You are on page 1of 49

PENGEMBANGAN SIMULASI ALIRAN AIR PADA

SALURAN DRAINASE KOTA MENGGUNAKAN


PEMODELAN NETWORK FLOW

Evi Septiana Pane


NRP. 2208 206 004

Dosen Pembimbing :
Dr.I Ketut Eddy P
Diah Puspito W, M.Sc

Program Magister
Bidang Keahlian Telematik
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 2010
Daftar Pembahasan
2

1. Pendahuluan
2. Pustaka dan Teori
3. Metodologi
4. Perhitungan Hidrologis
5. Network Flow Saluran drainase
6. Simulasi dengan Ford Fulkerson
7. Kesimpulan & Saran
8. Daftar Pustaka
1. PENDAHULUAN
Banjir sebagai fenomena alam
4
Karakteristik & Masalah Banjir Perkotaan
5

Siklus Hidrologi
pada Urban
Area

Bagaimana mempelajari
arah aliran banjir di
perkotaan yang tidak
beraturan ?
Solusinya .... ?
6

Membangun model simulasi distribusi debit aliran


air pada saluran drainase kota
Metode simulasi usulan : Network Flow
7

Membentuk sebuah directed graph dari saluran drainase

Peta Saluran Drainase sebuah wilayah


Maximum Flow Problem dan Solusinya
8

Maximum flow pencarian arus maksimum dalam


sebuah network.
Solusinya ? Ford Fulkerson (FF)

FF bekerja dengan menentukan augmenting path

dari source sink hingga nilai flow maksimum.



Kejadian Hujan sebagai source
9

Hujan di lebih dari 1 wilayah = terdapat > 1


source.
Solusinya ?

Network dengan Multiple sources dan sinks


Rumusan Permasalahan
10

Bagaimana mengetahui distribusi kapasitas air


yang dialirkan melalui masing-masing saluran
drainase ?
Batasan Masalah
11

Parameter :
Kapasitas Tata Guna
Panjang Saluran Lahan
Saluran

Curah Hujan Bentuk Penampang


Saluran
Tidak memperhitungkan faktor endapan atau
sumbatan pada saluran
Batasan Masalah
12

Saluran drainase yang diliputi adalah sekunder dan


primer.
Asumsi awal : kapasitas saluran drainase
dianggape penuh atau full bank capacity
Manfaat
14

Umum
Informasi bagiinstansi terkait dalam mengambil
tindakan penanganan dan pencegahan
genangan/banjir akibat meluapnya saluran drainase.
Khusus
Kontribusikeilmuan dalam hal penerapan Network flow
pada pemodelan saluran drainase.
Implementasi algoritma Ford Fulkerson pada kasus
saluran drainase.
2. KAJIAN PUSTAKA & TEORI
Sistem Saluran Drainase
16

Drainase merupakan sebuah sistem yang


dibuat untuk menangani persoalan kelebihan
air baik kelebihan air yang berada di atas
maupun di bawah permukaan tanah (Wesli,
2008).
Perhitungan Hidrologi
17

Secara umum proses yang dilakukan pada


perhitungan hidrologi adalah sebagai berikut :

Mendapat nilai Menghitung kapasitas


Menghitung waktu
intensitas hujan Menghitung debit primer dan sekunder
konsentrasi
dgn rumus talbot rencana dengan dengan asumsi saluran
pengaliran lahan
& input waktu rumus rasional dalam kondisi penuh air
dan saluran
konsentrasi (full bank capacity)
Network Flow
21

Arus (flow) pada network, harus :


Arus yg mengalir kapasitas sisi yg dialiri
Arus masuk ke node = arus keluar dari node, kecuali pada
source . Sedangkan pada sink, arus masuk > arus keluar
Biasa digunakan untuk memodelkan sistem lalulintas,
saluran pipa, sirkuit elektrik, dsb.
Maximum Flow Problem
22

Solusi yang sering digunakan : Ford Fulkerson


Contoh maximum flow solution

Graph dengan capacity (c), source (s) dan


sink (t)
flow f dari s ke t yang maksimum
Ford Fulkerson
23

Residual Network : adalah network dengan edges


yang masih dapat menerima flow
Mencari Augmenting path : lintasan sederhana dari
s menuju ke t dalam residual network
Teorema max-flow min-cut : sebuah flow adalah
maksimum jika dan hanya jika residual network tidak
lagi memiliki augmenting path.
Network dengan Multiple Sources
24

Network dengan lebih dari 1 source solusinya ditambah


dengan 1 supersources Sv sebagai virtual source
s1 s1

s2 t sv s2 t

s3 s3

Capacity (Sv, Sn) = atau Capacity (Sv, Sn) > capacity


dari edge yang paling maksimal dalam network
Penyelesaian dilakukan dengan cara FF
3. METODOLOGI PENELITIAN
Data : peta sal. Drainase,
Menyiapkan data untuk data ttg saluran, curah
model hujan, land use
Perhitungan hidrologi
utk memperoleh nilai Q
masing-masing saluran
Melakukan Perhitungan Membuat model Network Flow
hidrologi saluran drainase dari saluran drainase

Untuk mengetahui distribusi


Routing Aliran Air dengan Ford
debit aliran air dalam tiap Fulkerson & Simulasi
saluran drainase menggunakan Java Applet
Simulasi dengan Java
Applet yang diakses melalui
web browser. Analisa Hasil Simulasi
Setiap skenario di analisa
berdasarkan hasil dari
simulasi yg dilakukan

26
4. HASIL & PEMBAHASAN
Perhitungan hidrologis (Debit Rencana)
28

1. Nilai debit rencana/banjir untuk saluran sekunder Ketintang


Kapasitas Sal. existing
29

Tabel kapasitas saluran sekunder ketintang (satuan m3/det)


Saluran Rata-rata Debit Nilai kapasitas pada network
existing (m3/det) flow, pembulatan dari debit
existing x 10 (m3/det)
Ketintang 0.416 4
Ketintang Wiyata 0.616 6
Prof. Soepomo 0.892 9
Ketintang Selatan 2.371 23
DLLAJR 2.830 28
Wonokromo 1.447 14
Jambangan 1.662 16
Karah Agung 9.867 99
Primer Wonorejo 13.785 138
A. Yani 3.112 31
Analisis Sal. Sekunder Ketintang
30

Tabel Berikut adalah hasil perbandingan antara debit banjir


dengan kapasitas saluran existing pada sal. Sekunder Ketintang :
Network Flow : Sal. Sekunder Ketintang
31

- Node berwarna ungu


adalah source
- Node berwarna
kuning adalah
sink/target
Skenario Routing aliran air

1. Hujan di seluruh wilayah saluran drainase Ketintang


2. Hujan di wilayah saluran ketintang dan saluran
wonokromo (bagian utara).
3. Hujan di wilayah saluran kebonsari , saluran karah
agung barat dan saluran jambangan (bagian
barat).
4. Hujan di wilayah saluran A.Yani, saluran Ketintang
Selatan dan saluran DLLAJR (bagian selatan)

Yang menjadi sink/target adalah sal. Primer Wonorejo


Routing aliran air -- Skenario 1(a)
33

- Nilai Kapasitas Sv
S = 145 , yakni >
dari nilai kapasitas
edge maksimum 138.
- Ada 10 source dan 1
sink
Routing aliran air -- Skenario 1(b)
34
Routing aliran air -- Skenario 1(c)
35

No. Lintasan yang dilalui Flow yg


dialirkan
1. 1(s)-2-6-7-11-14-16-17-18-19(t) 99
Karah agung barat Karah
agung Primer Wonorejo
2. 1(s)-12-14-16-18-19(t) 4
Ketintang Primer Wonorejo
3. 1(s)-13-18-19(t) 14
Wonokromo Primer Wonorejo
4. 1(s)-15-16-18-19(t) 21
DLLAJR Primer Wonorejo
Total Maximum Flow 138

- Label dari edges dengan nilai f = nilai c, berarti saluran penuh.


- Label dari edges dengan nilai f < nilai c, berarti saluran belum
maksimum mengalirkan air
Hasil dan Analisa Skenario 1
36

Saluran berawal dari node 9 , node 8, node 3, node 5, node 10


dan node 17 tidak dilintasi air karena jika, saluran tersebut
dilintasi air, maka akan terjadi luapan pada saluran yang
adjacent dengan saluran tersebut.
Artinya :
saluran-saluran yang tidak dialiri flow belum maksimal
mengalirkan flow
cara menanganinya : dengan mengkaji ulang (memperbesar)
kapasitas saluran yang adjacent dengan saluran-saluran
tersebut.
Hasil dan Analisa Skenario 1
37

Saluran yang memiliki banyak cabang pengaliran yang menuju


ke arahnya,
Contoh : saluran node 7 dan node 18 dengan 3 cabang saluran
yang mengarah ke dirinya,
Sebaiknya memiliki kapasitas saluran yang > total dari nilai
kapasitas saluran percabangannya, supaya aliran air dari tiap-
tiap percabangan bisa diakomodasi dan tidak terjadi luapan di
daerah tersebut.
Routing aliran air -- Skenario 2(a)
38

Ada 4 source dan 1 sink ,


yaitu :
- sal. Prof. Soepomo
- sal. Ketintang Wiyata
- sal. Ketintang
- sal. Wonokromo
Routing aliran air -- Skenario 2(b)
39
Routing aliran air -- Skenario 2(c)
40

No. Lintasan yang dilalui Flow yg


dialirkan
1. 1(s)-8-7-11-14-16-17-18-19(t) 6
Prof. Soepomo Karah agung
Primer Wonorejo
2. 1(s)-9-11-14-16-18-19(t) 9
Ketintang Wiyata Karah Agung
Primer Wonorejo
3. 1(s)-12-14-16-18-19(t) 4
Ketintang Primer Wonorejo
4. 1(s)-13-18-19(t) 14
Wonokromo Primer Wonorejo
Total Maximum Flow 33
Hasil dan Analisa Skenario 2
41

Sal. yang menjadi source pada skenario 2 mengalami kapasitas


maksimum. Sedangkan saluran perantara sepanjang lintasan dari
source menuju ke sink kondisinya masih dalam keadaan cukup
kosong.
Dapat disimpulkan bahwa untuk sal. Karang Agung & Sal.
Primer Wonorejo mampu menampung flow yang berasal dari
saluran dibagian utara.
Nilai maximum flow (33) tersebut masih > dari nilai total
kapasitas saluran maksimum (sal. Karah Agung dengan c = 99)
Artinya :
Sepanjang lintasan yang dilalui oleh air tidak akan terjadi
luapan.
Routing aliran air -- Skenario 3(a)
42

Ada 3 source dan 1 sink ,


yaitu :
- sal. Kebonsari
- sal. Karah Agung barat
- sal. Jambangan
Routing aliran air -- Skenario 3(b)
43

No. Lintasan yang dilalui Flow yg


dialirkan
1. 1(s)-2-6-7-11-14-16-17-18-19(t) 99
Karah agung barat Karah
agung Primer Wonorejo
Total Maximum Flow 99
Hasil dan Analisa Skenario 3
44

Nilai kapasitas saluran Karah Agung barat = nilai


kapasitas saluran Karah Agung yaitu 99 ,
Sehingga saluran lain tidak dapat mengalirkan tambahan
flow pada sal. Karah Agung hingga mencapai sink
Sal. Karah Agung tidak dapat mengakomodasi 2 saluran lain
yang mengarah kepadanya.
Routing aliran air -- Skenario 4(a)
45

Ada 3 source dan 1 sink ,


yaitu :
- sal. Ketintang Selatan
- sal. DLLAJR
- sal. A. Yani
Routing aliran air -- Skenario 4(b)
46
Hasil dan Analisa Skenario 4
47

No. Lintasan yang dilalui Flow yg dialirkan


1. 1(s)-10-7-11-14-16-17-18-19(t) 23
Ketintang Selatan Karah agung Primer Wonorejo
2. 1(s)-15-16-18-19(t) 28
DLLAJR Primer Wonorejo
3. 1(s)-17-18-19(t) 31
A. Yani Primer Wonorejo
Total Maximum Flow 82

Kesimpulan skenario 4 : sal. Karah Agung & sal. Primer Wonorejo


mampu menampung flow yang dialirkan dari sal. bagian selatan,
jika nilai total kapasitas sal. di bagian selatan < kapasitas
maksimal sal. Karah Agung/sal. Primer Wonorejo.
5. KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
49

Pemodelan network flow dapat memberikan kontribusi dalam


melakukan optimalisasi distribusi debit aliran air pada saluran
drainase untuk mengurangi terjadinya genangan atau bahkan
banjir .
Saluran yang adjacent dengan saluran yang belum mengalirkan
air secara maksimal perlu dikaji ulang (diperluas) kapasitas
salurannya.
Saluran drainase yang memiliki banyak percabangan menuju ke
arahnya, kapasitasnya diperbesar hingga nilainya > jumlah nilai
kapasitas saluran percabangan yang mengarah ke dirinya.
Sal. Karah Agung & Primer Wonorejo masih mampu menampung
aliran air jika hujan terjadi pada saluran di wilayah bagian
utara dan selatan.
Saran
50

Pemodelan network flow juga dapat digunakan untuk membuat


waktu penjadwalan pengerukan sedimen pada saluran drainase
dengan teori graph colouring
Ruang lingkup saluran drainase yang di uji coba dapat
diperluas hingga ke saluran yang lebih kecil yaitu saluran tersier
untuk memperoleh hasil rekomendasi yang lebih detail.
Fokus penanganan genangan di wilayah Ketintang lebih kepada
saluran Karah Agung dan saluran Primer Wonorejo terutama
berkaitan dengan aliran air yang berasal dari saluran di
wilayah barat
Daftar Pustaka
51

Burt C. M. and Gartrell G. "Irrigation-Canal - Simulation Model Usage"


Journal of Irrigation and Drainage Engineering 119.4 (1993): 631-636.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Pemkot Surabaya, Laporan Akhir,
Surabaya Drainage Master Plan 2018, Mott MacDonald Cambridge UK dan
PT. Tricon Jaya, Surabaya, 2000.
Chow, Ven Te dan Maidment, David R. dan Mays, Larry W, Applied
Hidrolika, McGraw-Hill Book Company, Singapura, 1988.
Cormen H. T, E. Charles, Leiserson, L. Ronald, Rivest, and Stein C.
Introduction to Algorithms, Second Edition. MIT Press and McGraw-Hill,
2001. ISBN 0-262-03293-7. Section 26.4: Push-relabel algorithms, and
section 26.5: The relabel-to-front-algorithm.
Farid Muhammad, Pemodelan Dua Dimensi Aliran Banjir Pada Daerah
Perkotaan. Tesis Magister. Institut Teknologi Bandung. 2007
Daftar Pustaka
52

Habibi, L. Pemodelan Network Flow Analysis Sistem Distribusi Air


Menggunakan Algoritma Genetika-Metode Newton. Tesis Magister. Institut
Teknologi Bandung. 2008.
Joesron Loebis, Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Departemen
Pekerjaan Umum, 1992.
Misra, Rajeev, Steady Flow Simulation in Irrigation Cannals. Journal
Sadhana, Vol. 20, Part 6 (1995): 955-969.
Ned H.C. Hwang, Fundamentals of Hydraulic Engineering System, Prentice
Hall, 1987.
Tatas, Perencanaan Saluran Drainase Kawasan Ketintang dan Sekitarnya,
Tugas Akhir, Teknik Sipil ITS, Surabaya, 2004.
Wesli, Drainase Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008.
Sekian & Terima Kasih
Surabaya Lab B 201 , 21 Januari 2010

You might also like