Professional Documents
Culture Documents
2, 2008
Abstract
Overdrainaged phenomena on peat land after reclamated for agriculture area is indicated
water management/water table control failure. Water table depth of peat land on virgin
forest that has been reclamated is low (0.15 m) and this condition on Zamrud peat dome.
Water table dept on old reclamated peat land has better condition than peat land after
new reclamated as plantation area. Peatland degradation showed overdrainage
phenomena has potential happened on land clearing and canal construction activity.
This condition have effected to water table dept about 1 m. Overdrainaged impact on
peatland has caused fire of peatland. For example this condition occured in Siak Kecil
peat dome and Kandis peat dome.
103
Hasmana Soewandita : Studi Muka Air Tanah Gambut dan Implikasinya JAI Vol.4, No.2, 2008
104
Hasmana Soewandita : Studi Muka Air Tanah Gambut dan Implikasinya JAI Vol.4, No.2, 2008
3.3. Kedalaman Muka Air Tanah Gambut Hasil pemboran kubah gambut, menunjukkan
ketebalan gambut pada kubah ini bervariasi
a. Kubah Gambut Siak Kecil. antara 1 m hingga 8,7 m. Sedangkan kedalaman
muka air tanahnya bervariasi antara 0,27 m
Kubah gambut Siak Kecil menempati hingga 0,8 m. Kondisi penutupan lahan pada
areal seluas 51.259 ha. Berdasarkan hasil kubah ini secara umum merupakan HTI,
pemboran pada Kubah Gambut Siak Kecil sehingga secara umum dinamika muka air pada
sebanyak 7 titik plot, kedalaman muka air tanah kawasan gambut ini sangat tinggi meskipun satu
gambutnya bervariasi dari 0,4 hingga 1 m. jenis penggunaan lahan.
Sedangkan kedalaman gambutnya bervariasi
antara 4,4 m hingga 8,6 m. Muka air tanah yang e. Kubah Gambut Zamrud
rendah ditunjukkan pada tanah-tanah gambut
yang sudah dibuka seperti untuk perkebunan, Kubah gambut zamrud merupakan
sedangkan pada tanah gambut yang mempunyai kawasan gambut yang paling luas sekitar
penutupan lahan berupa hutan (sekunder) muka (132.003. ha). Hasil pemboran yang dilakukan
air tanahnya masih tinggi. pada 13 titik menunjukkan tinggi muka air tanah
gambut antara 0,15 m hingga 0,8 m. Tinggi muka
b. Kubah Gambut Merempan. air tersebut tersebar pada kedalaman atau
ketebalan kubah gambut dari 3,3 m hingga yang
Mengingat Kubah gambut Merempan terdalam 17 m.
relatif kecil, yaitu sekitar 7,160 Ha, maka hanya
dilakukan pemboran sebanyak 4 titik. Ketebalan Pada kubah gambut yang kawasannya
gambut di kubah Merempan sekitar 4,7 m sampai merupakan hutan alam (suaka margasatwa)
4,8 m. Sedangkan ketinggian muka air tanahnya Zamrud, kondisi muka air gambutnya paling
0,15 m hingga 0,76 m. Pada kawasan rendah sekitar 0,15 m. Keadaan ini terdapat pada
perkebunan dimana gambut sudah mengalami kubah gambut yang berkedalaman 17 m.
reklamasi, kedalaman muka air tanah tergolong Sedangkan kondisi muka air tanah paling tinggi
dalam, sedangkan pada kawasan hutan 0,8 m terdapat pada kubah gambut yang
kedalaman muka air tanahnya masih tinggi. berpenutupan lahan semak belukar, artinya
kondisi muka air tanah yang paling dalam atau
c. Kubah Gambut Buatan besar terdapat pada kawasan gambut yang
terlantar atau terdegradasi. Pada kawasan
Kubah gambut Buatan mempunyai perkebunan baik perkebunan rakyat atau milik
luasan sekitar 5.065 Ha. Pemboran dilakukan perusahaan kedalaman muka air tanah gambut
pada tiga titik lokasi. Hasil pemboran sekitar 0,5 m.
menunjukkan kedalaman muka air tanah pada
kubah gambut buatan yaitu antara 0,1 m hingga f. Kubah Gambut Kandis
0,3 m. Kedalaman gambut kubah gambut buatan
mempunyai kedalaman 1 m hingga 2,9 m. Pemboran gambut yang dilakukan pada
7 titik lokasi di kawasan kubah gambut Kandis
Apabila dilihat dari kondisi penggunaan menunjukkan kedalaman muka air tanah
lahannya, pada gambut yang mempunyai bervariasi dari 0,45 m hingga 0,9 m. Kedalaman
kedalaman/ketebalan lebih dangkal mempunyai muka air tanah gambut ini terdapat pada gambut
kedalaman muka air tanah yang lebih rendah yang berkedalaman atau berketabalan antara
dibandingkan pada gambut tebal, meskipun 2,25 hingga 5,4 m. Kedalaman muka air di kubah
kondisi penutupan lahannya berupa hutan. Hal ini gambut Kandis tersebut berada pada kawasan
karena pada gambut yang relatif tipis tentunya lahan gambut dengan penggunaan lahan
kemampuan untuk menahan air akan lebih kecil perkebunan.
dibandingkan pada gambut dalam.
Pada kawasan gambut yang baru dibuka
Pada kasus ini gambut dengan ketebalan kedalaman muka air tanah gambutnya lebih
1 m, kedalaman muka air tanahnya 0,1 m, besar dibandingkan dengan kawasan
sedangkan pada gambut tebal 2,3 m kedalaman perkebunan yang telah lama dibuka. Gambaran
muka air tanahnya lebih besar yaitu 0,2 m. muka air tanah gambut pada seluruh kubah
(dome) gambut di Kabupaten Siak disajikan pada
d. Kubah Gambut Sungai Mandau Lampiran 1 (gambar muka air kubah gambut).
Pemboran kubah gambut sungai Mandau 3.4. Implikasi Pengelolaan Muka Air Tanah
dilakukan di 8 titik. Kubah Sungai Mandau Gambut Terhadap Degradasi Lahan
mempunyai luasan gambut sekitar 18.518 Ha. Gambut
105
Hasmana Soewandita : Studi Muka Air Tanah Gambut dan Implikasinya JAI Vol.4, No.2, 2008
106
Hasmana Soewandita : Studi Muka Air Tanah Gambut dan Implikasinya JAI Vol.4, No.2, 2008
Palangkaraya Peat and Implications for its 6. Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy.
Sustainability. In : J.O. Riely and S.E. Page. United States Department of Agricultural
Biodiversity and Sustainability of Tropical Natural Resources Conservation Service.
Peatland. Samara Publishing Limited.
7. Subagyo et al. 1996. Prospek Lahan
Cardigan, UK. Pp. 157-167.
Gambut Untuk Pertanian. Makalah
3. Radjagukguk, B. 1997. Peat Soils of disampaikan pada Dies Natalis IPB ke-XXXIII
Indonesia : Location, Clasification and 26 September 1996. Bogor.
Problems for Sustainability. In : J.O. Riely
8. Subagyo. 2003. Tipologi Lahan Rawa dan
and S.E. Page. Biodiversity and
Pengelolaannya. Bogor. Makalah
Sustainability of Tropical Peatland. Samara
disampaikan pada Program HRD. BPPT
Publishing Limited. Cardigan, UK. Pp. 45-
HSF. Jakarta.
54.
9. Wosten, J.H.M, et al. 2002. Chalanges in
4. Setiadi, B. 1999. Masalah dan Prospek
Land and Water Management for Peatland
Pemanafaatan Gambut. BPPT-HSF,
Development in Serawak. In Jack Rieley
Jakarta.
and Susan Page. Jakarta Symposium
5. Silvius, M. J., Simons, H.W., and Verheugt, Proceeding on Peatland for People Natural
W.J.M. 1984. Soils, Vegetation, Fauna and Resources Function and Sustainable
Nature Conservation of the Berbak Game Management. BPPT and Indonesian Peat
Reserve, Sumatra, Indonesia. RIN, Arnhem, Association.
The Netherlands.
107
Hasmana Soewandita : Studi Muka Air Tanah Gambut dan Implikasinya JAI Vol.4, No.2, 2008
Lampiran 1.
0
SK SK SK SK SK SK SK MR MR ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM ZM BT BT BT ZM MR MR SM SM SM SM SM SM SM KD KD KD KD KD KD
-0.2
Kedalaman (m)
-0.4
-0.6
-0.8
-1
TITIK KUBAH
Gambar 2. Kedalam Muka Air Tanah Gambut di Tujuh Kubah Gambut di Kabupaten Siak
108