You are on page 1of 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Persalinan Fisiologis

a. Pengertian

1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran

normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam,

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Jannah, 2015)

2) Persalinan adalah bagian dari proses melahirkan sebagai respons

terhadap kontraksi uterus, segmen bawah uterus teregang dan

menipis, serviks berdilatasi, jalan lahir terbentuk dan bayi

bergerak turun ke bawah melalui rongga panggul. (Hanretty,

2014)

3) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari dalam rahim

melalui jalan lahir dengan LBK atau dengan tenaga ibu sendiri,

tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Mochtar, 2013)

5
6

b. Tanda-tanda Persalinan

1) Tanda pendahuluan menurut (Mochtar, 2013) adalah

a) Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul.

b) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.

c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria)

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya

kontraksi- kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut

false labor pains.

e) Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya

bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

2) Tanda Pasti Persalinan meliputi:

a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan

teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan- robekan kecil pada serviks.

c) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan.

c. Menurut Rukiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan,

yaitu faktor power, faktor passenger, faktor passage, dan faktor

psyche:
7

1) Faktor Power (Kekuatan)

Power adalah kekuatan janin yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah

his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna. (Oxorn,

2010)

2) Faktor Passanger (Bayi)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah

faktor janin,yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi

janin, bagian terbawah janin, dan posisi janin. (Rohani, 2011)

3) Faktor Passage (Jalan Lahir)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas :

a) Bagian keras : tulang-tulang panggul (rangka panggul).

b) Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament-

ligament. (Asrinah, 2010)

4) Faktor psyche (Psikis)

Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami

dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama

bersalin dan kelahiran anjurkan merreka berperan aktif dalam

mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang mungkin

akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu

untuk didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai

keinginan ibu untuk didampingi. (Rukiyah, 2009)


8

5) Posisi Ibu (Positioning)

Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan

fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu

bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman,

dan memperbaiki sirkulasi. (Sondakh, 2013)

d. Tahap Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:

1) Kala I

Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang

ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan

menyebakan perubahan pada serviks hingga mencapai

pembukaan lengkap, fase Kala I Persalinan terdiri dari Fase

Laten yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan

mendekati 4cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih

diantara 20-30 detik, tidak terlalu mules; Fase aktif dengan

tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40

detik atau lebih dan mules, pembukaan 4cm hingga lengkap,

penurunan bagian terbawah janin, waktu pembukaan serviks

sampai pembukaan lengkap 10 cm, fase pembukaan dibagi

menjadi 2 fase, yaitu fase laten : berlangsung selama 8 jam,

pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3

cm. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi

lamanya 2 jam dengan pembukaan 3 menjadi 4 cm, fase dilatasi


9

maksimal lamanya 2 jam dengan pembukaan 4 menjadi 9 cm,

fase deselerasi lamanya 2 jam pembukaan dari 9 sampai

pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam dengan pembukaan 1 cm per jam, pada

multigravida 8 jam dengan pembukaan 2 cm per jam.

Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu : ketuban pecah

dini, tali pusat menumbung, obstrupsi plasenta, gawat janin,

inersia uteri. (Rukiyah, 2009)

2) Kala II

Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap

tampak bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina,

ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum

atau vagina, perinium terlihat menonjol, vulva dan springter ani

membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. (Asrinah,

2010)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi

lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1

jam pada multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk

ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan,

karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau buang air

besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin

mulai kelihatan, vulva membuka, perinium membuka, perinium


10

meregang. Dengan adanya his ibu dan dipimpin untuk

mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

(Rukiyah, 2009)

Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu : eklamsi,

kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung, penurunan

kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur uteri,

distocia karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri,

tanda-tanda lilitan tali pusat. (Rukiyah, 2009)

3) Kala III

Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan

berlangsungnya proses pengeluaran plasenta. Tanda-tanda

pelepasan plasenta : terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi

fundus uteri, tali pusat memanjang atau menjulur keluar melalui

vagina atau vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba kala

III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Asrinah, 2010)

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri

setinggi pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi

lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya

plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta, disertai pengeluaran darah. Komplikasi

yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat atonia

uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali


11

pusat. (Rukiyah, 2009)

4) Kala IV

Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama post partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala

IV adalah sub involusi dikarenakan oleh uterus tidak

berkontraksi, perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri,

laserasi jalan lahir, sisa plasenta. (Sondakh, 2013)

2. Persalinan Kala II Lama

Partus lama disebut juga distosia, di definisikan sebagai persalinan

abnormal dan tidak adekuat atau kemajuan proses persalinan memanjang,

kegagalan dilatasi serviks, dan kegagalan penurunan kepala janin.

(Norwitz, 2006)

Persalinan kala II lama didefinisikan sebagai persalinan kala II

yang lebih dari 3 jam dengan analgesia regional dan lebih dari 2 jam tanpa

analgesia regional pada nullipara sedangkan pada multipara, keadaan ini

didefinisikan sebagai persalinan kala II yang lebih 2 jam dengan analgesia

regional dan lebih dari 1 jam tanpa analgesia regional (Cunningham, 2013)

Kala II lama adalah persalinan yang sudah dipimpin mengejan

pada primigravida dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila

digunakan analgesia regional, sedangkan pada multigravida dibatasi 1 jam

dan diperpanjang sampai 2 jam apabila digunakan analgesia regional.

(Saifuddin, 2010)
12

3. Etiologi

Pada prinsipnya, sebab-sebab kala II lama dapat dibagi menjadi:

a. Kelainan tenaga (kelainan his)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada

setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami

hambatan atau kemacetan.

1) Inersia Uteri

Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus

berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu pada bagian lainnya.

Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu

maupun janin kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama.

2) Incoordinate Uterine Action

Disini sifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga

di luar his dan kontraksinya berlansung seperti biasa karena tidak

ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya koordinasi antara

bagian atas, tengah dan bagian bawah menyebabkan his tidak

efisien dalam mengadakan pembukaan. Tonus otot yang menaik

menyebabkan nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat

pula menyebabkan hipoksia janin. (Prawirohardjo, 2010).

Kelainan his adalah his yang tidak normal, baik kekuatan

maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.

(Nugraheny, 2009)
13

b. Kelainan janin

Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena

kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin. (Prawirohardjo, 2010)

Menurut Mochtar (2013) kelainan janin yang mengakibatkan

kemacetan pada persalinan, yaitu:

1) Kelainan letak yaitu kelainan pada letak kepala (letak defleksi,

letak belakang kepala UUK melingtang, dan letak tulang ubun-

ubun), letak sungsang, letak lintang (transverse lie), dan

presentasi rangkap atau ganda.

2) Kelainan bentuk yaitu kelainan pada pertumbuhan janin yang

berlebihan (lebih dari 4000 gram), hidrosefalus, monster (kembar

siam, akardiakus, dan anensefalus), dan janin dengan perut besar.

3) Tali pusat yang menumbung.

c. Kelainan jalan lahir.

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi

kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan. (Prawirohardjo,

2010).

Disproporsi Fetopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk

melewati panggul secara absolut dimana janin sama sekali tidak akan

selamat dengan melewati jalan lahir dan secara relatif apabila

dipengaruhi oleh factor-faktor lain. (Oxorn, 2010). Kesempitan

panggul dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1) Kesempitan pintu atas panggul


14

2) Kesempitan bidang tengah panggul

3) Kesempitan pintu bawah panggul

4) Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah panggul,

dan pintu bawah panggul.

(Fauziyah, 2012)

Selain itu, terdapat juga kelainan jalan lahir lunak, yaitu:

1) Kelainan distosia seviks uteri yang terdiri dari serviks kaku, serviks

gantung, serviks konglumer dan edema serviks.

2) Kelainan di vagina dan selaput dara.

3) Kelainan jaringan lunak lainnya tumor jalan lahir dan kandung

kemih) juga dapat menghalangi lancarnya persalinan. (Mochtar,

2013)

d. Faktor Lain

1) Faktor Penolong

Menurut Rukiyah (2009) factor penolong diakibatkan

pertolongan yang salah dalam manajemen persalinan yaitu :

a) Salah pimpin

b) Manipulasi (Kristeler)

c) Pemberian uterotonika yang kurang pada tempatnya

2) Faktor psikologis

Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik

sekaligus emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek

psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain.
15

Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat mereka

takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat

menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan

antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan dengan

mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran

bayinya. (Diponegoro, 2009)

4. Patofisiologi

Presentasi janin dapat juga menyebabkan perpanjangan masa

persalinan, misalnya posisi oksipito demikian juga besarnya janin lebih

dari 4000 gram tidak mudah dilahirkan pervaginam, meskipun ukuran

panggul normal. (Rohani, 2011)

Faktor penyebab kala II lama yaitu kelahiran jalan lahir yang sering

ditemui saat kepala fetus terlalu besar untuk rongga pelvis, adanya persalin

yang tidak efektif serta dystosia jaringan lunak, maka kondisi tersebut

akan menghambat kemajuan persalinan serta akan menimbulkan

komplikasi pada ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2010).


16

Persalinan
Normal

Pembukaan Lengkap 10 cm

Incoordinate Malposisi, Disproporsi Ibu Penolong


Uterine Malpresentasi Fetopelvik Cemas Salah
Action , dan Giant dan Kelainan dan Memimpin
Baby Serviks Stress

Dilatasi Pembukaan Serviks

Kala II Lama
Komplikasi pada Ibu Komplikasi pada Janin

Bagan 1.1. Patofisiologi pada Ibu bersalin Kala II Lama

Sumber: (Mochtar, 2013) (Prawirohardjo, 2010) (Manuaba, 2007)

5. Faktor predisposisi

Faktor Predisposisi pada kala II yaitu ketika fase laten lebih dari 8 jam

dan persalinan telah berlangsung selama 12 jam atau lebih tetapi bayi di

dalam kandungan belum lahir, pembukaan serviks melewati kanan garis

waspada dalam partograf pada persalinan fase aktif. (Prawirohardjo,

2010)

Masalah lain yang mungkin terjadi (tetapi jarang) adalah tali pusat

yang pendek, yang kadang-kadang membatasi gerak turun bayi atau


17

menyebabkan denyut janin melambat selama kontraksi. Kadang- kadang

tali pusat yang melilit di sekitar leher atau anggota gerak bayi mempunyai

efek yang sama dengan tali pusat yang pendek. Selain itu, distosia bahu

juga jarang terjadi (Simkin, 2008).

6. Faktor risiko

Bahaya dari partus lama bagi ibu dan janin, yaitu :

a. Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu

maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya

proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24

jam. (Mochtar, 2013). Terdapat kenaikan pada insiden atonia uteri,

laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran

dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu.

(Oxorn, 2010)

Terdapat penurunan semangat, kelelahan, dehidrasi, asidosis,

infeksi dan resiko ruptur uterus. Perlunya intervensi bedah

meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Ketoasidosis dengan

sendirinya dapat mengakibatkan aktivitas uterus yang buruk dan

memperlama persalinan. (Liu, 2008)

b. Bahaya bagi janin

Menurut Oxorn (2010), semakin lama persalinan, semakin tinggi

morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan

berikut ini :
18

a) Asfiksia akibat partus lama itu sendiri.

b) Trauma cerebri (kaput suksedaneum dan molase kepala janin) yang

disebabkan oleh penekanan pada kepala janin.

c) Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang

sulit.

d) Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini

mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat

membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.

Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada

partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe

apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih

besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah berhenti. Sebagian

dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada

anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan

bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi

yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata

mengalami defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-

bayi yang lahir setelah persalinan normal. (Oxorn, 2010)

7. Keluhan Subyektif

Pada persalinan dengan kala II lama biasannya mengeluhkan sudah

tidak tahan ingin meneran, merasa kelelahan, dan merasa cemas akan

kondisinya beserta bayinya.


19

8. Tanda Klinis atau Laboratorium

Menurut Rustam Mochtar (2013) gejala klinik partus lama terjadi

pada ibu dan juga pada janin.

a. Pada ibu

Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,

pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai:

Ring Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat

meconium.

b. Pada janin :

Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan

negarif, airketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

1) Kaput succedaneum yang besar

2) Moulage kepala yang hebat

3) Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)

4) Kematian Janin Intra Parental (KJIP)

9. Prognosis

Prognosis dari partus kala II lama ini ditentukan oleh kecepatan dan

ketepatan dalam mendiagnosis serta menanganinya. Semakin lama partus

tersebut berlangsung, maka semakin besar kemungkinan terjadinya partus

lama dan semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan baik pada ibu

maupun pada janinnya hingga terjadinya partus kasep. (Mochtar, 2013)


20

10. Penatalaksanaan dan pengobatan

Penatalaksanaan pada kala II lama menurut Prawirohardjo (2010)

adalah:

Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi

jumlah oksigen ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan

mengedan secara spontan, mengedan dan menahan nafas yang etrlalu

lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ bradikardi yang lama mungkin

terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan ekstraksi vakum

atau forcep bila syarat memenuhi.

Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan, berikan

oksitosin drip. Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1

jam, lahirkan dengan bantuan ekstraksi vacuum atau forcep bila

persyaratan terpanuhi. Lahirkan dengan secsio sesarea.

Penatalaksanaan partus lama antara lain :

a. Pencegahan (Oxorn, 2010)

1) Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan

mengurangi insidensi partus lama.

2) Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks

belum matang. Servik yang matang adalah servik yang

panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami

pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari

dan lunak serta bisa dilebarkan.


21

b. Tindakan suportif

1) Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus

membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat

menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.

2) Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus

lama, intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui

pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda

adanya acetone dalam urine, harus dicegah Makanan yang

dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan

baik. (Oxorn, 2010)

3) Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga

menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu,

pada persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk

pemberian kalori. (Oxorn, 2010)

4) Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai.

Kandung kemih dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan

perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan kosong.

(Manuaba, 2007)

5) Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus

diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya

diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat

ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah


22

yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan

membahayakan bayinya. (Norwitz, 2006)

6) Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan

frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien

dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus

dilakukan dengan maksud yang jelas. (Oxorn, 2010)

7) Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan

dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang

layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif

diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara spontan.

(Oxorn, 2010)

c. Perawatan pendahuluan

Penatalaksanaan menurut Oxorn (2010), penderita dengan partus

lama adalah sebagai berikut:

1) Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular

2) Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular

3) Streptomisin 1 gr intramuskular

4) Infus cairan :

a) Larutan garam fisiologis

b) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 literataujam

5) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan

mengharuskan untuk segera bertindak.


23

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian

atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus

pada pasien (Varney dkk, 2007).

a. Langkah I. Pengumpulan atau Penyajian data dasar secara

lengkap

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesis

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

1) Data subjektif

a) Biodata atau identitas

(1) Umur

Ibu yang terlalu muda atau tua dianggap penting karena

ikut menentukan prognosa persalinan karena dapat

membawa risiko. Ini berarti bahwa dengan umur <20 tahun

atau >35 tahun memiliki resiko mengalami partus lama

1,766 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan

umur 20-35 tahun tapi tidak bermakna secara statistik.

(Ety, 2011)
24

(2) Paritas

Pada kala II lama paritas mempengaruhi proses

persalinan, biasanya pada kala II lama, primigravida lebih

lama proses persalinannya dibanding multigravida.

(Prawirahardjo, 2009).

(3) Pendidikan

Pendidikan merupakan pengetahuan sesorang ibu ,

bagaimana kondisi janinnya apakah bisa melahirkan dengan

normal atau harus sesar, dengan control ulang pada

kehamilannya, biasanya pada kala II lama ibu belum

mengetahui kondisi janinnya atau kondisi jalan lahirnya (

Prawirohardjo,2009).

b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui ibu pernah hamil berapa kali, bersalin

berapa kali, apakah ada riwayat persalinan malposisi dan

malpresentasi (Varney, 2007).

2) Data Obyektif

Data Obyektif adalah data yang dapat diobservasikan dan

diukur. Data obyektif yang berkaitan dengan kala II lama antara

lain :

a) Palpasi

Pada ibu bersalin dengan kala II lama, pemeriksaan

Leopold dilakukan untuk mengetahui letak janin memanjang


25

atau melintang, punggung dan bagian-bagian kecil janin di

sebelah kiri atau kanan ibu, penentuan taksiran berat

janin,persentasi penurunan, frekuensi dan lama kontraksi atau

his yang biasanya terjadi pada kala II lama kontraksi his tidak

adekuat (Oxorn,2010).

b) Auskultasi

Pada ibu bersalin dengan kala II lama, denyut jantung janin

dapat terdengar cepat atau tidak teratur bahkan negatif saat

pemeriksaan secara auskultasi dengan doppler atau leanec

(Mochtar, 2013)

c) Pemeriksaan dalam atau vagina toucher

Pada ibu bersalin dengan kala II lama biasanya ketika

pemeriksaan dalam terdapat odema servikalis , bagian terendah

sulit di dorong ke atas, dan terdapat kaput pada bagian

terendah janin, ketuban berbau atau berwarna hijau (Manuaba,

2007).

d) Data penunjang

Pada ibu bersalin dengan kala II lama pemeriksaan USG

dilakukan untuk memastikan apakah yang berada di bagian

terbawah benar- benar kepala atau tidak, serta melihat apakah

ada kelainan penyebab kala II lama atau tidak misalnya

malposisi dan malpresentasi. (Oxorn, 2010).


26

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

1) Diagnosa kebidanan

Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan data subyektif dan

obyektif. Diagnosa kebidanan dalam studi kasus ini: Ny. H,

G1P0A0, umur 23 tahun dengan inpartu kala II lama.

2) Masalah

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana perempuan

itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2010). Masalah yang sering timbul pada ibu

bersalin dengan kala II lama yaitu ibu merasa cemas,

ketakutan menghadapi persalinannya dan kontraksi lemah

(Purwaningsih dan Fatmawati, 2010). Masalah yang mungkin

terjadi adalah kelelahan ibu. (Prawirohardjo, 2010)

3) Kebutuhan

Bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan

masalahnya. Kebutuhan ibu bersalin dengan kala II lama adalah

informasi tentang kala II lama, perubahan posisi dan beri dukungan

emosi (Saifuddin, 2009).

Kebutuhan ibu saat kelelahan adalah pemberian sedatif serta

analgetik pada dosis yang tidak berlebihan agar tidak mengganggu

kontraksi. Mendorong ibu untuk minum dan pemberian infus

larutan RL untuk mengantisipasi adanya dehidrasi. (Oxorn, 2010)


27

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial atau

Diagnosa Potensial dan Antisipasi Penanganan

Diagnosa potensial lain yang mungkin terjadi pada ibu bersalin

dengan partus lama menurut Manuaba (2010), antara lain: pada ibu

terjadi infeksi intrapartum dan ruptur uteri, sedangkan yang terjadi

pada bayi antara lain fetal disstres atau gawat janin, caput

sucsedaneum, dan asfiksia sampai terjadi kematian. Menurut Oxorn

(2010) diagnosa potensial kala II lama pada ibu adalah syok

hipovolemik.

Antisipasi gawat janin dengan memonitoring jantung janin dan

pengamatan mada pengeluaran mekonium. Harus diperhatikan

antisipasi infeksi saat pemeriksaan rectal atau vaginal yang dikerjakan

dengan frekuensi sekecil mungkin. (Oxorn, 2010). Antisipasi

penanganan oleh bidan adalah observasi KU, TTV dan DJJ (Simkin,

2008; Kurniawati, 2009). Antisipasi dari gawat janin antara lain dengan

membaringkan ibu miring ke kiri, memberi oksigen (Saifuddin,

2009),

Tindakan antisipasi dari infeksi adalah mempercepat persalinan

segera dengan pemberian oksitosin, memberikan kombinasi antibiotik

sampai kelahiran terjadi (apabila ibu melahirkan pervaginam, hentikan

pemberian antibiotik pasca persalinan dan apabila ibu menjalani seksio

sesaria, lanjutkan pemberian antibiotik ditambah metronidazol 500mg


28

melalui IV setiap 8 jam sampai ibu tidak demam selama 48 jam)

(Pamilih, 2006).

d. Langkah IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Kebutuhan tindakan segera untuk ibu dengan kala II lama yaitu:

1) Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi

melakukan rehidrasi intravena (pemberian cairan infus), untuk

mempercepat proses persalinan dengan induksi dan episiotomi.

(Varney, 2007; Saifuddin, 2009).

2) Berikan dukungan dan penyamanan dalam persalinan (Chapman,

2006).

3) Motivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak terlalu panik dengan

kondisinya (Varney, 2007).

e. Langkah V. Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh

Langkah kelima mengembangkan rencana perawatan yang

komprehensif yang ditentukan dengan langkah sebelumnya. Suatu

rencana perawatan yang komprehensif meliputi hal-hal yang

diindikasikan oleh kondisi pasien dan masalah lain yang berkaitan.

Apapun yang berkaitan dengan aspek apapun dari perawatan harus

disetujui oleh kedua pihak oleh bidan atau wanita tersebut bersifat

efektif (Varney, 2007).

Rencana asuhan komprehensif pada ibu bersalin dengan kala II

lama yaitu:
29

1) Nilai secara cepat keadaan umum, vital sign serta tingkat

hidrasinya (Liu, 2008)

2) Tentukan keadaan janin dengan pemeriksaan DJJ selama atau

segera sesudah his dan hitung frekuensinya sekurang-kurangnya

sekali dalam 30 menit (Rukiyah, 2009)

3) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih agar tidak

mengganggu jalan lahir. (Sondakh, 2013)

4) Apabila kontraksi tidak adekuat dan tercium bau keton, anjurkan

pasien untuk mobilisasi dan minum minuman yang manis, namun

apabila tidak bisa, upaya stabilisasi dengan memberikan infus

dekstrosa atau NaCl. (Sulistyawati, 2010)

5) Berkolaborasi dengan dr. Sp.OG (Simkin, 2008)

6) Jika terjadi gawat janin lakukan sectio cesarea, jika syarat

terpenuhi lakukan ektrasi vakum atau forceps. (Simkin, 2008)

7) Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc

dekstrosa atau NaCl dengan syarat induksi pada kasus kala II

Lama adalah :

a) Janin mendekati aterm

b) Tidak terdapat kesempitan panggul atau sefalopelvik

disproportion

c) Memungkinkan untuk lahir pervaginam

d) Janin dalam presentasi belakang kepala

e) Kepala janin harus sudah masuk panggul. (Oxorn, 2010)


30

8) Lakukan Episiotomi jika terdapat gawat janin. Syarat melakukan

episiotomi adalah janin mendekati aterm, tidak terdapat

kesempitan panggul atau sefalopelvik disproportion,

memungkinkan untuk lahir pervaginam, janin dalam presentasi

belakang kepala, dan kepala janin harus sudah masuk panggul

(Cunningham, 2013)

9) Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan (Sulistyawati,

2010).

10) Motivasi keluarga untuk pemberian nutrisi termasuk rehidrasi

(Sinclair, 2009).

11) Berikan dukungan bagi Ibu dan keluarga (Sondakh, 2013)

f. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dan

Aman

Langkah keenam adalah pelaksanaan perawatan yang

komprehensif dari langkah kelima secara efisien dan aman. Hal ini

dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau wanita yang bersangkutan,

bidan atau anggota lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, dia

bertanggung jawab atas pengarahan pelaksanaanya (misalnya

mengamati bahwa hal ini telah dilaksanakan) (Varney, 2007).

g. Langkah VII. Evaluasi

Langkah terakhir evaluasi adalah salah salah satu langkah

pemeriksaan dari rencana perawatan, apakah kebutuhan ``butuh

bantuan`` yang teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa.Rencana


31

dianggap efektif jika terlaksana dan tidak efektif jika tedak terlaksana

(Varney, 2007).

Menurut Hakimi (2010) hasil evaluasi yang diharapkan dari ibu

dengan kala II lama adalah dilakukan:

1) Infus oxyticin memperbaiki kontraksi uterus.

2) Pemecahan ketuban secara artifisial diperlukan jika kantong

ketuban yang masih utuh.

3) Pasien harus ditempatkan pada meja bersalin dan dipimpin agar

mau mengejan pada tiap kali his.

4) Digunakan vakum untuk menghasilkan penurunan dan rotasi

kepala lebih lanjut.

5) Episiotomi perineum yang ulet. Dengan langkah tersebut kalau

tidak berhasil dilakukan sectio saesarea.

C. Follow Up Data Perkembangan

Saat menghadapi pasien bidan berfikir menggunakan alur meliputi

langkah Varney kemudian didokumentasikan dalam bentuk SOAP untuk

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan. SOAP merupakan

proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan

kemajuan keadaan pasien. Yang dimaksud dengan SOAP menurut

Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VII/2007 yaitu:

1) S: Subjective

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data


32

klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney. Pada kasus ibu

bersalin dengan kala II lama, data subyektif yang muncul adalah ibu

merasa kenceng kenceng dan ingin mengejan tetapi tidak ada

kemajuan penurunan kepala bayi. (Prawirahardjo,2009)

2) O: Objective

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1

Varney. Pada kasus ibu bersalin dengan kala II lama, data obyektif

didapat dari hasil pemeriksaan keadaan umum ibu lemah dan

pemeriksaan khusus melalui pemeriksaan dalam yaitu pembukaan

lengkap.

3) A: Assessment

Menggambarkan pendokumentasian hasil data analisa dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :

a) Diagnosis atau masalah : Pada ibu dapat terjadi dehidrasi,

perdarahan dan infeksi, sedangkan pada bayi mungkin terjadi

gawat janin

b) Antisipasi diagnosis/masalah dengan mengobservasi

kemajuan persalinan, his, DJJ.

c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi/kolaborasi untuk pemberian induksi dan atau rujukan

sebagai langkah 2 Varney.


33

1) P: Planning

Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan tindakan antisipatif seperti

observasi KU ibu, vital sign, tingkat hidrasi, DJJ, kontraksi pada ibu,

kemajuan persalinan, tindakan segera, kolaborasi, evaluasi atau follow

up dari rujukan sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.

You might also like