Professional Documents
Culture Documents
1.2. Pelaksanaan
Kontraktoran hendaknya menyediakan
Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya.
Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan
jenis pekerjaan.
Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain yang dipergunakan untuk
ketelitian, ketetapan dan kerapihan pekerjaan.
Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian pekerjaan
dan syarat-syarat gambar bestek dan detail gambar konstruksi serta keputusan Pengawas
Lapangan/Konsultan MK.
Situasi
Pembangunan akan dilaksanakan di dalam lokasi kawasan Politeknik Negeri Bandung.
Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana keadaan
pada waktu rapat penjelasan untuk ini hendaknya para Kontraktor mengadakan
penelitian yang seksama terutama mengenai tanah bangunan yang ada, sifat, luas
pekerjaan dan lain-lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk / dijelaskan tempat dimana pembangunan akan
dilaksanakan tertera pada gambar.
3. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-
lubang lain harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 2
6. Semua berangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing galian dan lain-
lain harus segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini
harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai.
7. Kontraktor harus tetap menjaga kebersihan diarea pekerjaan dan disekitarnya yang
diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini serta menjaga keutuhan terhadap
material/barang-barang yang sudah terpasang (existing)
Jika lalu lintas pada jalur harus dihentikan karena pekerjaan maka kontraktor harus
memperoleh persetujuan jadwal sebelumnya untuk gangguan tersebut dari para
penguasa yang bersangkutan maupun dari Direksi.
3.8. Utilitas
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh setiap informasi yang ada
tentang keberadaan serta lokasi bangunan utilitas di bawah tanah dan untuk
memperoleh serta membayar setiap perizinan yang diperlukan atau pemberian hak
lainnya untuk melaksanakan galian yang disyaratkan dalam Kontrak.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemeliharaan dan perlindungan setiap
saluran pipa di bawah tanah yang masih berfungsi, kabel, pipa penyalur atau lainnya di
atas tanah dan jalur-jalur pelayanan atau struktur cabang yang mungkin ditemukan dan
untuk memperbaiki setiap kerusakan yang disebabkan oleh operasinya.
3. Setiap bahan-bahan galian yang berlebihan untuk kebutuhan timbunan atau bahan-
bahan yang tidak disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan timbunan yang sesuai
harus dibuang keluar dari daerah pekerjaan.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk
pembangunan bahan-bahan yang berlebihan atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkatan dan perolehan izin dari pemilik atau penghuni tanah tersebut, di mana
pembuangan itu dilaksanakan. Bahan yang berlebih akan digunakan untuk timbunan
golf course dari pada dibuang keluar lapangan.
3.12.1. Umum
1. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang ditentukan
dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi dan harus meliputi pembuangan semua
bahan-bahan yang ditemukan, termasuk tanah, batuan, batu-bata, batu beton,
pasangan batu dan bahan-bahan perkerasan jalan lama.
2. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
terhadap bahan-bahan di bawah dan di luar batas galian.
3. Bila bahan-bahan yang tak terlindungi pada garis pembentukan atau tanah dasar atau
permukaan pondasi adalah bahan-bahan lepas atau lunak atau berlumpur atau tidak
memenuhi syarat menurut pendapat Direksi maka bahan-bahan tersebut harus
dipadatkan secara menyeluruh atau sama sekali dikeluarkan untuk dibuang dan diganti
dengan timbunan yang memenuhi syarat sebagaimana diarahkan oleh Direksi.
4. Di mana batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan pada jalur
selokan atau pada ketinggian tanah dasar untuk dasar parit pipa atau galian basement,
pondasi struktur maka bahan-bahan tersebut harus digali 150 mm lebih dalam sampai
suatu permukaan yang rata halus dan mantap. Tidak boleh ada tonjolan batuan
ditinggalkan dari permukaan yang terbuka dan semua pecahan batu yang berdiameter
lebih besar dari 150 mm harus dibuang. Profil galian yang ditentukan harus dicapai
dengan penimbunan material yang dipadatkan dan disetujui oleh Direksi.
1. Galian untuk struktur basement, parit dan pipa, gorong-gorong kecil dan saluran beton,
pasangan batu atau pasangan batu adukan encer harus cukup ukurannya untuk
memungkinkan pemasangan yang layak dari bahan-bahan tersebut.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 6
2. Skor, turap dan Cofferdam atau tindakan lainnya untuk mengeluarkan air harus
dipasang untuk memberikan ruang gerak yang cukup untuk pelaksanaan dan
pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari tepi luar
acuan. Cofferdam atau skor yang bergeser atau bergerak secara lateral selama
pekerjaan galian harus dibetulkan atau diperbesar untuk memperoleh ruang bebas
yang diperlukan dalam pelaksanaan.
3. Setiap pemompaan dari galian harus dikerjakan dengan cara yang sedemikian rupa
untuk menghindari kemungkinan setiap bagian bahan-bahan konstruksi yang baru
ditempatkan dapat terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan selama
penempatan beton atau untuk suatu perioda sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya,
harus dikerjakan dari suatu bak yang cocok terletak di luar acuan beton dan air
dipompa ke dalam sistim drainase yang telah ditetapkan.
1. Lubang galian tambahan harus digali sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi ini.
2. Persetujuan untuk membuka suatu daerah galian tambahan baru atau untuk
mengoperasikan yang sudah ada harus diperoleh dari Direksi secara tertulis sebelum
setiap operasi galian tambahan dimulai.
3. Lubang galian akan dilarang atau dibatasi di mana semuanya itu dapat mengganggu
drainase alam atau yang direncanakan.
4. Lubang galian harus diratakan dan diberi drainase sedemikian rupa untuk mengalirkan
semua air permukaan ke gorong-gorong drainase tanpa ada genangan.
5. Tepi suatu lubang galian tambahan tidak boleh lebih dari 2 meter dari kaki suatu
timbunan atau 10 meter dari puncak galian.
1. Pekerjaan galian yang termasuk dalam Sub Bab 3.2.4 (2), Sub Bab 3.2.4 (3) dan Sub
Bab 3.2.4 (4) dibawah harus diukur sebagai pembayaran untuk volume, di tempat dalam
kubik meter dari bahan-bahan yang dipindahkan. Dasar perhitungan adalah gambar
potongan melintang profil tanah yang disetujui sebelum galian dan garis kelandaian serta
ketinggian yang ditentukan atau diterima dari pekerjaan galian yang diselesaikan. Metoda
perhitungan akan merupakan metoda luas ujung rata-rata dengan menggunakan
penampang melintang pekerjaan dan berjarak tidak lebih dari 25 meter.
2. Pekerjaan galian yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan pembayaran menurut
seksi ini akan dibayar sebagai galian, meskipun bila bahan-bahan yang digali disetujui
untuk digunakan sebagai bahan-bahan konstruksi dan diukur dan dibayar pada bab
lainnya dari spesifikasi ini.
3. Galian yang melebihi garis yang terlihat pada profil dan penampang melintang yang
disetujui termasuk galian untuk membentuk terassering dan ikatan pada timbunan dan
lereng yang ada, tidak akan termasuk dalam volume yang diukur untuk dibayar kecuali di
mana:
a. Kelebihan galian diperlukan untuk pembuangan bahan-bahan lunak atau tidak
sesuai sebagaimana ditentukan dalam Sub Bab 3.2.1 (3) di atas atau pemindahan
batu-batuan dan bahan-bahan yang keras seperti disyaratkan dalam Sub Bab
3.2.1 (4) di atas.
b. Pekerjaan tambahan yang diperoleh dari keruntuhan lereng yang sebelumnya
telah diterima dan disetujui secara tertulis oleh Direksi.
4. Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk mengambil bahan-bahan untuk konstruksi dari
lubang galian tambahan atau galian batuan di luar batas daerah konstruksi tidak akan
diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 7
untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan untuk
timbunan atau bahan-bahan perkerasan.
1. Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah
atau bahan-bahan butiran yang disetujui untuk pembuangan timbunan untuk struktur dan
untuk penimbunan pada umumnya sebagaimana diperlukan untuk pembentukan tempat
proyek menurut garis, kelandaian dan ketinggian dari penampang melintang yang
ditentukan atau disetujui.
2. Timbunan yang tercakup oleh ketentuan dari bab ini akan dibagi dalam dua jenis yaitu
timbunan biasa dan timbunan dengan bahan-bahan terpilih. Timbunan dengan bahan-
bahan terpilih akan digunakan seperti yang tertera dalam gambar dan/atau ditentukan
oleh Direksi.
3. Pekerjaan ini tidak termasuk bahan-bahan timbunan yang ditempatkan sebagai alas
untuk pipa atau saluran beton, juga tidak untuk bahan-bahan drainasi porous yang
ditempatkan untuk darinasi dibawah permukaan atau untuk mencegah penggerusan butir-
butir halus tanah dengan penyaringan.
4.2. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi
tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tak terlindungi harus cukup halus dan rata serta
mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari atas
permukaan.
3. Timbunan tidak boleh ditempatkan pada ketebalan lapisan tanah yang dipadatkan
melebihi dari 200 mm.
4.4. Pengajuan
1. Kontraktor harus mengajukannya pada Direksi sebelum suatu persetujuan untuk memulai
pekerjaan dapat diberikan oleh Direksi beberapa hal sebagai berikut:
a. Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang
dipersiapkan dimana timbunan akan ditempatkan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 8
1. Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu kering sebelum dan selama pekerjaan
penempatan dan pemadatan, bahwa timbunan selama pembangunan harus mempunyai
kemiringan yang cukup untuk menunjang drainase dari aliran air hujan dan bahwa
pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang baik. Air dari tempat kerja harus
dikeluarkan melalui sistem drainase permanen. Cara yang layak untuk menjebak lumpur
harus disediakan pada sistim drainase sementara yang dialirkan kedalam sistim drainase
permanen.
2. Kontraktor harus memelihara tempat kerja suatu persediaan air yang cukup untuk
pengendalian kelembaban timbunan selama operasi penempatan dan pemadatan.
1. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan atau
disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan dalam Sub Bab 4.1.2, harus
diperbaiki dengan menggaru permukaan tersebut dan membuang atau menambah bahan-
bahan sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam batas kadar air yang ditentukan di
dalam Sub Bab 4.3.3 atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi harus dikoreksi dengan
menggaru bahan-bahan disusul dengan penyiraman dengan jumlah air yang cukup dan
mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau peralatan lain
yang disetujui.
3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti batas kadar air yang ditetapkan di
dalam Sub Bab 4.3.3 atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan-bahan disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata berulang-ulang
atau peralatan lainnya yang disetujui dengan selang istirahat antara pekerjaan, dibawah
kondisi cuaca kering. Kalau tidak atau bila pengeringan yang cukup tak dapat dicapai
dengan pengerjaan dan membiarkan bahan-bahan terlepas, maka Direksi dapat
memerintahkan agar bahan-bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan
bahan-bahan kering yang memadai.
4. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah dipadatkan
secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak akan memerlukan
pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
persyaratan dari spesifikasi ini.
5. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kestabilan semua pekerjaan timbunan yang
sudah selesai. Kontraktor harus mengganti dengan biayanya sendiri terhadap pekerjaan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 9
yang rusak atau salah penempatan menurut pendapat Direksi atas kecerobohan atau
kelalaian atas pekerjaannya. Bagaimanapun, Kontraktor tidak dituntut untuk bertanggung
jawab atas kerusakan yang timbul akibat badai dan bencana alam atau pergeseran bumi
yang tak dapat dihindari disebabkan oleh alam di mana pekerjaan tersebut ditempatkan,
pekerjaan yang telah selesai dan diterima secara tertulis oleh Direksi dalam keadaan yang
baik dan lengkap.
4.7. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya harus
ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan sampai persyaratan
toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.
4.8. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan tidak
ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air bahan-bahan
berada di luar batas yang ditentukan dalam Sub Bab 4.3.3 (2).
4.9. Royalti Bahan-bahan
Bila bahan-bahan timbunan di dapat dari luar daerah proyek, Kontraktor harus membuat semua
pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan royalti kepada pemilik tanah dan
Pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.
4.10. Bahan-bahan
1. Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari tanah atau bahan-
bahan batuan yang digali disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan yang memenuhi
syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen sebagaimana diuraikan Sub Bab
4.2 dari spesifikasi ini.
2. Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak termasuk penggunaan tanah liat
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145 atau sebagai CH pada Unified
or Cassagrade Soil Classification System. Di mana penggunaan tanah-tanah plastis
berkadar tinggi tidak dapat dihindari secara layak, maka bahan-bahan tersebut hanya
akan digunakan di bagian dasar timbunan atau dalam urugan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tidak ada tanah plastis
berkadar tinggi yang akan digunakan sama pada lapisan bahan-bahan 300 mm di bawah
setiap tanah dasar perkerasan atau bahu jalan.
3. Tanah yang mempunyai sifat mengembang (meretak) sangat tinggi yang mempunyai
suatu nilai aktifitas lebih besar daripada 1,25 atau satu tingkat pengembangan yang
digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan
digunakan sebagai bahan-bahan timbunan. Nilai aktifitas harus diukur sebagai indeks
plastisitas (PI) (AASHTO T 80) persentase ukuran tanah liat (AASHTO T 86).
4. Bahan-bahan batuan tidak boleh digunakan sebagai bahan-bahan timbunan di sekeliling
pipa juga tidak pada lapisan 300 mm langsung di bawah tanah dasar perkerasan atau
bahu jalan, dan tidak ada batu dengan suatu ukuran yang melebihi 100 mm akan
termasuk dalam timbunan yang demikian.
2. Bila digunakan dalam situasi pemadatan dengan kondisi jenuh atau banjir tidak dapat
dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari pasir atau kerikil
atau bahan-bahan butiran bersih lainnya dengan suatu Indeks Plastisitas maksimum 6%.
3. Bila digunakan pada pekerjaan stabilitas timbunan atau lereng atau dalam situasi lainnya
di mana kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan normal, maka
timbunan dengan bahan-bahan terpilih dapat merupakan timbunan batuan atau kerikil
berlempung yang bergradasi baik atau tanah liat berpasir atau tanah liat yang memiliki
plastisitas rendah. Jenis bahan-bahan yang dipilih dan disetujui oleh Direksi akan
tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun atau pada
tekanan tanah yang harus dipikul.
1. Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi pembersihan
dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu
pembongkaran akar pohon, harus telah diselesaikan sesuai dengan Sub Bab 1.1 (1) dan
bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi sesuai dengan Sub Bab 1.7. Semua areal harus diratakan
dengan baik sebelum penimbunan dimulai.
2. Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah pondasi
timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan atas 150 mm dari tanah
memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang akan
ditempatkan di atasnya.
3. Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada timbunan
yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk membentuk terasering
dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung peralatan pemadat sewaktu
timbunan ditempatkan dalam lapisan horizontal.
1. Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan merata
serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang diberikan dalam
Sub Bab 4.1.2. Di mana lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
2. Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke permukaan
yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan
diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin tertulis dari
Direksi.
3. Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan drainase
porous lainnya maka harus diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari
kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal maka suatu
pemisah yang luas antara kedua bahan-bahan tersebut harus dijamin dengan
menggunakan acuan sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan drainase porous dilaksanakan.
4. Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus dipersiapkan
dengan mengeluarkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan dan harus dibuat terasering
sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru terikat pada timbunan yang ada
hingga memuaskan Direksi. Timbunan yang diperlebar kemudian harus dibangun dalam
lapisan horisontal sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup
dengan sepraktis dan secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian
permukaan jalan yang ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan
permukaan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 11
4.12. Pemadatan
1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan harus
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak serta disetujui
oleh Direksi sampai suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2. Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan berada
dalam batas antara 3% kurang daripada kadar air optimum sampai 1% lebih daripada
kadar air optimum. Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di mana
kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan
AASHTO T 99.
3. Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan kearah sumbu dengan
suatu cara sehingga setiap bagian menerima jumlah pemadatan yang sama. Di mana
mungkin, lalu lintas alat konstruksi harus dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan jalur
yang digunakan dirubah secara terus menerus untuk menyebarkan pengaruh pemadatan.
4. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang biasa,
harus ditempatkan dalam lapisan horizontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari 150 m
tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin
pemadatan yang memuaskan di bawah dan ditepi untuk menghindari rongga-rongga.
1. Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diperintah oleh Direksi, tetapi harus termasuk
semua pengujian yang relevan yang ditentukan dalam pasal 4.2 sekurang-kurangnya tiga
contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan, yang terpilih untuk mewakili
serangkaian kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
2. Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan, maka
pengujian kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi lagi atas petunjuk Direksi, dalam
hal mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
3. Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ketempat proyek. Jangkauan
pengujian tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh Direksi tetapi untuk setiap 1000 m3
timbunan yang diperoleh dari setiap sumber sekurang-kurangnya satu penentuan aktivitas
sebagaimana ditentukan dalam Sub Bab 4.1.3, harus dilaksanakan.
1. Lapisan timbunan yang lebih dari 300 mm di bawah ketinggian tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95% dari standar maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai
dengan AASHTO T 99.
2. Lapisan timbunan 300 mm atau kurang dibawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan
sampai 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan AASHTO T 99.
3. Bahan timbunan pada daerah peningkatan proyek (daerah lansekap) harus dipadatkan
menjadi 80% kepadatan kering maksimum sesuai dengan AASHTO T 99.
4. Pengujian kepadatan harus dibuat pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai
dengan AASHTO T 191. Pengujian harus dibuat sampai kedalaman lapisan sepenuhnya
pada lokasi yang diarahkan oleh Direksi. Untuk urugan di sekeliling struktur basement atau
pada parit gorong-gorong, sekurang-kurangnya satu pengujian untuk satu lapisan urugan
kembali yang ditempatkan harus dilaksanakan. Pada timbunan, sekurang-kurangnya satu
pengujian harus dilaksanakan pada setiap 200 m3 timbunan yang ditempatkan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 12
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda untuk
mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak mampu
untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan berikutnya harus
menyusul.
2. Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintas alat pemadat dan
kadar air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan tercapai sehingga
memuaskan Direksi. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk
semua pemadatan selanjutnya.
1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang dipadatkan yang
diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus didasarkan pada gambar
penampang melintang yang disetujui dari profil tanah atau profil galian sebelum suatu
timbunan ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan
akhir yang ditentukan dan disetujui. Metode perhitungan volume bahan-bahan harus
merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata dengan menggunakan penampang
melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25 m.
2. Batu untuk timbunan untuk pembayaran akan diukur sebagai jumlah meter kubik atau
kilogram seperti yang tertulis dalam proposal ini. Di mana pengukuran memakai meter
kubik atau seperti yang ditentukan, volumenya akan dihitung berdasarkan ukuran kilogram,
jumlah bahan-bahan akan ditimbang seperti yang dihitung memakai skala, tidak kurang dari
5% berat yang mengandung kadar air berdasarkan berat kering.
3. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang, termasuk setiap
tambahan timbunan yang diperlukan sebagai akibat pekerjaan terasering atau pengikat
timbunan pada lereng yang ada atau sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan
dimasukkan kedalam volume yang akan diukur untuk pembayaran kecuali di mana:
a. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang sesuai atau lunak
yang digali atau untuk mengganti bahan-bahan batuan atau keras lainnya yang digali.
b. Tambahan timbunan diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak memuaskan,
kurang stabil atau gagal dalam hal ini kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.
c. Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dan konstruksi timbunan atau untuk
mengubur bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
d. Bila bahan-bahan galian digunakan untuk timbunan maka bahan-bahan ini akan
dibayar sebagai timbunan menurut bab ini.
- Sirtu dipergunakan dalam lapisan sub base course dan base course ini harus disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi /Perencana.
- Agregat-agregat sub base course harus mempunyai persyaratan gradasi sebagai berikut :
dipergunakan serta fasilitas yang dibutuhkan pada tahap awal maupun pada tahap
selanjutnya. Walaupun tidak tercantum dalam gambar struktur, jika diperlukan peralatan
pendukung untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
tersebut, seperti penggunaan alat pemecah batu, jika dijumpai batu-batu yang harus
ditembus, atau casing sementara, jika dijumpai lapisan tanah yang mudah longsor.
Peralatan pembantu tersebut sudah termasuk dalam lingkup pekerjaan yang harus
disediakan oleh Kontraktor.
e. Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan tiang bor dengan jumlah,
ukuran dan letak seperti yang tercantum dalam gambar denah tiang pondasi yang dibuat
oleh Direksi Pekerjaan.
f. Kedalaman tiang bor yang tercantum dalam gambar struktur merupakan indikasi bagi
Kontraktor dalam memperkirakan akhir pengeboran yang diperoleh berdasarkan hasil
penyelidikan tanah. Dengan demikian, Kontraktor dengan tenaga ahli yang dimilikinya,
wajib menentukan kedalaman lapisan tanah keras secara tepat, dengan melakukan
pemeriksaan atas lapisan tanah yang diperoleh pada saat pengeboran masing-masing
tiang bor, sehingga tidak terjadi tiang bor duduk pada lapisan yang tidak memenuhi
syarat. Kontraktor wajib melaksanakan pembuatan tiang bor sehingga memperoleh daya
dukung izin sesuai yang disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan. Selain itu dengan data tanah
yang diperoleh dari laporan penyelidikan tanah, Kontraktor harus mempertimbangkan
dengan persis peralatan dan alat/ material bantu yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan ini, demikian juga perkiraan volume beton yang akan digunakan. Hal- hal
tersebut harus sudah termasuk dalam penawarannya. Penggunaan beton ready mix
sangat dianjurkan.
g. Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi maupun gambar-gambar rencana tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan sama sekali tidak diperkenankan.
7.5. REFERENSI
Untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor harus memenuhi semua persyaratan yang
tercantum dalam spesifikasi ini, baik peralatan maupun bahan yang digunakan. Sebagai
referensi, Kontraktor wajib melampirkan pengalaman kerja sesuai dengan pekerjaan yang
dihadapi.
b. Setelah lokasi tiang bor yang akan dibuat ditentukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan
maka pekerjaan pembuatan tiang bor dapat dimulai. Tetapi sebelum pekerjaan ini dimulai
Kontraktor sudah harus mempersiapkan piling record/ formulir pendataan yang bentuk
dan isinya harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sebaiknya piling record tersebut
didiskusikan jauh hari sebelum pekerjaan dimulai, sehingga dapat diperoleh data
pencatatan yang sempurna.
agar kelongsoran dapat dihindari. Untuk itu Kontraktor wajib memahami benar-benar jenis
tanah yang dihadapi agar tidak mengalami kegagalan pada saat melakukan
pekerjaannya. Pekerjaan pengeboran harus dilakukan dengan mempergunakan rotary
drilling machine dengan dilengkapi buckets, augers dan casing dan/atau bentonite
ataupun peralatan bantu lain untuk menembus lapisan keras jika dibutuhkan, sehingga
pengeboran dapat dilakukan mencapai kedalaman yang diinginkan. Sebelum pekerjaan
dimulai, konfigurasi alat maupun metoda pelaksanaan harus sudah memperoleh
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Tergantung dari jadwal yang disepakati atau yang diusulkan, maka Kontraktor wajib
menyebutkan dalam penawarannya jumlah peralatan yang akan digunakan, sehingga
dapat memenuhi jadwal sesuai dengan kontrak. Jika dalam pelaksanaan ternyata
Kontraktor tidak dapat memenuhi jadwal yang sudah disepakati, maka Direksi Pekerjaan
dapat meminta kepada Kontraktor untuk menambah peralatannya sehingga
keterlambatan dapat dikejar. Semua akibat yang timbul menjadi tanggung jawab pihak
Kontraktor, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.
Jika dijumpai lapisan pasir, maka Kontraktor harus mengantisipasi dengan memakai
casing baja, sedangkan untuk lapisan yang lunak dan air tanah yang tinggi, dianjurkan
untuk menggunakan bentonite dengan komposisi yang benar. Kontraktor harus
mengusulkan hal tersebut dalam penawarannya. Jika dijumpai bongkah batu yang besar,
Kontraktor harus mengatasinya dengan menggunakan alat pemecah batu, tergantung
lokasi batu tersebut.
Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai kedalaman yang indikasinya ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan. Jika terjadi keraguan, misalnya jenis tanah tidak sesuai dengan
laporan penyelidikan tanah, atau belum dijumpai lapisan tanah keras pada kedalaman
yang ditentukan, maka Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada Direksi
Pekerjaan untuk evaluasi lebih lanjut.
d. Selama pembuatan lubang bor ini, Kontraktor diwajibkan untuk mengambil dan
menyimpan contoh tanah dari :
Dasar dari lubang bor.
1/2 m' di atas dasar lubang bor.
1 m' di atas dasar lubang bor.
1 1/2 m' di atas dasar lubang bor.
Setiap perubahan lapisan tanah yang dijumpai pada saat pengeboran.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam rak yang teratur sesuai dengan urutan,
terbungkus dalam plastik dan siap untuk diperlihatkan setiap saat dibutuhkan.
e. Jenis tanah tersebut harus direkam di dalam piling record berisi antara lain (tapi tidak
terbatas pada ):
Lokasi dan penomoran titik bor.
Ukuran lubang bor.
Elevasi atas dan dasar lubang bor + elevasi air tanah.
Jenis tanah, pada masing-masing kedalaman.
Panjang casing.
Waktu pelaksanaan dan lamanya pelaksanaan masing-masing tahap.
Pergeseran vertikal dan lateral, termasuk kelurusan dari lubang/tiang.
Perlu dicatat juga klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda dan gangguan-
gangguan/kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pengeboran. Tanah dengan
jenis dan kedalaman berbeda harus disimpan dengan baik, sehingga jika dibutuhkan
dapat diambil dalam keadaan mendekati kondisi aslinya. Kontraktor diminta untuk
melampirkan piling record yang biasa digunakan ke dalam penawaran.
f. Tahapan kedua adalah pekerjaan pembersihan dasar lubang bor dari longsoran dan
lumpur yang terjadi pada dasar lubang bor. Pekerjaan ini mutlak harus dilakukan oleh
Kontraktor karena longsoran dan lumpur tersebut dapat mempengaruhi daya dukung
serta perilaku dari tiang bor. Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih khusus
(cleaning bucket) dengan ukuran yang sesuai dengan lubang bor. Untuk memastikan
bahwa lubang tersebut sudah bersih, maka sebelum dan sesudah pembersihan harus
dilakukan pengukuran kedalaman dasar lubang bor dengan menggunakan pita ukur.
Pembersihan baru dapat dihentikan setelah mendapat persetujuan tertulis dari DIREKSI
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 19
PEKERJAAN. Lama pembersihan dan kedalaman dari lubang bor setelah pembersihan
dilakukan ini harus dicatat.
g. Tahap ketiga adalah penyetelan/pemasangan tulangan dari tiang bor. Jumlah tulangan
dan panjangnya harus dibuat sesuai dengan gambar rencana. Tulangan dari tiang bor
harus sudah siap terangkai untuk dimasukkan ke dalam lubang bor setelah pekerjaan
pembersihan selesai dilakukan. Apabila ternyata tulangan belum siap maka pekerjaan
pembersihan lubang bor harus dilakukan kembali sampai tulangan tersebut siap
dimasukkan. Jika diperlukan penyambungan tulangan, maka penyambungan harus
dilakukan dengan sambungan lewatan. Panjangnya sambungan lewatan, jika tidak
disebutkan secara khusus di dalam gambar harus diambil minimal 40 kali diameter
tulangan terbesar. Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar rencana, maka
selimut beton harus dibuat minimal 70 mm.
h. Setelah tulangan tiang bor terpasang dilakukan kembali pengukuran kedalaman lubang
bor yang dilakukan oleh Kontraktor dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Apabila ternyata
terjadi pengurangan kedalaman lubang bor dibandingkan dengan kedalaman pada saat
pembersihan selesai dilakukan, maka tulangan terpasang tersebut harus dikeluarkan
kembali dan harus dilakukan pekerjaan pembersihan kembali. Tidak diperkenankan
melanjutkan ketahap pekerjaan selanjutnya sebelum tahapan ini disetujui secara tertulis
oleh Direksi Pekerjaan.
i. Tahapan keempat adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor. Beton yang
akan digunakan sudah harus siap di tempat pekerjaan, pada saat pembersihan sedang
dilakukan,sehingga pengecoran dapat langsung dilakukan setelah pekerjaan
pemasangan tulangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pengecoran ini harus dilakukan
sampai selesai, tidak diperkenankan untuk menunda pekerjaan pengecoran ini. Untuk
pengecoran tersebut Kontraktor harus menyiapkan pipa tremie dengan diameter yang
sesuai. Ujung terbawah dari tremie harus diatur agar selalu berada di bawah permukaan
beton minimal sedalam 1.0 meter. Hal ini dapat dimonitor dengan memperkirakan volume
beton yang sudah dicor. Juga harus diperhatikan agar lumpur (jika ternyata masih
tertinggal di dasar lubang) tidak sampai terjebak di dasar lubang. Pengecoran harus
dilakukan sedemikian sehingga akhir pengecoran harus berada minimal 1.0 meter di atas
cut off level (COL), kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
j. Apabila pengecoran ini tidak selesai karena sesuatu alasan maka tiang bor ini dianggap
tidak memenuhi syarat lagi dan Kontraktor harus mengganti tiang bor tersebut dengan
tiang bor baru yang letaknya akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Semua risiko akibat
hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor. Untuk mencegah hal tersebut maka Kontraktor
sudah harus dapat memperkirakan jumlah/volume adukan beton yang akan digunakan
sesuai dengan lubang bor yang sudah disiapkan. Sebagai perkiraan volume yang
dibutuhkan untuk pengecoran umumnya 20 % lebih besar dari volume teoritis. Harus
diadakan pencatatan volume adukan yang terpakai sesungguhnya. Waktu dan lama
pengecoran harus dicatat.
k. Apabila ternyata volume actual yang tercor lebih kecil dari volume teoritis, maka Direksi
Pekerjaan berhak untuk meminta diadakan "Sonar Logging" atau test lain yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Test tersebut harus dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai
pengalaman dalam hal tersebut dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
Semua biaya untuk "Sonar Logging" tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Apabila hasil "Sonar Logging" tersebut menunjukkan adanya ketidak sempurnaan
pelaksanaan tiang bor, misalnya terjadi "Necking atau "Caving" dan lain-lain, maka tiang
bor tersebut dianggap gagal dan harus diganti dengan tiang bor baru atas biaya
Kontraktor.
Jika ternyata dijumpai kondisi tanah yang sulit seperti terdapat lubang pada tanah, maka
Kontraktor wajib mengusulkan cara untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan
menggunakan material grouting atau menggunakan casing yang permanen. Semua ini
harus dipertimbangkan pada saat penawaran dilakukan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 20
l. Ada hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan tiang bor, yaitu
apabila tahapan pertama sudah mulai maka pekerjaan ini harus diselesaikan sampai
tahap yang terakhir dan tidak boleh ada penundaan waktu di antara tahap-tahap
pekerjaan.
m. Tahap kelima adalah pemotongan kepala tiang bor. Kepala tiang bor harus dipotong
sampai mencapai Cut off Level (COL). Yang harus diperhatikan adalah bahwa tiang bor
harus mempunyai tulangan yang lebih tinggi dari COL, yang jika disebutkan secara jelas
dalam gambar, harus disediakan minimal 40 X diameter tulangan. Pemotongan kepala
tiang harus dilakukan dengan sangat hati-hati, sehingga permukaan beton pada COL
mempunyai mutu yang tetap baik.
n. Jika terjadi kekeliruan dalam pemotongan kepala tiang, sehingga permukaan tiang
menjadi di bawah COL, maka Kontraktor wajib memperbaiki sehingga permukaan beton
menjadi berada pada COL. Salah satu cara adalah dengan melakukan pengecoran
kembali dengan mutu beton yang sama, dan Kontraktor wajib mengusulkan cara
perbaikan kepada Direksi Pekerjaan.
o. Jika terjadi kekeliruan lainnya, maka Kontraktor wajib menginformasikan hal tersebut
kepada Direksi Pekerjaan, untuk mendapatkan jalan keluarnya. Segala konsekuensi yang
timbul akibat kekeliruan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
p. Tahapan terakhir adalah melakukan pengukuran atas tiang bor yang sudah dibuat. Hasil
pengukuran harus dibuat dan dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan dalam bentuk As Built
Drawing (ABD). ABD tersebut harus dibuat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b. Peralatan untuk pengadaan dan penerapan beban tekan yang diketahui besarnya
terhadap tiang bor, harus dibuat sedemikian rupa hingga beban dapat bekerja aksial
menurut sumbu tiang guna menghindari pembebanan eksentris.
Suatu test plate baja dengan tebal minimum 2,5 cm sesuai beban yang bersangkutan,
harus dipasang diatas pile cap/poer guna mendapatkan dukungan penuh. Ukuran test
plate tidak boleh lebih kecil dari pada ukuran kepala tiang bor dan juga tidak boleh lebih
kecil dari pada dasar Jackram hidrolis.
Test plate tersebut diatas harus dipasang diatas pile cap dengan grout berkekuatan
tinggi yang cepat mengeras. Test plate harus dipasang secara centris terhadap tiang bor
dan tegak lurus pada sumbu memanjang tiang.
Ram jack hidrolis harus diletakkan sentris pada test plate dengan suatu bearing plate
baja diantara bidang atas jack ram dan bidang dasar test beam. Bearing plate harus
mempunyai ukuran cukup untuk menampung ram jack serta mendukung bidang dasar
test beam sebaik-baiknya.
c. Dengan dipergunakan jack hidrolis untuk beban percobaan, maka jacking systemnya
yang terdiri dari ram hidrolis, coupling, pompa hidrolis dan pressure gauge harus
dikalibrasi terlebih dahulu, sehingga pembebanan dapat dikontrol dalam batas 5 % dari
pada beban total.
Semua alat ukur seperti dial gauges dan pressure gauges harus dikalibrasi oleh
badan/instansi pemerintah yang berwenang.
Sertifikat kalibrasi hanya berlaku untuk satu proyek dan untuk waktu satu bulan.
Kapasitas dial gauges yang digunakan minimum 50 mm dengan ketelitian 0,01 mm.
Pompa Jack hidrolis harus mempunyai pengatur otomatis untuk menjaga tetapnya besar
beban pada waktu terjadi penurunan tiang.
d. Penempatan beban percobaan pada tiang dengan menggunakan jack hidrolis dan
platform yang diberi beban
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 23
Test beam baja yang kokoh harus ditempatkan diatas base plate, ujung-ujung test
beam tersebut didukung oleh cribbing sementara dengan clearance yang cukup
diantara base plate dan bidang dasar test beam. Clerance tersebut diperlukan
untuk menampung penempatan test jack, bearing plate dan instrumentasi lainnya.
Suatu platform harus ditempatkan diatas test beam, dan Cross beam harus
didukung oleh cribbing. Jarak bebas antara dukungan platform dengan tiang bor
percobaan sekurang-kurangnya ialah 1,50 meter. Platform sekurang-kurangnya
harus dapat menampung beban sebesar 10 % diatas maximum Anticipated
Design Load yang direncanakan.
Beban yang ditempatkan diatas platform dapat berupa blok-blok beton, batang-
batang baja, batu-batu, tanah, tangki berisi air dan sebagainya.
e. Reference Beam
Semua reference beam harus ditunjang secara mandiri dengan dukungan yang kokoh
didalam tanah. Jarak bebas antara kaki Reference Beam dengan tiang percobaan harus
lebih besar atau sama dengan 2,5 meter. Salah satu kaki dari tiap reference beam harus
fixed (dilas), dan yang lainnya harus bebas memuai dan menyusut. Reference beam
harus cukup kaku untuk mencegah lendutan yang berlebihan dan harus ada hubungan
melintang untuk menambah kekakuan.
f. Dial Gauge
Untuk mengukur penurunan aksial tiang percobaan, dipergunakan alat pengukur
berupa dial gauge.
Dua buah reference beam, masing-masing pada setiap sisi tiang percobaan, harus
ditempatkan sedemikian rupa hingga searah dengan test beam.
Harus ditempatkan atau dipasang 4 buah dial gauge yang ditempatkan pada tiang
percobaan secara diametral. Masih dibutuhkan 2 buah dial gauge untuk mengukur
gerakan horizontal, yang ditempatkan tegak lurus satu dari yang lain.
Pada pengujian pembebanan statik, kecuali sudah lebih dulu terjadi keruntuhan, pengujian
tiang harus dilakukan untuk beban maksimum 200% dari beban desain berdasarkan pada
standard prosedur pembebanan pada ASTM D3966.
b. Prosedur Pembebanan
Resultant beban-beban percobaan harus segaris dengan sumbu memanjang tiang bor.
Jika hal tersebut belum terpenuhi maka pembebanan tidak boleh dilakukan, karena akan
menimbulkan eksentrisitas pada tiang bor yang diuji.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 25
Keterangan :
A = Minimum 1 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan 0,25
mm/jam; dan maximum 2 jam.
B = Minimum 12 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan 0,25
mm/jam terakhir atau 24 jam kecuali kalau sudah longsor.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 26
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor tidak berhak untuk mengajukan klaim atas
metode yang dipilih oleh Direksi Pekerjaan.
10 Qu
Settlement (mm)
20 X A
B
30
40
C
50
b. Metode Mazurkiewick
- Plotkan grafik kurva penurunan vs beban.
- Tarik garis vertikal dari tiap interval penurunan tertentu sampai memotong kurva.
- Dari titik perpotongan tarik garis horizontal hingga memotong sumbu beban.
- Dari tiap titik perpotongan tarik garis dengan kemiringan 45 hingga memotong
garis horizontal di atasnya.
- Tarik sebuah garis lurus melalui tiap titik perpotongan. Jika garis tersebut
diperpanjang akan memotong sumbu vertikal dimana Qu adalah titik perpotongan
tersebut.
Qu
P (ton)
0 100
10 20 30 40 50
Settlement (mm)
c. Metode P-S
Tarik dua garis lurus dari lengkung kurva sehingga berpotongan. Titik perpotongan
diperkirakan sebagai Qu.
P (ton)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Qu
10
Settlement (mm)
20
30
40
50
d. Metode Chin
- Plot kurva rasio penurunan dan beban (Si / P) dengan penurunan (Si).
- Tarik sebuah garis regresi linier yang menghubungkan titik-titik tersebut.
- Persamaan garis tersebut adalah Si / P = c1 Si + c2.
- Hitung c1 dari persamaan garis atau dari gradien kemiringan.
- Qu adalah 1 / c1.
- Metode ini menghasilkan Qu yang terlalu tinggi hingga harus dibagi dengan 1.2
sampai 1.4 untuk koreksi.
P (ton)
c1
Qu = 1 / c1
0
10 20 30 40 50
Settlement (mm)
Jika dalam pelaksanaan percobaan tidak dijumpai tanda-tanda kegagalan dari tiang
percobaan, maka untuk menentukan daya dukung izin tiang ditentukan berdasarkan
penurunan total sebesar 25 mm, pada beban sebesar 200 % dari Daya dukung izin.
Direksi Pekerjaan kemudian akan menentukan langkah yang harus dilakukan misalnya
dengan menguji tiang uji pendahuluan lain yang lebih panjang atau berukuran lebih besar,
atau merevisi rencana perletakan tiang untuk menghasilkan konfigurasi tiang bor baru yang
mampu menerima beban yang bekerja.
Bila tiang bor kerja (used pile) gagal dalam pembuktian maka Kontraktor harus segera
melaporkan hal tersebut kepada Direksi Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan, dan dengan segera
melakukan pengujian-pengujian pembuktian pada tiang bor kerja yang bersebelahan,
kemudian menyerahkan kedua laporan pengujian tersebut pada Direksi Pekerjaan. Laporan
tersebut akan dievaluasi oleh Direksi Pekerjaan untuk memastikan sebab-sebab kegagalan
dan selanjutnya menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk melanjutkan
pekerjaan selanjutnya. Biaya yang timbul akibat hal di atas seperti penambahan tiang bor
ataupun pemecahan lainnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
8.1. UMUM
m. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by
the Pressure Method
n. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
o. ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
p. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in
the Field
q. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
r. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds for
Curing Concrete
s. ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange Rubberand Cork
Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural
Construction
t. ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers for
Concrete Paving and Structural Construction (Non-extruding and
Resilient Bituminous Types)
u. SII Standard Industri Indonesia
v. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
w. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete
Reinforcement.
x. ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars,
Grade 40, for stirrups and ties.
y. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.
8.1.3. Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada Direksi
Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan segera
sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan
kontraktor lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh Kontraktor
kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum jadwal
pelaksanaan pekerjaan beton.
umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian
atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3
minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus sesuai
dengan mutu standard PBI 1971. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa
Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix
harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan,
merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap
agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana
proposional atau perbandingan yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan dari
berat normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai nilai faktor
air-semen yang berbeda-beda.
Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder beton
diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai PBI 1971, ACI Committee - 304, ASTM C
94-98.
Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan pada
hari yang tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu
volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil
yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maximum dari beton yang dapat
terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila
ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau 21
dan 28 hari.
Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Lapangan. Apabila digunakan metoda
pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan
contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan
yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam
Standard Industri Indonesia (SII) dan PBI'71 NI-2 atau metoda uji bahan yang
disetujui oleh Direksi Lapangan.
Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan
dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan
pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
e. Pengujian slump
Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama sekali tidak
diperbolehkan adanya penambahan air/additive, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Lapangan.
"Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton dengan
mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang
bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak
adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan
pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump.
Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di pelepasan
pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm.
Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau kondisi
normal :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 34
f. Percobaan tambahan
Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus mengadakan
percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada bahan-bahan beton dan
membuat desain adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah atau apabila
beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan spesifikasi.
Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan
dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan
perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut,
harus diserahkan kepada Direksi Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3
hari setelah pengujian dilakukan.
8.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan
Indonesia.
8.2.1. Semen
a. Mutu semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-
82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan
aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan
dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh Direksi Lapangan.
Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan
bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu
dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis
campuran.
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas
jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis
semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen tipe 1).
b. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga
agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen
yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap
pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan
urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan
untuk pekerjaan.
Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk
melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 35
Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan
sertifikat test dari pabrik.
Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5 %.
"Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui
untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama
pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan.
8.2.2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka harus memenuhi
spesifikasi agregat untuk beton.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan
0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus dicuci. Sesuai
PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat; sisa
di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus
berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh
bahan-bahan lain.
Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih
maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang diartikan
lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila kadar lumpur melalui
1 % maka agregat kasar harus dicuci.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan 4 mm,
harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan
yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan
beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau
dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau PBI-71
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 36
Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung dari
pengotoran bahan-bahan lain.
8.2.3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air
yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi
Lapangan.
9.1. Umum
a. Kecuali disetujui oleh Direksi Lapangan, semua beton haruslah beton ready-mixed yang
didapatkan dari sumber yang disetujui Direksi Lapangan, dengan takaran, adukan serta
cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan di dalam ASTM C94-
78a, ACI 304-73, ACI Committee 304.
b. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai dengan
yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama
oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat
diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di laboratorium.
c. Pemeriksaan.
Bagi Direksi Lapangan diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat pengantaran
contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah dan semua peralatan
untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus diperiksa oleh Direksi
Lapangan sebelum pengadukan beton.
d. Persetujuan.
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang akan
dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan perlengkapan/penyelesaian
pekerjaan. Jangan memproses sampai keadaan perbaikan memuaskan. Jangan
memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan, adukan beton dan contoh-contoh
benda uji disetujui oleh Direksi Lapangan. Lagipula, jangan memulai pekerjaan beton
sampai semua penyerahan disetujui oleh Direksi Lapangan.
hasil test oleh percobaan laboratorium adalah dasar dari yang diijinkan.
h. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan pengukur air
yang tepat.
i. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah semen
dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
j. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk di
kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam atau
sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas waktu
tersebut di atas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan retarder
yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
k. Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump beton
maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau keputusan Direksi Lapangan
dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi kondisi normal yang
disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke dalam adukan beton dalam
kondisi tersebut.
l. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI 309R-87
(Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat mungkin penggetaran
beton dilakukan dengan concrete-vibrator (engine/electric).
b. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI Committe 304
dan ASTM C94-98.
1. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan (segregasi).
2. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan
setelah disetujui oleh Direksi Lapangan. Dalam hal ini, Direksi Lapangan
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah
mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi, kemiringan dan panjang
talang itu. Batasan tinggi jatuh maximum 1,50 m.
3. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinue secara
mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
ditentukan dalam pasal 3.8. PBI '71.
c. Pengecoran
1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committee 304,
ASTMC 94-98.
2. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
3. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak disebutkan lain
atau disetujui Direksi Lapangan.
4. Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1,0 m.
Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor ataupun
benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga pengecoran
beton efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm dan jarak dari
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 39
d. Pemadatan beton
1. Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat penggetar/vibrator,
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil.
2. Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type "immersion",
beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih kecil dari diameter 180
mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180 mm, semua dengan
amlpitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang memadai.
3. Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan
darurat di lapangan dan lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati
tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan.
4. Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :
Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan
kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring
sampai 45oC.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal
karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat
dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50 cm. Berhubung
dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat
dipadatkan dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik. Penarikan
jarum ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.
dalam 1 m.
c. Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari 1 (satu)
bagian semen (yang diatur dengan semen putih atau tambahan bahan pewarna bila
diijinkan untuk menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua setengah)
bagian pasir dengan air secukupnya untuk mendapatkan adukan yang diperlukan.
Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang sebenarnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 43
Siapkan panel-panel contoh (30 cm persegi) dan biarkan sampai berumur 14 hari
sebelum keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.
Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi yang
diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian yang akan ditambah dengan bahan perekat
yang terdiri dari pasta campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan bila
bahan perekat masih basah.
Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang ditambal, biarkan
untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk memberi kesempatan terhadap penyusutan
dan penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan permukaan sekelilingnya.
9.13. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor Toppings)
a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan benda-
benda asing, semprot dan bersihkan.
b. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan ditanam/dicor.
c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk. Gunakan
lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor lapisan
penutup (topping).
d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang
dikehendaki.
e. Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan seperti diperinci pada :
4.3.13.c.2.
d. Proporsi/Perbandingan Campuran.
1. Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk meminimumkan jumlah semen
tehadap campuran dalam batasan dari mutu beton yang dikehendaki/diminta dan
harus distujui oleh Direksi Lapangan.
2. Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.
3. Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur beton 28 hari, maka
umur beton juga perlu diperinci. Dalam hal ini desain perbandingan campuran
harus ditentukan sesuai dengan metoda yang telah diperinci atau disetujui oleh
Direksi Lapangan.
e. Penulangan
1. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari bentuk
tulangan tidak berubah selama pengecoran.
2. Peraturan lain tentang penulangan harus sesuai dengan bab ini pasal C.4.
tentang pembesian.
5. Campuran beton yang direncanakan utuk adukan beton yang dibuat harus
berdasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
6. Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka perkiraan
kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan khusus untuk itu atau sesuai instruksi Direksi Lapangan.
7. Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton guna dapat
menetukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran cetakan beton sesuai
dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan Direksi Lapangan.
9.15. Perlindungan Terhadap Mekanik dan Kerusakan pada Masa Pelaksanaan (Protection from
Mechanical and Construction Injury).
Selama masa pemeliharaan, beton harus dilindungi dari kerusakan akibat mekanik, tegangan-
tegangan akibat beban utama, kejutan besar (heavy shock) dan getaran yang berlebihan.
9.18. Lain-lain
Grouting dan Drypacking
a. Grout/Penyuntikan Air Semen.
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat mengalir dengan
sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan untuk kemudahan pekerjaan beton
boleh diberikan sesuai dengan pertimbangan "kontraktor" melalui persetujuan Direksi
Lapangan.
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dengan air sekadarnya untuk mengikat bahan-
bahan menjadi satu.
c. Installation/Pengerjaan
Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan semen murni.
Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-celah dan membentuk
lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan penyelesaian pada permukaan beton expose
dan adakan perawatan dengan pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.
Non-Shrink Grout
Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan ditempat lain dimana
non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan instruksi dan rekomendasi yang
tercantum dari pabrik. Technical service harus dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.
Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan percobaan hasil
yang memperlihatakan bahwa grout non-shrink tidak ada penyusutan sejak awal
pengecoran atau sambungan setelah pemasangan sesuai CRD-C621-80 (susut);
mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak kurang dari 3000 psi dan 8000 psi pada 28
hari sesuai ASTM C109; mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang dari 45
menit sesuai ASTM C191, memperlihatkan luasan bearing effective (EBA = Effective
Bearing Area) sebesar 90 sampai 100 persen.
Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air, atau "fluidifiers" harus
tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar dari persamaan semen pasir
dan campuran air seperti percobaan di bawah ASTM C 596. Semua grout harus
menurut syarat petunjuk dari CRD-C611-80 (flow cone).
10. PEMBESIAN
Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium.
Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan
polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-
gambar struktur.
Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan tegangan
leleh 2400 kg/cm2.
Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.
e. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas, serta
bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada
tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum
dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi
yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan
jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk
memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga
jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti
pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya
dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang
akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang
pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung
pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi.
Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-
tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang
berbatasan.
Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok atau
tepat diatas balok dari struktur menerus.
Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk
mencegah lewatan yan menerus.
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.
10.6.4. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan pada
pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus diijinkan
kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi Lapangan. ASTM specification harus
dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las dengan cara ini.
11.3. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau diperinci
berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau spesifikasi terakhir
sebagai berikut :
1. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2. SII Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork
11.4. Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh "Kontraktor" sesuai dengan jadwal yang
telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk menghindari keterlambatan dalam
pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 51
2. Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh "Kontraktor" kepada Direksi
Lapangan dalam waktu 7 hari kerja setelah "Kontraktor" menerima surat perintah
kerja, juga harus diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan
dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta sistem cetakan dari
pabrik bila dipakai.
3. Gambar kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang,
metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi
cetakan.
Gambar kerja harus diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-kurangnya 7
(tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. Contoh
Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.
11.5. Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan
penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti
terlihat dan terperinci.
2. Perancangan/Desain
Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli
resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih
basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar.
Penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan
harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin
bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
berlebihan.
3. Acuan
Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran
adukan.
Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan
mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak merusak
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 52
2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk
melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai
dengan spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.
11.17. Pelaksanaan
11.17.1. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya
kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap
pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya
sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu
sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya sedemikian
rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai
dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk.
Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau
selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan tanda-tanda penurunan >
10 mm sehingga menurut pendapat Direksi Lapangan hal ini akan menyebabkan
kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan dapat dicapai atau
dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat
memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap
cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail
(termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui
dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar tersebut
disetujui.
Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung untuk
melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga. Bila
selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan perancah
memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan,
diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan perancah diperkuat
seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang lebih jauh.
Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus agar
bisa dicegah penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada.
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran untuk
mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar.
Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama
dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.
11.17.2. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan dari
beton seperti yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-
celah, pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti diperlukan.
Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air dan
dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan kemiringan
serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung jawab
untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi yang
tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 55
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada arah
mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali seperti
diperlihatkan lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-78.3.3.1,
Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan beton
yang diekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkaran
tidak mengalami kerusakan pada permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi bawah
dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya
sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor sebelum
balok lantai dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus benar-
benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
"plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data dari
surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.
11.17.5. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar arsitek
saja.
11.17.8. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung dari beton
yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya pada
bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana diperlukan
untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama
untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan pembersihan berdasar kepada
persetujuan Direksi Lapangan.
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan
pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk permukaan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 56
11.17.10. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti
diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada
bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera sebelum
pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan
pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton.
11.17.11. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran lebih
dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah atau
air di bawah lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, harus
dilengkapi dengan waterstop.
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang
sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk tipe
waterstop dapat digunakan Expandable Water Stop berbahan dasar Bentonite Clay
ex. Fosroc atau yang setara.
kekuatan yang mencukupi untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan
lainnya. Bila diperkirakan ada beban lain yang merupakan tambahan beban terhadap
beban yang direncanakan, perancah-perancah harus disediakan dalam jumlah yang
diperlukan, segera setelah pembongkaran cetakan.
Untuk perancah yang menyangga balok prategang, perancah balok prategang boleh
dibongkar setelah balok prategang 2 (dua) lantai di atasnya selesai ditarik.
12.2. BAHAN
1. Standar Mutu Bahan
Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 DAN 407.
2. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan
lembaran dari Produk Awazseal, Sintaproof, Isobond, Bituthene 2000 atau sejenisnya
yang setara.
3. Bahan Utama
Jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk struktur pelat dan dinding basement, ground tank menggunakan bahan additive
yang dicampurkan ke dalam adukan beton di batching plant. Produk yang digunakan
dari Cementaid, Sika atau sejenisnya yang setara.
b. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya
menggunakan lembaran dari Produk Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara.
Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang
merata dan konstan.
b. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
4. Pengujian
a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada
laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data-
data teknis komposisi unsur material pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas
produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya,
selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis
kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk
mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pelaksanaan pemasangannya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 59
6. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang
merata dan konstan.
b. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
7. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka)
dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
8. Untuk pelat lantai, sloof, pile cap, dinding penahan tanah (sirwall) dan beton ground
reservoar menggunakan beton kedap air (waterproofing dengan sistem integral), merk
yang direkomendasikan setara Fosroc, Degusa, Slury.
9. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan
bersih.
10. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik
sebelum atau selama pelaksanaan.
11. Pengujian
a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada
laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data-
data teknis komposisi unsur material pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas
produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya,
selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis
kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk
mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pelaksanaan pemasangannya.
Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan penyemprotan
langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi
lapisan/additive kedap air.
3. Cara-cara dan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan serta petunjuk dari pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 60
4. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, kontraktor
harus segera melaporkan kepada pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal terdapat kelainan/perbedaan
ditempat itu.
12.5. CONTOH
1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur lengkap dan
jaminan keaslian material dari pabrik.
2. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara mutunya.
3. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan oleh pengawas
dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan
contoh-contoh bahan tersebut.
4. Pengawas mempunyai hak untuk meminta kontraktor mengadakan mock-up guna
memperjelas usulan material yang diajukannya.
12.6. PELAKSANAAN
a. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran
yang melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain.
b. Lapisan dasar primer untuk meratakan permukaan lantai beton dan membuat kemiringan
dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry
bonding agent lain yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%,
selanjutnya Kontraktor melapor Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.
c. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kaki-kaki
bidang-bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemuan
bidang horizontal dan vertikal harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa
pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi dengan semen non shrink.
d. Aplikasi pemasangan oleh tenaga ahli dan persyaratan dari produsen :
Campuran waterproofing adalah semen slurry 3 kg/m2 dicampur dengan bonding agent
(additive) sehingga mencapai ketebalan minimum 3 mm.
e. Waterproofing membrane dilaksanakan pada pekerjaan beton daerah terbuka yang
besinggungan dengan air seperti atap dak beton.
f. Pada pekerjaan beton yang bersinggungan dengan air dan digunakan untuk lalu lintas
manusia, water proofing yang digunakan harus memiliki campuran butiran berbatu keras.
g. Untuk semua waterproofing yang terpasang harus diadakan uji coba terhadap kebocoran
selama 24 jam atau hingga dapat dipastikan tidak terdapat bukti adanya kebocoran.
h. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 2
(dua) tahun.
i. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai
dengan "metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik.
j. Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang berhubungan
langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet
maka di atasnya harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, atau
petunjuk pengawas, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing
lainnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 61