Professional Documents
Culture Documents
TIMAH
A. PENDAHULUAN
Timah merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi, yaitu kurang dari
300.000 ton per tahun, apabila dibandingkan dengan produksi aluminium sebesar
20 juta ton per tahun (www.timah.com). Timah putih merupakan unsur langka,
kelimpahan rata-rata pada kerak bumi sekitar 2 ppm, dibandingkan dengan seng
yang mempunyai kadar rata-rata 94 ppm, tembaga 63 ppm dan timah hitam 12
ppm. Sebagian besar (80%) timah putih dunia dihasilkan dari cebakan letakan
(aluvial), sekitar setengah produksi dunia berasal dari Asia Tenggara.
B. PENGERTIAN TIMAH
Timah adalah sebuah unsur kimia yang memiliki simbol Sn dan nomor
atom 50. Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Tin. Kata Tin diambil
dari nama Dewa bangsa Etruscan Tinia. Nama latin dari timah adalah
Stannum dimana kata ini berhubungan dengan kata stagnum yang dalam
bahasa inggris bersinonim dengan kata dripping yang artinya menjadi cair/
basah, penggunaan kata ini dihubungkan dengan logam timah yang mudah
mencair.
Timah biasa terbentuk oleh 9 isotop yang stabil. Ada 18 isotop lainnya
yang diketahui.Timah merupakan logam berwarna putih keperakan, dengan
kekerasan yang rendah, dapat ditempa ("malleable"), mempunyai sifat
konduktivitas panas dan listrik yang tinggi, relatif lunak, tahan karat dan memiliki
titik leleh yang rendah dan memilki struktur kristal yang tinggi. Jika struktur ini
dipatahkan, terdengar suara yang sering disebut (tangisan timah) ketika sebatang
unsur ini dibengkokkan.
C. SIFAT-SIFAT TIMAH
1. Sifat Fisik
2. Sifat Kimia
3. Sifat Mekanik
Modulus Elastisitas
o Massal : 58,2/GPa
o Kekakuan : 18,4/GPa
o Youngs : 49,9/GPa
Skala Kekerasan
o Brinell : 51 MN m-2
o Mohs : 1,5
D. SUMBER TIMAH
Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2. Berbentuk kristal
dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan.
Kristal tipis Cassiterite tampak translusen. Cassiterite adalah sumber mineral
untuk menghasilkan logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di
alluvial atau aluvium.
Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus kimianya
adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang dipakai untuk
memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28% timah, 13% besi, 30%
tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna biru hingga abu-abu.
Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah, timbal, antimon,
dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite membentuk
kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk silinder atau tube dimana
bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna cylindrite
adalah abu-abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di
Bolivia pada tahun 1893.
E. PENGOLAHAN TIMAH
1. Penambangan
Penambangan timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu semprot,
penggalian dengan menggunakan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk
penambangan endapan aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah
lepas pantai. Kapal keruk dapat beroperasi untuk penambangan cebakan timah
aluvial lepas pantai yang berada pada kedalaman sekitar 15 meter sampai dengan
50. Penambangan menggunakan cara semprot dilakukan terutama pada endapan
timah aluvial darat dengan sebaran tidak luas dan relatif dangkal. Penambangan
dengan menggunakan shovel/excavator dilakukan untuk menggali cebakan timah
putih tipe residu, yang merupakan tanah lapukan bijih primer, umumnya berada
pada lereng daerah perbukitan. Penambangan oleh masyarakat umumnya
dilakukan dengan cara semprot. Banyak juga penambangan dalam sekala kecil
terdiri dari satu atau dua orang, menggunakan peralatan sangat sederhana berupa
sekop, saringan dan dulang, seperti penambangan oleh masyarakat di lepas pantai
menggunakan sekop dengan panjang sekitar 2,5 meter, dan dilakukan pada saat air
laut surut. Penambangan banyak dilakukan pada wilayah bekas tambang dan
sekitarnya. Bahkan tailing yang semula dianggap sudah tidak ekonomis, kembali
diolah untuk dimanfaatkan kandungan timah putihnya. Penambangan oleh
masyarakat di lepas pantai selain menggunakan peralatan manual sederhana,
menggunakan juga pompa hisap dan perahu.
2. Pengolahan
Untuk menghasilkan pasir timah kadar tinggi melalui beberapa tahapan
proses pengolahan. Pasir timah di alam masih tercampur dengan butiran mineral-
mineral lain. Timah dalam bentuk mineral kasiterit dipisahkan dari pengotor
berupa mineral ringan dengan pemisahan fisik secara gravitasi. Pemisahan
dilakukan dengan menggunakan sluice box, spiral, dan meja goyang. Pemisahan
mineral bersifat magnetik dan bukan magnetik menggunakan separator magnetik.
Pemisahan mineral bersifat konduktor dan bukan konduktor menggunakan
separator tegangan tinggi. Proses untuk meningkatkan kadar bijih timah atau
konsentrat yang berkadar rendah, dilakukan di Pusat Pencucian Bijih Timah
(Washing Plant). Melalui proses tersebut bijih timah dapat
ditingkatkan kadar(grade) Sn-nya dari 20 - 30% Sn menjadi 72% Sn untuk
memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih timah yang
berasal dari penambangan di lepas pantai maupun di darat diperlukan untuk
mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang
tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah. Hasil pemisahan
konsentrat, selain diperoleh kasiterit untuk dilebur, diperoleh juga mineral-mineral
ikutan. Mineral-mineral terutama zirkon, monasit, ilmenit dan xenotim merupakan
produk sampingan dari hasil pemisahan secara fisik yang mempunyai prospek
ekonomi untuk dimanfaatkan. Pemisahan kasiterit dari pengotor, meningkatkan
nilai ekonomi mineral ikutan tersebut, meskipun belum semua mineral ikutan,
ekonomis untuk dimanfaatkan.
Konsentrat hasil dari proses pemisahan mempunyai kadar Sn 72%,
selanjutnya dilebur pada smelter timah putih. Bijih timah setelah dipekatkan lalu
dipanggang sehingga arsen dan belerang dipisahkan dalam bentuk oksida-oksida
yang mudah menguap. Kemudian bijih timah yang sudah dimurnikan itu direduksi
dengan karbon. Timah cair yang terkumpul di dasar tanur kemudian dialirkan ke
dalam cetakan untuk memperoleh timah batangan. Proses peleburan merupakan
proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan logam
timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian
terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut
crystallizer. Produk yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau
batangan. Produk yang dihasilkan juga dapat dibentuk sesuai permintaan.
F. SENYAWA-SENYAWA TIMAH
Senyawaan timah yang penting adalah organotin, SnO2, Stanat, timah
klorida, timah hidrida, dan timah sulfide.
1. Senyawaan Organotin
Seperti yang telah dijelaskan diatas senyawa organotin adalah senyawa
yang dibangun dari timah dan substituen hidrokarbon sehingga terdapat ikatan C-
Sn. Contoh beberapa senyawa organotin ini adalah:
Tetrabutiltimah, dipakai sebagai material dasar untuk sintesis senyawaan di- dan
tributil.
Dialkil atau monoalkil-timah, dipakai sebagai stabilisator panas dalam pembuatan
PVC.
Tributil-Timah oksida, dipakai untuk pengawetan kayu.
Trifenil-Timah asetat, merupakan kristal putih yang dipakai untuk insektisida dan
fungisida.
Trifenil-timah klorida dipakai sebagai biosida
Trimetil-timah klorida, dipakai sebagai biosida dan sintesis senyawa organic.
Trifenil-timah hidroksida, untuk fungisida dan engontrol serangga.
dll
Senyawa organotin dibuat dari reagen Grignard dengan timahtetraklorida.
Metode yang lain adalah dengan menggunakan reaksi Wurtz seperti senyawaan
alkil natrium dengan tmah halide ataupun dengan menggunakan reaksi pertukaran
antara timah halide dengan senyawaan organo-aluminium.
2. Timah Oksida
Merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia SnO2. Oksida timah
ini merupakan oksida timah yang paling penting dalam pebuatan logam timah.
SnO2 memiliki struktur kristal rutile dimana setiap 1 atom Sn berkoordinasi
dengan 6 atom oksigen. SnO2 tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam
dan basa kuat. SnO2 larut dalam asam halide membentuk heksahalostanat seperti:
SnO2 + 6 HI -> H2SnI6 + 2 H2O
Atau jika dilarutkan dalam asam maka:
SnO2 + 6 H2SO4 -> Sn(SO4)2 + 2 H2O
SnO2 larut dalam basa membentuk stanat dengan rumus umum Na2SnO3.
SnO2 digunakan bersama dengan vanadium oksida sebagai katalis untuk oksidasi
senyawa aromatic, dipakai sebagai pelapis, ataupun sebagai bahan pembuatan
organotin.
3. Timah(II) Klorida
SnCl2 berupa padatan kristal berwarna putih, dapat membentuk dihidrat
yang stabil. SnCl2 dipakai sebagai reduktor dalam larutan asam, dan juga dalam
cairan electroplating. SnCl2 dibuat dengan cara reaksi gas HCl kering dengan
logam Sn.
Sn + 2 HCl -> SnCl2 + H2
SnCl2 memiliki satu pasangan electron bebas. Dalam bentuk fasa gas maka
molekul SnCl2 berbentuk bengkok, sedangkan pada bentuk padatan SnCl2
membentuk rantai yang saling terhubung dengan jembatan klorida. Selain dipakai
sebagai reduktor SnCl2 juga dipakai sebagai katalis, reagen analisis untuk raksa,
dan juga dipakai sebagai aditif makanan untuk mempertahankan warna dan
sebagai antioksidan.
4. Timah(IV) Klorida
Disebut juga stani klorida atau timah tetraklorida merupakan senyawaan
kimia dengan rumus SnCl4. Pada suhu kamar SnCl4 ini merupakan cairan yang
tidak berwarna dan akan membentuk kabut jika terjadi kontak dengan udara.
SnCl4 dipergunakan sebagai senjata kimia dalam perang dunia ke-1, dipakai untuk
memperkuat gelas, dan sebagai bahan dasar pembuatan organotin.
5. Timah Sulfida
Senyawaan timah dengan belerang terdapat sebagai SnS yaitu timah (II)
sulfide dan ada dialam sebagai mineral herzenbergite. Pebuatan SnS adalah dibuat
dengan mereaksikan belerang, SnCl2 dan H2S.
Sn + S -> SnS
SnCl2 + H2S -> SnS + 2 HCl
Sedangkan timah (IV) sulfide memiliki rumus SnS2 dan terdapat dialam sebagai
mineral berndtite. Senyawa ini mengendap sebagai padatan berwarna coklat
dengan penambahan H2S pada larutan senyawa timah (IV) dan banyak dipakai
sebagai ornament dekoratif karena warnanya mirip emas.
6. Timah Hidrida
Hidrida dari timah disebut sebagai stannan dan rumus formulanya adalah
SnH4. Hidrida timah ini dapat dibuat dengan cara mereaksikan antara SnCl4
dengan LiAlH4. Stannan terdekomposisi secara lambat menghasilkan loga timah
dan gas hydrogen. Hidrida timah ini sangat analog dengan gas metana CH4.
7. Stanat
Dalam ilmu kimia stanat berkoporasi dengan senyawaan:
Ortostanat yang memiliki rumus kimia SnO44- contoh senyawaannya adalah K4SnO4
atau Mg2SnO4.
Metastanat yaitu MSnO3 atau M2SnO3 yaitu campuran oksida atau polimerik anoin.
Perlu dicatat bahwa asam stanit yang merupakan precursor stanat sebenarnya tidak
terdapat dialam dan ini sebenarnya merupakan hidrat dari SnO2. Istilah stanat juga
dipakai untuk sufiks penamaan senyawa misalnya SnCl62- hesaklorostanat.
Flux
Flux merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses penyolderan.
Flux adalah senyawa yang bersifat korosif dan berfungsi untuk menghilangkan
lapisan oksidasi dari permukaan benda yang disolder, mencegah pembentukan
lapisan oksidasi baru saat disolder dan menurunkan ketegangan permukaan
(surface tension) timah solder cair.
Lapisan oksidasi menghalangi timah solder membasahi permukaan benda
yang disolder, akibatnya adalah sambungan solder tidak menempel, atau dikenal
dengan istilah cold joint. Sedangkan ketegangan permukaan yang lebih rendah
akan memudahkan timah solder cair untuk mengalir membasahi permukaan benda
yang disolder. Akibat lain dari kesalahan penggunaan flux adalah timah solder cair
lengket dan tertarik oleh ujung alat solder, sehingga sambungan solder tidak rata
dan berujung runcing.
Jenis-Jenis Flux
Flux, berdasarkan jenisnya, dapat digolongkan kedalam dua kategori,
yaitu rosin dan senyawa asam (acid). Rosin terbuat dari getah pohon pinus atau
konifer yang telah dibersihkan dan diolah. Flux senyawa asam haruslah dicuci
bersih setelah proses penyolderan. Jika tidak, sisa flux yang tertinggal dan bersifat
korosif akan merusak sambungan solder, kaki komponen dan permukaan papan
cetak. Flux jenis ini juga bersifat menarik uap air dari udara sekitar (hygroscopic)
dan jika dibiarkan akan menyebabkan arus pendek pada rangkaian elektronika.
Rosin, disisi lain, hanya aktif bekerja saat dipanaskan dengan alat solder.
Setelah proses penyolderan selesai, flux rosin yang telah dingin kembali menjadi
tidak aktif, tidak konduktif dan tidak korosif, sehingga dapat dibiarkan tinggal
dipermukaan sambungan solder dan papan cetak tanpa perlu dicuci (no-clean
flux). Selain flux rosin alami yang berasal dari getah pohon pinus, juga terdapat
flux rosin buatan (synthetic rosin) dengan karakteristik menyerupai flux rosin
alami.
Flux juga dapat dikategorikan berdasarkan tingkat keaktifannya, yaitu
tidak aktif (inactive), aktif ringan (mildly active), aktif (active) dan sangat aktif
(highly active). Flux tidak aktif hanya mencegah terbentuknya lapisan oksidasi
baru saat sedang disolder. Sedangkan flux lainnya, selain mencegah, juga dapat
membersihkan lapisan oksidasi yang telah terbentuk. Flux yang lebih aktif mampu
membersihkan lapisan oksidasi yang lebih tebal dan noda-noda lain. Akan tetapi
karena bersifat lebih korosif, flux jenis ini harus dibersihkan setelah proses
penyolderan.
Kaki-kaki komponen elektronika yang baru lazimnya telah dilapisi dengan
timah solder (tinned) dan dalam keadaan bersih. Oleh sebab itu, tidak diperlukan
flux yang terlalu aktif. Flux yang tepat untuk digunakan dibidang elektronika
adalah jenis rosin atau rosin sintetik aktif ringan yang tidak perlu dibersihkan (no-
clean flux).
Flux Tambahan
Timah solder, terutama yang digunakan dibidang elektronika, sudah
mengandung flux yang diisikan kedalam sejumlah saluran ditengah-tengah kawat
timah solder (multi-core). Jumlah flux yang terkandung di dalam timah solder
jenis ini biasanya berkisar diantara 1% - 4%, tergantung kepada jenis flux-nya.
Jumlah saluran yang lebih dari satu ditujukan untuk memperbaiki dan meratakan
penyebaran flux keseluruh permukaan benda yang disolder.
Flux tambahan juga tersedia dipasaran dan dapat dipakai jika benda yang
disolder terlalu kotor dan timah solder cair gagal menempel. Akan tetapi, sebelum
memutuskan untuk menggunakan flux tambahan, usahakan terlebih dahulu untuk
membersihkan permukaan benda yang kotor dengan menggunakan sabut nilon
atau ampelas yang sangat halus. Jika penggunaan flux tambahan tidak bisa
dihindarkan, pastikan sisa-sisa flux dibersihkan setelah proses penyolderan.
2. Perunggu (Brons)
Paduan ini dikenal oleh manusia sejak lama sekali. Perunggu merupakan
paduan antara Cu dan Sn dalam arti yang sempit. Tetapi dalam arti yang luas
perunggu berarti paduan Cu dengan unsure logam lainnya selain dari Zn.
Dibandingkan dengan tembaga murni dan kuningan perunggu merupakan paduan
yang mudah dicor dan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi, demikian juga
ketahanan ausnya dan ketahanan korosinya oleh karena itu banyak dipergunakan
untuk berbagai komponen mesin, bantalan, pegas, corak artistic,dsb.
c. Brons Aluminium
Paduan yang dipergunakan dalam industry mengandung 6-7% Al
dipergunakan untuk pabrikasi dan paduan dengan 9-10% Al dipergunakan untuk
coran. Paduan ini mempunyai kekuatan yang baik dari pada brons timah putih
dengan sifat mampu bentuk yang lebih dan ketahanan korosi yang baik, sehingga
pengunaannya lebih luas. Tetapi mampu cornya kurang baik sehingga
memerlukan teknik yang khusus pada pengecorannya.
g. Perunggu silicon
Perunggu silicon baik sebagai paduan tuang maupun paduan kepal
mempunyai kadar Si 0,5% samapai 4,5%. Selain dari itu ada bahan-bahan
tambahan dari timah, nikel, mangan, besi, dan seng dalam bermacam-macam
persenyawaan. Sebagian dapat dijadikan misalnya cupoder yang mempunyai
tahan tarik dan kekerasan yang tinggi.
h. Perunggu Timbel
Perunggu timbel mempunyai kadar timbel (Pb) 5-35%. Jika perlu dengan
tambahan Sn dan Ni sebagai blok-blok bantalan yang berupa lapisan tipis dalam
bus bantalan.
H. KEGUNAAN TIMAH
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak
dipergunakan untuk solder (52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia
(13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam
aplikasi lain (11%).
1. Logam Timah dan Paduannya
Logam timah banyak manfaatnya baik digunakan secara tunggal maupun
sebagai paduan logam (alloy) dengan logam yang lain terutama dengan logam
tembaga. Logam timah juga sering dipakai sebagai container dalam berbagai
macam industri. Contoh-contoh paduan antara tembaga dan timah adalah:
Pewter, merupakan paduan antara 85-99% timah dan sisanya tembaga, antimony,
bismuth, dan timbale. Banyak dipakai untuk vas, peralatan ornament rumah, atau
peralatan rumah tangga.
Bronze adalah paduan logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah
sekitar 12%.
Fosfor Bronze adalah paduan bronze yang ditambahkan unsur fosfor.
2. Plating
Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti
seng, timbale dan baja dengan tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini
banyak dipergunakan untuk melapisi kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa
yang terbuat dari logam.
3. Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor
dari timah merupakan superkonduktor pertama yang banyak diteliti oleh para
ilmuwan contoh superkonduktor timah yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.
4. Solder
Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam
bentuk solder merupakan campuran antara 5-70% timah dengan timbale akan
tetapi campuran 63% timah dan 37% timbale merupakan komposisi yang umum
untuk solder. Solder banyak digunakan untuk menyambung pipa atau alat
elektronik
I. BAHAYA TIMAH
TIMBAL
a) Pengertian Timbal (Pb)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam.
Dalam bahasa ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan
Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada
tabel periodik unsur kimia. Mempunyai unsur atom (NA) yaitu 82 dengan bobot
atau berat atom (BA) yaitu 207,2.
Sifat Logam Timbal (Pb)
Sifat Fisika
Fase solid
(mendekatisuhu kamar)
Sifat Kimia
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau tangan
dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Tahan terhadap korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai coating.
3. Titik lebur rendah, hanya 327,50C.
4. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.
5. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas
dan mercuri
Dengan demikian, Pb3O4 dapat dipandang sebagai hasil oksidasi tak sempurna
dari PbO, dan oleh karena itu dapat dipandang tersusun oleh campuran timbal
dengan dua macam tingkat oksidasi, +2 dan +4. Maka, formula oksida ini
mungkin dapat dituliskan PbO2.2PbO. hal ini didukung oleh reaksinya dengan
asam nitrat yang menghasilkan timbal(II) nitrat dan endapan timbal(IV) oksida:
Pb3O4(s) + 4 HNO3(aq) PbO2(s) + 2 Pb(NO3)2(aq) + 2 H2O (l)
Seperti halnya oksida-oksida alumunium dan timah, PbO dan PbO2 juga
bersifat amfoterik. Paralel dengan oksida-oksida timah, reaksinya dengan basa
kuat menghasilkan ion plumbit [Pb(OH)6]2-.
Apabila larutan basa alkali ditambahkan ke dalam larutan timbal(II),
diperoleh endapan putih Pb(OH)2. Basa ini pun bersifat amfoterik, oleh karena itu
larut kembali dalam basa alkali berlebihan dengan membentuk ion plumbit;
demikian juga reaksinya dengan asam menghasilkan kembali garam timbal(II).
Ion stanit merupakan reduktor yang aktif, tetapi tidak demikian halnya dengan ion
plumbit, ia bukan reduktor yang baik.
Timbal(II) klorida, PbCl2, berupa padatan putih yang sukar larut dalam air,
tetapi larut dalam air panas. Garam ini dapat diperoleh dari interaksi langsung
unsur-unsurnya, berbeda dari logam timah yang menghasilkan timah(IV) klorida.
Timbal(II) klorida juga dapat diperoleh dari reaksi antara timbal(II) oksida dengan
asam klorida, atau pengendapan dari ion Pb2+ oleh ion Cl-. Ternyata endapan
timbal(II) klorida larut dalam larutan klorida konsentrasi tinggi dengan
membentuk ion kompleks tetrakloroplumbat(II):
PbCl2(s) + 2 Cl-(aq) [Pb(Cl)4]2-(aq)
Kristal timbal(II) nitrat, tak berwarna dan mudah larut dalam air, dapat
diperoleh dengan reaksi timbal(II) oksida dengan asam nitrat. Garam ini ternyata
mudah terhidrolisis dalam air, kecuali jika larutan dibuat sedikit asam dengan
asam nitrat, membentuk endapan putih hidroksinitrat:
Pb(NO3)2(aq) + 2 H2O (l) Pb(OH)(NO3) (s) + NO3-(aq) + H3O+(aq)
Persamaan reaksi keseimbangan di atas mudah dipahami bahwa penambahan
sedikit asam nitrat ke dalam larutan akan mencegah terjadinya hidrolisis.
Padatan timbal(II) nitrat juga tidak stabil pada temperature agak tinggi,
dan seperti halnya dengan nitrat logam-logam berat lainnya, terurai menjadi
oksidanya dengan membebaskan gas coklat, NO2, menurut persamaan reaksi:
2 Pb(NO3)2(s) 2 PbO (s) + 4 NO2(g) + O2(g)
Larutan timbal(II) yang paling stabil dalam air yaitu sebagai garam asetat,
Pb(CH3COO)2. Oleh kerena itu, larutan ini sering dissesdiakan untuk uji
timbal(II).
Ion-ion apa saja yang dapat untuk uji karakteristik timbal(II)? Ternyata
cukup banyak. Sifat khas adanya timbal(II) dalam larutan tidak hanya diendapkan
oleh ion klorida tetapi juga pembentukan endapan putih oleh ion sulfat, SO42-.
Demikian juga Pb2+ membentuk endapan kuning dengan ion kromat, CrO42-.
Seperti halnya timah(II), timbal(II) juga diendapkan oleh ion sulfida dengan
warna hitam, menurut persamaan reaksi umum:
[Pb(H2O)6]2+(aq) [Pb(H2O)4(OH)](s) [Pb(OH)4]2- (aq)
Peningkatan Protoporphirin
Perubahan protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan adanya timah
hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari protoporphirin IX
yang dapat diketahui pada plasma dan feces.
Peningkatan koproporphirin
Akumulasi dari protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari koproporphirin
III. Hal ini diketahui dengan didapatkannya koproporphirin III pada urine dan
feces.
2. Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat)
Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan
Pb. Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 g/dl dapat terjadi
ensefalopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan
oedema (adanya cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal,
degenerasi neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini
disertai dengan menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala,
vertigo (pusing berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi
cepat), stupor (penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.
3. Ensefalopati
Ensefalopati merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk dengan
sindrom gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan kerusakan otak
atau kematian. Paling sering dijumpai pada anak kecil atau orang yang
mengkonsumsi makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko
lebih besar terhadap paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan
oleh adanya perbedaan aktivitas metabolik internal.
Ensefalopati akut pada manusia sangat dipengaruhi oleh jumlah partikel Pb yang
terhisap, lama pemaparan, dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan :
Perubahan perilaku mental,
Pelemahan pada daya ingat dan pada aktivitas untuk berkonsentrasi,
Hyperirritabel (hal yang sangat mengganggu),
Kegelisahan,
Depresi,
Sakit kepala,
Vertigo dan tremor
Ensefalopati akut berkembang hanya pada dosis yang besar dan jarang terjadi
pada level Pb dalam darah dibawah 100 g/ 100 ml, pernah dilaporkan terjadi
pada tingkat 70 g/ 100ml
4. Pendengaran
Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar
Pb dalam darah 15 g/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1
18 g/dl menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-
anak dan dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan
penurunan pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang sensitif kadang-
kadang didapatkan adanya efek yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara
klinis efek tersebut tidak jelas sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi
5. Efek terhadap ginjal
Keracunan berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan penyakit renal
progresif dan tidak dapat disembuhkan. Ada beberapa laporan berisi interstisial
nephritis kronis pada pekerja sering disertai dengan hasil yang fatal. Kebersihan
suatu industri akan mengurangi jumlah dan besarnya komplikasi renal pekerja
yang keracunan akan tetapi anak-anak yang menghirup Pb pada cat yang
mengelupas dan konsumen yang mengkonsumsi makanan yang tercemar Pb tetap
mempunyai resiko. Nephropati yang ditandai oleh gangguan fungsi ginjal
progresif sering disertai hipertensi. Kerusakan ginjal berupa fibriosis interstitialis
kronis, degenerasi tubuler, dan perubahan vaskuler pada arteri kecil dan arteriol.
Ditemukan gambaran khas, yaitu penuhnya badan inklusi intranuklear pada sel
dinding tubulus. Badan inklusi merupakan kompleks protein Pb yang kemudian di
ekskresi melalui urine. Degenerasi tubulus proksimal mengakibatkan menurunnya
reabsorbsi asam amino, glukosa, fosfat dan asam sitrat. Pada kasus yang berat
dapat terjadi sindrom fanconi yaitu hiperamino uria (air kencing mengandung
asam amino berlebihan glukosuria dan hipofosfat uria atau kadang-kadang
hiperfosfat uria. Gangguan ginjal bersifat tidak menetap. Saturnine gout adalah
sebuah konsekuensi pengurangan fungsi tubuler (ginjal tubulus glumerulus), Pb
berpengaruh pada ekskresi urates. Maka meskipun angka formasi mereka normal,
level asam uric disimpan dalam persendian, hampir menyerupai encok/ pegal.
Posting Komentar
Mengenai Saya
ferdi firda
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (19)
o Desember (8)
makalah timah dan timbal
makalah zink dan tembaga
makalah stronsium
makalah radium
makalah barium
Makalah Cobalt dan Nikel
Makalah mangan dan besi
MSDS Kalsium Oksida (CaO) bahasa indonesi
o November (11)