You are on page 1of 26

Disampaikan Pada Acara :

Balancing Spatial Planning, Sustainable Biomass Production, Climate


Change and Conservation
(Menyeimbangkan Penataan Ruang, Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan,
Perubahan Iklim dan Pelestarian Alam : Pendekatan Parapihak untuk
Mitigasi Perubahan Iklim)

Jakarta, 29 Juli 2011

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Dalam rangka pelestarian lingkungan, dalam
rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan
hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
Pasal 17
UU 26/2007
daerah aliran sungai.

Proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas


Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dimaksudkan
untuk menjaga kelestarian lingkungan.

24
Penetapan proporsi luas kawasan hutan terhadap luas
daerah aliran sungai dimaksudkan untuk menjaga
keseimbangan tata air, karena sebagian besar wilayah
Indonesia mempunyai curah dan intensitas hujan yang
tinggi, serta mempunyai konfigurasi daratan yang
bergelombang, berbukit dan bergunung yang peka akan
gangguan keseimbangan tata air seperti banjir, erosi,
sedimentasi, serta kekurangan air.

Distribusi luas kawasan hutan disesuaikan dengan kondisi


daerah aliran sungai yang, antara lain, meliputi morfologi,
jenis batuan, serta bentuk pengaliran sungai dan anak
sungai. Dengan demikian kawasan hutan tidak harus
terdistribusi secara merata pada setiap wilayah
administrasi yang ada di dalam daerah aliran sungai.
Tujuan RTR Pulau Sumatera salah
satunya yaitu :

Pelestarian kawasan berfungsi lindung


bervegetasi hutan minimal 40% dan
keanekaragaman hayati hutan tropis
basah
SISTEM NASIONAL DI PROVINSI RIAU, JAMBI
DAN SUMBAR
SESUAI DENGAN PP NO. 26 TAHUN 2008 TENTANG RTRWN

Kawasan Lindung Nasional


(Provinsi Riau)

SUAKA MARGASATWA : CAGAR ALAM


Suaka Margasatwa Kerumutan Cagar Alam Bukit Bungkuk
Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar/Pulau Bawah
Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling
Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil TAMAN NASIONAL
Suaka Margasatwa Balai Raja
Taman Nasional Teso Nilo
Suaka Margasatwa
. Tasik Besar/Tasik Metas
Suaka Margasatwa Tasik Serkap/Tasik Sarang Burung Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Riau
Suaka Margasatwa Pusat Pelatihan Gajah Jambi)
Suaka Margasatwa Tasik Tanjung Padang
Suaka Margasatwa Tasik Belat
Suaka Margasatwa Bukit Batu
TAMAN HUTAN RAYA
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Kasim

KAWASAN HUTAN LINDUNG MAHATO


Kawasan Lindung Nasional
(Provinsi Jambi)
CAGAR ALAM
Cagar Alam Kelompok Hutan Bakau Pantai Timur
Cagar Alam Cempaka
Cagar Alam Sungai Batara

TAMAN NASIONAL
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Riau-Jambi)
Taman Nasional Bukit Dua Belas (Jambi)
Taman Nasional Berbak (Jambi)
Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Sumatera Barat)

TAMAN HUTAN RAYA


Taman Hutan Raya Thaha Saifuddin
Kawasan Lindung Nasional
(Provinsi Sumbar)
Suaka Margasatwa Taman Nasional
Suaka Margasatwa Pagai Selatan Taman Nasional Siberut (Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera
Barat)
Cagar Alam Taman Nasional Siberut
Cagar Alam Rimbo Panti Reg. 75
Cagar Alam Lembah Anai
Taman Hutan Raya
Cagar Alam Batang Pangean I
Taman Hutan Raya Dr. M. Hatta
Cagar Alam Batang Pangean II Reg. 49
Cagar Alam Arau Hilir
Cagar Alam Melampah Alahan Panjang Taman Wisata Alam
Cagar Alam Gunung Sago Taman Wisata Alam Laut Kepulauan Pieh
Cagar Alam Maninjau Utara Dan Selatan
Cagar Alam Gunung Singgalang Tandikat
Cagar Alam Gunung Merapi
Cagar Alam Air Putih
Cagar Alam Barisan I
Cagar Alam Air Terusan
SISTEM NASIONAL DI PROVINSI RIAU, JAMBI
DAN SUMBAR
SESUAI DENGAN PP NO. 26 TAHUN 2008 TENTANG RTRWN
Wilayah Sungai (WS) Skala Nasional
Provinsi Riau :
Rokan (Riau - Sumatera Barat)
Siak
Kampar (Riau Sumatera Barat)
Indragiri (Riau Sumatera Barat)
Reteh
Provinsi Jambi :
Batanghari (Jambi Sumatera Barat)
Teramang Ipuh (Bengkulu Jambi)

Provinsi Sumbar :
Rokan (Riau - Sumatera Barat)
Anai Kuranji Arau Mangau Antokan
Batanghari (Jambi - Sumatera Barat)
DAS kritis ?

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kawasan Ekosistem Terpadu


RIMBA kondisinya saat ini sudah kritis.

Pentingnya pengelolaan ekosistem Das untuk dijaga dan


dilestarikan sesuai fungsinya sebagai wadah terhimpunnya air dan
wadah berbagai kehidupan dan kegiatan sosial dan ekonomi.

Kegiatan pada kawasan DAS akan mempengaruhi kawasan


lainnya pada DAS tersebut.

Penebangan hutan, usaha-usaha budidaya pertanian, perkebunan,


pertambangan, industri di bagian hulu akan menyebabkan
berbagai akibat di bagian hilirnya seperti banjir, terjadi erosi,
pencemaran dan pendangkalan sungai, yang tentunya
mempengaruhi ekosistim di hilir, berkurangnya populasi ikan,
pencemaran dan berkurangnya lapangan usaha masyarakat.
Menyadari betapa pentingnya pengelolaan
Daerah Aliran Sungai, terutama yang melibatkan
juridiksi beberapa pemerintah baik antar provinsi
maupun pemerintah Kabupaten dan Kota.

Perlunya pengelolaan DAS yang melintasi


beberapa wilayah administrasi yang harus
menjadi pertimbangan dalam penyusunan dan
penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Propinsi, Kabupaten dan Kota yang pada
saat ini sedang dilaksanakan.
Kawasan Lindung ? Kawasan Ekosistem RIMBA
Rencana pemantapan kawasan lindung untuk mengurangi resiko
kerusakan lingkungan hidup dan kehidupan sebagai akibat dari
kegiatan pembangunan :

Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim


Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna dan tipe
ekosistem serta keunikan alam
Menyediakan dan mempersiapkan lingkungan hidup (habitat)
untuk suku-suku terasing.
Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna, tipe ekosistem
dan keunikan alam serta mempertahankan cagar budaya sebagai
warisan budaya
Meningkatkan siklus hidrologis pada satuan wilayah sungai untuk
menghindarkan bahaya banjir dan bencana alam lainnya
Berdasarkan rencana tersebut, maka arah pelestarian kawasan
lindung :
Mencegah perambahan dan alih fungsi kawasan seperti
kawasan hutan yang dilindungi menjadi kegiatan budidaya
yang mengganggu fungsi lindung .
Mempertahankan kawasan hutan berfungsi lindung yang
belum mengalami perambahan.
Memperbaiki/ mengembalikan fungsi lindung dari kawasan
lindung yang dirambah.
Mempertahankan ekosistem mangrove sebagai penahan
abrasi, tempat pengendapan lumpur, tempat asuhan post larva,
tempat bertelur, dan tempat mencari makan biota perairan.
Mengendalikan pemanfaatan lahan bergambut oleh kegiatan
budidaya sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan.
Meningkatkan kemampuan satuan wilayah sungai untuk
melangsungkan daur hidrorologisnya.
Melindungi cagar budaya melalui rehabilitasi, renovasi dan
penetapan zona cagar budaya.
Mengendalikan pembangunan fisik dan perkembangan
aktivitas binaan pada kawasan yang potensial mengalami
gerakan tanah.
Melestarikan cagar alam untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan pendidikan, pariwisata dan ilmu pengetahuan.
Mencegah pemanfaatan bantaran sungai sebagai badan
sungai dan daerah retensi yang berfungsi sebagai pengendali
bahaya banjir.Delineasi kawasan berstatus rawan bencana
alam menurut zoning yang lazim berlaku pada RTRW yang
lebih rinci.
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih
daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang
luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan


yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danaatau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan.
TERIMA KASIH
Kegiatan perkebunan yang berkembang
tersebar di seluruh wilayah dengan berbagai
jenis komoditi, dimana komoditi utama
adalah kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, dan
teh. Sebagian besar lahan perkebunan
tersebut berada di wilayah tengah dan timur.

You might also like