Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu terapi akan sering dijumpai peristiwa interaksi obat di mana
aksi dari suatu obat berubah oleh karena pengaruh obat yang lain yang
diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan.Sangatlah penting
untuk membahas masalah interaksi obat hal tersebut tidak lepas dari
kenyataan kebiasaan dalam praktek pengobatan,dimana umum sekali
untuk memberikan obat lebih dari satu secara bersamaan pada seorang
penderita.
Interaksi obat tidak selamanya merugikan, tetapi jika kemungkinan
terjadi interaksi ini tidak diwaspadai pada waktu memberikan obat
pada pasien, maka terjadinya dampak negatif yang merugikan akan
lebih besar.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang
pertama, interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat
obat. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah
kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat
tertentu. Risiko kesehatan dari Interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya
sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.Obat merupakan bahan
kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan
kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi
juga terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau
tekanan darah tinggi. Dalam hal ini terminologi interaksi obat dikhususkan pada
interaksi obat dengan obat.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi
di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk
rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya,
bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping
obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan
polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu
dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi
tingkat keparahan penyakit atau usia.
1
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas
dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang
rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain
itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Memahami berbagai bentuk interaksi obat
2. Memahami mekanisme interaksi obat
3. Memahami dampak klinik dari intertaksi obat
4. Mampu menelaah interaksi dan melakukan upaya untuk menghindari terjadinya
dampak yang merugikan dari interaksi obat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan secara bersamaan.Efek-efeknya bisa
meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak
dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat dengan
obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan
herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infuse.
Contoh interaksi obat yang kini digunakan untuk memberikan manfaat adalah
pemberian bersamaan karbidopa dan levodopa (tersedia sebagai
karbidopa/levodopa). Levodopa adalah obat antiParkinson dan untuk menimbulkan
efek harus mencapai otak dalam keadaan tidak termetabolisme. Bila diberikan
sendiri, levodopa dimetabolisme di jaringan tepi di luar otak, sehingga mengurangi
efektivitas obat dan malah meningkatkan risiko efek samping. Namun, karena
karbidopa menghambat metabolisme levodopa di perifer, lebih banyak levodopa
mencapai otak dalam bentuk tidak termetabolisme sehingga risiko efek samping
lebih kecil.
Saat kita mendapatkan obat dari apotik, kita sering diberi tahu bahwa obat
sebaiknya diminum sebelum atau sesudah makan. Kita kadang tidak tahu,
untuk apa sebenarnya hal tersebut harus dilakukan. Mengapa obat tertentu
harus diminum sebelum makan dan obat lainnya harus diminum sesudah
makan. Hal itu sebenarnya berkaitan dengan masalah interaksi obat, sebagai
salah satu langkah unttuk menghindari terjadinya interaksi dari suatu obat
yang merugikan.
Obat-obatan tertentu seperti tetrasiklin, misalnya, penyerapannya akan
berkurang jika di dalam saluran cerna kita terdapat makanan yang berprotein
tinggi seperti susu, daging dan sebagainya. Maka, obat itu sebaiknya
diminum sebelum makan. Atau, bisa juga, 2 jam sesudah makan. Pengertian
interaksi obat secara luas adalah bahwa suatu obat atau makanan mengubah
efek obat lain, sehingga kerja obat diubah menjadi lebih efektif (sinergis) atau
3
menjadi kurang aktif (antagonis). Obat-obatan seperti antihistamin
(antialergi) yang kerjanya menekan sistem syaraf pusat, dengan akibat
mengurangi sejumlah fungsi tubuh seperti koordinasi dan kewaspadaan, akan
memberikan efek depresi jika diberikan bersamaan dengan obat penekan
sistem syaraf pusat lainnya seperti obat antidepresan.
Hal ini merupakan salah satu contoh sinergisme. Di sisi lain, pemberian obat
diabetes bersama-sama dengan obat flu yang mengandung pelega hidung,
akan mengurangi efek dari obat diabetes itu sendiri. Dengan demikian, suatu
obat yang saling memberikan efek sinergis atau pun antagonis, jika terpaksa
harus diberikan bersama sama, haruslah diperhatikan besaran dosisnya.
Obat yang kita minum, di dalam tubuh akan mengalami 4 tahapan proses
dasar. Setelah melalui mulut, di dalam lambung obat tersebut mengalami
disintegrasi, lalu berada dalam larutan tubuh di dalam usus. Selanjutnya,
mengalami tahap pertama berupa penyerapan/absorbs. Setelah itu, obat di
distribusikan keseluruh tubuh melalui aliran darah, yang akhirnya akan
memberikan efek terapi. Obat tersebut kemudian diurai di dalam hati,
menjadi bentuk metabolit yang tidak aktif. Baru setelah itu, obat diekresikan
ke dalam urin melalui ginjal. Interaksi obat dapat terjadi pada ke-empat
tahapan tersebut.
Jika interaksi terjadi pada dua tahapan pertama, yaitu proses absorbsi dan
distribusi, maka akan mempercepat atau memperlambat proses efek terapi
obat tersebut. Sementara pada dua tahapan terakhir, yaitu proses penguraian
dan eksresi, akan berdampak pada lamanya aksi obat.
Interaksi obat merupakan sarana bagi semua pihak. Pasien, dokter dan
farmasis harus bekerjasama, untuk upaya memaksimalisasi pemakiaan obat
demi kepentingan pasien. Di era informasi yang serba cepat dan mudah
seperti sekarang ini, masyarakat mestinya semakin menyadari untuk menjadi
mitra aktif dalam menjaga pemeliharaan kesehatannya sendiri dan keluarga.
4
0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A = 1, efek B = 1, efek
kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B =
0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek
pada jaringan atau reseptor.
Penurunan atau penyerapan obat oleh tubuh juga dapat terjadi jika kita
mengkonsumsi suatu obat tertentu bersamaan dengan obat, makanan atau
suplemen makanan yang banyak mengandung kalsium, magnesium,
aluminium atau zat besi. Mineral-mineral itu banyak terdapat pada suplemen
vitamin, susu juga dalam obat maag (antasida), mineral-mineral ini dapat
5
bereaksi dengan beberapa obat tertentu misalnya antibiotika tetrasiklin,
ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin dan trovafloxacin membentuk senyawa
khelat yang sukar di absorbsi atau diserap oleh tubuh Jika ini terjadi, maka
tujuan pengobatan dengan antibiotika untuk membunuh kuman penyakit
dalam tubuh akan terganggu dan mungkin tidak akan tercapai. Bila kita tidak
menyadari adanya interaksi ini bukan tidak mungkin kita akan langsung
memutuskan untuk mengganti antibiotika yang dipakai dengan antibiotika
generasi terbaru dengan alasan antibiotika sebelumnya sudah resisten.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-
sfat farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis
reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.
6
Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu
sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang
mengandung cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna
antara sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome
P450 3A4 sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim primer yang berperan
untuk memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan kadar metadon secara
bermakna. Sistem ini dapat dipengaruhi oleh induksi maupun inhibisi enzim,
sebagaimana dibahas dalam contoh berikut.
Induksi enzim obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat
yang memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan
berkurang, sementara efektivitas obat A tidak berubah.
Inhibisi enzim obat A menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B,
sehingga peninggian obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis.
Ketersediaan hayati obat A mempengaruhi penyerapan obat B.
Sayangnya, karena jumlah obat yang beredar di pasar sangat banyak, tidak mungkin
bagi perusahaan obat manapun memeriksa profil kompatibilitas obatnya dengan obat
lain secara lengkap. Oleh karena itu, klinisi sebaiknya memeriksa dengan seksama
informasi peresepan sebelum memberikan obat, khususnya obat yang baru dikenal.
Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat
tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.
Inkompatibilitas obat IV
Ada obat injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh
khas adalah natrium bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat.
7
Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak
dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin,
midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV.
1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus
Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding
lurus dengan konsentrasi obat.
2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di
bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.
Reaksi Maillard
8
Protease inhibitor (PI) dan NNRTI diuraikan oleh hati dan mengakibatkan banyak
interaksi.
Beberapa jenis obat lain yang kemungkinan akan menimbulkan interaksi termasuk:
Obat antijamur dengan nama yang diakhiri dengan azol (mis. flukonazol)
Beberapa antibiotik dengan nama yang diakhiri dengan misin (mis.
klindamisin)
Beberapa obat yang dipakai untuk mencegah konvulsi, termasuk fenitoin dan
karbamazipin
Dengan beberapa obat, hanya sedikit kelebihan dapat mengakibatkan overdosis yang
berbahaya, dan jika jumlah hanya sedikit kekurangan, obat mungkin tidak berhasil.
Obat tersebut dikenal dengan indeks terapeutik yang sempit. Jika kita memakai
obat jenis ini, interaksi apa pun dapat gawat atau bahkan mematikan.
9
Beberapa obat untuk mengobati disfungsi ereksi (mis. Viagra)
Obat lain yang harus diperhatikan termasuk narkoba. Belum ada penelitian yang
teliti terhadap interaksi dengan narkoba, tetapi ada laporan tentang overdosis dan
kematian diakibatkan penggunaan narkoba sekaligus dengan ARV. Untuk informasi
lebih lanjut, perempuan yang memakai pil KB sebaiknya bicara dengan dokter
tentang interaksi obat. Beberapa ARV dapat menurunkan tingkat obat KB ini, dan
menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
10
Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah obat yang manfaat kliniknya
mudah dikurangi atau efek toksiknya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan
saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Obat obat seperti ini juga
sering dikenal dengan obat obat dengan lingkup terapetik sempit (narrow
therapeutic range). Obat obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering
menjadi obyek interaksi dalam klinik meliputi:
- antikoagulansia: warfarin,
- antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,
- hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll,
- anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll,
- glikosida jantung: digoksin,
- antihipertensi,
- kontrasepsi oral steroid,
- antibiotika aminoglikosida,
- Obat obat sitotoksik,
- Obat obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.
11
dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan obat obat yang dapat
menghambat metabolisme (enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol,
fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain,akan meningkatkan kadar
obat obyek sehingga terjadi efek toksik.
c. Obat obat yang dapat mempengaruhi/merubah fungsi ginjal sehingga
eliminasi obat obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat
obat golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah
jika dilihat dari segi interaksi farmakokinetika, terutama pada proses
distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak
obat obat lain yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan
mekanisme yang berbeda-beda.
12
Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama
lewat infus. Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya
(manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan
cara pemberian obat (terutama untuk obat obat parenteral misalnya injeksi infus
dan lain-lain).
Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravena atau yang lain,
harus perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-
lain dari larutan. Sediaan intravena sebaiknya disiapkan jika diperlukan, Jangan
menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat obat yang
memang sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin dan
lain-lain. Botol ifus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat obat
yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya. Jika harus memberi per
infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada
interaksi
13
Contoh interaksi obat dalam proses absorbsi
Obat Objek Obat presipitan Mekanisme efek yang Solusi
interaksi terjadi
Fe Antasid Perubahan Penurunan Diberikan jarak
(diabsorbsi (mengurangi pH cairan absorpsi Fe waktu pemberian
paling baik keasaman saluran cerna obat yang
jika cairan lambung) berinteraksi
lambung minimal 2 jam
sangat asam)
Digoksin Metoklopramid Perubahan Penurunan Diberikan jarak
(sukar larut (memperpendek motilitas usus absorpsi waktu pemberian
dalam cairan waktu digoksin obat yang
saluran pengosongan berinteraksi
cerna) lambung) minimal 2 jam
14
antihipertensif (guanetidin, debrisokuin), sehingga mengurangi/menghilangkan
efek antihipertensi.
Contoh interaksi obat dalam proses distribusi
15
dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan
metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala
konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat. Obat obat
yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah:
- kloramfenikol
- isoniazid
- simetidin
- propanolol
- eritromisin
- fenilbutason
- alopurinol, dll.
Tergantung dari jenis obat obyek yang mengalami interaksi, yakni terutama obat
dengan lingkup terapi yang sempit, maka interaksi metabolisme dapat membawa
dampak merugikan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa:
- Pemacuan enzim akan berakibat kegagalan terapi, karena kadar optimal tidak
tercapai.
- Penghambatan enzim akan berakibat mengingkatnya kadar obat melampaui
ambang toksik, sehingga efek toksik meningkat
Contoh-contoh interaksi dalam metabolisme baik berupa pemacuan enzim atau
penghambatan enzim ditampilkan
Contoh-contoh interaksi pada proses metabolisme
Obat Objek Obat Presipitan Mekanisme Akibat Klinik Solusi
warfarin Fenobarbital Mempercepat Penurunan Dosis warfarin
(banyak (larut lemak dan metabolisme efek diperbesar 2- 10 kali,
disimpan di dapat warfarin. antikoagulan tetapi jika
hati) menginduksi fenobarbital
sintesis enzim dihentikan, dosis
metabolisme di warfarin diturunkan
hati dan mukosa kembali.
saluran cerna)
Estradiol Rifampisin Mempercepat Kegagalan Diberikan jarak
(menginduksi metabolisme kontrasepsi waktu pemakaian.
sintesis enzim estradiol.
metabolisme di
hati dan mukosa
saluran cerna)
16
d. Interaksi dalam proses ekskresi
Interaksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi terutama ginjal
dapat dipengaruhi oleh obat obat lain. Yang paling dikenal adalah interaksi
antara probenesid dengan penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli sehingga
proses sekresi penisilin terhambat, maka kadaar penisilin dapat dipertahankan
dalam tubuh. Interaksi probenesid dan penisilin adalah contoh interaksi yang
menguntungkan secara terapetik. Klinidin juga menghambat sekresi aktif
digoksin dengan akibat peningkatan kadar digoksin dalam darah, kira-kira
sampai 2 kali, sehingga terjadi peningkatan kejadian efek toksik digoksin.
Salisilat menghambat sekresi aktif metotreksat. Obat obat diuretika
menyebabkan retensi lithium karena hambatan pada proses ekskresinya.
Furosemid juga dapat meningkatkan efek toksik ginjal dari
aminoglikosida,kemungkinan oleh karena perubahan ekskresi aminoglkosida.
Interaksi obat pada proses ekskresi
17
Pada interaksi farmakokinetik terjadi perubahan kadar obat obyek oleh karena
perubahan pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Pada
interaksi farmakodinamik tidak terjadi perubahan kadar obat obyek dalam darah.
Tetapi yang terjadi adalah perubahan efek obat obyek yang disebabkan oleh obat
presipitan karena pengaruhnya pada tempat kerja obat . Interaksi farmakodinamik
dapat dibedakan menjadi Interaksi langsung (direct interaction) dan interaksi tidak
langsung (indirect interaction). Interaksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih
bekerja pada tempat atau reseptor yang sama, atau bekerja pada tempat yang berbeda
tetapi dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir sama. Sedangkan interaksi
tidak langsung terjadi bila obat presipitan punya efek yang berbeda dengan obat
obyek, tetapi efek obat presipitan tersebut akhirnya dapat mengubah efek obat
obyek.
Obat objek Obat Mekanisme Akibat klinik Solusi
presipitan interaksi
Digoksin Furosemida Peningkatan Furosemid Penambahan
ekskresi menyebabkan diuretic
kalium dan gangguan hemat kalium
dan
magnesium keseimbangan
pengukuran
sehingga elektrolit kadar kalium
mempengaruhi sehingga dan
kerja jantung. mempengaruhi magnesium
digiksin yang dalam darah.
menyebabkan
aritmia.
18
arteri
19
1. Kinidin (Cardioquin, Duraquin, Quinaglute Dura-Tabs, Quinidex Extentabs,
Quinora)
2. Golongan Teofilin
Obat asma golongan Teofilin bekerja sebagai stimulant system saraf pusat
dengan cara melebarkan jalan udara dan memudahkan pernapasan penderita
asma. Makanan yang mengandung kofein dapat meningkatkan efek obat
asma karena makanan berkofein dapat menstimulasi system saraf pusat
sehingga menyebabkan terjadinya rangsangan berlebihan. Akibatnya
mungkin terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak teofilin
(rangsangan berlebih), disertai gejala mual, pusing sakit kepala, mudah
tersinggung, tremor, insomnia, takikardia, denyut jantung tidak teratur, dan
mungkin terjadi serangan. Contoh makanan yang merupakan sumber kofein
adalah: kopi, teh, kola dan minuman ringan, coklat, beberapa pil pelangsing
yang dijual bebas, sediaan untuk flu/batuk; nyeri; dan sakit yang mengganggu
akibat haid.
20
dibawah usia 8 tahun karena tetrasiklin dapat langsung terikat pada kalsium
dan mengakibatkan pendaran (fluorescence, pemudaran warna, dan displasia
enamel. Obat juga dapat tersimpan dalam tulang dan mengakibatkan kelainan
bentuk atau hambatan pertumbuhan.
4. Litium
21
Cushman dan Ondetti pada tahun 1977, tidak saja bermanfaat sebagai obat untuk
hipertensi, tapi juga efektif untuk pengobatan gagal jantung.
Interaksi antara Capoten yang berisi captopril golongan ACE Inhibitor
dengan KSR yang mengandung Kalium. Kejadian hiperkalemia ini dapat
diminimalisasi dengan menghentikan pemberian diuretik atau dengan memberikan
Natrium satu minggu sebelum pengobatan dengan ACE Inhibitor. Penghambat ACE
ini mengurangi pembentukan Angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air,
serta retensi kalium. Bila obat ini diberikan bersama obat diuretik hemat kalium atau
suplemen kalium akan meningkatkan resiko terjadinya hiperkalemia.
Interaksi yang terjadi karena adanya efek farmakologi obat yang berlawanan.
Misalnya Furosemide adalah diuretik yang dapat berperan sebagai antihipertensi
berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga
mengurangi volume plasma dan cairan ekstra sel. Tekanan darah akan menurun
akibat berkurangnya curah jantung. Teronac yang mengandung mazindol adalah obat
adrenergik yang bekerja secara tidak langsung artinya menimbulkan efek adrenergik
melalui penglepasan Norepinefrin yang tersimpan dalam ujung syaraf, mazindol
merangsang susunan syaraf pusat yang dapat meningkatkan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi. Sehingga bila kedua obat ini diberikan secara bersamaan akan
menyebabkan terjadinya efek yang berlawanan.
Obat objek Obat Mekanisme Akibat klinik Solusi
presipitan interaksi
Captopril Kalium Hiperkalemia memberikan
golongan ACE Natrium satu
Inhibitor minggu
sebelum
pengobatan
dengan ACE
Inhibitor.
22
BAB III
PEMBAHASAN
23
1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali
jika memang kondisi penyakit yang diobati memerlukan gabungan obat dan
pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah
manfaatnya. Misalnya:
- pengobatan tuberkulosis,
- pengobatan infeksi berat seperti sepsis, dan lain-lain
2. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan,
yakinkan bahwa tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau
dinamik
3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat
obat yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.
4. Jika ada interaksi segera lakukan tindakan-tindakan: Apakah perlu pengurangan
dosis obat obyek, Atau dapatkah obat obyek atau obat presipitan diganti
5. Evaluasi efek sesudah pemberian obat obat secara bersamaan untuk menilai ada
tidaknya efek samping/toksik dari salah satu atau kedua obat .
6. Ikutilah sedini mungkin pemakaian obat secara bersamaan bila ternyata ada efek
samping atau efek toksik yang timbul.Beberapa interaksi yang pernah dilaporkan
mempunyai anti klinik.
24
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Interaksi obat tidak lepas dari kenyataan kebiasaan dalam praktek
pengobatan, di mana umum sekali untuk memberikan obat lebih dari satu secara
bersamaan kepada pada seorang penderita atau yang sering disebut sebagai
polifarmasi. Interaksi obat tidak selamanya merugikan, tetapi jika kemungkinan
terjadi interaksi ini dan tidak diwaspadai pada waktu memberikan obat pada pasien,
maka terjadinya dampak negatif yang merugikan akan lebih besar.
Dampak klinik dari interaksi obat sangat tergantung pada ciri-ciri obat obyek.
Jika profil hubungan dosis (kadar) dengan respons dari obat obyek. Di mana
perubahan sedikit kadar atau jumlah obat akan berpengaruh besar terhadap efek obat,
maka setiap perubahan kadar karena interaksi obat akan memberikan perubahan efek
yang sangat berarti.
25