You are on page 1of 8

Pengaruh Pemberian Ekstrak Temu Putih (curuma

zedoaria) Terhadap Ekspresi Protein p53 pada kelenjar

mamae tikus Putih galur spraque dawley yang diinisiasi

senyawa kimia karsinogen DMBA

Oleh :
Setyo Bhakti
(060710254)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kanker dapat menyerang semua bagian tubuh. Berdasarkan organ-organ tubuh

yang terserang, dikenal berbagai jenis kanker seperti kanker payudara, kanker mulut

rahim, kanker otak, kanker hati, kanker paru-paru, kanker prostat, kanker kulit dan

kanker usus. Kanker mulut rahim dan payudara merupakan jenis kanker yang paling

banyak ditemukan di Indonesia (Mangan,2003).


Menurut Shepel (1998) prevalensi kanker payudara di Amerika Serikat mencapai

populasi lebih dari 10 % dari total penduduk wanita, resiko kanker payudara dapat dimodulasi

oleh faktor lingkungan dan genetik, faktor genetik termasuk diturunkan oleh alele mutan pada

gen p53, BRCA1 dan BRCA2. Menurut Brauch, et al. (2004) insidensi kanker payudara

meningkat 1-2 % setiap tahun dan menyebabkan kematian wanita terutama di negara industri,

seperti dicontohkan di Jerman terdapat sekitar 46.000 wanita menderita kanker payudara

setiap tahunnya dan sepertiga diantaranya meninggal pada usia kurang dari 60 tahun.
Keseimbangan proliferasi sel dan apoptosis sangat penting dalam pertumbuhan

dan homeostasis jaringan normal. Pada sel kanker keseimbangan ini sudah tidak

berjalan (Guo and Hay, 1999). Sel kanker mempunyai kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan terhadap sinyal pertumbuhan, tidak sensitif terhadap sinyal antiproliferatif,

mampu menghindar dari mekanisme apoptosis dan mempunyai kemampuan replikasi

yang tak terbatas (Hanahan and Weinberg, 2000). Hal ini mengakibatkan sel kanker

akan berproliferasi terus menerus, sehingga untuk mengetahui aktivitas sel tumor

dapat ditentukan dengan aktivitas proliferasi selnya (Rizali and Auerkari, 2003).
Pengobatan kanker secara medis yang biasa dilakukan selama ini adalah dengan terapi

pembedahan, penyinaran dan terapi kimia. Tetapi masyarakat banyak yang tidak mau

melakukan pengobatan secara medis karena alasan-alasan tertentu seperti alasan psikologis,

ekonomi, adanya efek samping, serta karena tidak adanya jaminan kesembuhan. Penemuan

tanaman-tanaman obat yang menunjukkan efek farmakologis terhadap penyakit kanker

terutama yang telah mengalami uji secara ilmiah telah memberikan alternatif dalam mengatasi

dan mengobati penyakit kanker. (Herba, 2003).


Pada dasarnya penanganan kanker melalui kemoterapi dan dengan menggunakan obat-

obat herbal tidak jauh berbeda. Keduanya yaitu untuk membunuh sel-sel kanker baik intrasel

maupun ekstrasel, yang menyebar bersama aliran darah. Tetapi efek yang ditimbulkan kedua

sistem pengobatan ini sangat berbeda. Tanaman obat dengan sifat alamiahnya akan

meningkatkan daya tahan tubuh penderita terutama sel-sel yang berada di sekitar kanker.

Senyawa-senyawa aktif tanaman obat juga juga akan meredam keganasan racun-racun yang

dikeluarkan sel-sel kanker (anti toksik), menghambat pertumbuhan sel kanker (sitostatika),

memutus pasokan zat-zat makanan dan oksigen ke jaringan kanker dengan cara menghentikan

aliran darah ke sel kanker. Dan jika sudah terjadi pendarahan pada kanker maka zat aktif yang

terdapat pada tanaman obat dapat menghentikannya. (hemostatik). Selain itu tanaman obat

juga memiliki sifat anti inflamasi, anti piretik dan analgesik. Senyawa-senyawa aktif tanaman

obat akan bekerja serentak dalam memerangi kanker sehingga lama kelamaan jaringan kanker

akan melemah kemudian mati. Selain alasan-alasan tersebut diatas, penggunaan obat herbal

dalam menangani kanker merupakan cara pengobatan dengan biaya yang relatif murah. Hal ini

terkait dengan kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, bahkan tanaman obat tersebut

dapat ditanam sendiri. (Herba, 2003).


Curcuma zedoaria yang dikenal sebagai tanaman temu putih merupakan tanaman

yang biasa digunakan masyarakat sebagai bumbu masak atau pelengkap ramuan obat-

obatan tradisional. Penggunaan rimpang temu putih (Curcuma zedoaria) tampaknya


menjadi alternatif peneliti untuk diketahui aktivitasnya sebagai terapi kemopreventif,

karena ekstrak bahan tersebut mengandung senyawa yang dapat menghambat

karsinogenesis. Curcuma zedoaria mengandung sesquiterpen dan beberapa komponen

lain yaitu germacrone-4,5-epoxide, germacrone, furanodienone, curzerenone,

zederone, dehydrocurdione, curcumenol, isocurcumenol, curcumenone, curmanolide A

dan curmanolide B. (Phytochemistry, 24, 2629, 1985) (Katzer, 2003). Senyawa

penting yang terkandung dalam rimpang temu putih adalah kurkumin. Menurut

penelitian yang dilakukan Singletary, et al (1998) telah membuktikan bahwa senyawa

kurkumin (-diketones diferuloylmethane) yang diisolasi dari ekstrak temu (Curcuma

longa) memiliki efek menginduksi enzim-enzim yang berperan dalam proses

detoksifikasi tahap kedua yaitu GST, QR dan EROD. Hal-hal tersebut tampaknya

yang mendasari penelitian untuk mengetahui apakah rimpang temu putih dapat

dijadikan sebagai salah satu bahan terapi kemopreventif.


Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang

berlandaskan penggunaan tanaman obat Curcuma zedoaria yang mempunyai khasiat sebagai

anti kanker. Kajian penelitian yang dianggap penting adalah analisis mekanisme

karsinogenesis dan onkogenesis molekuler yang melibatkan aktivitas senyawa yang

terkandung dalam tanaman obat. Mekanisme tersebut diperantarai oleh protein p53 yang

berperan sebagai tumour suppression gen.


Senyawa yang terkandung di dalam tanaman tersebut kemungkinan besar memiliki

aktivitas sebagai anti-tumor melalui beberapa mekanisme, yakni menghambat proses sinyal

transduksi, memacu cell cycle arrest, apoptosis, atau bahkan menghambat metastasis.
Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA) sebagai inisiator pembentukan kanker payudara

memerlukan aktivasi metabolik oleh enzim yang secara normal ada dalam tubuh dan

merupakan bagian dari proses metabolisme xenobiotik fase I, mekanisme aktivasi DMBA

melibatkan enzim sitokrom P450 isoform CYP1A1 dan atau peroksidase menjadi intermediate
reaktif yang dapat merusak DNA yaitu terbentuknya Epokside Dehidrodiol dan kation radikal.

Epokside Dehidrodiol akan mengikat gugus amino ekosiklik purin DNA secara kovalen

menjadi bentuk adduct yang stabil, sedangkan kation radikal akan mengikat N7 atau C8 purin

menjadi bentuk adduct tidak stabil yaitu depurinisasi menjadi tempat yang kehilangan apurinik

pada DNA. Jalur epokside dehidrodiol inilah yang bertanggung jawab terhadap inisiasi tumor

karsinogenik DMBA dibandingkan bentuk kation radikal (Melendez-Colon et al., 1999).


Senyawa metabolit reaktif yang dapat menyebabkan mutasi pada DNA dapat segera

dikeluarkan dari dalam tubuh dengan proses metabolisme fase II, yaitu konjugasi dengan

glutation yang dikatalisis oleh enzim Glutation S-Transferase (GST). Dengan adanya

peningkatan enzim GST ini, maka senyawa karsinogen akan mengalami detoksifikasi sehingga

cepat diekskresikan dan tidak sempat mengalami tahap-tahap perkembangan selanjutnya

menjadi kanker (Melendez-Colon et al., 1999)..


DNA-adduct yang terjadi sebagai aktivitas karsinogen benzilic carbonium mengawali

terjadinya mutasi pada gen p53. Inaktifasi gen penekan tumor p53 merupakan kunci penting

awal kejadian karsinogenesis. Protein p53 berperan menginduksi hambatan pertumbuhan,

reparasi DNA atau apoptosis pada respon stres seluler (El-Sohemy, 2000).
Dengan adanya penelitian ini akan dibuktikan khasiat daun Curcuma

zedoaria sebagai antikanker dengan melihat efek peningkatan ekspresi protein p53

yang menekan pertumbuhan tumor dan penurunan insidensi tumor. Maka tanaman

ini bisa dijadikan salah satu alternatif sebagai antikarsinogenesis melalui

peningkatan ekspresi gen penekan tumor p53 (Melendez-Colon et al., 1999).

I.2 Perumusan Masalah

1. Apakah terjadi peningkatan ekspresi p53 pada kelenjar mammae tikus galur Sprague

Dawley yang diinisiasi DMBA dengan pemberian ekstrak C. zedoaria 300 mg/kg bb?

2. Apakah terdapat penurunan insidensi tumor setelah pemberian ekstrak C. zedoaria

dosis 300 mg/kg bb pada tikus yang diinisiasi karsinogen DMBA ?


I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dipakai sebagai landasan teoritik , maka pada

penelitian yang akan dilakukan bertujuan sebagai berikut :

Untuk membuktikan terjadinya peningkatan ekspresi p53 pada kelenjar

mammae tikus galur Sprague Dawley yang diinisiasi DMBA dengan

pemberian ekstrak C. zedoaria 300 mg/kg bb dengan menggunakan uji

immunohistokimia..

Untuk mengetahui perbedaan insidensi tumor setelah pemberian ekstrak C.


zedoaria dosis 300 mg/kg bb pada tikus galur Sprague Dawley yang diinisiasi

karsinogen DMBA.

I.4 Manfaat Penelitian

Data penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan sediaan obat

tradisional untuk alternatif pengobatan kemopreventif kanker. Efek ekstrak (Curcuma

zedoaria) yang dapat menginduksi enzim detoksifikasi fase II dan peningkatan

ekspresi protein p53 melalui beberapa mekanisme, antara lain menghambat proses

sinyal transduksi, memacu cell cycle arrest, apoptosis, atau bahkan menghambat

metastasis, merupakan suatu wahana pencegahan penyakit kanker khususnya kanker

payudara. Dimana dengan adanya penelitian ini, apabila telah terbukti bahwa

kandungan flavonoid dalam ekstrak rimpang temu putih dapat digunakan sebagai

alternatif obat pencegah penyakit kanker, kami dapat bekerjasama dengan sebuah

industri obat yang dapat memproduksi ekstrak rimpang temu putih obat antikanker

yang menarik bagi konsumen.


I.5 Hipotesis

Adanya peningkatan ekspresi protein p53 pada kelenjar mammae tikus galur

Sprague Dawley yang diinisiasi DMBA dengan pemberian ekstrak C.

zedoaria 300 mg/kg bb.

Terjadi Peningkatan ekspresi protein p53 setelah pemberian ekstrak C.

zedoaria 300 mg/kg bb yang berperan sebagai tumor suppressor gen sehingga

terjadi penurunan insidensi tumor (kanker).

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Temu Putih (curuma zedoaria)


Terhadap Ekspresi Protein p53 pada kelenjar mamae tikus Putih galur
spraque dawley yang diinisiasi senyawa kimia karsinogen DMBA
Proposal seminar skripsi
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Oleh :
SETYO BHAKTI
NIM 060710254

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Pppppppppppppp pppppppppppppppppp

You might also like