You are on page 1of 5

TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis dan Terapi


Miastenia Gravis pada Anak
Saktivi Harkitasari
PPDS I, Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah,
Denpasar, Bali, Indonesia

ABSTRAK
Miastenia gravis merupakan penyakit autoimun paut saraf otot yang didapat. Manifestasi klinis penyakit ini adalah gejala kelemahan yang
berfluktuasi dan bervariasi pada otot-otot okuler, anggota gerak, pernapasan, dan bulbar. Miastenia gravis tipe okuler lebih banyak dijumpai
dan memiliki usia awitan lebih awal. Pengobatan miastenia gravis menggunakan penghambat asetilkolinesterase, kortikosteroid, azathioprine,
plasmaferesis, imunoglobulin intravena, dan timektomi. Prognosis miastenia gravis pada anak-anak lebih baik daripada dewasa.

Kata kunci: Miastenia gravis, autoimun, diagnosis, terapi

ABSTRACT
Myasthenia gravis is an acquired autoimmune neuromuscular junction disease. The clinical manifestations are fluctuating weaknesses of
ocular, limbs, respiratory, and bulbar muscles. Ocular myasthenia is the most frequent type with earlier age of onset. Treatment of myasthenia
gravis uses acetylcholinesterase inhibitors, corticosteroids, azathioprine, plasmapheresis, intravenous immunoglobulin, and thymectomy.
Prognosis in children are better than in adults. Saktivi Harkitasari. Diagnosis and Therapy of Myasthenia Gravis in Children.

Keywords: Myasthenia gravis, autoimmune, diagnosis, therapy

DEFINISI dilaporkan bahwa usia awitan terjadi pada laporkan dalam 1 hari, paling lambat
Miastenia gravis merupakan penyakit anak yang lebih tua, yaitu usia 13 tahun dan dalam 3 hari. Merupakan miastenia gravis
autoimun paut saraf otot yang didapat. lebih banyak tipe generalisata.2 Miastenia yang didapat dari seorang ibu penderita
Penyakit ini memiliki karakteristik, yaitu gravis tipe okuler lebih banyak pada ras Asia, miastenia gravis, bersifat self-limited atau
kelemahan dan kelelahan otot skelet. sedangkan tipe generalisata lebih banyak sementara, karena hanya disebabkan oleh
Manifestasi klinis berupa kelemahan ber- pada ras Eropa dan Amerika.1,2 transfer antibodi terhadap reseptor asetilkolin
fluktuasi dan bervariasi yang mengenai otot maternal melalui plasenta. Remisi sempurna
okuler, anggota gerak, pernapasan, dan KLASIFIKASI lebih banyak didapatkan pada jenis ini.
bulbar.1 Miastenia gravis pada anak diklasifikasikan
sebagai berikut:2-5 Berdasarkan lokasinya, miastenia gravis
EPIDEMIOLOGI 1. Miastenia gravis kongenital terdiri dari tipe okuler dan tipe generalisata.
Insiden miastenia gravis pada anak-anak 0,9 Biasanya pada usia kurang dari 2 tahun, Klasifikasi lain miastenia gravis, yaitu tipe
2,0 kasus per 1 juta anak tiap tahun pada memiliki pola familial serta tidak berespons asetilkolin dan tipe muskarinik.1
populasi pediatrik usia 0 17 tahun di Kanada terhadap terapi steroid. Jenis ini jarang
dari tahun 2010 hingga 2011. Angka yang dijumpai. PATOFISIOLOGI
lebih tinggi didapatkan di Amerika Utara, Patofisiologi miastenia gravis melalui
yaitu 9,1 per 1 juta penduduk. Sebanyak 4,2% 2. Miastenia gravis juvenile mekanisme autoimun. Adanya antibodi ter-
terjadi pada usia 0 9 tahun dan 9,5% pada Biasanya terjadi setelah usia 5 tahun, hadap reseptor asetilkolin di paut saraf otot
usia 9 19 tahun. Sri-udomkajorn (2011) tidak memiliki pola familial dan memiliki mengurangi transmisi impuls saraf ke otot.
mendapatkan bahwa miastenia gravis pada karakteristik mekanisme autoimun. Antibodi terhadap reseptor muskarinik lebih
anak lebih banyak mengenai perempuan, jarang ditemukan. Faktor genetik berperan
usia awitan rata-rata biasanya 4 tahun 3. Miastenia gravis neonatal penting pada miastenia gravis anak-anak.
dan tipe okuler lebih sering daripada tipe Onset paling cepat timbul dalam beberapa
generalisata. Hasil yang berbeda pernah jam setelah kelahiran. Beberapa kasus di- Antigen HLA (Human Lymphocyte Antigens)

Alamat korespondensi email: saktiviharkitasari@yahoo.co.id

CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 181


TINJAUAN PUSTAKA

memegang peranan pada penyakit kesulitan bernapas (sianosis, mukus dalam Titer antibodi reseptor asetilkolin meningkat,
autoimun dan sering dikaitkan dengan faring, bersendawa), kelemahan menangis, yaitu 5,8 nmol/L (nilai normal 0,8 nmol/L).
miastenia gravis; HLA-DR3, -A1, -DQw2 kurangnya ekspresi wajah, mulut terbuka Terapi neostigmin 1 x 3 mg per hari kombinasi
dan -B8 berkaitan dengan 60% pasien dengan rahang yang jatuh, ptosis, kedipan dengan prednisolon 0,5 mg/kg memberikan
miastenia gravis kulit putih. Adanya antigen mata berkurang, strabismus, dan tidak ada perbaikan pada follow up 1 tahun. Steroid
ini meningkatkan kejadian miastenia gravis refleks kornea.5,6 kemudian diturunkan perlahan setelah 6
terlebih pada pasien yang seropositif bulan (Gambar 1dan 2).3
terhadap reseptor asetilkolin. Kejadian ini Miastenia gravis juga pernah dilaporkan
juga dikaitkan dengan penyakit Graves pada bayi usia 10 bulan3 dengan gejala Manifestasi klinis miastenia gravis pre-
dan riwayat keluarga penyakit tiroid, serta ptosis dan oftalmoplegia mata kanan. Gejala pubertas, pubertas atau post-pubertas
diabetes melitus.2,4 ini membaik sempurna setelah pasien tidur berbeda. Miastenia gravis pada pre-pubertas
dan setelah diinjeksi edrofonium 0,15 mg/ lebih sering tipe okuler, sedangkan pada
DIAGNOSIS KgBB intravena. Pemeriksaan stimulasi post-pubertas lebih sering tipe generalisata.
Anamnesis repetitif menunjukkan respons dekremen. Miastenia gravis pubertas dan post-pubertas
Manifestasi klinis berupa gejala kelemahan lebih banyak diderita perempuan.2
otot okuler, anggota gerak, pernapasan,
dan bulbar yang berfluktuasi dan bervariasi, Beberapa obat dan kondisi tertentu dapat
membaik dengan istirahat. Pasien tampak mengakibatkan perburukan klinis atau
normal pada pagi hari dan mengeluh diplopia, menginduksi eksaserbasi miastenia gravis.
sulit bicara atau paresis pada sore hari.1,2 Obat-obatan ini antara lain golongan anti-
biotik (neomisin, streptomisin, kanamisin,
Gejala okuler lebih sering didapatkan, yaitu gentamisin, tobramisin, polimiksin
53%, sedangkan ekstraokuler sebanyak 47%. B, kolistin, oksi-tetrasiklin, linkomisin,
Ptosis merupakan gejala awal yang paling klindamisin), golongan antireumatik
sering, dapat ditemukan juga oftalmoplegia (d-penisilamin, klorokuin), antikonvulsan
dan diplopia. Pada 86% kasus akan meng- (difenilhidantoin, fenitoin, trimetadon),
alami progresivitas dari tipe okuler ke tipe obat-obatan kardiovaskuler (lidokain, kinin,
generalisata dalam 2 tahun. Gejala bulbar kuinidin, prokainamid hidroklorid, propanolol,
di antaranya disfagia, sulit mengunyah, dan oksprenolol), psikotropika (garam litium,
disfonia, sedangkan gejala umum meliputi klorpromazin), hormon (kortikosteroid, ACTH
intoleransi aktivitas fisik dan kelemahan. adrenocorticotropin hormone, hormon tiroid),
Gejala yang lebih berat berupa kesulitan anti-hipertensi (penyekat , penghambat
bernapas. Penyakit ini juga dihubungkan kanal kalsium), obat penghambat
dengan keterlambatan tumbuh kembang Gambar 1. Foto pasien bayi usia 10 bulan dengan neuromuskuler (suksinilkolin klorida, derivat
dan ansietas atau depresi. Manifestasi klinis ptosis mata kanan.3 kurare), dan obat lain seperti magnesium
pada bayi yang dapat ditemui, yaitu ptosis, sulfat dan sitrat, levothyroxine, garam
kelemahan wajah, kelemahan menangis, magnesium, narkotik, barbiturat. Pencetus
kesulitan makan, kelemahan menyeluruh, lain non-spesifik seperti infeksi, aktivitas fisik,
hipotonia, dan insufisiensi respirasi.1,2 stres emosional, kehamilan, hipokalemia,
operasi dengan anestesi umum, hipotiroid
Miastenia gravis kongenital mempunyai atau hipertiroid, sewaktu, selama dan setelah
manifestasi klinis berupa hipotonia, haid, perubahan suhu yang ekstrem serta
kontraktur tungkai dan keterlambatan per- aspirasi.6
kembangan motorik dengan kelemahan dan
memiliki otot yang kecil akibat terganggu Pemeriksaan Fisik
perkembangannya.2 Pemeriksaan fisik meliputi adanya ptosis
baik unilateral maupun bilateral, diplopia,
Miastenia gravis neonatal timbul dalam 48 gangguan fungsi menelan, hipotonia,
jam setelah dilahirkan, tetapi dapat muncul kegagalan tumbuh kembang, kelemahan
lebih lambat yaitu 10 hari. Manifestasi klinis otot ekstraokuler, kelemahan wajah, hipofonia
miastenia gravis neonatal, yaitu kesulitan atau disfonia, disartria, kelemahan fleksi leher,
menyusu (kelemahan menyusu dan menelan rahang yang menggantung, kelemahan
atau tidak adanya refleks menyusu), hipotonia, gelang bahu, kelemahan panggul, distres
gerakan yang lemah, tidak ada refleks Moro, napas dan kegagalan napas. Tidak terdapat
refleks rooting, refleks menggenggam, Gambar 2. Perbaikan ptosis setelah pemberian edrofonium gangguan sensibilitas dan refleks tendon
refleks tendon, kelemahan gerakan kepala, intravena.3 normal.2,6

182 CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015


TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan bed side untuk memastikan mg sedangkan pada anak yang lebih besar 0,5 mengancam jiwa, gejala sama dengan
diagnosis, yaitu persistent upward gaze 1,5 mg secara intramuskuler atau subkutan. derajat 3 tetapi perjalanan dari derajat 2,
untuk menilai adanya ptosis. Selain itu, Tes ini akan memberikan perbaikan klinis krisis (+), angka kematian tinggi (late severe
juga terdapat tes tensilon (edrofonium dalam 10 15 menit dan bertahan 1 hingga myasthenia gravis)
klorida). Pemeriksaan ini membutuhkan 3 jam. Atropin sulfat 0,065 mg pada neonatus
monitoring kardiorespirasi dan hati-hati atau 0,5 mg pada anak yang lebih besar Fungsi pasien dapat dinilai dengan OBFR
apabila terdapat kecurigaan besar ter- kadang diberikan secara subkutan untuk (Oculobulbar Facial Respiratory Score). Skor
hadap miastenia gravis kongenital, karena mencegah efek muskarinik dari neostigmin. ini dapat membantu klinisi, terutama
pasien sering menunjukkan perburukan Tes hitung juga sering dikerjakan, pasien pada disfungsi bulbar miastenia gravis
klinis akibat pemberian penghambat diminta menghitung dari angka 1 hingga muskarinik. Activity Daily Living pasien
asetilkolinesterase. Tes ini berguna mem- 100 maka suara akan mengecil. Selain itu, dapat dinilai dengan MG-ADL (Myasthenia
bantu diagnosis miastenia gravis atau mem- tes lengan atau tungkai yang diangkat Gravis Activity Daily Living). Derajat klinis
bedakan antara krisis miastenik dan krisis lurus maka akan muncul kelemahan setelah miastenia gravis dapat juga dinilai dengan
kolinergik. Pemeriksaan ini membutuhkan beberapa menit. Tes leher dengan angkat skor QMG (Quantitative Myasthenia Gravis).
waktu singkat dan durasi aksi obat yang dan tunduk akan menyebabkan kelemahan Skor ini mempunyai 13 poin. Penilaian
cepat. Sebelumnya harus dipastikan bahwa gerakan ini.2,5,6 meliputi diplopia, ptosis, otot wajah,
jalan napas pasien paten dan ventilasi menelan, berbicara, rentang pergerakan
adekuat. Dosis inisial diberikan dalam dosis Selain tes tensilon, pemeriksaan lain yang lengan kanan dan kiri, fungsi kapasitas vital,
kecil, yaitu 2 mg intravena. Bila tidak timbul berguna untuk menegakkan diagnosis tes menggenggam tangan kanan dan kiri,
efek samping maka dosis selanjutnya di- miastenia gravis, yaitu tes keping es. mengangkat kepala, rentang pergerakan
berikan 3 mg dan dinilai adanya perbaikan Pendinginan dapat memperbaiki transmisi tungkai kanan dan kiri.7,8,9
kekuatan otot, ekspresi wajah, postur, dan neuromuskuler, sehingga pada pasien
fungsi respirasi dalam 1 menit. Jika belum ptosis, penempatan es di kelopak mata akan Pemeriksaan Penunjang
menunjukkan perbaikan, dosis tambahan 5 memperbaiki ptosis. Es dapat ditempatkan di Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis
mg dapat diberikan hingga dosis maksimal dalam sarung tangan atau dibungkus handuk miastenia gravis meliputi : laboratorik, tes
10 mg total pemberian. Perbaikan ini dapat dan diletakkan secara lembut di atas kelopak genetik, biopsi otot, neurofisiologi hingga
bertahan selama 5 menit. Selama prosedur mata selama 2 menit atau 5 10 menit. Tes radiologi seperti CT-scan thoraks.2
pemeriksaan ini pasien harus dipantau, dikatakan positif bila terdapat resolusi ptosis.
karena dapat timbul efek samping kolinergik, Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 82% dan Pemeriksaan laboratorik, yaitu tes antibodi
yaitu salivasi, lakrimasi, berkeringat, flushing, spesifisitas 96%.6 terhadap reseptor asetilkolin dalam serum;
fasikulasi perioral, bradikardi, blok konduksi kadar melebihi 1,8 nmol/L dapat menunjang
jantung, fibrilasi ventrikel, dan asistol. Derajat keparahan miastenia gravis dapat diagnosis. Selain itu, juga diperlukan tes
Bradiaritmi dan sinkop pernah dilaporkan dinilai dengan klasifikasi Osserman:4 genetik. Antibodi terhadap reseptor asetil-
pada 0,16%. Atropin harus selalu disediakan 1. Derajat 1 : kelemahan terbatas pada kolin ditemukan pada 80% miastenia gravis
sebagai antidotum. Kekuatan otot dapat otot ekstraokuler (ocular myasthenia gravis) dewasa, pada 92% miastenia gravis juvenile
membaik setelah tindakan ini atau atau masa pubertas dan post-pubertas, dan
kelemahan masih dapat tampak. Pemeriksa 2. Derajat 2 : kelemahan generalisata sebanyak 52% pada pre-pubertas. Ditemukan
harus berhati-hati terhadap efek kolinergik yang ringan atau sedang tanpa keterlibatan persentase tinggi seronegatif pada miastenia
yang tidak diinginkan, seperti hipersalivasi otot pernapasan, perjalanan penyakit lambat, gravis anak, terutama pada pasien pre-
yang dapat menyebabkan eksaserbasi krisis (-), respons terhadap obat baik (mild pubertas atau dengan miastenia gravis
distres napas dan berisiko aspirasi. Waktu generalized myasthenia gravis) juvenile terisolasi. Pada anak yang antibodi
paruh edrofonium adalah 10 menit. Apabila terhadap reseptor asetilkolinnya negatif,
pasien tidak menunjukkan perbaikan 3. Derajat 3 : gejala skeletal dan bulbar tetapi gejala timbul pada usia lebih muda,
klinis setelah pemberian dosis maksimal berat, krisis (-), respons terhadap obat kurang mungkin suatu miastenia gravis kongenital.
edrofonium, berarti pasien mengalami krisis baik (moderate generalized myasthenia Sekitar 40% 50% pasien yang antibodi
kolinergik atau ada penyebab kelemahan lain gravis) terhadap reseptor asetilkolinnya negatif
selain miastenia gravis. Karena efeknya yang ternyata memiliki antibodi terhadap reseptor
cepat, pengulangan dosis sering diperlukan 4. Derajat 4 : perjalanan penyakit cepat, muskarinik. Miastenia gravis tipe muskarinik
sebelum pasien mendapat antikolinesterase penyakit akut fulminan dengan gangguan lebih sering pada wanita, klinis lebih berat
oral. Pasien dengan eksaserbasi gejala pernapasan awal, krisis (+), respons dengan gejala, terutama pada bulbar dan
tidak terlalu berat menunjukkan derajat terhadap obat buruk, timoma (insiden otot-otot pernapasan. Antibodi terhadap
perbaikan yang tidak terlalu terlihat. Selain tinggi), kematian tinggi (acute fulminating reseptor muskarinik sangat jarang pada anak-
tes tensilon, juga terdapat tes lain untuk myasthenia gravis) anak.2,3
membantu diagnosis miastenia gravis, yaitu
tes prostigmin (neostigmin bromide), pada 5. Derajat 5 : penyakit berat dengan Pemeriksaan neurofisiologi pada penyakit
nenonatus diberikan dengan dosis 0,05 0,5 keterlibatan gangguan pernapasan yang miastenia gravis adalah single-fiber

CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 183


TINJAUAN PUSTAKA

electromyography (SFEMG) dan/atau Tes diagnostik lain, yaitu biopsi otot untuk samping muskarinik meliputi kram, diare,
stimulasi saraf repetitif. Tindakan ini diperiksa in vitro, untuk mengetahui jumlah salivasi, lakrimasi, dan bradikardia.
sangat sulit dilakukan pada anak-anak reseptor asetilkolin pada celah sinaps.
terkait tolerabilitas dan kepatuhan pasien, Selain itu, pengecatan immunocytochemical 2. Kortikosteroid
sehingga tidak jarang membutuhkan pada motor endplates dapat mendeteksi Dimulai dari dosis 20 mg 4 kali sehari
sedasi. Hasil SFEMG pasien miastenia imunoglobulin dan komplemen. Tes genetik ditingkatkan 10 mg tiap 3 sampai 5 hari.
gravis menunjukkan peningkatan jitter juga bermanfaat pada kasus miastenia Indikasi terapi ini pada kasus berat yang tidak
(Gambar 3).2,10 Stimulasi saraf repetitif gravis.11 responsif dengan piridostigmin. Remisi atau
dengan frekuensi 3/detik pada saraf motorik perbaikan terjadi pada 65 75% pasien. Efek
dikatakan positif jika memberikan respons Diagnosis Banding samping yang dapat timbul, yaitu dispepsia,
dekremen lebih besar dari 10% (Gambar 4). Manifestasi klinis miastenia gravis kongenital ulkus gaster, hipertensi, intoleransi glukosa,
mirip miopati kongenital, distrofia katarak, retensi air, dan peningkatan berat
Pemeriksaan radiologi juga penting. Foto muskulorum, dan miopati metabolik. Suatu badan.
polos thoraks diperlukan untuk mendeteksi gangguan neuromuskuler yang dapat me-
pneumonia yang sering terjadi. Selain itu, nyerupai miastenia gravis adalah sindrom 3. Timektomi
perlu dilakukan MRI (Magnetic Resonance Eaton-Lambert. Gejala klinis sindrom Eaton- Diindikasikan pada miastenia gravis
Imaging) atau CT (Computed Tomography) Lambert adalah kelemahan fluktuatif dan generalisata, usia pubertas hingga 60 tahun.
thoraks untuk mendeteksi adanya timoma. progresif perlahan-lahan. Secara paradoks, Sangat menguntungkan bagi pasien yang
Foto polos thoraks tidak sensitif untuk kekuatan justru dapat membaik sementara memiliki timoma, banyak yang remisi setelah
mendeteksi timoma.6 Kemungkinan adanya setelah kontraksi otot berulang. Perbaikan pembedahan. Komplikasi tindakan harus
neoplasma ini sebaiknya diperiksa pada setelah pemberian tensilon tidak jelas dipahami dengan baik.
setiap pasien miastenia gravis. dan antibodi terhadap reseptor asetilkolin
tidak dapat dideteksi. Pembesaran CMAP 4. Azathioprine
(compound muscle action potentials) Dosis awal 50 mg per hari, dosis terapeutik
lebih dari 40% setelah kontraksi volunter 2 3 mg/kg/hari. Terapi ini diberikan
maksimal selama 15 detik atau setelah bila terdapat kontraindikasi pemberian
stimulasi repetitif dengan frekuensi 50/detik kortikosteroid, tidak efektif atau toleransi-
konsisten dengan diagnosis sindrom Eaton- nya buruk. Efek samping adalah demam,
Lambert. mual, nyeri abdominal, leukopenia,
hepatotoksisitas, peningkatan risiko ke-
Selain itu, gejala botulismus dapat ganasan bila digunakan jangka panjang,
menyerupai miastenia gravis, tetapi onset dan teratogenik. Efek perbaikan klinis sangat
A biasanya mendadak dan cepat progresif, lama, yaitu 2 6 bulan.
disertai gejala gastrointestinal. Toksin
botulismus mempengaruhi pelepasan 5.. Plasmaferesis
asetilkolin dari membran presinaptik. Bila Dosis plasmaferesis, yaitu 55 ml/kg/hari
dosis toksin rendah, kelemahannya ringan selama 5 hari. Biasanya perbaikan terjadi
dan timbul disfagia. Kebanyakan penderita setelah pemberian ke-3 dan menetap hingga
botulismus menderita kelemahan, 2 4 minggu. Terapi ini diindikasikan untuk
pandangan kabur, mual dan muntah pre-timektomi, krisis miastenik, kelemahan
dalam 18 36 jam setelah terkena toksin. yang cepat, dan progresivitas gejala.
Reaksi pupil negatif membantu membedakan
botulismus dengan gangguan paut saraf otot 6. Siklosporin
B lain. Stimulasi saraf repetitif dengan frekuensi Dosis siklosporin 3 5 mg/kg/hari diberikan
Gambar 3. Gambar A menunjukkan hasil SFEMG normal, 3/detik menghasilkan penurunan amplitudo 2 kali sehari. Onset terapi lebih cepat
sedangkan gambar B menunjukkan peningkatan jitter.10 (decrement) CMAP pada miastenia gravis, dibandingkan azathioprine. Terapi ini lebih
sedangkan adanya fasilitasi respons motorik dipilih bila pasien refrakter dengan terapi
pada stimulasi dengan frekuensi cepat 50/ lain. Efek samping yang dapat timbul yaitu
detik mendukung diagnosis botulismus.2,12 disfungsi renal, hipertensi, nyeri kepala,
hirsutisme, ensefalopati, dan kejang.
TERAPI
Terapi miastenia gravis juvenile di antaranya:4 7. Imunoglobulin intravena
1. Piridostigmin bromida Dosis yang dianjurkan yaitu 400 mg/kg/hari
Dosis yang dianjurkan 1 mg/kg setiap 4 selama 5 hari atau 1 gram/kg/hari selama 2
Gambar 4. Respons dekremen saat stimulasi saraf repetitif sampai 6 jam. Terapi ini termasuk lini pertama. hari. Terapi ini dipilih bila plasmaferesis tidak
pada miastenia gravis.10 Efeknya cepat dalam 15 30 menit. Efek dapat dikerjakan. Terapi ini memberikan

184 CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015


TINJAUAN PUSTAKA

perbaikan klinis cepat, biasanya ditoleransi dipersiapkan untuk intubasi. Pasien yang physostigmine. Gejala berupa gejala
baik dan tanpa komplikasi. Kerugian terapi ini tidak mempunyai refleks muntah dianjurkan kolinergik, seperti diare, kram abdominal,
dibandingkan plasmaferesis, yaitu perbaikan dipasang oropharyngeal tube.6 hipersalivasi, lakrimasi, inkontinensia urin,
klinis lebih lambat, nyeri kepala, flu-like hipermotilitas saluran gastrointestinal,
syndrome. KOMPLIKASI emesis, miosis. Krisis kolinergik dapat
Komplikasi yang dapat terjadi pada menyebabkan bronkospasme, seperti
Pasien miastenia gravis yang mengalami miastenia gravis, yaitu krisis miastenik dan wheezing, bronchorrhea, kegagalan napas,
distres napas harus segera dijaga jalan krisis kolinergik. Krisis miastenik terjadi akibat diaforesis, dan sianosis.6
napasnya, baik dengan triple maneuever perburukan penyakit, ditandai dengan gejala
maupun dengan suctioning. Penting diberi memberat dan sering disertai distres dan PROGNOSIS
bantuan ventilasi dengan oksigen aliran kegagalan napas.6 Miastenia gravis anak-anak memiliki
tinggi dan ukur saturasi oksigen dengan prognosis lebih baik. Banyak kasus terkontrol
oksimeter. Apabila respirasi masih belum Krisis kolinergik terjadi akibat dosis dan remisi sempurna tanpa pengobatan,
adekuat harus segera dilakukan bantuan penghambat kolinesterase berlebihan tetapi membutuhkan perawatan jangka
ventilasi dengan bag-valve mask sambil seperti neostigmin, piridostigmin, dan panjang pada pasien usia lebih dari 3 tahun.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Sri-udomkajorn S, Panichai P, Liumsuwan S. Childhood myasthenia gravis: Clinical features and outcomes. J Medical Assoc Thailand 2011;94. Suppl. 3: S152-S157.
2. Vander Pluym J, Ajsar JV, Jacob FD, Mah JK, Grenier D, Kolski H. Clinical characteristics of pediatric myasthenia: A surveillance study. Pediatrics 2013;132(4).pp. 1-8.
3. Chaudhuri ZC, Pandey PK, Bhomaj S. Childhood myasthenia gravis in an infant. BMJ. 2013;86:704-05.
4. Gradient P, Bolton J, Puri V. Juvenile myasthenia gravis: Three case reports and a literature review. J Child Neurol. 2009;24:584-90.
5. Namba T, Brown SB, Grob D. Neonatal myasthenia gravis: Report of two cases and review of the literature. Pediatrics 2013;45: 488-504.
6. Goldenberg W. Emergent management of myasthenia gravis. Philadelphia: McGraw-Hill; 2013.
7. Farrugia ME, Kennett RP, Robson MDet al. Development of a new oculobulbar facial respiratory score in the assessment of bulbar MG. BMJ 2013.
8. Konishi T, Yoshiyama Y, Takamori M. Longterm treatment of generalized myasthenia gravis with FK 506 (Tacrolismus). J Neurol Neurosurg Psychiatr. 2005;76: 448-50.
9. Barohn RJ. The quantitative myasthenia gravis (QMG) test. Dallas: Myasthenia Gravis Foundation of America; 2013.
10. Al-Lozi. Myasthenia gravis: Diagnostic tests. Indian Acad Neurol. 2013;14: 64-7.
11. Finnis MF, Jayawant S. Juvenile myasthenia gravis: A paediatric perspective. SAGE-Hindawi access to research. Oxford: Hindawi Publishing Corporation; 2011. pp. 1-7.
12. PERDOSSI. Buku acuan: Modul gangguan saraf tepi, gangguan saraf otonom dan gangguan paut saraf-otot. Jakarta: Kolegium Neurologi Indonesia; 2009.

CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 185

You might also like