun efek samping yang tidak
diinginkan. Komplikasi yang timbul dapat berupa trauma gigi geligi, nyeri tenggorokan, obliterasi
trakea total, aspirasi, pada sistem kardiovaskuler (disritmia, peningkatan tekanan darah), sistem
17

respirasi (spasme laring, spasme bronkus, hipoksia, hiperkarbia), susunan saraf pusat (peningkatan
tekanan intrakranial), mata (peningkatan tekanan intraokuler), saluran pencernaan (muntah dan
teraspirasinya isi lambung), dan lain-lain. Peningkatan rangsang simpatis juga menyebabkan
kelenjar suprarenalis mensekresi hormon adrenalin dan noradrenalin sehingga pada sistem
kardiovaskuler akan terjadi peningkatan tekanan darah, laju jantung, dan disritmia.

2.15.1 Langkah Intubasi

Oksigenasi pasien selama 35 menit, kemudian pasien diberi sedasi.


Melakukan ventilasi (tangan kiri memegang sungkup ke pasien, tangan kanan
memberikan ventilasi).
Memberikan pelumpuh otot agar mudah melakukan intubasi
Lakukan intubasi saat onset pelumpuh otot tercapai.
Buka mulut pasien dengan ibu jari bertumpu pada premolar mandibula dan jari
telunjuk tangan kanan menyentuh maksila kanan secara menyilang.
Masukkan laringoskop, lidah disisihkan ke kiri sehingga lapangan pandang tidak
terhalang.
Minta asisten untuk melakukan manuver sellick atau menekan dan menggerakkan
kartilago tiroid ke belakang, kanan, atau kiri agar laring dapat terlihat jelas.
Masukkan ETT menggunakan tangan kanan melalui sudut kanan mulut pasien ke
dalam trakea. Dengan melihat melalui blade laringoskop, masukkan ETT sampai
cuff tidak terlihat dari belakang pita suara. Posisi ETT dipertahankan, laringoskop
ditarik.
Cuff dikembangkan dengan udara lewat spuit sekitar 510 cc sesuai dengan
kebutuhan.
Sambil memegang ETT pada sudut bibir pasien, segera berikan ventilasi dan
oksigenasi.
Lakukan auskultasi pada daerah epigastrium untuk menyingkirkan kemungkinan
intubasi esofagus. Jika terdengar suara gurgle, ETT harus dicabut dan lakukan
reintubasi.
18

Lakukan juga asukultasi pada daerah apek dan basal kedua paru untuk
menyingkirkan kemungkinan intubasi bronkus (biasanya bronkus kanan) dengan
cara membandingkan suara paru kanan dan kiri. Jika suara paru kanan lebih besar
berarti ETT masuk ke dalam bronkus kanan dan harus ditarik hingga terdengar
suara yang sama antara paru kanan dan kiri.
Memasang pipa orofaringeal (Guedel), memfiksasi ETT dengan plester melingkar
yang ditempatkan di bawah dan di atas bibir yang diperpanjang sampai ke pipi.
19

BAB III

STATUS PASIEN

IDENTITAS

Nama : Samsidar

Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Telaga Tujuh, Langsa Kota

Tanggal Masuk : 22 November 2016

ANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan di payudara

Telaah : Pasien datang ke RSUD Langsa dengan keluhan timbul benjolan di


payudara kiri yang yang dialami sejak 8 bulan yang lalu, nyeri (-), darah (+),
nanah (+)dan demam (-). Pasien mendapatkan haid pertama kali usia 10
tahun, siklus haid selama 5 hari dalam sebulan. Pasien menikah usia 29
tahun dan belum mempunyai anak, riwayat pemakaian alat kontrasepsi (-).

Riwayat penggunaan obat : riwayat penggunaan obat disangkal

Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit keluarga disangkal

Riwayat penyakit terdahulu : riwayat penyakit terdahulu disangkal


20

STATUS GENERALISATA

Keadaan umum : Lemah

Sensorium : Compos mentis

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Heart rate : 86 kali/menit

Respiratory rate : 24 kali/menit

Temperatur : 36,5 0C

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala : Normocephal

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Cekung (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-), Konka hiperemis (-)

Telinga : Normotia, Sekret (-)

Mulut

Bibir : Pucat (-), Kering (-), Sianosis (-)

Lidah : Beslaq (-)

Tonsil : T1T1

Faring : Hiperemis (-)

Leher : Trakea midline, Pembesaran KGB (-)

Thorax

Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)


21

Palpasi : SF ka=ki, Nyeri tekan (-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Mammae :

Inspeksi : Ukuran: Asimetris

Cekungan (+), kemerahan (+), oedem (+), erosi (+), nodul satelit (+), peau de orange
(+), darah (+), dan nanah (+).

Palpasi : Ukuran 3 cm, berbenjol-benjol, konsistensi agak keras, batasnya tidak tegas, permukaan
tidak rata, mobile (-), nyeri tekan (-), tumor melekat didasarnya.

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba (+)

Perkusi : Redup

Auskultasi : Murmur (-)

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan (+)

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Peristaltik (-)

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba


22

Ekstremitas Atas : Pucat (-), Oedem (-), Sianosis (-)

Ekstremitas Bawah : Pucat (-), Oedem (-), Sianosis (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH

Hemoglobin : 9,8 g/dl

Hematokrit : 28,8 %

Eritrosit : 3,78/ x 10 6 x uL

Leukosit : 13.250 x 103/uL

Trombosit : 331.000 x 103/uL

DIAGNOSA BANDING

Carsinoma Mammae
FAM (Fibro Adenoma Mammae)

DIAGNOSIS KERJA

Carsinoma Mammae stadium III B

PENATALAKSANAAN

IVFD RL 30 Tetes/ Menit


Cefadroxil 2x500 mg
Ranitidin 2x1
Asam mefanamat 3x500 mg
Tamoksifen 1x20 mg
23

CATATAN ANASTESI

Status fisik ASA : ASA 1 E

Rencana Tindakan Bedah : Mastektomi

RENCANA TEKNIK ANASTESI

Persiapan : - Puasa 6 jam.

- Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium darah.


- Tidak ada alergi obat-obatan ataupun makanan.
- Pemberian obat-obatan pramedikasi sesaat sebelum operasi

LAPORAN ANESTESI

Tanggal operasi : 23-November-2016

Mulai anestesi: 11.00 WIB

Selesai : 12.00 WIB

Lama anestesi 2 jam

Ahli anestesi : dr Reza Fazri Prasetio, Sp.An

Ahli bedah : dr Darwan Moudar Sp.B


24

PREOPERATIVE

TD : 130/80 mmHg BB: 65 Kg

N : 70x/menit ASA : ASA I E

RR : 20x/menit Hb: 9,8 g/dl

T : 37 C Ht : 28,8 %

Premedikasi:

Ondansetron.
Midazolam.

Medikasi :
Fentanyl.
Dexamethasone.
Propofol.
Atracurium.
Atropine.
Neostigmine.
Ketorolac.
Petidin.
Tramadol.

Induksi
Induksi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai tercapainya stadium pembedahan
yang selanjutnya diteruskan dengan tahap pemeliharaan anestesi untuk mempertahankan atau
memperdalam stadium anestesi setelah induksi.
Pada kasus ini digunakan obat induksi :
- Propofol.
- Atracurium.
25

Pemeliharaan
Pada pemeliharaan anestesi, dapat digunakan :
- O
- Propofol
- Fentanyl

Intubasi Endotrakeal

Suatu tindakan memasukkan pipa khusus ke dalam trakea, sehingga jalan nafas bebas hambatan
dan nafas mudah dikendalikan. Intubasi trakea bertujuan untuk :
a. Mempermudah pemberian anestesi.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas.
c. Mencegah kemungkinan aspirasi lambung.
d. Mempermudah penghisapan sekret trakheobronkial.
e. Pemakaian ventilasi yang lama.
f. Mengatasi obstruksi laring akut.
26

BAB IV

KESIMPULAN

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran
kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltrative, destruktif, serta
bermetastase. Gejala kanker payudara bias dialami oleh laki-laki maupun perempuan, tetapi kanker
paydara sangat jarang terjadi pada pria. Gejala kanker payudara dapat terdeteksi ketika benjolan
atau massa tumbuh cukup besar. Gejala kanker payudara sering belum terdeteksi sampai kanker
itu sudah dalam tahap lanjut, dan mungkin sudah bermetastase ke daerah vital tubuh, untuk itu
penting bagi wanita memeriksakan diri secara teratur. Gambaran klinis yang dapat ditemukan yaitu
benjolan pada payudara, keras ata lembut, nyeri yang bervariasi dengan siklus haid dan
independen, skin dimpling, peau de oranges, putting tertarik ke dalam.

Etiologi dari kanker payudara belum jelas, tetapi ada beberapa factor risiko, umur, riwayat
kanker payudara, riwayat keluarga, perubahan pada payudara tertentu,riwayat reproduksi atau
riwata menstruasi, kepadatan jaringan payudara, kurangnya aktivitas fisik, diet.

Pemeriksaan penunjang adalah mammografi, USG, MRI, biopsy, skrining, biomarker,


penatalaksanaan kanker payudara : terapi secara pembedahan, terapi secara medikalis ( radioterapi,
kemoterapi, terapi esterogen, terapi antibody anti HER2. Survival rate untuk wanita yang
didiagnosis karsinoma mammae antara tahun 1983-1987 tetlah dikalkulasi berdasarkan
pengamatan, epidemiologi dan hasil akhir program data, didapatkan bahwa angka 5 years survival
untuk stadium 1 adalah 94%, stadium IIa 85%, stadim IIb 70%, dimana pada stadium IIIa sekitar
52%, stadium IIIb 48% dan stadium IV adalah 18%.

Anestesi umum adalah suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi. Rees dan Gray membagi
anestesi umum menjadi tiga komponen yaitu hipnotika, anelgesia dan relaksasi.

Tindakan pembedahan terutama yang memerlukan anestesi umum diperlukan teknik


intubasi endotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah suatu teknik memasukkan suatu alat berupa pipa
ke dalam saluran pernafasan bagian atas. Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal untuk
mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas, mengendalikan oksigenasi dan ventilasi, mencegah
terjadinya aspirasi lambung pada keadaan tidak sadar, tidak ada refleks batuk ataupun kondisi
27

lambung penuh, sarana gas anestesi menuju langsung ke trakea, membersihkan saluran
trakeobronkial. Komplikasi yang timbul dapat berupa trauma gigi geligi, nyeri tenggorokan,
obliterasi trakea total, aspirasi, pada sistem kardiovaskuler (disritmia, peningkatan tekanan darah),
sistem respirasi (spasme laring, spasme bronkus, hipoksia, hiperkarbia), susunan saraf pusat
(peningkatan tekanan intrakranial), mata (peningkatan tekanan intraokuler), saluran pencernaan
(muntah dan teraspirasinya isi lambung), dan lain-lain.
28

DAFTAR PUSTAKA

Desen, w. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : FKUI


Samsuuhidajat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah sjamsuhidajat-de jong. Ed 3. Jakarta :
EGC
Price, S. 2006. Patofisiologi konsep proses-proses penyakit. Ed 6. Jakarta : EGC
Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Ed 7. Vol 2. Jakarta : EGC
Anonym, 2010. ANESTESI INTUBASI. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Medan.

You might also like