You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat, yang meliputi otak dan
medula spinalis, dan sistem saraf perifer, yang terdiri atas nervus
cranialis dan nervus spinalis. Otak terdiri dari empat bagian yaitu
cerebrum, cerebelum, struktur primitif, dan batang otak.
Kematian otak sebagai gejala klinis dari otak yang ditandai dengan
penghentian kerja otak yang irreversibel, disebut koma, refleks batang
otak tidak ada dan disertai apnea. Mekanisme yang paling umum dari
kematian otak adalah manifestasi dari peningkatan tekanan intrakranial
ke titik di luar tekanan arteri rata-rata. Penyebab umum kematian otak
termasuk trauma, perdarahan intrakranial, hipoxsia, overdosis obat,
tenggelam, tumor otak primer, meningitis, pembunuhan dan bunuh diri.
Patofisiologi penting terjadinya kematian otak adalah peningkatan hebat
tekanan intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau edema
otak. Jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial, kemudian
tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol, maka perfusi serebral
akan terhenti dan kematian otak terjadi.
Langkah-langkah penetapan mati batang otak yaitu evaluasi
kasus koma, penilaian klinis awal reflex batang otak, periode interval
observasi, penilaian klinis ulang reflex batang otak, tes apnea,
pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi.

1
II. Tujuan dan manfaat
1. Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk memberikan informasi
tentang mati batang otak

2. Manfaat
Penulisan referat ini penulis berharap dapat memberikan
pengetahuan pada pembaca tentang mati batang otak

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Mati Batang Otak


Mati batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi
otak, termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama
manifestasi mati batang otak adalah koma, hilangnya seluruh reflex batang
otak, dan apnea.(5)
Kematian otak sebagai gejala klinis dari otak yang ditandai dengan
penghentian kerja otak yang irreversibel, disebut koma, refleks batang otak
tidak ada dan disertai apnea. Mekanisme yang paling umum dari kematian
otak adalah manifestasi dari peningkatan tekanan intrakranial ke titik di luar
tekanan arteri rata-rata. Sehingga tekanan perfusi darah ke otak menurun
yang pada akhirnya menyebabkan permanent cytotoxic injury pada jaringan
saraf di intrakranial.(4)

B. Anatomi dan Fisiologi Otak


Sistem saraf mengoordinasi dan mengorganisasi fungsi semua
sistem tubuh. Jaringan yang begitu rumit dalam bentuk reseptor-reseptor
yang saling terkait dengan neurotransmitter ini merupakan sebuah sistem
yang dinamis. Sistem ini mengendalikan dan mengatur setiap fungsi mental
dan fisik. Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat, yang meliputi otak dan
medula spinalis, dan sistem saraf perifer, yang terdiri atas nervus cranialis
dan nervus spinalis. Otak terdiri dari empat bagian yaitu cerebrum,
cerebelum, struktur primitif, dan batang otak. Masing-masing dari keempat
bagian ini berperan sebagai pusat pengaturan untuk suatu mekanisme yang
berbeda, tetapi tetap merupakan suatu sistem yang saling terintegrasi dan
memiliki hubungan keterkaitan yang kuat.(6)

3
Gambar 1. Bagian Otak (1)

Cerebrum
Bagian terbesar otak manusia, terdiri dari dua bagian yang
sama yaitu hemisfer kanan dan kiri, yang dihubungkan oleh corpus
calosum. Setiap hemisfer dibagi menjadi empat lobus berdasarkan
patokan anatomi dan perbedaan fungsinya. Lobus-lobus ini diberi
nama sesuai nama tulang cranial yang menutupinya :
Lobus frontalis : mempengaruhi kepribadian, penilaian,
kemampuan berpikir abstrak, perilaku sosial, ekspresi bahasa, dan
gerakan
Lobus temporalis : mengendalikan pendengaran, pemahaman
bahasa, dan menyimpan serta mengingat memori (meskipun
memori disimpan di seluruh otak)
Lobus parietalis : menginterpretasi dan mengintegrasi rasa, yang
meliputi rasa nyeri, suhu dan sentuhan, juga menginterpretasi
ukuran, bentuk, jarak, dan tekstur
Lobus occipitalis : terutama berfungsi dalam menginterpretasi
stimulus visual.
Cerebelum
Bagian otak yang seukuran bola kasti dan sangat berlipat serta
terletak dibawah occipitalis cortex dan melekat ke punggung bagian

4
atas batang otak yang berperan dalam mempertahankan tonus otot,
mengoordinasi gerakan otot, dan mengendalikan keseimbangan.
struktur primitif.(6)
Diensefalon
Struktur di bawah hemisfer cerebri yang terdiri dari talamus dan
hipotalamus. Talamus berperan dalam kesadaran akan rasa nyeri,
skrining untuk semua stimulus yang datang, dan pemfokusan
perhatian. Sedangkan hipotalamus mengontrol dan mempengaruhi
suhu tubuh, selera makan, keseimbangan air, sekresi hipofisis, emosi
dan fungsi otonom yang meliputi siklus tidur dan bangun.
Sistem limbic : struktur yang terletak di bagian dalam dari lobus
temporalis ini berperan dalam memulai dorongan primitf (rasa
lapar, agresi, dan pembangkitan nafsu seksual serta emosi) dan
menyaring semua pesan sensorik yang berjalan menuju ke korteks
cerebri
RAS (Reticular Activating System) : jalinan difus dari neuron
yang hipereksital dan menyebar seperti kipas dari batang otak
hingga cortex cerebri. Bagian ini berfungsi menyaring semua
informasi sensorik yang datang dan menyalurkannya ke daerah
otak yang tepat untuk diinterpretasi. Aktivitas dari RAS juga
menstimulasi keadaan terjaga.
Batang Otak
Bagian-bagian batang otak dari atas ke bawah adalah :
Mesensefalon berperan dalam mengantarai refleks auditorius dan
visual
Pons berfungsi menghubungkan cerebelum dengan cerebrum dan
mesensefalon dengan medula oblongata, selain itu pons
mengandung satu dari beberapa pusat pernapasan.

Medula oblongata, berperan terutama dalam mengatur fungsi


respirasi, vasomotor dan cardiac. Batang otak mengandung 10 nuklei

5
dari 12 pasang nervus cranialis yang mempersarafi daerah wajah dan
leher. Fungsi dan komponen tiap-tiap saraf ini dapat dilihat pada
gambar berikut :(5)

Gambar 2. Saraf cranial (6)

Cerebral Blood Flow seperti jaringan tubuh yang lain, otak sangat
bergantung pada aliran darah yang memadai untuk nutrisi dan pembuangan
sisa-sisa metabolismenya. Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu
jalinan pembuluh darah yang bercabang, berhubungan erat satu dengan
yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.
Otak manusia hanya mengambil porsi 2% dari berat badan orang dewasa,
tetapi memerlukan 20% dari pemakaian oksigen seluruh tubuh. Jaringan
otak sangat rentan, otak memerlukan paling banyak energi yang seluruhnya
berasal dari metabolime aerob glukosa, akan tetapi tidak dapat menyimpan
cadangan glukosa dan oksigen untuk kebutuhannya, sehingga otak mutlak
memerlukan aliran darah yang bersifat konstan dan kontinu. Sehubungan
dengan hal ini, pembuluh darah yang menyuplai otak memiliki kemampuan
autoregulasi, yaitu kemampuannya untuk menyesuaikan lumennya pada
ruang lingkupnya sedemikian rupa sehingga aliran darah tetap adekuat,
walaupun tekanan perfusi berubah.

6
C. Etiologi Mati Batang Otak
Kematian otak ditandai dengan koma, apneu dan hilangnya semua
reflex batang otak. Diagnosis klinis ini pertama kali disampaikan dalam
kepustakaan kedokteran pada tahun 1959 dan kemudian digunakan dalam
praktik kedokteran pada decade berikutnya pada bidang trauma klinis yang
spesifik. Kebanyakan kasus kematian dapat didiagnosis ditempat tidur
pasien. Penyebab umum kematian otak termasuk trauma, perdarahan
intrakranial, hipoxsia, overdosis obat, tenggelam, tumor otak primer,
meningitis, pembunuhan dan bunuh diri. Dalam kepustakaan lain,
hipoglikemia jangka panjang disebut sebagai penyebab kematian otak.(8)

D. Patofisiologi Mati Batang Otak


Patofisiologi penting terjadinya kematian otak adalah peningkatan
hebat tekanan intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau edema
otak. Jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial, kemudian
tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol, maka perfusi serebral akan
terhenti dan kematian otak terjadi.(2)
Aliran darah normal yang melalui jaringan otak pada orang dewasa
rata-rata sekitar 50 sampai 60 mililiter per 100 gram otak per menit. Untuk
seluruh otak, yang kira-kira beratnya 1200 1400 gram terdapat 700 sampai
840 ml/menit. Penghentian aliran darah ke otak secara total akan
menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 5 sampai 10 detik. Hal ini
dapat terjadi karena tidak ada pengiriman oksigen ke sel-sel otak yang
kemudian langsung menghentikan sebagian metabolismenya. Aliran darah
ke otak yang terhenti untuk 3 menit dapat menimbulkan perubahan-
perubahan yang bersifat irreversibel. Ketiga faktor yang mempengaruhinya
yaitu konsentrasi karbon dioksida, konsentrasi ion hidrogen dan konsentrasi
oksigen. Peningkatan konsentrasi karbon dioksida maupun ion hidrogen
akan meningkatkan aliran darah serebral, sedangkan penurunan konsentrasi
oksigen akan meningkatkan aliran.(2,5,8)

7
Faktor-faktor iskemia dan nekrotik pada otak oleh karena kurangnya
aliran oksigen ke otak menyebabkan terganggunya fungsi dan struktur otak,
baik itu secara reversible dan ireversibel. Jika dalam waktu singkat aliran
darah otak ditambahkan di atas 23 ml, maka kerusakan fungsi otak dapat
diperbaiki. Pengurangan aliran darah otak di bawah 8-9 ml/100 mg/menit
akan menyebabkan infark, tergantung lamanya. Dikatakan hipoperfusi jika
aliran darah otak di antara 8 dan 23 ml/100 mg/menit.(2)
Jika jumlah darah yang mengalir ke dalam otak regional tersumbat
secara parsial, maka daerah yang bersangkutan langsung menderita karena
kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan daerah iskemik. Di
wilayah itu didapati tekanan perfusi yang rendah, PO2 turun, CO2 dan asam
laktat tertimbun. Autoregulasi dan kelola vasomotor dalam daerah tersebut
bekerja sama untuk menanggulangi keadaan iskemik itu dengan
mengadakan vasodilatasi maksimal. Pada umumnya, hanya pada perbatasan
daerah iskemik saja bisa dihasilkan vasodilatasi kolateral, sehingga daerah
perbatasan tersebut dapat diselamatkan dari kematian. Tetapi pusat dari
daerah iskemik tersebut tidak dapat teratasi oleh mekanisme autoregulasi
dan kelola vasomotor. Di situ akan berkembang proses degenerasi yang
ireversibel. Semua pembuluh darah dibagian pusat daerah iskemik itu
kehilangan tonus, sehinga berada dalam keadaan vasoparalisis. Keadaan ini
dapat diperbaiki, oleh karena sel-sel otot polos pembuluh darah dapat
bertahan dalam keadaan anoksik yang cukup lama. Tetapi sel-sel saraf
daerah iskemik tidak dapat bertahan lama. Pembengkakan sel dengan
pembengkakan serabut saraf dan selubung mielinnya (oedem cerebri)
merupakan reaksi degeneratif dini. Kemudian disusul dengan diapedesis
eritosit dan leukosit. Akhirnya sel-sel saraf akan musnah. Yang pertama
adalah gambaran yang sesuai dengan keadaan iskemik dan yang terakhir
adalah gambaran infark.(2,5)

8
E. Kriteria Mati Batang Otak
Sehubungan dengan dibutuhkannya konsep kematian otak, maupun
metode terstruktur suatu diagnosis, beragam kriteria telah diterbitkan.
Beberapa diantaranya (7):

a. Kriteria Harvard
Kunci perkembangan diagnosis kematian otak diterbitkan Kriteria
Harvard, kunci diagnosis tersebut :
- Tidak bereaksi terhadap stimulus noksius yang intensif
(unresponsive coma)
- Hilangnya kemampuan bernapas spontan
- Hilangnya refleks batang otakdan spinal
- Hilangnya aktivitas postural seperti deserebrasi
- EEG datar
Hipotermia dan pemakaian depresan seperti barbiturat harus
disingkirkan. Kemudian, temuan klinis dan EEG harus tetap saat
evaluasi sekurang kurangnya 24 jam kemudian.
b. Kriteria Minnesota
Pengalaman klinis dengan menggunakan kriteria Harvard yang
disarankan mungkin sangat terbatas. Hal ini menyebabkan Mohandes
dan Chou mengusulkan Kriteria Minnesota untuk kematian otak.
Yang dihilangkan dari kriteria ini adalah tidak dimasukkannya refleks
spinalis dan aktivitas EEG karena masih dipandang sebagai sebuah
pilihan pemeriksaan untuk konfirmasi, elemen kunci kriteria Minnesota
adalah3:

- Hilangnya respirasi spontan setelah masa 4 menit pemeriksaan


- Hilangnya refleks otak yang ditandai dengan: pupil dilatasi,
hilangnya refleks batuk, refleks kornea dan siliospinalis, hilangnya
dolls eye movement, hilangnya respon terhadap stimulus kalori dan
hilangnya refleks tonus leher
- Status penderita tidak berubah sekurang-kurangnya dalam 12 jam

9
- Proses patologis yang berperan dan dianggap tidak dapat diperbaiki
Pertimbangan utama dalam mendiagnosis kematian otak adalah
sebagai berikut:

- Hilangnya fungsi serebral


- Hilangnya fungsi batang otak termasuk respirasi spontan
- Bersifat ireversibel.
Hilangnya fungsi serebral ditandai dengan berkurangnya pergerakan
spontan dan berkurangnya respon motorik dan vocal terhadap seluruh
rangsang visual, pendengaran dan kutaneus. Refleks-refleks spinalis
mungkin saja ada.

EEG merupakan indikator berharga dalam kematian serebral dan


banyak lembaga kesehatan yang memerlukan pembuktian Electro
Cerebral Silence (ECS), yang juga disebut EEG datar atau isoelektrik.
Dikatakan EEG datar apabila tidak ada perubahan potensial listrik
melebihi 2 mikroVolt selama dua kali 30 menit yang direkam setiap 6
jam. Perlu ditekankan bahwa tidak adanya respon serebral dan EEG
datar tidak selalu berarti kematian otak. Akan tetapi, keduanya dapat
terjadi dan bersifat reversible pada keadaan hipotermia dan intoksikasi
obat-obatan hipnotik-sedatif.

Fungsi-fungsi batang otak dianggap tidak ada jika tidak terdapat


reaksi pupil terhadap cahaya, tidak terdapat refleks kornea, vestibulo-
ocular, orofaringeal atau trakea. Tidak ada respon deserebrasi terhadap
stimulus noksius dan tidak ada pernapasan spontan. Untuk kepentingan
dalam praktek, apnea absolut dikatakan terjadi pada pasien, jika pasien
tersebut tidak melakukan usaha untuk menolak penggunaan alat
respirasi setidaknya selama 15 menit. Sebagai tes akhir, pasien dapat
dilepaskan dari respirator lebih lama beberapa menit untuk memastikan
bahwa PCO2 arteri meningkat di atas ambang untuk merangsang
pernapasan spontan.

10
F. Langkah Penetapan Mati Batang Otak
1) Evaluasi kasus koma
Penentuan kematian batang otak memerlukan identifikasi kasus
koma ireversibel beserta penyebab koma yang paling mungkin. Cedera
kepala berat, perdarahan intraserebral hipertensif, perdarahan
subarachnoid, jejas otak hipoksik-iskemik, dan kegagalan hepatik
fulminan adalah merupakan penyebab potensial hilangnya fungsi otak
yang bersifat ireversibel. Dokter perlu menilai tingkat dan reversibilitas
koma, serta potensi berbagai kerusakan organ. Dokter juga harus
menyingkirkan berbagai faktor perancu, seperti intoksikasi obat,
blokade neuromuskular, hipotermia, atau kelainan metabolik lain yang
dapat menyebabkan koma namun masih berpotensi reversible.(5,7)
Koma dalam: tidak adanya respon motorik cerebral terhadap
rangsang nyeri pada seluruh ekstremitas (nail-bed pressure) dan
penekanan di supraorbital.(5)

Gambar 3. Rangsang nyeri (8)

2) Penilaian klinis awal refleks batang otak


Penentuan kematian batang otak memerlukan penilaian fungsi otak
oleh minimal dua orang klinisi dengan interval waktu pemeriksaan
beberapa jam. Tiga temuan penting pada kematian batang otak adalah
koma dalam, hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea.
Pemeriksaan apnea (tes apnea) secara khas dilakukan setelah evaluasi
refleks batang otak yang kedua. (5)

3) Periode interval observasi(4,5)


a. Sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam

11
b. Usia lebih dari 2 bulan sampai dengan 1 tahun, periode interval
observasi 24 jam
c. Usia lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 18 tahun, periode
interval observasi 12 jam
d. Usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam

4) Penilaian klinis ulang refleks batang otak


Hilangnya refleks batang otak : (4,5)
Pupil:
a. Tidak terdapat respon terhadap cahaya / refleks cahaya negative
b. Ukuran: midposisi (4 mm) sampai dilatasi (9 mm)
Gerakan bola mata /gerakan okular:
a. Refleks oculocephalic negatif (pengujian dilakukan hanya
apabila secara nyata tidak terdapat retak atau ketidakstabilan
vertebrae cervical atau basis kranii)
b. Tidak terdapat penyimpangan / deviasi gerakan bola mata
terhadap irigasi 50 ml air dingin pada setiap telinga (membrana
timpani harus tetap utuh; pengamatan 1 menit setelah suntikan,
dengan interval tiap telinga minimal 5 menit)
Respon motorik facial dan sensorik facial:
a. Refleks kornea negative
b. Jaw reflex negatif (optional)
c. Tidak terdapat respon menyeringai terhadap rangsang tekanan
dalam pada kuku, supraorbita, atau temporomandibular joint
Refleks trakea dan faring:
a. Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring bagian
posterior
b. Tidak terdapat respon terhadap pengisapan trakeobronkial /
tracheobronchial suctioning

12
Gambar 4. Pemeriksaan Reflex Batang Otak (8)

5) Tes apnea
Tes apnea dilakukan setelah pemeriksaan refleks batang otak yang
kedua dilakukan. Tes apnea dapat dilakukan apabila kondisi prasyarat
terpenuhi, yaitu: (4,5)
a. Suhu tubuh 36,5 C atau 97,7 F
b. Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya)
c. PaCO2 normal (PaCO2 arterial 40 mmHg)
d. PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial 200 mmHg)

Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, lakukan tes apnea dengan


langkah-langkah sebagai berikut: (4,5)
a. Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan ventilator
b. Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea (tempatkan kanul
setinggi carina)
c. Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan (gerakan dinding
dada atau abdomen yang menghasilkan volume tidal adekuat
d. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit, kemudian
ventilator disambungkan kembali
e. Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO2 60 mmHg
(atau peningkatan PaCO2 lebih atau sama dengan nilai dasar
normal), hasil tes apnea dinyatakan positif (mendukung
kemungkinan klinis kematian batang otak)

13
f. Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea dinyatakan negatif
(tidak mendukung kemungkinan klinis kematian batang otak)
g. Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila tekanan darah
sistolik turun sampai < 90 mmHg (atau lebih rendah dari batas nilai
normal sesuai usia pada pasien < 18 tahun), atau pulseoxymeter
mengindikasikan adanya desaturasi oksigen yang bermakna, atau
terjadi aritmia kardial.
- Segera ambil sampel darah arterial dan periksa analisis gas darah
- Apabila PaCO2 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 20
mmHg di atas nilai dasar normal, tes apnea dinyatakan positif
- Apabila PaCO2 < 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 < 20 mHg
di atas nilai dasar normal, hasil pemeriksaan belum dapat
dipastikan dan perlu dilakukan tes konfirmasi

Gambar 5. Tes Apneu (8)

6) Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi


Beberapa pasien dengan kondisi tertentu seperti cedera cervical atau
cranium, instabilitas cardiovascular, atau faktor lain yang menyulitkan
dilakukannya pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis kematian
batang otak, perlu dilakukan tes konfirmatif. Pemilihan tes konfirmatif
yang akan dilakukan sangat tergantung pada pertimbangan praktis,
mencakup ketersediaan, kemanfaatan, dan kerugian yang mungkin
terjadi. Beberapa tes konfirmatif yang biasa dilakukan antara lain: (4,5,8)

14
a. Angiography (conventional, computerized tomographic, magnetic
resonance, dan radionuclide): kematian batang otak ditegakkan
apabila tidak terdapat pengisian intracerebral (intracerebral filling)
setinggi bifurcatio carotis atau circulus willis
b. Elektroensefalografi: kematian batang otak ditegakkan apabila tidak
terdapat aktivitas elektrik setidaknya selama 30 menit
c. Nuclear brain scanning: kematian batang otak ditegakkan apabila
tidak terdapat ambilan (uptake) isotop pada parenkim otak dan/atau
vasculature, bergantung teknik isotop (hollow skull phenomenon)
d. Somatosensory evoked potentials: kematian batang otak ditegakkan
apabila tidak terdapat respon N20-P22 bilateral pada stimulasi
nervus medianus
e. Transcranial doppler ultrasonography: kematian batang otak
ditegakkan oleh adanya puncak sistolik kecil (small systolic peaks)
pada awal sistolik tanpa aliran diastolik (diastolic flow) atau
reverberating flow, mengindikasikan adanya resistensi yang sangat
tinggi (very high vascular resistance) terkait adanya peningkatan
tekanan intracranial yang besar

G. Pengelolaan Mati Batang Otak


Pada pengelolaan mati batang otak atau mati otak dapat dilakukan dengan
1) With drawing : seringkali tepat untuk menghentikan sebagian atau
seluruh terapi yang sudah terlanjur diberikan
2) With holding : tanpa menghentikan terapi yang sedang diberikan, tidak
lagi memberi terapi baru yang dipertanyakan manfaatnya

With-drawing dan with-holding adalah keputusan medis dan etis :


a) Oleh sebuah tim yg terdiri dari 3 orang dokter yang kompeten
b) Sebelum keputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup
dilaksanakan , tim dokter wajib menjelaskan kepada keluarga pasien
tentang keadaan pasien dan keputusan tim dokter

15
c) Jika tidak dijumpai adanya keluarga pasien, maka harus diperoleh
persetujuan dari pimpinan Rumah Sakit atau Komite Medis Rumah
Sakit

16
BAB III

SIMPULAN

Jika kematian otak telah didiagnosis berdasarkan kriteria klinis


dasar, masalah yang penting dipertimbangkan yaitu penyerahan organ,
pemeriksaan otopsi dan pemakaman pasien. Berbagai teknik yang
ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan pernapasan walaupun
pasien telah meninggal telah memunculkan persepsi baru. Kriteria untuk
kematian otak sendiri berevolusi seiring waktu. Kematian otak didefinisikan
sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel, termasuk batang
otak. Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya
refleks batang otak, dan apnea. Penyebab umum kematian otak termasuk
trauma, perdarahan intrakranial, hipoxsia, overdosis obat, tenggelam, tumor
otak primer, meningitis, pembunuhan dan bunuh diri. Patofisiologi penting
terjadinya kematian otak adalah peningkatan hebat tekanan intrakranial
yang disebabkan perdarahan atau edema otak. Dapat dilakukan langkah-
langkah penetapan mati batang otak yaitu evaluasi kasus koma, penilaian
klinis awal reflex batang otak, periode interval observasi, penilaian klinis
ulang reflex batang otak, tes apnea, pemeriksaan konfirmatif apabila
terdapat indikasi. Pada pengelolaan mati batang otak atau mati otak dapat
dilakukan dengan with drawing dan with holding.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. F. Paulsen dan J. Waschke. 2012. Sobotta Jilid 3 Atlas Anatomi Manusia Edisi
23. EGC : Jakarta.
2. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2013. Guyton dan Hall : Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Saunders Elsevier.
3. John, E. Cameron, Antonio bellini, Maxwell Damian, David P. Breen.
Confirmation of Brain Death. Departement of Neurology Addenbrokes
Hospital, Hill Road, Cambrigde, UK. 2016.
4. Machado, Calixto. Diagnosis of Brain Death. Neurology International Volume
2. Institute of Neurology and Neurosurgery, Departement of Clinical
Neurophysiology, Havana, Cuba.2010.
5. Pandhita, G. 2010. Kematian Batang Otak. SMF Saraf Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi. Jakarta Timur.
6. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. EGC
: Jakarta.
7. Sunatrio, S. 2006. Penentuan Mati, Pengakhiran Resusitasi Darurat dan Jangka
Panjang. Jakarta : Bagian Anestesiologi FKUI RSCM.
8. Wijdicks. Current Concepts, The Diagnosis of Brain Death, N Engl J Med,
2001.

18

You might also like