You are on page 1of 4

2.

1 Diagnosis Maloklusi
Diagnosis adalah penetapan suatu keadaan yang menyimpang atau
keadaan normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetuahuan.
Setiap penyimpangan dari keadaan normal ini dikatakan sebagai suatu keadaan
abnormal / anomali / kelainan.
Untuk dapat menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan ilmu
pengetahuan atau pengalaman empirik yang luas mengenai :
a. Keadaan normal / standar normal, beserta variasi-variasinya yang
masih ditetapkan sebagai keadaan normal.
b. Bermacam-macam bentuk penyimpangan dari keadaan normal yang
dikatakan sebagai keadaan abnormal.
Atas dasar ilmu pengetahuan tersebut, kemudian informasi dikumpulkan
melalui prosedur pemeriksaan secara teliti dan sistematis agar didapatkan
seperangkat data yang lengkap dan tepat. Melalui data yang telah dikumpulkan ini
kemudian diagnosis ditetapkan. Makin lengkap dan akurat data yang dikumpulkan
akan makin mudah dan tepat diagnosis ditetapkan, kemudian penyusunan rencana
perawatan dan tindakan perawatan selanjutnya diharapkan dapat dilakukan secara
benar (Graber T.M, 1993).
Menurut Moyers (1988), klasifikasi Angle merupakan sistem klasifikasi
pertama yang diterima secara umum dan lazim dipakai sampai sekarang. Angle
membuat klasifikasi ini dengan maksud untuk mengelompokkan maloklusi dalam
kelompok yang sejenis sehingga memudahkan identifikasi kelainan tersebut dan
menyeragamkan pembahasan.
Klasifikasi Angle dibagi empat grup (Proffit, et.al., 2007), yaitu :
1. Oklusi Normal :
Hubungan gigi molar pertama rahang atas dan molar pertama rahang
bawah yaitu puncak tonjol mesio bukal gigi molar pertama rahang atas terletak
pada bukal grove gigi molar pertama rahang bawah. Puncak tonjol kaninus gigi
rahang atas terletak pada titik pertemuan antara kaninus bawah dengan premolar
satu rahang bawah.
Gambar 1. oklusi normal

2. Maloklusi kelas I Angle (Neutroclusion)


Maloklusi Angle Kelas I disebut juga Neutroklusi dan ditandai dengan
hubungan anteroposterior yang normal antara rahang atas dan rahang bawah.
Tonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama atas terletak pada celah bukal
gigi molar permanen pertama bawah, sedangkan gigi kaninus atas terletak pada
ruang antara tepi distal gigi kaninus bawah dan tepi mesial gigi premolar pertama
bawah. Selain itu, dapat disertai dengan gigi berjejal, rotasi, kehilangan gigi

Gambar 2. Maloklusi kelas I Angle (Neutroclusion)


3. Maloklusi kelas II Angle (Distoclusion)
Maloklusi Angle Kelas II disebut juga Distoklusi. Ditandai dengan Molar
pertama rahang atas terletak lebih ke mesial daripada molar pertama rahang
bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama rahang atas letaknya
lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar pertama tetap rahang bawah.
Kelas II Angle dikelompokkan lagi dalam 2 golongan, yaitu :
a. Divisi 1 : hubungan molar distoklusi dan inklinasi gigi-gigi insisivus
rahang atas ke labial (extreme labioversion). Selain itu, maloklusi kelas II
divisi 1 juga ditandai dengan jarak gigit yang besar dan biasanya disertai
dengan tinggi gigit yang dalam, bibir atas hipotonus, bibir bawah
bersandar pada bagian palatal dari insisif atas, dan lengkung maksila yang
menyempit.
b. Divisi 2 : hubungan molar distoklusi dan gigi insisivus sentral rahang atas
dalam hubungan anteroposterior yang mendekati normal atau sedikit
linguoversi, sementara gigi insisivus lateral bergeser ke labial dan mesial,
proklinasi, jarak gigit dan tumpang gigit kadang-kadang sedikit
bertambah.

Gambar 3. kelas II Angle (Distoclusion)

4. Maloklusi kelas III Angle (Mesioclusion)


Gigi molar pertama rahang atas terletak lebih ke distal dari gigi molar
pertama rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama rahang
atas letaknya lebih ke posterior dari buccal groove gigi molar pertama rahang
bawah.
Gambar 4. kelas III Angle (Mesioclusion)

Moyers, R.E. 1988. Handbook of Orthodontics. 4th Edition. Year Book Medical
Publishers, Inc., Chicago, London, Boca Raton. h.184 188.

Proffit, W.R. & Fields, H.W. 2000. Contemporary Orthodontics. 4th Edition.
Mosby Inc., St. Louis. h. 151-158, 218 220, 282 283.

Rakosi, T.; Jonas, I. & Graber, T.M. 1993. Color Atlas of Dental Medicine :
Orthodontic Diagnosis. Thieme Medical Publishers Inc., New York. h. 160 -
162.

You might also like