You are on page 1of 5

Cepat Bibitkan Merang

Filed in Sayuran by Andri on 01/07/2014

Teknik pembibitan F0 hasilkan produksi jamur merang tinggi

Pembibitan jamur merang langsung ke media merang memangkas waktu 10 hari dan biaya 75%.

Pembibitan jamur merang lazimnya menggunakan media potato dextrose agar (PDA). Sayangnya,
penggunaan PDA relatif ribet. Petani jamur merang di Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat, Katim Indrawan, membibitkan jamur merang tanpa PDA. Ia langsung mengulturkan bibit di botol
dengan media merang. Katim memanfaatkan jamur merang hasil panen sendiri. Ia memilih jamur
merang sehat berdiameter sekitar 5 cm, membelah, dan mengambil bagian dalam tubuh buah.

Ia lalu mencacah, memasukkan cacahan jamur itu ke botol pembiakan. Media dalam botol itu berupa
campuran merang, kapas, dedak, kapur, agar-agar, dan jagung giling. Keruan saja ia telah
mensterilisasi media itu dalam autoklaf bersuhu lebih dari 100C dan tekanan 1520 Psi selama
sejam. Proses selanjutnya, menyimpan botol kultur dalam ruang bersuhu 35C. Setelah 23 hari
miselium jamur merang mulai terlihat, ujar Katim. Botol akan terpenuhi miselium setelah 15 hari. Itulah
bibit F0.

Pembibitan jamur merang tanpa menggunakan media PDA

Lebih cepat
Katim lantas mengulturkan bibit F0 hingga menjadi bibit sebar F3. Caranya dengan memperbanyak F0
ke botol lain dengan media campuran merang, kapas, dedak, dan kapur. Setelah 15 hari, miselium
tumbuh memenuhi botol. Selanjutnya, Katim memperbanyak F2 jamur merang ke dalam baglog. Media
dalam baglog campuran merang, kapas, kapur, dedak, dan gula. Katim memperbanyak bibit F2 ke
baglog untuk menjadi bibit sebar F3. Satu baglog F2 dapat menghasilkan 40 baglog F3.

Jika cuaca mendukung bibit F2 sudah bisa disebar ke kumbung, kata Katim. Dari satu botol F0 Katim
mampu menghasilkan 64.000 baglog F3. Jika dalam setiap perbanyakan membutuhkan waktu 15 hari,
total jenderal Katim membutuhkan waktu 60 hari untuk menghasilkan bibit F3. Untuk sebuah kumbung
berukuran 4 m x 6,5 m Katim membutuhkan 60 log bibit jamur merang. Bandingkan dengan pembibitan
pada media PDA yang membutuhkan waktu hingga 70 hari.
Meski pembibitan secara konvensional, teknik pembibitan Katim mampu meningkatkan daya tumbuh
jamur merang hingga 90%. Selain itu, biaya produksi lebih hemat. Untuk memproduksi satu baglog
jamur, Katim membutuhkan Rp1.000. Sementara harga bibit sebar dari produsen bibit, Rp4.000 per
baglog. Artinya Katim hemat biaya bibit 75%.

Menurut Dr Iwan Saskiawan, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong, Jawa Barat, teknologi
pembibitan Katim termasuk terobosan bagus. Secara teori membibitkan langsung jamur merang di
media merang dapat dilakukan meskipun hasilnya kurang memuaskan, ujar Iwan. Indonesia negara
tropis dengan suhu dan kelembapan yang tinggi. Akibatnya, kemungkinan terjadi kontaminasi dalam
pembuatan kultur murni tanpa menggunakan media PDA tinggi.

Selain itu, media PDA mengandung nutrisi yang lebih siap digunakan jamur merang untuk
pertumbuhannya, sehingga dianggap sebagai fase adaptasi jamur merang sebelum ditumbuhkan ke
media tanam. Iwan menambahkan, cara pembibitan jamur merang ala Katim sudah berkembang sejak
1968. Namun, teknik itu tidak berkembang karena tingkat keberhasilannya kecil.

Katim Indra (kanan) dan Asep Rosidin (kiri). Katim membibitkan F0 jamur merang tanpa media PDA

Produksi tinggi
Katim memanen jamur merang 8 hari setelah bibit jamur merang ditebar di kumbung. Dari sebuah
kumbung berukuran 4 m x 6,5 m itu, ia memanen 200250 kg jamur merang. Ia memanen 1520 kg
jamur merang setiap hari. Ayah satu anak itu menjual jamur merang Rp21.000 per kg. Iwan
menuturkan, dengan luas tanam itu, produksi jamur merang 200250 kg tergolong bagus. Dengan
luasan sama, produksi jamur merang rata-rata 180200 kg.

Menurut Endang Sumarna anggota staf Bidang Hortikultura dan Perkebunan, Dinas Pertanian
Kehutanan Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Karawang, produksi jamur merang Katim tergolong
tinggi. Sebab, Petani jamur merang di Karawang memperoleh 100 kg saja cukup sulit, ujarnya. Ia
mengatakan dari 18 penangkar bibit jamur merang di Karawang, 4 di antaranya mampu membibitkan
sendiri F0. Namun, yang berjalan stabil dua orang, termasuk Katim.

Sebelum menggunakan teknik pembibitan langsung itu, Katim membibitkan jamur merang dengan
PDA. Pakai media PDA daya tumbuh jamur merang hanya 20%, ujar pria 39 tahun itu. Menurut Iwan
pembibitan jamur merang harus di tempat steril. Sebab, Proses pembibitan rawan terkontaminasi, ujar
Iwan.

Oleh sebab itu, tidak semua petani jamur merang mampu membibitkan sendiri. Selain steril, teknologi
itu juga membutuhkan biaya tinggi. Petani lebih memilih membeli bibit dari penangkar. Akibatnya,
petani tergantung pada produsen bibit. Jika kualitas bibit dari penangkar jelek, petani pun terancam
merugi. Bahkan, pengepul jamur merang seperti Asep Rosidin juga turut rugi. Jika bibit jelek, petani
gagal panen, pasokan jamur merang pun jadi kosong, ujar Asep.

Meski tergolong terobosan baru, Iwan khawatir jika teknik itu dilakukan dalam skala besar. Teknik kultur
jaringan dalam pembuatan kultur murni jamur merang, mengambil jaringan tubuh buah jamur atau
bagian vegetatif jamur.
Ketika seluruh bagian tubuh buah jamur dipindahkan dalam media bibit, maka spora yang merupakan
bagian generatif jamur ikut terbawa. Perkembangan jamur merang dengan melaui spora ini
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas jamur yang dihasilkan. (Desi Sayyidati Rahimah)
Kumbung Jamur Merang Mini
Kehadiran kumbung mini jamur merang menjadi solusi pekebun berlahan terbatas.
Proses budidaya jamur merang di kumbung mini sama dengan kumbung besar.

Kumbung :

Ukuran : 1 m x 0,6 m x 1,2 m. Bentuk dan ukurannya persis lemari pakaian. Kumbung terdiri atas 3
rak. Jarak antar rak 40 cm. Jumlah rak sendiri bisa disesuaikan dengan keinginan. Bisa 3, 4, atau 5
rak,.
Biaya pembuatan : Rp150.000.
Plastik setebal 0,8 mm sebagai dinding dan atap.
Kumbung dapat bertahan 2 tahun.
Dalam setahun, pekebun dapat 1012 kali menanam Volvariella volvacea.

Bahan Substrate :
20 kg jerami, Selain jerami, pekebun dapat memanfaatkan bahan lain seperti limbah kapas, ampas
aren, dan daun pisang.
5 kg dedak,
10 kg ampas aren atau tebu, dan
1 kg kapur.
Proses Pengomposan dan Pasteurisasi :

Campur semua bahan dan menutup dengan terpal agar terjadi pengomposan selama 12 hari.
Proses pembalikan dilakukan pada hari ke-7.
Tata media di atas setiap rak di dalam kumbung mini. Ketebalan media diatur 20 cm.
Lakukan pasteurisasi dengan mengalirkan uap panas ke dalam kumbung mini. Asep mengatur
pasteurisasi selama 45 jam hingga suhu kumbung mencapai 90 C. Uap panas berasal dari air
yang mendidih di dalam drum berkapasitas 2030 liter.

Penebaran bibit :
Dinginkan kumbung selama 1 hari.
Taburkan 2 botol bibit merang.
Usai penebaran bibit, kumbung ditutup rapat agar suhu mencapai 3537 C. Tujuannya agar hasil
optimal. Jika suhu di atas 40 C sejenis jamur oncom akan mengintai, jika di bawah 35 C yang kerap
muncul adalah jamur penganggu. Oleh karena itu kumbung sebaiknya diletakkan di tempat tersinari
matahari. Jika di tempat ternaungi sebaiknya dipastikan sinar matahari tetap bisa masuk sehingga
suhu dalam kumbung tetap terjaga.

Pemeliharaan :
Menjelang umur 4 hari pasca sebar, biasanya mulai bermunculan benang putih. Lakukan
pengabutan dengan jalan menyemprotkan air dalam kumbung. Untuk sebuah kumbung mini,
dibutuhkan 1 liter air.
Lakukan pengabutan untuk kali kedua saat jamur berumur delapan hari pasca sebar bibit.
Semprotkan air cucian beras dalam proses pengabutan agar warna jamur semakin putih.
Jika pertumbuhan jamur kurang optimal, maka diberikan nutrisi tambahan dengan melarutkan 2
sendok makan gula pasir dalam 1 liter air air. Bisa juga memanfaatkan molase dengan dosis 2
sendok makan per liter air.

Panen :
Panen perdana berlangsung pada 1012 hari usai tebar bibit.
Dapat dipetik 1 kg merang per kumbung. Hari berikutnya jumlah itu meningkat menjadi 2 kg.
Total selama 15 kali panen dapat diperoleh 20 kg jamur merang.
Potensi panen bisa meningkat menjadi 2530 kg, jika pekebun dapat menjaga kestabilan suhu di
kisaran 35370C.
Kumbung berukuran 1 m x 0,6 m x 1,2 m setara luasan 4,48 m2 sehingga produktivitas rata-rata
5,5 kg per m2. Bandingkan dengan produksi rata-rata di kumbung besar yang hanya 1,51 kg per
m2.

You might also like