You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KERACUNAN DAN

OVERDOSIS

Disusun Oleh

Kelompok 3

Nama :

1. Devi Putriani 7. Mety Eva Rahayu


2. Nor Said 8. Ellya Shahnaz Fitria
3. Dewi Prastika 9. Muhammad Zainova N.F
4. Sahal Pitiha 10. Rizka Ayu Nur Aisyah
5. Erina Dwi Cahayani 11. Nur Fadlilah
6. Ahmad Mutholib 12. Winda Aprilia Saputri
13. Dinar Puspahati

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan
dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang
disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan
tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja (Brunner and
Suddarth, 2010).
Overdosis adalah keadaan dimana seseorang mengalami ketidaksadaran akibat
menggunakan obat terlalu banyak, Ketika batas toleransi tubuh dalam mengatasi zat
tersebut terlewati (melebihi toleransi badan) maka hal ini dapat terjadi.Overdosis
(disingkat OD) atau Kelebihan dosis adalah gejala terjadinya keracunan akibat obat
yang melebihi dosis yang bisa di terima oleh tubuh. OD sering disangkutan dengan
terjadinya bila heroin digunakan bersama alkohol, obat tidur misalnya golongan
barbiturat (luminal) atau penenang (valium, xanax, mogadon/BK dan lain-lain).

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien dengan keracunan dan overdosis
Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan pengertian keracunan dan overdosis
2. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi/predisposisi keracunan dan overdosis
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi keracunan dan overdosis
4. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis keracunan dan overdosis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan keracunan dan overdosis
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian berdasarkan teori keracunan dan
overdosis
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian berdasarkan kasus keracunan dan
overdosis
8. Mahasiswa mampu menggambarkan pathways keperawatan keracunan dan
overdosis

2
9. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan keracunan dan overdosis
10. Mahasiwa mampu menyebutkan intervensi dan rasional keracunan dan overdosis

1.3 Metode Penulisan


Data penulisan makalah kami peroleh dari :
1. Studi pustaka
a. Metode dengan membaca berbagai sumber buku
b. Metode dengan membaca berbagai sumber jurnal
c. Metode dengan membaca berbagai sumber internet

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN (latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan)
BAB II : KONSEP DASAR (pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan, pengkajian teori dan kasus, pathways keperawatan, diagnosa
keperawatan, intervensi dan rasional).
BAB III : PENUTUP (kesimpulan)

3
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Keracunan adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik,
baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung
departemen kedaruratan datang karena masalah toksik (Sartono, 2012).
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti
usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.
Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan
rumah tangga maupun lingkungan kerja (Brunner and Suddarth, 2010).
Keracunan adalah masuknya suatu zat toksik ke dalam tubuh melalui system
pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu kesehatan bahkan
dapat menimbulkan kematian (Paula,2009).
Overdosis adalah keadaan dimana seseorang mengalami ketidaksadaran akibat
menggunakan obat terlalu banyak, Ketika batas toleransi tubuh dalam mengatasi zat
tersebut terlewati (melebihi toleransi badan) maka hal ini dapat terjadi. Overdosis
(disingkat OD) atau Kelebihan dosis adalah gejala terjadinya keracunan akibat obat yang
melebihi dosis yang bisa di terima oleh tubuh. OD sering disangkutan dengan terjadinya
bila heroin digunakan bersama alkohol, obat tidur misalnya golongan barbiturat (luminal)
atau penenang (valium, xanax, mogadon/BK dan lain-lain). Jangan mengonsumsi heroin
bersama alkohol atau obat tersebut.

4
B. ETIOLOGI
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan
berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembang biakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari
akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan
makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan
dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi
oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara
lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di
tempat-tempat yang tidak ada udaranya.Kuman ini mampu melindungi dirinya dari
suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang
demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara
kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah
memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian
disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu
diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami
kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah
sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena
itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b. Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur
yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah,
mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan. Tindakan
pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah.
Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram

5
dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas
buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam
saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya
keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta
lainnya.
Gejala klinisnya seperti : sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri
sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak
keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan : pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air
soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk
mengurangi sakitnya.Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di
rumah sakit.
d. Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.Diduga racun tersebut
terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu.Gejala-gejala keracunan berbagai
binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.
Gejala itu berupa : mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan
susah bernafas.
Tindakan pertolongan : usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang
sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan
buatan.Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e. Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida).Singkong beracun biasanya
ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan
daunnya.Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat.Dalam beberapa menit
setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul.Dalam dosis besar,
racun itu cepat mematikan.
2. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah :
a. Terutama pada anak-anak <6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.
b. Daerah perkotaan > daerah perdesaan
c. Pria > wanita

6
d. Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Gejala dan Tanda :
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas,
pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin
muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan,
panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian.Pada anak yang lebih besar
mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan.Gejala
CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi.Pada kasus yang gawat, pembesaran
jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi.Kerusakan ginjal
dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan.Gejala lain seperti broncho pneumonia,
efusi pleura, pneumatocele, pneumo mediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus
emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan
pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga
kerusakan permanen mata.
3. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam
golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya
adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid,
aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis,
fasikulasi otot, cemas dan kejang.Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot
perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal.Kematian
biasanya karena depresi pernafasan.
a. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi,
Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram
perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi
b. Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia,
takikardi (hipertensi).
c. Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi
pernafasan.
d. Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.
4. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti
pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen metana,

7
karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan
bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
5. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll (Djoko Widodo, 2013).

C. PATOFISOLOGI
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi
mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin
tidak tampak karena
adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).

D. MANIFESTASI KLINIS
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah
melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak
hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa
racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini
jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada
keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda,
karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang
sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai
berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan
hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Tabel Manifestasi Klinis Keracunan

Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin


Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim Garam logam

8
di mulut, mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,
gemetar, lemah, pingsan.
1-6 jam (rerata 2- Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus dan
4) enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa Bacillus Cereus.
muntah) mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan, koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran secret
dari hidung, terkadang ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, Corynebacterium
eksudat berwarna keabuan, diphtheria
demam, mengigil, nyeri
tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah
bening leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B. cereus;
6-12) disebabkan S; faecalis; S. faecium
Clostridiumperfringens, kadang-
kadang rasa mual dan muntah
12-72 jam (rerata Kram perut, diare, muntah, Salmonella spp (termasuk
18-36) demam, mengigil, lemah hebat, S. Arizonae), E. coli
mual, sakit kepala, kadang-kadang enteropatogenik, dan
diare berdarah dan berlendir, lesi Enterobakteriacae, V.
kulit yang disebabkan Vibrio cholera (01 dan non-01),
vulnificuis.Yersinia enterocolitica vulvinicus, V. fluvialis.
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut.

9
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enterik
nyeri perut, gejala saluran nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia
sakit perut, berat badan menurun
1-beberapa Sakit perut, diare, sembelit, sakit Entamoeba hystolitica
minggu kepala, mengantuk, kadang tanpa
gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia sanginata dan
berat badan menurun, sakit perut, taenia solium
kadang gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic
penglihatan kabur, nyeri dada,
sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, Jamur jenis muscaria
pupil mengecil, bernafas seperti
orang asma.
1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang, kedutan,
paralisis otot.
Rasa baal atau gatal,
gastroenteritis, pusing, mulut Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil melebar,
pandangan kabur, paralisis otot.
2 jam-6 hari (12- Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated hydrocarbon
36 jam) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak
ada nafsu makan, berat badan
menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau
diplobia, reflek cahaya hilang, Clostridium botulinum dan

10
sulit menelan, berbicara dan toksinnya.
bernafas; mulut kering, lemah,
paralisis pernafasan.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, Air raksa organic
spastic, penglihatan berkurang,
buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki,
kaki dan tangan jatuh. Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin (histamine)
muntah, rasa panas pada mulut,
tengorok terasa terbakar, muka
sembab dan merah, sakit perut,
gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa Monosodium glutamate
seperti digaruk (geli), kemerahan, (MSG)
pusing, sakit kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal,
sakit perut, edema lutut dan Asam nikotinat
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin (paralytic
terbakar, baal, mengantuk, bicara shelifish poisoning: PSP)
inkoheren, paralisis pernafasan.
2-5 menit sampai Sensasi panas dan dingin Brevetoxin (neurotoxic
3-4 jam bergantian, rasa geli; baal shelifish poisoning: NSP)
disekitar bibir, lidah dan
tengorokan; nyeri otot, pusing,
diare, muntah.
30 menit sampai Rasa mual, muntah, diare, sakit Dinophysis toxin, okadaic
2-3 jam perut, mengigil, demam. acid, pectenotoxin,
yessotoxin (Diarrheic
shelifish poisoning:DSP)

11
24 jam Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
(gastrointestinal) bingung, hilang ingatan, shelifish poisoning: ASP)
sampai 48 jam deisorientasi, kejang dan koma.
(neurologis)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan
Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema Trichinella spiralis
hari) disekitar mata, berkeringat, nyeri
otot, mengigil, lemah, sulit
bernafas.
7-28 hari (rerata Lemah yang hebat, sakit kepala, Salmonella typhi
14 hari) sakit kepala, demam, batuk, mual,
muntah, sembelit, sakit perut,
mengigil, bintik merah dikulit,
tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii
kemerahan.
10-50 hari (rerata Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu Mungkin virus
25-30) makan, mual, sakit perut, kuning
(ikterus).
Bervariasi, Demam, mengigil, sakit kepala Bacillus anthracis,
bergantung atau sendi, lemah-lesu, bengkak brucella melitensis, B.
pada tipe dikelenjar getah bening, dan abortus, B. suis, coxiella
penyakit gejala yang khas untuk penyakit bernetti, francisella
lain. tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.

12
Manifestasi klinis menurut (Noer Syaifoellah, 2006) :
1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5. Bingung.
6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak berkeringat
8. bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa

E. PENATALAKSANAAN (sesuai etiologi)


Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem
organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan
tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum
kedaruratan keracunan antara lain:
1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan
efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat
atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan,
yaitu:
a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
b. Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan
cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi
darah dikembalikan ke pasien.

13
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala
masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
Penatalaksanaa menurut (Suzanne C. Brenda G.2011) :
1. Tindakan Emergenci
a. Airway :Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
b. Breathing :Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi
jaringan.
2. Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan
penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah
sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita
yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling
efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis,katarsis dan
kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 6
jam. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakankumbah lambung sebaiknya
dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah
aspirasi pnemonia.
4. Anti Dotum (Penawar Racun)

14
Antidot atau obat penawar racun adalah obat atau bahan yang mempunyai daya kerja
bertentangan dengan racun, dapat mengubah sifat sifat kimia racun atau mencegah
absorbsi racun. Hanya sedikit keracunan yang dapat ditawarkan oleh antidot yang
spesifik. Meskipun antidot kadang kadang merupakan obat penyelamat nyawa
penderita keracunan, penanggulangan keracunan tidak dapat diandalkan hanya dengan
menggunakan antidot.
Selain itu, beberapa antidot menimbulkan efek samping yang mungkin tidak kita
kehendaki.
a. Antidot pembentuk senyawa insert
b. Antidot yang mendektoksifikasi racun
c. Antidot berkompetisi dengan racun memperebutkan reseptor yang esensial
d. Antidot memblokade reseptor esensial
e. Antidot spesifik yang mempercepat pengeluaran racun
f. Antidot mengabsorbsi racun
g. Antidot menghambat absorbsi racun
h. Antidot perangsang muntah

F. PENGKAJIAN FOKUS
1. DEMOGRAFI
a. Identitas Pasien
2. RIWAYAT KESEHATAN
3. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN
FISIK
a. Data fokus
1) Data Subyektif
a) Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan
sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung dan status kesadaran.
b) Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa
lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2) Data Obyektif
a) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan
saluran pencernaan.

15
b) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi,
delirium, kejang sampai koma.
c) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
d) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah
besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
e) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
f) Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia (Mansjoer Arif,2009).

b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran menurun
2) Pernafasan
Nafas tidak teratur
3) Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia
4) Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
5) Gastrointestinal
Muntah, diare
6) Integumen
Berkeringat
7) Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
8) Integritas Ego
Gelisah, pucat
9) Eliminasi
Diare
10) Selaput lendir
Hipersaliva
11) Sensori
Mata mengecil/ membesar, pupil miosis (Mansjoer Arif,2009).

16
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N,
kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif (Mansjoer
Arif,2009).
a. BGA
b. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .
Keracunan Akut :
1) Ringan 40 70 %
2) Sedang 20 40 %
3) Berat <>
4) Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 2550%.
c. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering
hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ
organ lainnya.

17
G. PATHWAYS KEPERAWATAN

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Resiko kekurangan cairan tubuh.
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual,muntah
5. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard
6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu tubuh
7. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu (Doengoes, 2014).

18
I. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, bersihan jalan nafas menjadi efektif
Intervensi :
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal: semifowler.
Rasional :
b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional :
c. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Rasional :
d. Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan misal ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
e. Pendidikan kesehatan : Jelaskan penggunaanperalatan pendukung dengan benar
(oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermitten pressure breathing/IPPB)
Rasional :
f. Tindakan kolaborasi : Berikan oksigen sesuai program
Rasional :

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd


Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
g. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
h. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan
i. Berikan kenyamanan dan istirahat
j. Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat
mengurangi komsumsi oksigen
k. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun.

3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

19
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat mempertahankan
tingkat kesadaran klien (komposmentis)
Intervensi :
a. Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan
kesadaran
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya
pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,
jantung dan paru.
d. Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi
resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi
penumpukan racun
4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
b. Jelaskan mekanisme pengobatan
Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan dapat
mengurangi kecemasan pasien
c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif.
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki
efektif
d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety precautions.
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu proses
pengobatan (Doengoes, 2014).

20
KASUS
Nn. Beyonce 20 tahun ditemukan keluarganya pingsan dikamar mandi dan didapati
ditangannya memegang sebotol obat serangga. 10 menit kemudian, Nn. Beyonce tiba di
instalasi Gawat Darurat tempat anda bekerja. Dari hasil pemeriksaan sementara didapatkan
hipersalivasi, sianosis dan miosis. Keluar cairan putih berbusa dari mulut pasien. GCS
E2M4V3. Pasien gelisah, TD 100/60 mmhg, nadi 101 x/ menit, RR 28 x/ menit. Tiba-tiba
pasien sangat gelisah, nafas berat.

Pengkajian

1. Data Demografi
Nama : Nn. Beyonce
Usia : 20 tahun
2. Riwayat kesehatan : -
3. Data fokus terkait perubahan pola fungsi dan pemeriksaan fisik
a. Data fokus
1) Data obyektif
- Keluar cairan putih berbusa dari mulut pasien
- Pernafasan cepat
- Pasien gelisah
2) Data Subyektif
Nn. Beyonce ditemukan pingsan di kamar mandi dan didapati memgang
sebotol obat serangga. 10 menit kemudia di bawa ke IGD.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran umum
Kesadaran menurun
2) Pernafasan
Pernafasan cepat
3) Kardiovaskuler
Hipotensi,
4) Persarafan

21
Miosis, penurunan kesadaran
5) Gastrointestinal
-
6) Integumen
sianosis
7) Muskuloskeletal
-
8) Integritas Ego
Gelisah
9) Eliminasi
-
10) Selaput lendir
Hipersalivasi
11) Sensori
-
4. Pemeriksaan Penunjang
-
5. Diagnosa kasus
Data fokus Diagnosa
DO : Keluar cairan putih berbusa Pola nafas tidak efektif b.d distress
dari mulut pasien, RR 28 x/ pernapasan
menit.
DS : -
DO : pasien gelisah, nadi 101 x/ menit Ansietas b.d tidak efektifnya koping
DS : - individu

KURANG INTERVENSI

BAB 3

22
DAFTAR PUSTAKA

Bresler, Michael Jay.2006. Manual Kedokteran Darurat. Jakarta : EGC


Kisanti,Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama Pada Darurat Klinis. Jilid-1.
Araska : Yogyakarta
Marylin. D. 2000 , Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta.

Smeltzer, Suzzane. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Volume 3. Jakarta: EGC.
Widodo, Djoko.2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Pustaka
Noer Syaifoellah, 2006, Ilmu Penyakit Dalam, FKUI :Jakarta
Mansjoer Arif, 2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 Media Aesculapius, FKUI
:Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2011,Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta
Bunner And Suddarth.2010. Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3. EGC
: Jakarta
Sartono. 2012. Racun Dan Keracunan. Widya Merdeka : Jakarta.
Dongoes, Marillyn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

23

You might also like