Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
Studi awal Identifikasi Gas hidrat menggunakan metode seismik di
Lapangan YF, Selat Makassar
Alfian B.?, Yusi Firmansyah”, Edy Sunardi
. *Pertamina UTC
*Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia
Abstrak
Gas hidrat merupakan suatu senyawa dimana molekul gas terperangkap di dalam
sel sel kristal yang terbentuk dari molekul air yang dipertahankan dalam bentuk hidrat
oleh adanya ikatan hydrogen. Ges hidrat stabil dalam rentang kondisi tekanan dan suhu
yang Inas, sebagai contoh, metana hidrat stabil pada tekanan 20 aPa hingga 2 GPa dalam
snhu 70 sampai 350 K. Morfologi dari kristal yang terbentuk pun sangat beragam dan
ditentukan oleh komposisi serta kondisi pertumbuban kristal (Makogon ef al., 2007),
Studi gas hidrat ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran terhadap potensi Gas
Hidrat Metana di Selat Makassar dan sekitamya, Pemalaman ini sebagai langkah awal
untuk studi potensi Gas Hidrat Metana Nasional. Data yang digunakan meliputi data
seismik 3D. Target horizon yang diinterpretasi yaitu top gas hidrat. Interpretasi seismik
dilakukan juga dengan menggunakan atribut seismik. Peta struktur waktu menggunakan
metode interpolasi Konvergen dengan ukuran Grid 50 x $0, menghasilkan area yang
berpotensi terdapat gas hidrat. Analisa AVO beserta attributnya dengan menggunakan
data gather pada area berpotensi dilakukan untuk menganalisa keberadaan gas. Metode
yang dilakukan adalah membagi data gather menjadi dua pada proses atribut amplitudo
yaitu Near Stack dan Far Stack, selanjutnya dilakukan proses pengurangan antara data Far
Stack - Near Stack. Dimana dari proses tersebut akan diperoleh nilai negatif’ yang
menggambarkan AVO pada area studi termasuk kedalam tipe Kelas III. Hasil yang
diperoleh dari proses tersebut digabungkan kedalam peta struktur untuk mendapatkan
anomali azea yang berpotensi keterdapatan gas hidrat.
Kata Kunci : Lapangan YF, Gas Hydrat, Seismic Attribute.
1, PENDAHULUAN melalui pembukaan Selat Makasar yang
jauan Geologi Selat Makassar terbuka sekitar Eosen.
Selat Makasar terletak —diantara
Kalimantan bagian timur dan Sulawesi
bagian barat, dan secara_geologi
memisahkan bagian yang stabil daci inti
Lempeng Eurasia di bagian barat dan
daerah yang paling aktif sebagai hasil dari
pertemuan tiga lempeng di bagian timur.
Kerangka Cekungan dan Element Morpho-
tectonic, memperlihatkan struktur yang
dikontrol oleh pola belah ketupat (Gambar
1). Hal yang paling umum diterima dari
peneliti terdahulu adalah Kalimantan Gansbar 1. Kerang Coking dan Ele! Mest iow
bagian timur dan Sulawesi bagian barat sola belah ketopat
pernah merupakan satu kesatuan lempeng
(Katili 1978; Hamilton 1979, Guntoro
1998), dimana pemisahan keduanya terjadi
68Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
1.2 Tektonik dan Stratigrafi
Cekungan Makasar bagian utara
dimana studi akan dilaksanakan
merupakan bagian dari cekungan yang
terletak dari lepas pantai Sulawesi bagian
barat. Secara tektonik daerah ini dibatasi
oleh sesar-sesar yang cukup komplek dan
sangat rumit, yaitu Paternoster fault dan
kompleks dari Mamujn thrust faults
(Bergman et al 1998). Perkembangan dari
struktur ini sendiri diperkirakan memiliki
fase tektonik dan penyebab yang berbeda.
Guntoro (1999) “menginterpretasikan
adanya dua hipotesa pembentukan struktur
ini, Patahan Paternoster berkaitan dengan
proses rifting yang diikuti pemisahan
(spreading) di° Selat Makasar yang
terbentuk pada waktu Eosen, atau balikan
beberapa peneliti _menginterpretasikan
sebagai bagian dari suatu sistim sesar yang
merupakan sebuah suture di Kalimantan,
Sedangkan hipotesa lainnya mengacu
kepada adanya kolisi dari Indo- Australia
tethadap Busur Banda pada waktu Pliosen,
Sedangkan Mamuju thrust series berkaitan
dengan kolisi dari mikrokontinen Benggai
Sula terhadap Sulawesi pada waktu
Miosen tengah, dan kemungkinan diikuti
pula oleh pembetukan sub cekungan Bugis
Pare-Pare (Gambar 18). Bukti_ ini
menunjukkan daerah ini merupakan
sebuah poly history basins.
Gambar 2, Pola struktur di Cekungan Makasar
Selatan
1.3 Penemuan Gas Hidrat di
cekungan Makassar Utara.
Jackson (2004) melakukan analisis
geofisika untuk menemukan deposit gas
hidrat di cekungan Makassar utara,
Indonesia. Deposit gas hidrat ini
ditemukan di utara selat Makassar, di
antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Dengan menggunakan —_pendekatan
geofisika, yaitu dengan menggunakan BSR
(Bottom ‘Stimulating reflector) yang
diinterpretasi dari multi-ctient 2D seismic
(Gambar 19). Data seismik didapat dari
pengukuran pada area seluas 100.000 km’,
dengan data BSR secara spesifik yang
didapat_yaitu 21.000 km. BSR. sendiri
dapat diidentifikasi pada area seluas 8.000
km? pada foldbett di kedalaman lautan
Sulawesi Barat. Sedimen yang ditemukan
di foldbelt Sulawesi barat berasal dari
Mahakam delta sampi akhir Plieocene
ketika peristiwa tektonik di Sulawesi
membalikken arah transport sedimen dari
timur ke barat. Peristiwa tektonik yang
sama juga bertanggung jawab terhadap
awal mula terbentuknya west-verging felt
propagation folds yang membentuk
‘foldbelt. Foldbelt ini terdiri dari sejumlah
turst sheets yang membentuk struktur
anticlinl panjang dan menginisiasi
terbentuknya cekungan kecil (mini-basin).
‘Gambar 3. Base Gas Hyarat pada Cekungan South
Makassar
Proses pengendapan yang terdiri atas
rangkaian proses turbiditi “spill and fill”
memberikan dua efek signifikan terhadap
akumulasi gas hidrat di foldbelt Sulawesi
Barat (Gambar 20). Pertama, aliran turbidit
yang membawa material berbutir kasar
‘menyediakan sebuah reservoir yang efektif
69Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
untuk pembentukan hidrat, —terutama
berperan sebagai media transport untuk
migrasi gas serta sebagai penyuplai_ air
tetap. Kedua, aliran turbidit akan
membawa material tumbuhan ((erriginous)
dari daratan sebagai sumber material
organik untuk bakteri yang memproduksi
metana di kedalaman laut (proses
pembentukan gas bigenik), dimana gas
metana ini dibutuikan untuk pembentukan
gas hidrat (Jackson, 2004).
‘Gambar 4, Proses sedimeniasi turbidit merupakan
pplay Konvensional pada area lepas pantai
Celsungan Kutai
2. Metode Penelitian dan Hasil
Studi geofisika ditujukan untuk
menganalisa keberadaan gas Hydrat pada
daerah studi di Selat Makasar. Keberadaan
data seismik 3D (Tiga Dimensi)
diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai prospek daerah studi di Selat
Makasar. Langkah-langkah yang
dilakukan berupaanalisis kualitas data
seismik, analisis data processing, analisis
advance processing, interpretasi seismik,
pembuatan peta struktur waktu serta
penentuan daerah potensi gas hydrat
dengan menggunakan pendekatan AVO
dengan metode far - near stack
2.1 Bagan Alir
Pada saat studi berlangsung bagan alir
mengalami —penyesuaian —dikarenakan
ketersediaan data yang terbatas, Bagan alir
analisis geofisika yang sudah dimodifikasi
dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 5. Bagan alir analisis geofisika pada
aera studi di Selat Makasar.
2.2 Ketersediaan Data
Data seismik yang terdapat di Selat
Makasar terdizi atas data seismik 3D (Tiga
Dimensi). Sementara pada gambar 2.3
memperlibatkan peta dasar (base map) dati
data seismik 3D beserta sumur yang
letaknya berada diluar area seismik 3D.
Sistem koordinat yang digunakan adalah
UIM (Universal Transverse Mercator)
WGS8&
2.3 Seismic Data Processing
Data yang digunakan pada penelitian
kali ini merupakan data seismik 3D laut
yang diambil dengan arah Utara - Selatan
di Selat Makasar. Data seismik 3D yang
digunakan dalam studi ini memiliki ukuran
yang sangat besar, sehingga data pada
penelitian ini tidak diolah dari data
mentah. Pada penelitian ini dilakukan
proses demuttiple ulang agar multiple yang
masih ditemukan pada data lebih dapat
ditekan lagi. Karena seperti diketabui, data
seismik laut memberikan data multiple
yang cukup banyak. Ditambab, lapisan
hhidrat gas dan lapisan free-gas di
bawahnya dengan ketebalan yang kecil
menghasilkan efek multiple pada data
seismik. Setelah melakukan demultipie,
dilakukan picking ulang untuk
menganalisa kecepatan. Proses input data
gather dapat dilihat pada gambar 6
70Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
Dalam dunia geofisika, penelitian
hidrat gas banyak dilakukan dengan
metoda seismik, karena kebadiran hidrat
gas mengakibatkan anomali yang sangat
jelas pada penampang stack seismik.
Identifikasi hidrat gas, bahkan dapat
dimulai sebelum memperoleh penampang
stack, yaitu ketika melakukan velocity
analysis (gambar 7) pada tahap seismic
data processing. Pada Gambar 7, terlihat
tampilan semblance kecepatan data
seismik daerah penelitian pada proses
picking untuk analisa kecepatan yang
terletak disebelah kiri pada gambar. Trend
kecepatan pada semblance menunjukkan
anomali, dimana trend gradien yang
biasanya atau seharusnya positif, bemilai
negatif pada time 0.5-1 ms, Anomali yang
jarang terjadi pada data seismik. Hal ini
biasanya terjadi ketika kontras Al negatif
akibat lapisan di atas memiliki kecepatan
dan densitas yang jauh lebih besar
dibondingkan lapisan di bawahnya.
Anomali yang sangat besar tersebut sangat
memungkinkan dijadikan sebagai indikasi
‘kehadiran zat dengan densitas besar di pori
lapisan batuan atas tadi, —misalnya
kehadiran hidrat gas
Gambar 6, Hasil input data gather
Gambar 7. Semblance dan gather kecepatan
pada CDP no. 7057 dalam tahap velocity
analisis
Hasil pengolahan data seismik mentah
kemudian di-stack. Dari data 3D dengan *
6000 crossiine dan = 3800 inline,
kehadiran hidrat gas tampak hampir di
seluruh penampang stack arah crossline.
Gambar 8 adalah gambar penampang
stack, salah satu. penampang yang
menunjukkan kehadiran hidrat gas, yang
diwakili oleh BSR, di daerah penelitian.
BSR yang dihasilkan sangat jelas dan
menerus. Penampang stack —_hasil
pengolahan data seismik cekungan
Makassar mengindikasikan kehadiran
anomali amplitude yang disebabkan
Kehadiran lapisan yang diisi oleh fluida
berdensitas besar, yang di bawahnya
terdapat lapisan yang diisi oleh fluida
berdensitas Kecil. ~— Anomali ini
menyebabkan nilai kontras AT bernilai
negatif dan diwakili oleh amplitude positif,
|
Gamat 8. Penampang stack 3D daerah
Karama
2.4 Seismic Data Advance Processing
Untuk mengetabui keberadaan anomali
amplitude yang dilihat pada penampang
stack pada gambar-gambar di atas adalah
BSR yang diakibatkan oleh hidrat gas,
maka data stack seismik diolah lebib lanjut
menggunakan metode seismic attributes.
Atribut yang digunakan dalam
mengidentifikasi BSR akibat hidrat gas
adalah Instantaneous Phase. Atribut
Instantaneous Phase lazimaya digunakan
untuk melihat—struktur dan
kemenerusannya secara lebih detail. Hal
ini diakibatkan keterbatasan _ resolusi
seismik yang dapat menyebabkan
kesalahan pada penarikan — horison,
terutama jika struktur akibat patahan yangSeminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
tidak di-gain. Kesalahan lain yang dapat
muncul selanjutnya adalah kesalahan
interpretasi.
Pada gambar 9 merupakan penampang
stack hasil peagolahan data seismik lanjut
menggunakan atribut instantaneous phase.
Pada gambar 9, dapat dilihat jelas bahwa
yang diduga sebagai BSR hidrat gas
memang memilikistruktur yang sejajar
dan menyerupai seafloor. Selain itu, BSR
munenl memotong struktur lapisan di
sekitamya, Hasil ini sesuai dengan teori
bahwa hidrat gas dikontrol oleh suhu dan
tekanan, sehingga tidak mengikeuti struktur
lapisan yang ada.
Gambar 9. Interpretasi Seismik pada arbitrary
line dengan menggunakan atribute
Instantaneous phase
2.5 Imterpretasi Seismik
Tujuan daci interpretasi seismik adalah
untuk mendapatkan model geometri yang
tepat. Untuk itu, horizon dan_ patahan
diinterpretasi berdasarkan data seismik 3D
baik konvensional maupun atributnya
Unstantemeous phase). Asumsi penarikan
horizon pada data seismik Kali ini adalah
menggunakan konsep litostatigrafi, bahwa
kemenerusan horizon menuajukkan
‘kesamaan litologi yang sama. Pada studi
kali ini, ada satu target horizon yang
diinterpretasi yaitu top gas hidrat (Gambar
10 hingga 13). Beberapa atribut seismik
yang diguaakan dibuat untuk melihat
kemenerusan horizon —_sehingga
memudahkan untuk melakukan pickingan,
Dengan menggunakan atribut ini
diharapkan tingkat keyakinan penarikan
pickingan menjadi meningkat.
Gambar 10. Interpretasi Seis
line
Gambar 11. Interpretasi Seismik pada arbitrary
line
Gambar 12. Interpretasi Seismik pada arbitrary
line dengan menggunakan atribute cosine of
phase
Gambar 2.13 Time slice Amplitude dan Cosine
Phase attributes di kedalaman 2500 msec.
2.5 Peta Struktur Waktu
Peta Struktur waktu untuk horizon top
gas hydrat diperoleh daci hasil interpretasi
seismik kemudian dibuat menjadi peta
struktur waktu menggunakan metode
interpolasi konvergen dengan ukuran Grid
50 x 50 (Gambar 14 a). Dari peta strukturSeminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
kemudian — dibuat_—peta_—_atribut
menggunakan RMS amplitude dan
Sweetness. (2.13vb dan 2.13 ¢).
Ganabar 14. (a) Peta Struktur Waktu untuk horizon,
Top Gas Hydrat (b) peta Struktur waktu
‘menggunakan RMS amplitude (c) peta Struktur
‘waktu menggunakan Sweetness
2.6 Analisa — Penampang
pendekatan metode AVO
Untuk lebih memperkmat interpretasi
mengenai hidrat yang ada di daerah studi
merupakan hidrat gas maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisa
AVO. Dikarenakan sumur pada daerah
studi berada diluar wilayah studi dan
memiiliki jarak yang sangat jauh sehingga
dilakukanpendekatan AVO dengan
metode far stack-near stack. Dari hasil
metode Far Stack - Near stack diperoleh
nilai negatif dan jike dikaitkan dengan
AVO maka hasil yang diperoleh termasuk
kedalam AVO kelas Ill. Hasil AVO kelas
TM menunjukan adanya keberadaan gas
pada daerah studi, Hasil pendekatan AVO
dengan metode Far Stack - Near Stack
dapat dilihat gambar 15 dan identifikasi
keberadaan gas hydrat dapat dilihat pada
gambar 16
dengan
Gambar 15. Pendekatan metode AVO dengan
‘Metode far stack ~ Near Stack untuk menentukan,
keberadaan gas.
Gambar 16, Identifikasi keberadaan gas,
‘menggunakan metode far stack ~ Near Stack
3. KESIMPULAN
1. Gas hidrat di wilayah studi dapat
diidentifikasi dengan —_baik
menggunakan metode seismik.
2. Identifikasi kehadiran hidrat gas
dapat menggunakan —_metode
seismik dapat dimulai dari tahapan
processing, dimana _terdapat
anomali trend kecepatan, Hal ini
dikarenakan kontras AI negatif di
daerah dangkal
3. Anomali kecepatan RMS dan
interval sedimen yang tersaturasi
hidrat gas dapat digunakan sebagai
identifikasi awal
4. BSR yang ditemukan di
penampeng stack = maupun
penampang intercept-gradient
merupakan akibat dari kehadiran
hidrat gas, Karena memiliki
polaritas berlawanan dengan
polatitas seafloor.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Pertamina UTC yang telah
memberikan izin atas penggunaan data
dalam penelitian ini sehingga penelitian ini
dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Davie, M. K., Zatsepina, 0. Y.,
& Buffett, B. A. 2004. Methane
solubility in marine hydrate
environments. Marine
Geology, 203(1), 177-184.
[2]. Gao, S., House, W., & Chapman,
W. G. 2005. NMR/MRI study of
clathrate hydrate
mechanisms. The Journal of
BSeminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran
Physical Chemistry B, 10941),
19090-19093.
Kaz, DL. D. Comell, R.
Kobayashi, F.H. Poetmann, J.A.
Vary. JR. Elenblass, and CF.
Weinaug. 1959. Handbook of
Natural Gas Engineering, McGraw-
Hill, New York, 802 pp.
Kvenvolden, K. A. 1993. Gas
hydrates—geological perspective and
global change. Reviews of
Geopinysics, 31(2), 173-187
Kvenvolden, K. A. 1995. A review
of the geochemistry of methane in
natural gas__—hydrate. Organic
Geochemistry, 23(11), 997-1008.
Pearce, F. 2009. Ice on Fire: The
Next Fossil Fuel. http://www.
(71.
{8}
com/ article/
mg20227141.100- fire-the-
next-fossil-fuel html. Diakses pada
02/06/2014.
Lin, C.-C., Tien-Shun Lin,
C-S. Chen, G-Y., Lise, W-Z.,
Schnurle, P., 2009, Geological
controls on BSR occurrences in the
incipient arc-cominent collision zone
aff southwest taiwan, Marine and
Petroleum Geology 26(7), p. 1118-
131
Makogon, Y. F., Holditch, S. A., &
Makogon, T. Y. 2007. Natural gas-
hhydrates—A potential energy source
for the 2Ist Century. Journal of
Petroleum Science and
Engineering, 56(1), 14-31
"