You are on page 1of 61

Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 1

PERSYARATAN TEKNIS STRUKTURAL

1. URAIAN PEKERJAAN DAN SITUASI


1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembersihan
Pekerjaan tanah
Pekerjaan beton
Pekerjaan begisting (cetakan beton)
Pekerjaan atap
Pekerjaan waterproofing
Dan pekerjaan lainnya yang jelas-jelas terkait dengan pekerjaan struktur

1.2. Pelaksanaan
Kontraktoran hendaknya menyediakan
Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya.
Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan
jenis pekerjaan.
Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain yang dipergunakan untuk
ketelitian, ketetapan dan kerapihan pekerjaan.
Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian pekerjaan
dan syarat-syarat gambar bestek dan detail gambar konstruksi serta keputusan Pengawas
Lapangan/Konsultan MK.

Situasi
Pembangunan akan dilaksanakan di dalam lokasi kawasan Politeknik Negeri Bandung.
Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana keadaan
pada waktu rapat penjelasan untuk ini hendaknya para Kontraktor mengadakan
penelitian yang seksama terutama mengenai tanah bangunan yang ada, sifat, luas
pekerjaan dan lain-lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk / dijelaskan tempat dimana pembangunan akan
dilaksanakan tertera pada gambar.

Ukuran Tinggi Dan Ukuran Pokok


Mengukur letak bangunan :
Kontraktor harus menyediakan pekerja yang ahli dalam cara-cara pengukuran alat penyipat
datar, waterpass, alat penyiku, prisma silang, segitiga siku-siku dan alat-alat penyipat tegak
lurus dan peralatan lain yang diperlukan guna ketetapan pengukuran.

2. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN / LANDCLEARING


Semua benda dan permukaan seperti pohon akar dan tonjolan serta rintangan-rintangan
bangunan beserta pondasinya dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan
yang tercantum dalam gambar harus dibersihkan dan dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah
ini :
1. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah
rusak yang letaknya minimum 1 meter di bawah dasar pondasi.

2. Pembongkaran tiang-tiang saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang


diperlukan dalam penggalian ditempat tersebut.

3. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-
lubang lain harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 2

4. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing


ketempat yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

5. Kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan evakuasi / pemindahan instalasi / saluran


eksisting yang berada di dalam lokasi tapak proyek sehingga instalasi / saluran tersebut
kembali bisa berfungsi seperti sebelumnya.

6. Semua berangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing galian dan lain-
lain harus segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini
harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai.

7. Kontraktor harus tetap menjaga kebersihan diarea pekerjaan dan disekitarnya yang
diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini serta menjaga keutuhan terhadap
material/barang-barang yang sudah terpasang (existing)

3. PEKERJAAN GALIAN TANAH


3.1. Umum
1. Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan atau penumpukan dari tanah atau
batuan atau bahan-bahan lainnya dari badan jalan atau yang berdekatan yang
diperlukan untuk pelaksanaan yang memuaskan dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembangunan basement, pondasi bangunan,
saluran air/selokan, untuk pembentukan parit, pemasangan jaringan pipa, gorong-
gorong atau struktur kecil lainnya.
3. Galian akan ditentukan sebagai salah satu galian umum atau galian berbatu.
a. Galian biasa terdiri dari semua galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
batu.
b. Galian batu akan terdiri dari galian batu bulat besar yang mempunyai volume 1,0
m3 atau lebih besar dari semua batuan atau bahan-bahan keras lainnya yang
dalam pendapat Direksi adalah kurang praktis untuk menggali tanpa
menggunakan alat bertekanan udara. Pada umumnya peledakan tidak akan
diperkenankan. Galian ini tidak termasuk bahan-bahan yang menurut Direksi
dapat dilonggarkan/dilepaskan dengan suatu mesin penggaruk hidrolik tunggal
yang ditarik oleh sebuah traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda
netto sebesar 180 HP.

3.2. Toleransi Dimensi


1. Ketinggian akhir, garis dan bentuk setelah galian tidak boleh berbeda dari yang
ditentukan yaitu lebih dari 20 mm pada setiap titik.
2. Permukaan akhir galian yang telah selesai, yang terbuka terhadap aliran air permukaan
harus cukup halus dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup guna menjamin
kelancaran drainase permukaan sehingga tidak terjadi genangan.

3.3. Pengajuan dan Pencatatan


1. Untuk setiap pekerjaan galian yang akan dibayar menurut bab ini maka kontraktor
harus mengajukan kepada Direksi sebelum memulai pekerjaan, yaitu gambar
penampang memanjang yang menunjukkan tanah dasar yang ada sebelum pekerjaan
pembersihan dan pembongkaran telah dilaksanakan.
2. Kontraktor harus mengajukan pada Direksi gambar terinci dari semua struktur
sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti skor,
turap, Cofferdam , saluran sementara dan harus memperoleh persetujuan Direksi
sebelum pelaksanaan pekerjaan penggalian yang dimaksudkan, yang akan dilindungi
oleh struktur yang diusulkan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 3

3. Setelah setiap penggalian untuk tanah diselesaikan maka Kontraktor harus


memberitahukan kepada Direksi. Tidak ada bahan-bahan landasan atau bahan lainnya
yang akan dipasang sampai Direksi telah menyetujui kedalaman galian dan sifat serta
kekuatan bahan-bahan pondasi.
4. Jika penggunaan bahan-bahan peledak untuk mengeluarkan batu cadas atau rintangan
lain diperkenankan maka Kontraktor harus mempunyai suatu daftar dari semua alat
peledak yang digunakan, menunjukkan lokasi dan jumlah untuk dicek oleh Direksi.

3.4. Keamanan Pekerjaan Galian


1. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin keselamatan tenaga kerja
yang melaksanakan pekerjaan galian dan masyarakat umum.
2. Selama pekerjaan galian, harus dipertahankan lereng galian sementara yang mantap
dan mampu menunjang pekerjaan yang berdampingan, struktur atau mesin akan
diawasi setiap waktu. Skor dan turap yang memadai harus dipasang bila permukaan
galian yang menunjang struktur yang berdampingan menjadi kurang stabil atau rusak
oleh pekerjaan galian.
3. Alatalat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud lain tidak akan
diperkenankan untuk berada atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 m dari tepi parit
terbuka atau galian yang menunjang struktur yang berdampingan menjadi kurang stabil
atau rusak oleh pekerjaan galian.
4. Cofferdam, tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari air dari galian harus
direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan terjadi runtuhan
secara tiba-tiba, dan mampu menghindari banjir yang datang cepat pada tempat
pekerjaan.
5. Pada setiap saat sewaktu para pekerja atau lainnya berada di dalam galian dan
mengharuskan kepala mereka di bawah permukaan tanah sekitarnya, maka kontraktor
harus menempatkan seorang pengawas keamanan di tempat kerja yang tugasnya
hanya memonitor keamanan dan kemajuan. Setiap saat peralatan galian yang tidak
digunakan (cadangan) dan perlengkapan pertolongan pertama (P3K) harus tersedia
pada tempat pekerjaan galian.
6. Bahan-bahan peledak yang diperlukan untuk galian batuan harus disimpan dalam suatu
penyimpanan yang aman dari daerah perkotaan pada suatu lokasi dan dengan suatu
cara yang disetujui oleh Direksi dan para penguasa lainnya yang bersangkutan. Semua
akan ditangani dan digunakan dengan sangat berhati-hati dan ketat sesuai dengan
undang-undang dan peraturan Pemerintah. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
mencegah setiap pengeluaran yang tidak syah atau penggunaan yang tidak pada
tempatnya dari setiap bahan-bahan peledak dipercayakan hanya pada orang-orang
yang berpengalaman dan bertanggung jawab.
7. Semua galian terbuka harus dibuat penghalang untuk mencegah orang atau sesuatu
secara tidak sengaja terjatuh kedalamnya dan setiap galian terbuka pada jalur lambat
atau bahu jalan akan diberi tanda tambahan pada malam hari dengan drum yang dicat
dengan warna putih (atau yang sama) dan merah atau cahaya kuning untuk kepuasan
Direksi.

3.5. Penjadwalan Kerja


1. Luas setiap galian yang dibuka dalam setiap operasi harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali pada suatu kondisi yang baik, dengan
memperhatikan pengaruh dari pengeringan, peredaman oleh air hujan dan gangguan
oleh operasi pekerjaan berikutnya.
2. Pembuatan parit atau penggalian lainnya yang melintasi jalan kendaraan harus
dilaksanakan dengan menggunakan konstruksi setengah lebar jalur kendaraan
sehingga jalan tetap terbuka bagi lalu lintas sepanjang waktu.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 4

Jika lalu lintas pada jalur harus dihentikan karena pekerjaan maka kontraktor harus
memperoleh persetujuan jadwal sebelumnya untuk gangguan tersebut dari para
penguasa yang bersangkutan maupun dari Direksi.

3.6. Kondisi Tempat Kerja


1. Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan
semua bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga kerja untuk pengeringan
(pemompaan), pengalihan saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok
ujung serta cofferdam. Setiap saat pompa harus disiapkan pada tempat kerja untuk
menjamin tidak ada gangguan dalam kontinuitas prosedur pengeringan.
2. Bila pekerjaan sedang dilaksanakan pada saluran yang ada atau daerah lain di mana
aliran bawah tanah atau air tanah dapat tercemar, maka Kontraktor harus memelihara
sepanjang waktu pada tempat pekerjaan yang sebenarnya suatu persediaan air dari
kualitas air minum untuk digunakan oleh pekerja untuk mencuci, bersama dengan
persediaan secukupnya dari sabun dan disinfektan.

3.7. Perbaikan Pekerjaan yang Kurang Memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi dalam Sub Bab 3.1.2 (1) di atas harus
diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut:
Bahan-bahan yang berlebihan harus dibuang dengan galian selanjutnya.
Daerah yang telah digali secara berlebihan, atau daerah yang retak berlebihan atau
longsor harus diurug kembali dengan timbunan bahan-bahan pilihan atau agregat lapis
pondasi atas sebagaimana ditentukan oleh Direksi.

3.8. Utilitas
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh setiap informasi yang ada
tentang keberadaan serta lokasi bangunan utilitas di bawah tanah dan untuk
memperoleh serta membayar setiap perizinan yang diperlukan atau pemberian hak
lainnya untuk melaksanakan galian yang disyaratkan dalam Kontrak.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemeliharaan dan perlindungan setiap
saluran pipa di bawah tanah yang masih berfungsi, kabel, pipa penyalur atau lainnya di
atas tanah dan jalur-jalur pelayanan atau struktur cabang yang mungkin ditemukan dan
untuk memperbaiki setiap kerusakan yang disebabkan oleh operasinya.

3.9. Royalti Untuk Bahan-bahan yang Digali


Bila timbunan dengan bahan-bahan pilihan atau agregat lapis pondasi atas agregat aspal atau
beton atau bahan-bahan lainnya diperoleh dari galian bahan-bahan tambahan di luar daerah
proyek maka kontraktor harus membuat semua pengaturan yang diperlukan dan pembayaran
biaya dan royalti pada pemilik tanah dan penguasa yang berwewenang untuk izin menggali
dan mengangkut bahan-bahan tersebut.

3.10. Penggunaan dan Pembuangan Bahan-bahan Galian


1. Semua bahan-bahan yang sesuai dengan yang digali dalam batas-batas proyek,
bilamana memungkinkan, harus digunakan dalam cara yang paling efektif untuk
timbunan atau urugan kembali.
2. Bahan-bahan galian yang mengandung tanah organik tinggi, tanah gambut, sejumlah
besar akar, atau bahan-bahan tumbuhan lainnya atau tanah kompresibel yang menurut
pendapat Direksi akan mencegah pemadatan bahan-bahan yang dihampat di atasnya
atau menyebabkan penurunan atau kegagalan yang tidak diinginkan, harus
digolongkan sebagai tak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan-bahan
timbunan dalam pekerjaan permanen.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 5

3. Setiap bahan-bahan galian yang berlebihan untuk kebutuhan timbunan atau bahan-
bahan yang tidak disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan timbunan yang sesuai
harus dibuang keluar dari daerah pekerjaan.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk
pembangunan bahan-bahan yang berlebihan atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkatan dan perolehan izin dari pemilik atau penghuni tanah tersebut, di mana
pembuangan itu dilaksanakan. Bahan yang berlebih akan digunakan untuk timbunan
golf course dari pada dibuang keluar lapangan.

3.11. Pemulihan Tempat Kerja dan Pembuangan Pekerjaan Sementara


1. Semua struktur sementara seperti cofferdam atau skor dan turap harus dibongkar
oleh Kontraktor setelah penyelesaian struktur permanen atau pekerjaan lainnya untuk
mana galian telah dilakukan, kecuali sebaliknya diarahkan oleh Direksi. Pembongkaran
harus dikerjakan dengan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengganggu atau
merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
2. Bahan-bahan yang diperoleh kembali dari pekerjaan sementara tersebut tetap menjadi
milik Kontraktor dan jika disetujui oleh Direksi, dimasukkan ke dalam pekerjaan
permanen dan dibayar menurut jenis pembayaran yang dimasukkan dalam Jadwal
Penawaran.
3. Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam suatu saluran air tetapi harus
segera dibuang.
4. Semua lubang galian tambahan, tempat galian batu atau daerah sisa galian yang
digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam kondisi yang rapih dan teratur
dengan sisi dan lereng yang mantap.

3.12. Prosedur Galian

3.12.1. Umum

1. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang ditentukan
dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi dan harus meliputi pembuangan semua
bahan-bahan yang ditemukan, termasuk tanah, batuan, batu-bata, batu beton,
pasangan batu dan bahan-bahan perkerasan jalan lama.
2. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
terhadap bahan-bahan di bawah dan di luar batas galian.
3. Bila bahan-bahan yang tak terlindungi pada garis pembentukan atau tanah dasar atau
permukaan pondasi adalah bahan-bahan lepas atau lunak atau berlumpur atau tidak
memenuhi syarat menurut pendapat Direksi maka bahan-bahan tersebut harus
dipadatkan secara menyeluruh atau sama sekali dikeluarkan untuk dibuang dan diganti
dengan timbunan yang memenuhi syarat sebagaimana diarahkan oleh Direksi.
4. Di mana batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan pada jalur
selokan atau pada ketinggian tanah dasar untuk dasar parit pipa atau galian basement,
pondasi struktur maka bahan-bahan tersebut harus digali 150 mm lebih dalam sampai
suatu permukaan yang rata halus dan mantap. Tidak boleh ada tonjolan batuan
ditinggalkan dari permukaan yang terbuka dan semua pecahan batu yang berdiameter
lebih besar dari 150 mm harus dibuang. Profil galian yang ditentukan harus dicapai
dengan penimbunan material yang dipadatkan dan disetujui oleh Direksi.

3.12.2. Galian Untuk Struktur Basement dan Pipa

1. Galian untuk struktur basement, parit dan pipa, gorong-gorong kecil dan saluran beton,
pasangan batu atau pasangan batu adukan encer harus cukup ukurannya untuk
memungkinkan pemasangan yang layak dari bahan-bahan tersebut.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 6

2. Skor, turap dan Cofferdam atau tindakan lainnya untuk mengeluarkan air harus
dipasang untuk memberikan ruang gerak yang cukup untuk pelaksanaan dan
pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari tepi luar
acuan. Cofferdam atau skor yang bergeser atau bergerak secara lateral selama
pekerjaan galian harus dibetulkan atau diperbesar untuk memperoleh ruang bebas
yang diperlukan dalam pelaksanaan.
3. Setiap pemompaan dari galian harus dikerjakan dengan cara yang sedemikian rupa
untuk menghindari kemungkinan setiap bagian bahan-bahan konstruksi yang baru
ditempatkan dapat terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan selama
penempatan beton atau untuk suatu perioda sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya,
harus dikerjakan dari suatu bak yang cocok terletak di luar acuan beton dan air
dipompa ke dalam sistim drainase yang telah ditetapkan.

3.12.3. Galian Untuk Bahan-bahan Galian Tambahan

1. Lubang galian tambahan harus digali sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi ini.
2. Persetujuan untuk membuka suatu daerah galian tambahan baru atau untuk
mengoperasikan yang sudah ada harus diperoleh dari Direksi secara tertulis sebelum
setiap operasi galian tambahan dimulai.
3. Lubang galian akan dilarang atau dibatasi di mana semuanya itu dapat mengganggu
drainase alam atau yang direncanakan.
4. Lubang galian harus diratakan dan diberi drainase sedemikian rupa untuk mengalirkan
semua air permukaan ke gorong-gorong drainase tanpa ada genangan.
5. Tepi suatu lubang galian tambahan tidak boleh lebih dari 2 meter dari kaki suatu
timbunan atau 10 meter dari puncak galian.

3.12.4. Pengukuran Galian

1. Pekerjaan galian yang termasuk dalam Sub Bab 3.2.4 (2), Sub Bab 3.2.4 (3) dan Sub
Bab 3.2.4 (4) dibawah harus diukur sebagai pembayaran untuk volume, di tempat dalam
kubik meter dari bahan-bahan yang dipindahkan. Dasar perhitungan adalah gambar
potongan melintang profil tanah yang disetujui sebelum galian dan garis kelandaian serta
ketinggian yang ditentukan atau diterima dari pekerjaan galian yang diselesaikan. Metoda
perhitungan akan merupakan metoda luas ujung rata-rata dengan menggunakan
penampang melintang pekerjaan dan berjarak tidak lebih dari 25 meter.
2. Pekerjaan galian yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan pembayaran menurut
seksi ini akan dibayar sebagai galian, meskipun bila bahan-bahan yang digali disetujui
untuk digunakan sebagai bahan-bahan konstruksi dan diukur dan dibayar pada bab
lainnya dari spesifikasi ini.
3. Galian yang melebihi garis yang terlihat pada profil dan penampang melintang yang
disetujui termasuk galian untuk membentuk terassering dan ikatan pada timbunan dan
lereng yang ada, tidak akan termasuk dalam volume yang diukur untuk dibayar kecuali di
mana:
a. Kelebihan galian diperlukan untuk pembuangan bahan-bahan lunak atau tidak
sesuai sebagaimana ditentukan dalam Sub Bab 3.2.1 (3) di atas atau pemindahan
batu-batuan dan bahan-bahan yang keras seperti disyaratkan dalam Sub Bab
3.2.1 (4) di atas.
b. Pekerjaan tambahan yang diperoleh dari keruntuhan lereng yang sebelumnya
telah diterima dan disetujui secara tertulis oleh Direksi.
4. Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk mengambil bahan-bahan untuk konstruksi dari
lubang galian tambahan atau galian batuan di luar batas daerah konstruksi tidak akan
diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 7

untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan untuk
timbunan atau bahan-bahan perkerasan.

4. PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH


4.1. Umum

1. Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah
atau bahan-bahan butiran yang disetujui untuk pembuangan timbunan untuk struktur dan
untuk penimbunan pada umumnya sebagaimana diperlukan untuk pembentukan tempat
proyek menurut garis, kelandaian dan ketinggian dari penampang melintang yang
ditentukan atau disetujui.
2. Timbunan yang tercakup oleh ketentuan dari bab ini akan dibagi dalam dua jenis yaitu
timbunan biasa dan timbunan dengan bahan-bahan terpilih. Timbunan dengan bahan-
bahan terpilih akan digunakan seperti yang tertera dalam gambar dan/atau ditentukan
oleh Direksi.
3. Pekerjaan ini tidak termasuk bahan-bahan timbunan yang ditempatkan sebagai alas
untuk pipa atau saluran beton, juga tidak untuk bahan-bahan drainasi porous yang
ditempatkan untuk darinasi dibawah permukaan atau untuk mencegah penggerusan butir-
butir halus tanah dengan penyaringan.
4.2. Toleransi Dimensi

1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan melebihi
tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tak terlindungi harus cukup halus dan rata serta
mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari atas
permukaan.
3. Timbunan tidak boleh ditempatkan pada ketebalan lapisan tanah yang dipadatkan
melebihi dari 200 mm.

4.3. Standar Rujukan (ASHTO)

T 88-87 Particle Size Analysis of Soils


T 89-85 Determining the Liquid Limit of Soils
T 90-70 Determining the Plastic Limit and Plasticity Index of Soils
T 99-74 Moisture Density Relations of Soils Using a 2.5 kg Rammer and a 305 mm Drop.
T 145-73 Classification of Soils and Soil Anggregate Mixtures for Highway Construction
T 180-75 Moistures Density Relations of Soils using a 4.53 kg Rammer and a 475 mm Drop
T 191-81 Density of Soil In-Place by the Sand Cone Method
T 193-72 The California Bearing Ratio
T 258-73 Determining Expansive Soil and Remedial Actions

4.4. Pengajuan

1. Kontraktor harus mengajukannya pada Direksi sebelum suatu persetujuan untuk memulai
pekerjaan dapat diberikan oleh Direksi beberapa hal sebagai berikut:
a. Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan yang
dipersiapkan dimana timbunan akan ditempatkan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 8

b. Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan pemadatan yang memadai dari


permukaan yang dipersiapkan di mana timbunan itu akan ditempatkan bila
diperlukan di dalam Sub Bab 4.3.1 (2) di bawah.
2. Kontraktor harus mengajukannya kepada Direksi sekurang-kurangnya 14 hari sebelum
tanggal yang diusulkan dari penggunaan yang pertama dari setiap bahan-bahan yang
diusulkan untuk digunakan sebagai timbunan:
Dua contoh masing-masing sebesar 50 kg dari bahan-bahan, salah satu akan disimpan
oleh Direksi untuk rujukan selama masa kontrak.
3. Suatu pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang diusulkan
untuk digunakan sebagai timbunan bersama dengan data pengujian laboratorium yang
membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi persyaratan yang ditentukan.
4. Kontraktor harus mengajukan yang berikutnya secara tertulis kepada Direksi segera
setelah penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan sebelum setiap persetujuan diberikan
untuk penempatan bahan-bahan lain di atas timbunan:
5. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran yang membuktikan bahwa
permukaan berada dalam toleransi yang ditentukan.
4.5. Kondisi Tempat Kerja

1. Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu kering sebelum dan selama pekerjaan
penempatan dan pemadatan, bahwa timbunan selama pembangunan harus mempunyai
kemiringan yang cukup untuk menunjang drainase dari aliran air hujan dan bahwa
pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang baik. Air dari tempat kerja harus
dikeluarkan melalui sistem drainase permanen. Cara yang layak untuk menjebak lumpur
harus disediakan pada sistim drainase sementara yang dialirkan kedalam sistim drainase
permanen.
2. Kontraktor harus memelihara tempat kerja suatu persediaan air yang cukup untuk
pengendalian kelembaban timbunan selama operasi penempatan dan pemadatan.

4.6. Perbaikan Pekerjaan yang Kurang Memuaskan

1. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang ditentukan atau
disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan dalam Sub Bab 4.1.2, harus
diperbaiki dengan menggaru permukaan tersebut dan membuang atau menambah bahan-
bahan sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam batas kadar air yang ditentukan di
dalam Sub Bab 4.3.3 atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi harus dikoreksi dengan
menggaru bahan-bahan disusul dengan penyiraman dengan jumlah air yang cukup dan
mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader) atau peralatan lain
yang disetujui.
3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti batas kadar air yang ditetapkan di
dalam Sub Bab 4.3.3 atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan-bahan disusul dengan pengerjaan dengan mesin perata berulang-ulang
atau peralatan lainnya yang disetujui dengan selang istirahat antara pekerjaan, dibawah
kondisi cuaca kering. Kalau tidak atau bila pengeringan yang cukup tak dapat dicapai
dengan pengerjaan dan membiarkan bahan-bahan terlepas, maka Direksi dapat
memerintahkan agar bahan-bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan
bahan-bahan kering yang memadai.
4. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya setelah dipadatkan
secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak akan memerlukan
pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
persyaratan dari spesifikasi ini.
5. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kestabilan semua pekerjaan timbunan yang
sudah selesai. Kontraktor harus mengganti dengan biayanya sendiri terhadap pekerjaan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 9

yang rusak atau salah penempatan menurut pendapat Direksi atas kecerobohan atau
kelalaian atas pekerjaannya. Bagaimanapun, Kontraktor tidak dituntut untuk bertanggung
jawab atas kerusakan yang timbul akibat badai dan bencana alam atau pergeseran bumi
yang tak dapat dihindari disebabkan oleh alam di mana pekerjaan tersebut ditempatkan,
pekerjaan yang telah selesai dan diterima secara tertulis oleh Direksi dalam keadaan yang
baik dan lengkap.
4.7. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan atau lainnya harus
ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan sampai persyaratan
toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi ini.
4.8. Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan turun, dan tidak
ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air bahan-bahan
berada di luar batas yang ditentukan dalam Sub Bab 4.3.3 (2).
4.9. Royalti Bahan-bahan
Bila bahan-bahan timbunan di dapat dari luar daerah proyek, Kontraktor harus membuat semua
pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan royalti kepada pemilik tanah dan
Pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.

4.10. Bahan-bahan

4.10.1. Timbunan Biasa

1. Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari tanah atau bahan-
bahan batuan yang digali disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan yang memenuhi
syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen sebagaimana diuraikan Sub Bab
4.2 dari spesifikasi ini.
2. Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak termasuk penggunaan tanah liat
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145 atau sebagai CH pada Unified
or Cassagrade Soil Classification System. Di mana penggunaan tanah-tanah plastis
berkadar tinggi tidak dapat dihindari secara layak, maka bahan-bahan tersebut hanya
akan digunakan di bagian dasar timbunan atau dalam urugan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tidak ada tanah plastis
berkadar tinggi yang akan digunakan sama pada lapisan bahan-bahan 300 mm di bawah
setiap tanah dasar perkerasan atau bahu jalan.
3. Tanah yang mempunyai sifat mengembang (meretak) sangat tinggi yang mempunyai
suatu nilai aktifitas lebih besar daripada 1,25 atau satu tingkat pengembangan yang
digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan
digunakan sebagai bahan-bahan timbunan. Nilai aktifitas harus diukur sebagai indeks
plastisitas (PI) (AASHTO T 80) persentase ukuran tanah liat (AASHTO T 86).
4. Bahan-bahan batuan tidak boleh digunakan sebagai bahan-bahan timbunan di sekeliling
pipa juga tidak pada lapisan 300 mm langsung di bawah tanah dasar perkerasan atau
bahu jalan, dan tidak ada batu dengan suatu ukuran yang melebihi 100 mm akan
termasuk dalam timbunan yang demikian.

4.10.2. Timbunan dengan Bahan-bahan Terpilih

1. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus


terdiri dari bahan-bahan tanah atau batuan yang memenuhi semua persyaratan bahan di
atas untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu lainnya
yang disyaratkan, tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan, sebagaimana
diarahkan atau disetujui oleh Direksi. Dalam semua hal, maka semua timbunan dengan
bahan-bahan terpilih, bila diuji sesuai dengan AASHTO T 193 harus mempunyai suatu
nilai CBR minimum 3% dan sekurang-kurangnya 100% kepadatan kering maksimum
sebagaimana ditentukan sesuai dengan AASHTO T 99.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 10

2. Bila digunakan dalam situasi pemadatan dengan kondisi jenuh atau banjir tidak dapat
dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari pasir atau kerikil
atau bahan-bahan butiran bersih lainnya dengan suatu Indeks Plastisitas maksimum 6%.
3. Bila digunakan pada pekerjaan stabilitas timbunan atau lereng atau dalam situasi lainnya
di mana kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan normal, maka
timbunan dengan bahan-bahan terpilih dapat merupakan timbunan batuan atau kerikil
berlempung yang bergradasi baik atau tanah liat berpasir atau tanah liat yang memiliki
plastisitas rendah. Jenis bahan-bahan yang dipilih dan disetujui oleh Direksi akan
tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun atau pada
tekanan tanah yang harus dipikul.

4.11. Penempatan dan Pemadatan Timbunan

4.11.1. Persiapan Tempat Kerja

1. Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua operasi pembersihan
dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu
pembongkaran akar pohon, harus telah diselesaikan sesuai dengan Sub Bab 1.1 (1) dan
bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi sesuai dengan Sub Bab 1.7. Semua areal harus diratakan
dengan baik sebelum penimbunan dimulai.
2. Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang, maka daerah pondasi
timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh (termasuk penggaruan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan atas 150 mm dari tanah
memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang akan
ditempatkan di atasnya.
3. Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau ditempatkan pada timbunan
yang ada, maka lereng-lereng yang ada harus dipotong untuk membentuk terasering
dengan ukuran lebar yang cukup untuk menampung peralatan pemadat sewaktu
timbunan ditempatkan dalam lapisan horizontal.

4.11.2. Penempatan Timbunan

1. Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan dan disebarkan merata
serta bila dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang diberikan dalam
Sub Bab 4.1.2. Di mana lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
2. Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian tambahan ke permukaan
yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan
diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin tertulis dari
Direksi.
3. Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan-bahan drainase
porous lainnya maka harus diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari
kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase vertikal maka suatu
pemisah yang luas antara kedua bahan-bahan tersebut harus dijamin dengan
menggunakan acuan sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan drainase porous dilaksanakan.
4. Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada harus dipersiapkan
dengan mengeluarkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan dan harus dibuat terasering
sebagaimana diperlukan sehingga timbunan yang baru terikat pada timbunan yang ada
hingga memuaskan Direksi. Timbunan yang diperlebar kemudian harus dibangun dalam
lapisan horisontal sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup
dengan sepraktis dan secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian
permukaan jalan yang ada untuk mencegah pengeringan dan kemungkinan peretakan
permukaan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 11

4.12. Pemadatan

1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap lapisan harus
dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak serta disetujui
oleh Direksi sampai suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2. Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-bahan berada
dalam batas antara 3% kurang daripada kadar air optimum sampai 1% lebih daripada
kadar air optimum. Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di mana
kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan
AASHTO T 99.
3. Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan kearah sumbu dengan
suatu cara sehingga setiap bagian menerima jumlah pemadatan yang sama. Di mana
mungkin, lalu lintas alat konstruksi harus dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan jalur
yang digunakan dirubah secara terus menerus untuk menyebarkan pengaruh pemadatan.
4. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat yang biasa,
harus ditempatkan dalam lapisan horizontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari 150 m
tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin
pemadatan yang memuaskan di bawah dan ditepi untuk menghindari rongga-rongga.

4.13. Pengawasan Kualitas Bahan

1. Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diperintah oleh Direksi, tetapi harus termasuk
semua pengujian yang relevan yang ditentukan dalam pasal 4.2 sekurang-kurangnya tiga
contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang diajukan, yang terpilih untuk mewakili
serangkaian kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
2. Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang diajukan, maka
pengujian kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi lagi atas petunjuk Direksi, dalam
hal mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
3. Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan keanekaragaman bahan yang dibawa ketempat proyek. Jangkauan
pengujian tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh Direksi tetapi untuk setiap 1000 m3
timbunan yang diperoleh dari setiap sumber sekurang-kurangnya satu penentuan aktivitas
sebagaimana ditentukan dalam Sub Bab 4.1.3, harus dilaksanakan.

4.14. Persyaratan Pemadatan Untuk Timbunan Tanah

1. Lapisan timbunan yang lebih dari 300 mm di bawah ketinggian tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95% dari standar maksimum kepadatan kering yang ditentukan sesuai
dengan AASHTO T 99.
2. Lapisan timbunan 300 mm atau kurang dibawah ketinggian tanah dasar harus dipadatkan
sampai 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan AASHTO T 99.
3. Bahan timbunan pada daerah peningkatan proyek (daerah lansekap) harus dipadatkan
menjadi 80% kepadatan kering maksimum sesuai dengan AASHTO T 99.
4. Pengujian kepadatan harus dibuat pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai
dengan AASHTO T 191. Pengujian harus dibuat sampai kedalaman lapisan sepenuhnya
pada lokasi yang diarahkan oleh Direksi. Untuk urugan di sekeliling struktur basement atau
pada parit gorong-gorong, sekurang-kurangnya satu pengujian untuk satu lapisan urugan
kembali yang ditempatkan harus dilaksanakan. Pada timbunan, sekurang-kurangnya satu
pengujian harus dilaksanakan pada setiap 200 m3 timbunan yang ditempatkan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 12

4.15. Percobaan Pemadatan

1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda untuk
mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak mampu
untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan berikutnya harus
menyusul.
2. Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintas alat pemadat dan
kadar air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan tercapai sehingga
memuaskan Direksi. Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air untuk
semua pemadatan selanjutnya.

4.16. Pengukuran dan Pembayaran

1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang dipadatkan yang
diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus didasarkan pada gambar
penampang melintang yang disetujui dari profil tanah atau profil galian sebelum suatu
timbunan ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan
akhir yang ditentukan dan disetujui. Metode perhitungan volume bahan-bahan harus
merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata dengan menggunakan penampang
melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25 m.
2. Batu untuk timbunan untuk pembayaran akan diukur sebagai jumlah meter kubik atau
kilogram seperti yang tertulis dalam proposal ini. Di mana pengukuran memakai meter
kubik atau seperti yang ditentukan, volumenya akan dihitung berdasarkan ukuran kilogram,
jumlah bahan-bahan akan ditimbang seperti yang dihitung memakai skala, tidak kurang dari
5% berat yang mengandung kadar air berdasarkan berat kering.
3. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang, termasuk setiap
tambahan timbunan yang diperlukan sebagai akibat pekerjaan terasering atau pengikat
timbunan pada lereng yang ada atau sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan
dimasukkan kedalam volume yang akan diukur untuk pembayaran kecuali di mana:
a. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang sesuai atau lunak
yang digali atau untuk mengganti bahan-bahan batuan atau keras lainnya yang digali.
b. Tambahan timbunan diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak memuaskan,
kurang stabil atau gagal dalam hal ini kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.
c. Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dan konstruksi timbunan atau untuk
mengubur bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
d. Bila bahan-bahan galian digunakan untuk timbunan maka bahan-bahan ini akan
dibayar sebagai timbunan menurut bab ini.

5. PEKERJAAN PERBAIKAN KONDISI TANAH GALIAN/URUGAN

5.1. LINGKUP PEKERJAAN


Yang termasuk pekerjaan perbaikan kondisi tanah adalah semua pekerjaan yang
berhubungan dengan pekerjaan tanah meliputi :
Penggalian basement, pengurugan setempat jika diperlukan.
Land Clearing
Pemadatan Tanah
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 13

5.2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMADATAN TANAH DI DAERAH


URUGAN
Penimbunan dilakukan sampai pada peil dan kemiringan yang ditentukan sesuai Gambar
Kerja.
Sebelum penimbunan, daerah kawasan harus dibersihkan dari semua kotoran,
rumput, humus dan akar tanaman.
Penimbunan baru dilakukan setelah tanah yang selesai dibersihkan itu dipadatkan
mencapai 90% kepadatan maksimum modified proctor.
Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis, tiap lapisan tidak boleh lebih dari
20 cm tebal sebelum dipadatkan atau 15 cm setelah dipadatkan.
Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan blade
graders dan 3 wheel power rollers yang beratnya 8 ton sampai 10 ton atau pneumatic
rollers lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen
Konstruksi. Sebelumnya tanah harus digaru dengan sheep foot rollers.
Tanah yang dipadatkan harus mencapai 90 % kepadatan maksimum yang dapat
dicapai pada kadar air optimum yang ditentukan dengan Modified AASHTO T-99,
kecuali tanah setebal 30 cm di bawah sub base course harus mencapai 90%
compacted (dari modified proctor).
Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan kadar air
dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil test Compaction
Modified Proctor dari contoh fill material.
Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari bahan optimum, maka fill
material harus diberi air sehingga menyamai kadar air optimum. Sebaliknya bila kadar
air bahan timbunan/fill material lebih besar dari kadar air optimum, maka fill material
harus dikeringkan terlebih dahulu atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih
kering.
Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan dan air tergenang, pemadatan
dihentikan. Diusahakan air dapat mengalir dengan membuat saluran-saluran drainage
sehingga daerah pemadatan selalu kering.
Setiap lapis dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan 'Field Dry Density Test'
untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta Moisture Content. Satu test
untuk setiap 400 m2 untuk tanah yang dipadatkan.
Apabila tanah yang dipadatkan < 1,6 ton/m3, maka tanah tersebut harus diganti
dengan tanah lain atau dicampur pasir sehingga tanah tersebut menjadi >1,6
ton/m3.
Apabila tanah yang dipadatkan telah mencapai nilai 90% compacted dari modified
proctor (untuk lapisan sub grade setebal 30 cm di bawah base) tetapi tidak mencapai
soaked CBR minimum = 4, maka tanah (sub grade) tersebut harus diganti dengan fill
material yang pada 90% maksimum compacted mencapai nilai soaked CBR = 4.

5.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DI DAERAH GALIAN


Setelah galian tanah kontruksi lantai dilakukan, kemudian permukaan tanah lapisan
sub grade tersebut dilakukan pengetesan CBR = 4, apabila ternyata permukaan atas
sub grade tersebut tidak mencapai nilai soaked CBR = 4, maka tanah tersebut harus
digaru / digali setebal 30 cm sehingga menjadi gembur, kemudian dilakukan
pemadatan, sehingga nilai soaked CBR = 4 bisa tercapai.
Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan blade
graders dan 3 wheel power roller yang beratnya 8 ton sampai 10 ton atau pneumatic
roler lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
Sebelumnya tanah harus digaru dengan sheep foot roolers.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 14

6. PEKERJAAN PEMBUATAN SUB BASE COURSE DAN BASE COURSE

6.1. Lingkup Pekerjaan


Yang dimaksud dengan pekerjaan pembuatan sub base course dan base course ialah
pembuatan lapisan sirtu yang terdiri dari agregat kasar (kerikil keras dan batu-batu bulat) yang
bercampur dengan pasir clay, sesuai Gambar Kerja serta Persyaratan Pelaksanaan dan Uraian
Pekerjaan.

6.2. Persyaratan Umum


- Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi peraturan-peraturan / normalisasi-
normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PUBB, PBI, PMI dan lain-lain.

- Sirtu dipergunakan dalam lapisan sub base course dan base course ini harus disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi /Perencana.

- Agregat-agregat sub base course harus mempunyai persyaratan gradasi sebagai berikut :

Ukuran Saringan % Berat Yang Melewati


------------------------- --------------------------------
1,25" 100 %
0,75" 75 -- 85 %
0,50" 65 -- 85 %
No. 4 65 -- 85 %
No. 10 50 -- 65 %
No. 40 35 -- 50 %
No. 100 10 -- 18 %
No. 200 5 -- 12 %

- Agregat-agregat base course harus memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut :

Ukuran Saringan % Berat Yang Melewati Saringan


------------------------- -------------------------------------------
Saringan yang semua ukurannya 100 %
1/3 x tinggi base course (1/3 x 25 cm = 8 cm)
0,25" 25 - 60 %
No. 200 0 - 10 %

6.3. Agregat kasar


a. Untuk Sub Base Course
Agregat kasar terdiri dari kerikil keras dan batu-batu bulat dimana butir-butir yang keras dan
tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipergunakan
bila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 10 % dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak mudah pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

b. Untuk Base Course


Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipergunakan bila jumlah butir-
butir pipih tersebut tidak melebihi 20 % dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak mudah pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan. Agregat kasar tidak mengandung lumpur
lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur adalah
bagian-bagian yang dapat melalui ayakan/saringan 0,63 mm.
Apabila kadar lumpur melebihi 1%, maka agregat kasar harus dicuci terlebih dahulu, agregat
kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton seperti zat-zat yang reaktif alkali.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 15

6.4. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Untuk Sub Base Course


a. Sirtu harus disebarkan secara merata dengan mempergunakan blade graders, kemudian
setelah mencapai kedalaman 15 cm dipadatkan dengan menggunakan rollers yang beratnya
8 ton sampai dengan 10 ton atau pneumatic rollers lainnya yang setara dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Pemadatan sub base course mencapai nilai normal CBR 30%.
c. Tebal sub base course dalam keadaan padat adalah 30 cm.
d. Setiap luas 400 m2 per lapis pemadatan harus dilakukan field test untuk mengetahui CBR
yang tercapai akibat pemadatan yang dilakukan.
e. Untuk mencapai minimal kepadatan yang diinginkan (CBR 30) dipakai rollers dengan berat
10 ton atau lainnya yang setaraf dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
/Perencana. Kecuali untuk daerah-daerah sempit diantara yang tidak dapat dilalui oleh
rollers, pemadatan dilakukan dengan menggunakan stamper/compactor dengan kapasitas 2
ton atau yang setaraf dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

6.5. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Untuk Base Course


a. Agregat harus disebarkan secara merata dengan mempergunakan blade graders agar
didapat campuran yang uniform.
Tebal tiap lapisan 10 cm, dipadatkan dengan '3 wheel power rollers' berat 8 ton sampai
dengan 10 ton atau pneumatic rollers lainnya yang setara dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
b. Permukaan tiap lapisan harus dijaga kebersihannya dari rumput-rumput/ akar/humus sampai
diletakkan lapisan berikutnya.
c. Pemadatan base course harus mencapai nilai minimal CBR 80 untuk jalan dan CBR 60
untuk lantai.
d. Setiap luas 400 m2 per lapis pemadatan harus dilakukan field test untuk mengetahui CBR
yang tercapai akibat pemadatan yang dilakukan.
e. Pemadatan base course untuk daerah-daerah yang tidak dapat dilalui oleh rollers 8 sampai
10 ton, sehingga tidak akan mencapai nilai CBR 80 dan CBR 60, maka bahan base course
tersebut diganti dengan beton tumbuk mutu K-125 yang tebalnya 25 cm, ukuran sesuai
dengan Gambar Kerja.
f. Untuk daerah-daerah lain yang masih dapat dilalui rollers yang beratnya 8 ton sampai
10 ton, bahan base course adalah tetap seperti point pertama di atas dan harus mencapai
nilai minimal CBR 80 untuk jalan dan CBR 60 untuk lantai dengan ketebalan sesuai Gambar
Kerja.

7. PEKERJAAN PONDASI TIANG BOR


7.1. UMUM
a. Spesifikasi ini berhubungan dengan segala pekerjaan baik tiang bor yang permanen
maupun sementara (jika ada), termasuk pengaman lubang bor jika diperlukan dan
berkaitan dengan kontrak serta gambar-gambar dan spesifikasi lain yang terkait.
b. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman untuk pekerjaan
tiang bor yang harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan harus mempunyai tenaga
Direksi Pekerjaan yang berpengalaman sehingga dapat menghasilkan mutu pekerjaan
seperti yang disyaratkan dengan daya dukung yang sesuai dengan yang tercantum dalam
spesifikasi dan gambar-gambar rencana yang dibuat oleh Direksi Pekerjaan.
c. Kontraktor harus melampirkan struktur organisasi dengan personil-personil yang
berpengalaman untuk pekerjaan ini yang ditunjukkan dengan Daftar Riwayat Hidup dari
personil-personil yang bersangkutan. Juga Kontraktor harus memberikan Surat
Pernyataan yang menjamin bahwa personil yang bersangkutan akan selalu berada di
tempat pekerjaan selama masa pekerjaan ini berlangsung.
d. Kontraktor harus melampirkan Metode Pelaksanaan serta alat-alat yang akan digunakan
dalam proyek ini dengan memperhatikan kondisi lapisan tanah yang ada, lokasi
permukaan air tanah, sifat dan jenis tanah yang dihadapi, sifat peralatan yang akan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 16

dipergunakan serta fasilitas yang dibutuhkan pada tahap awal maupun pada tahap
selanjutnya. Walaupun tidak tercantum dalam gambar struktur, jika diperlukan peralatan
pendukung untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
tersebut, seperti penggunaan alat pemecah batu, jika dijumpai batu-batu yang harus
ditembus, atau casing sementara, jika dijumpai lapisan tanah yang mudah longsor.
Peralatan pembantu tersebut sudah termasuk dalam lingkup pekerjaan yang harus
disediakan oleh Kontraktor.
e. Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan tiang bor dengan jumlah,
ukuran dan letak seperti yang tercantum dalam gambar denah tiang pondasi yang dibuat
oleh Direksi Pekerjaan.
f. Kedalaman tiang bor yang tercantum dalam gambar struktur merupakan indikasi bagi
Kontraktor dalam memperkirakan akhir pengeboran yang diperoleh berdasarkan hasil
penyelidikan tanah. Dengan demikian, Kontraktor dengan tenaga ahli yang dimilikinya,
wajib menentukan kedalaman lapisan tanah keras secara tepat, dengan melakukan
pemeriksaan atas lapisan tanah yang diperoleh pada saat pengeboran masing-masing
tiang bor, sehingga tidak terjadi tiang bor duduk pada lapisan yang tidak memenuhi
syarat. Kontraktor wajib melaksanakan pembuatan tiang bor sehingga memperoleh daya
dukung izin sesuai yang disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan. Selain itu dengan data tanah
yang diperoleh dari laporan penyelidikan tanah, Kontraktor harus mempertimbangkan
dengan persis peralatan dan alat/ material bantu yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan ini, demikian juga perkiraan volume beton yang akan digunakan. Hal- hal
tersebut harus sudah termasuk dalam penawarannya. Penggunaan beton ready mix
sangat dianjurkan.
g. Perubahan-perubahan terhadap spesifikasi maupun gambar-gambar rencana tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan sama sekali tidak diperkenankan.

7.2. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada, antara lain :
a. Pengadaan semua tenaga kerja, material, peralatan dan semua perlengkapan yang
dibutuhkan untuk membuat tiang bor secara benar dan aman, sesuai dengan yang
direncanakan oleh Direksi Pekerjaan, seperti pengeboran, pembersihan lubang bor,
pemasangan dan pengadaan pembesian, alat/ material pembantu pencegah longsor
seperti casing sesuai dengan diameter lubang bor atau bentonite, pengadaan dan
pengecoran beton beserta perlengkapannya dan lain-lain. Termasuk juga pekerjaan
persiapan seperti perkerasan permukaan tanah dengan material bantu (jika dibutuhkan)
agar dapat dilalui oleh alat/mesin bor dan mobil beton.
b. Pembuangan tanah/lumpur hasil pengeboran keluar site pada tempat yang disetujui
bersama dan pembersihan lokasi pekerjaan dari semua sisa pekerjaan. Termasuk dalam
hal ini adalah pemeliharaan semua saluran baik di dalam maupun di luar proyek,
sehingga tidak menjadi kotor/ rusak. Klaim dan lain-lain yang terjadi akibat kelalaian,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
c. Penyelidikan tanah tambahan dan survey lapangan, jika diperlukan oleh Kontraktor
karena data yang ada kurang memadai menurut Kontraktor.
d. Pengurusan izin untuk memperlancar pelaksanaan, seperti izin terhadap lingkungan, izin
lalu lintas dan lain lain.
e. Menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman di lokasi pekerjaan sehingga dapat
mengantisipasi semua masalah yang terjadi.
f. Pekerjaan pengukuran sebelum pembuatan tiang bor dimulai, dimana hasil pengukuran
tersebut harus disampaikan kepada Direksi Pekerjaan. Arsitektur dan pihak terkait untuk
mendapatkan persetujuan.

7.3. PENGENALAN LAPANGAN dan KONDISI TANAH


a. Kontraktor harus mengenal lapangan sebaik-baiknya sebelum mengajukan penawaran ,
yang antara lain meliputi :
Peil tanah asli dihubungkan dengan peil dalam gambar rencana.
Keadaan/kondisi dan jenis lapisan-lapisan tanah.
Kedalaman muka air tanah.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 17

Peralatan dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan guna kelancaran pekerjaan, seperti


prasarana pendukung, jalan sementara.
Hal-hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan.
b. Kontraktor juga harus mempelajari kondisi jalan-jalan umum, batasan-batasan beban
jalan dan ketentuan-ketentuan lainnya yang mungkin mempengaruhi lancarnya
transportasi/alat-alat dari dan ke site. Untuk memastikan hal tersebut Kontraktor wajib
melakukan survey ke lokasi pekerjaan, sehingga penawaran yang diajukan harus sudah
mengantisipasi masalah ini.
c. Kontraktor juga harus bertanggung jawab dan memperoleh ijin-ijin yang diperlukan guna
keperluan transportasi tersebut diatas, sehingga pada saat pelaksanaan pekerjaan tidak
mengalami hambatan yang dapat mempengaruhi jadwal kerja. Termasuk dalam hal ini
adalah izin terhadap lingkungan setempat, baik dengan aparat pemerintah, maupun izin
dari masyarakat umum yang mungkin akan mengalami gangguan baik langsung maupun
tak langsung.
d. Kontraktor wajib untuk memeriksa kondisi lapangan dengan gambar rencana dan wajib
untuk melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Perancang, jika dijumpai perbedaan
agar dapat ditentukan kondisi yang benar.

7.4. PENGUKURAN LAPANGAN/ SETTING OUT


a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengukuran dengan
menggunakan tenaga pengukur yang teliti serta berpengalaman, untuk menentukan
posisi bangunan seperti yang direncanakan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Kontraktor wajib untuk melaporkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan hasil
pengukuran yang dilakukannya, dan juga wajib menghubungi aparat pemerintah yang
terkait untuk mendapatkan persetujuannya. Apabila ditemukan perbedaan elevasi-
elevasi/ukuran-ukuran lapangan dengan yang tercantum dalam gambar rencana maka
Kontraktor wajib mendiskusikan perbedaan tersebut dengan Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan penyelesaian yang sesuai dengan keinginan Direksi Pekerjaan.
c. Kontraktor wajib untuk melaporkan segala hal yang terdapat di lokasi pekerjaan yang
diperkirakan akan mengganggu kelancaran pekerjaan secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan agar gangguan tersebut dapat diantisipasi secepatnya.
d. Jika di lapangan dijumpai fasilitas umum dan utilitas lainnya, maka Kontraktor wajib untuk
menjaga semua fasilitas tersebut agar tetap dapat berfungsi selama masa pelaksanaan
berlangsung. Segala biaya yang diperlukan untuk melindungi/memelihara fasilitas/utilitas
yang ada, termasuk memasang kembali yang rusak karena kesalahan Kontraktor, harus
sudah diantisipasi pada saat penawaran pekerjaan dilakukan.

7.5. REFERENSI
Untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor harus memenuhi semua persyaratan yang
tercantum dalam spesifikasi ini, baik peralatan maupun bahan yang digunakan. Sebagai
referensi, Kontraktor wajib melampirkan pengalaman kerja sesuai dengan pekerjaan yang
dihadapi.

7.6. PELAKSANAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR


a. Pekerjaan tiang bor baru dapat dimulai setelah semua hasil pengukuran disetujui dan
disahkan oleh Direksi Pekerjaan dan setelah izin-izin yang dibutuhkan diperoleh, juga
setelah gambar kerja yang dibuat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b. Setelah lokasi tiang bor yang akan dibuat ditentukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan
maka pekerjaan pembuatan tiang bor dapat dimulai. Tetapi sebelum pekerjaan ini dimulai
Kontraktor sudah harus mempersiapkan piling record/ formulir pendataan yang bentuk
dan isinya harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sebaiknya piling record tersebut
didiskusikan jauh hari sebelum pekerjaan dimulai, sehingga dapat diperoleh data
pencatatan yang sempurna.

c. Tahap pertama adalah pekerjaan pengeboran. Kontraktor wajib mempersiapkan semua


peralatan pembantu yang mungkin dibutuhkan selama pekerjaan pengeboran dilakukan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 18

agar kelongsoran dapat dihindari. Untuk itu Kontraktor wajib memahami benar-benar jenis
tanah yang dihadapi agar tidak mengalami kegagalan pada saat melakukan
pekerjaannya. Pekerjaan pengeboran harus dilakukan dengan mempergunakan rotary
drilling machine dengan dilengkapi buckets, augers dan casing dan/atau bentonite
ataupun peralatan bantu lain untuk menembus lapisan keras jika dibutuhkan, sehingga
pengeboran dapat dilakukan mencapai kedalaman yang diinginkan. Sebelum pekerjaan
dimulai, konfigurasi alat maupun metoda pelaksanaan harus sudah memperoleh
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Tergantung dari jadwal yang disepakati atau yang diusulkan, maka Kontraktor wajib
menyebutkan dalam penawarannya jumlah peralatan yang akan digunakan, sehingga
dapat memenuhi jadwal sesuai dengan kontrak. Jika dalam pelaksanaan ternyata
Kontraktor tidak dapat memenuhi jadwal yang sudah disepakati, maka Direksi Pekerjaan
dapat meminta kepada Kontraktor untuk menambah peralatannya sehingga
keterlambatan dapat dikejar. Semua akibat yang timbul menjadi tanggung jawab pihak
Kontraktor, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.
Jika dijumpai lapisan pasir, maka Kontraktor harus mengantisipasi dengan memakai
casing baja, sedangkan untuk lapisan yang lunak dan air tanah yang tinggi, dianjurkan
untuk menggunakan bentonite dengan komposisi yang benar. Kontraktor harus
mengusulkan hal tersebut dalam penawarannya. Jika dijumpai bongkah batu yang besar,
Kontraktor harus mengatasinya dengan menggunakan alat pemecah batu, tergantung
lokasi batu tersebut.
Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai kedalaman yang indikasinya ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan. Jika terjadi keraguan, misalnya jenis tanah tidak sesuai dengan
laporan penyelidikan tanah, atau belum dijumpai lapisan tanah keras pada kedalaman
yang ditentukan, maka Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada Direksi
Pekerjaan untuk evaluasi lebih lanjut.
d. Selama pembuatan lubang bor ini, Kontraktor diwajibkan untuk mengambil dan
menyimpan contoh tanah dari :
Dasar dari lubang bor.
1/2 m' di atas dasar lubang bor.
1 m' di atas dasar lubang bor.
1 1/2 m' di atas dasar lubang bor.
Setiap perubahan lapisan tanah yang dijumpai pada saat pengeboran.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam rak yang teratur sesuai dengan urutan,
terbungkus dalam plastik dan siap untuk diperlihatkan setiap saat dibutuhkan.

e. Jenis tanah tersebut harus direkam di dalam piling record berisi antara lain (tapi tidak
terbatas pada ):
Lokasi dan penomoran titik bor.
Ukuran lubang bor.
Elevasi atas dan dasar lubang bor + elevasi air tanah.
Jenis tanah, pada masing-masing kedalaman.
Panjang casing.
Waktu pelaksanaan dan lamanya pelaksanaan masing-masing tahap.
Pergeseran vertikal dan lateral, termasuk kelurusan dari lubang/tiang.
Perlu dicatat juga klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda dan gangguan-
gangguan/kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pengeboran. Tanah dengan
jenis dan kedalaman berbeda harus disimpan dengan baik, sehingga jika dibutuhkan
dapat diambil dalam keadaan mendekati kondisi aslinya. Kontraktor diminta untuk
melampirkan piling record yang biasa digunakan ke dalam penawaran.

f. Tahapan kedua adalah pekerjaan pembersihan dasar lubang bor dari longsoran dan
lumpur yang terjadi pada dasar lubang bor. Pekerjaan ini mutlak harus dilakukan oleh
Kontraktor karena longsoran dan lumpur tersebut dapat mempengaruhi daya dukung
serta perilaku dari tiang bor. Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih khusus
(cleaning bucket) dengan ukuran yang sesuai dengan lubang bor. Untuk memastikan
bahwa lubang tersebut sudah bersih, maka sebelum dan sesudah pembersihan harus
dilakukan pengukuran kedalaman dasar lubang bor dengan menggunakan pita ukur.
Pembersihan baru dapat dihentikan setelah mendapat persetujuan tertulis dari DIREKSI
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 19

PEKERJAAN. Lama pembersihan dan kedalaman dari lubang bor setelah pembersihan
dilakukan ini harus dicatat.

g. Tahap ketiga adalah penyetelan/pemasangan tulangan dari tiang bor. Jumlah tulangan
dan panjangnya harus dibuat sesuai dengan gambar rencana. Tulangan dari tiang bor
harus sudah siap terangkai untuk dimasukkan ke dalam lubang bor setelah pekerjaan
pembersihan selesai dilakukan. Apabila ternyata tulangan belum siap maka pekerjaan
pembersihan lubang bor harus dilakukan kembali sampai tulangan tersebut siap
dimasukkan. Jika diperlukan penyambungan tulangan, maka penyambungan harus
dilakukan dengan sambungan lewatan. Panjangnya sambungan lewatan, jika tidak
disebutkan secara khusus di dalam gambar harus diambil minimal 40 kali diameter
tulangan terbesar. Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar rencana, maka
selimut beton harus dibuat minimal 70 mm.

h. Setelah tulangan tiang bor terpasang dilakukan kembali pengukuran kedalaman lubang
bor yang dilakukan oleh Kontraktor dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan. Apabila ternyata
terjadi pengurangan kedalaman lubang bor dibandingkan dengan kedalaman pada saat
pembersihan selesai dilakukan, maka tulangan terpasang tersebut harus dikeluarkan
kembali dan harus dilakukan pekerjaan pembersihan kembali. Tidak diperkenankan
melanjutkan ketahap pekerjaan selanjutnya sebelum tahapan ini disetujui secara tertulis
oleh Direksi Pekerjaan.

i. Tahapan keempat adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor. Beton yang
akan digunakan sudah harus siap di tempat pekerjaan, pada saat pembersihan sedang
dilakukan,sehingga pengecoran dapat langsung dilakukan setelah pekerjaan
pemasangan tulangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pengecoran ini harus dilakukan
sampai selesai, tidak diperkenankan untuk menunda pekerjaan pengecoran ini. Untuk
pengecoran tersebut Kontraktor harus menyiapkan pipa tremie dengan diameter yang
sesuai. Ujung terbawah dari tremie harus diatur agar selalu berada di bawah permukaan
beton minimal sedalam 1.0 meter. Hal ini dapat dimonitor dengan memperkirakan volume
beton yang sudah dicor. Juga harus diperhatikan agar lumpur (jika ternyata masih
tertinggal di dasar lubang) tidak sampai terjebak di dasar lubang. Pengecoran harus
dilakukan sedemikian sehingga akhir pengecoran harus berada minimal 1.0 meter di atas
cut off level (COL), kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.

j. Apabila pengecoran ini tidak selesai karena sesuatu alasan maka tiang bor ini dianggap
tidak memenuhi syarat lagi dan Kontraktor harus mengganti tiang bor tersebut dengan
tiang bor baru yang letaknya akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Semua risiko akibat
hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor. Untuk mencegah hal tersebut maka Kontraktor
sudah harus dapat memperkirakan jumlah/volume adukan beton yang akan digunakan
sesuai dengan lubang bor yang sudah disiapkan. Sebagai perkiraan volume yang
dibutuhkan untuk pengecoran umumnya 20 % lebih besar dari volume teoritis. Harus
diadakan pencatatan volume adukan yang terpakai sesungguhnya. Waktu dan lama
pengecoran harus dicatat.

k. Apabila ternyata volume actual yang tercor lebih kecil dari volume teoritis, maka Direksi
Pekerjaan berhak untuk meminta diadakan "Sonar Logging" atau test lain yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Test tersebut harus dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai
pengalaman dalam hal tersebut dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
Semua biaya untuk "Sonar Logging" tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Apabila hasil "Sonar Logging" tersebut menunjukkan adanya ketidak sempurnaan
pelaksanaan tiang bor, misalnya terjadi "Necking atau "Caving" dan lain-lain, maka tiang
bor tersebut dianggap gagal dan harus diganti dengan tiang bor baru atas biaya
Kontraktor.
Jika ternyata dijumpai kondisi tanah yang sulit seperti terdapat lubang pada tanah, maka
Kontraktor wajib mengusulkan cara untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan
menggunakan material grouting atau menggunakan casing yang permanen. Semua ini
harus dipertimbangkan pada saat penawaran dilakukan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 20

l. Ada hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan tiang bor, yaitu
apabila tahapan pertama sudah mulai maka pekerjaan ini harus diselesaikan sampai
tahap yang terakhir dan tidak boleh ada penundaan waktu di antara tahap-tahap
pekerjaan.

m. Tahap kelima adalah pemotongan kepala tiang bor. Kepala tiang bor harus dipotong
sampai mencapai Cut off Level (COL). Yang harus diperhatikan adalah bahwa tiang bor
harus mempunyai tulangan yang lebih tinggi dari COL, yang jika disebutkan secara jelas
dalam gambar, harus disediakan minimal 40 X diameter tulangan. Pemotongan kepala
tiang harus dilakukan dengan sangat hati-hati, sehingga permukaan beton pada COL
mempunyai mutu yang tetap baik.

n. Jika terjadi kekeliruan dalam pemotongan kepala tiang, sehingga permukaan tiang
menjadi di bawah COL, maka Kontraktor wajib memperbaiki sehingga permukaan beton
menjadi berada pada COL. Salah satu cara adalah dengan melakukan pengecoran
kembali dengan mutu beton yang sama, dan Kontraktor wajib mengusulkan cara
perbaikan kepada Direksi Pekerjaan.

o. Jika terjadi kekeliruan lainnya, maka Kontraktor wajib menginformasikan hal tersebut
kepada Direksi Pekerjaan, untuk mendapatkan jalan keluarnya. Segala konsekuensi yang
timbul akibat kekeliruan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

p. Tahapan terakhir adalah melakukan pengukuran atas tiang bor yang sudah dibuat. Hasil
pengukuran harus dibuat dan dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan dalam bentuk As Built
Drawing (ABD). ABD tersebut harus dibuat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

7.7. PERSYARATAN BETON DAN BAJA TULANGAN


a. Persyaratan beton dan besi beton harus mengikuti bab Pekerjaan Beton Bertulang pada
spesifikasi ini.
b. Mutu bahan yang digunakan tercantum dalam gambar rencana.
c. Demikian juga untuk besi beton, jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar,
maka mutu besi beton yang disyaratkan adalah BJTP24 (dia. < 12 mm) dan BJTD40 (dia.
12 mm).
d. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana, maka beton yang baru tidak boleh
diganggu selama minimum 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak selesai pengecoran.
e. Khusus untuk tiang bor yang akan diadakan percobaan pembebanan, maka umur beton
minimum 28 (dua puluh delapan) hari terhitung sejak selesai pengecoran, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Perencana.

7.8. TOLERANSI POSISI TIANG


a. Untuk menjamin bahwa tiang bor dilaksanakan sesuai dengan lokasi yang direncanakan,
maka diberikan toleransi baik posisi maupun kelurusan terhadap tiang bor yang dibuat.
Jika dalam pelaksanaan ternyata terjadi penyimpangan sedemikian sehingga lebih besar
dari toleransi yang diizinkan, maka tiang bor tersebut berarti tidak memenuhi syarat dan
harus diganti dengan tiang bor yang baru, dengan lokasi yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Semua beban biaya yang timbul baik untuk tambahan tiang bor maupun
perbesaran pile cap, balok pondasi dan lain lain menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Toleransi yang diberikan adalah sebagai berikut :
i. Toleransi kelurusan vertikal, dibatasi maksimum 1 : 200, tetapi dalam segala hal
tidak boleh lebih besar dari 10 cm.
ii. Toleransi posisi horisontal ditentukan sebesar 5 cm ke segala arah atau 1/20 X
diameter tiang bor, ditentukan oleh harga yang terkecil.
b. Khusus untuk tiang bor tunggal toleransi ini harus diperhatikan benar, karena
penyimpangan diluar toleransi yang ditentukan harus diganti dengan 2 buah tiang bor
yang dapat mempunyai diameter lebih kecil, tapi memiliki total daya dukung yang sama
dengan tiang bor tunggal, atau sesuai dengan yang ditentukan Direksi Pekerjaan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 21

7.9. GAMBAR KERJA DAN URUTAN PEMBUATAN TIANG BOR.


a. Sebelum pekerjaan pembuatan tiang bor dilakukan Kontraktor wajib membuat nomor
referensi dari semua tiang bor berikut urut-urutan rencana pemancangannya dan harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Selanjutnya gambar yang telah disetujui
oleh Direksi Pekerjaan tersebut harus diperbanyak dan diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan sehingga pemantauan oleh Direksi Pekerjaan menjadi mudah. Gambar
dengan urut-urutan pemancangan tersebut harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan
sebelum pekerjaan pengeboran dimulai.
b. Sebagai masukan, sebaiknya tiang bor tersebut diberi nomor referensi yang mudah
dilacak, misalnya dengan mencantumkan as-as bangunan pada nomor referensi tiang.
c. Urutan pelaksanaan pekerjaan harus diatur secara baik, agar tidak mengalami kesulitan
pada akhir pelaksanaan, seperti lokasi tiang bor tidak dapat dicapai oleh mobil beton
akibat urutan tidak direncanakan secara baik.

7.10. MATERIAL SISA PEKERJAAN.


Material galian yang terjadi akibat pembuatan lubang bor dan pembobokan kepala tiang harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan. Apabila menurut Direksi Pekerjaan material tersebut
mengganggu kelancaran pekerjaan, maka material tersebut harus segera dibuang walaupun
pekerjaan tiang bor masih belum selesai. Tempat pembuangan akan ditentukan pada saat
pelelangan, dan jika tidak ditentukan maka Kontraktor harus mencari sendiri tempat
pembuangan tersebut.
Dalam penawaran Kontraktor sudah harus memperhitungkan hal ini.

7.11. PENGURUGAN KEMBALI


Kontraktor harus mengurug kembali dengan material urug semua lubang bekas pengeboran,
jika Cut Off Level (COL) jauh di bawah Muka Tanah Asli (MTA), sesaat setelah pengukuran
terhadap posisi tiang bor sudah dilakukan. Lubang bor harus diurug dengan tanah urug
dengan kepadatan yang cukup, sampai mencapai MTA. untuk mencegah kecelakaan yang
mungkin terjadi. Pekerjaan tersebut termasuk lingkup pekerjaan Kontraktor.

7.12. MERAPIKAN TULANGAN


Jika pembobokan kepala tiang termasuk dalam lingkup pekerjaan, maka setelah
pembobokan selesai Kontraktor harus merapikan, membersihkan serta meluruskan tulangan-
tulangan tiang bor agar tulangan tersebut dapat terjangkar dengan sempurna ke dalam pile
cap/poer.

7.13. PENOLAKAN TIANG BOR


Tiang bor yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi spesifikasi ini, seperti
melampaui toleransi yang disyaratkan, dan tidak memenuhi daya dukung yang diinginkan
berdasarkan evaluasi Direksi Pekerjaan. akan ditolak dan harus diganti dengan tiang bor yang
baru. Kontraktor wajib membuat tiang pengganti tanpa biaya tambahan, meskipun bila
diperlukan tiang dengan ukuran yang berbeda sebagai akibat dari kesalahan tersebut diatas.
Khusus untuk tiang tunggal, maka tiang bor yang ditolak tersebut harus diganti dengan dua
buah tiang bor yang berdiameter lebih kecil sesuai dengan hasil evaluasi Direksi Pekerjaan.
Pembesaran pile cap akibat hal tersebut sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.

7.14. PENDATAAN TIANG BOR


Kontraktor harus membuat pendataan yang teratur dari setiap pembuatan tiang bor serta
harus menyediakan beberapa copy sesuai dengan kesepakatan dengan Direksi Pekerjaan.
Pendataan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan pada waktu yang telah
disepakati bersama. Data tersebut juga meliputi piling record yang sudah dibuat secara rapih
dan bersih.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 22

7.15. PENGUJIAN PEMBEBANAN (LOADING TEST)


7.15.1. Umum
a. Pengujian pembebanan harus dilakukan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
dalam spesifikasi ini. Kontraktor harus mempersiapkan segala perlengkapan yang
dibutuhkan untuk dapat melakukan pengujian pembebanan, termasuk mempersiapkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan ini, seperti izin, mengamankan
lokasi di sekitar titik pengujian dll.
b. Pengujian harus dilakukan di bawah Direksi Pekerjaanan tenaga ahli yang
berpengalaman di dalam pekerjaan ini. Semua personal yang terlibat harus sudah betul-
betul berpengalaman dan harus sudah terlatih, agar pekerjaan dapat dilakukan dengan
baik.
c. Pengujian tersebut menggunakan Kentledge, dan Kontraktor harus mempersiapkan
pondasi untuk kentledge tersebut, sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perbedaan
penurunan di antara pondasi tersebut. Kentledge harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga duduk dalam posisi yang sangat stabil.
d. Beban yang dipersiapkan untuk percobaan tersebut harus diperhitungkan sedemikian,
sehingga harus tersedia beban yang lebih besar minimal 10 % dari beban maksimal
yang akan bekerja.
e. Jika menggunakan ground anchor ataupun tiang tarik, maka harus dipastikan bahwa
semua beban benar-benar tersalurkan dengan baik melalui angkur ataupun alat
penyambung lain.

7.15.2. Alat Penguji


a. Kontraktor harus memastikan bahwa semua alat pengukur beban harus benar-benar
duduk dengan posisi yang baik , sehingga pada saat beban bekerja tetap dalam kondisi
stabil.
Semua alat penguji yang digunakan harus dilengkapi dengan sertifikat kalibrasi yang
menyatakan bahwa alat tersebut masih memenuhi syarat untuk digunakan.
Alat yang digunakan harus sesuai dengan besarnya beban yang akan digunakan
sehingga akurasi pengujian dapat dipertanggungjawabkan.

b. Peralatan untuk pengadaan dan penerapan beban tekan yang diketahui besarnya
terhadap tiang bor, harus dibuat sedemikian rupa hingga beban dapat bekerja aksial
menurut sumbu tiang guna menghindari pembebanan eksentris.
Suatu test plate baja dengan tebal minimum 2,5 cm sesuai beban yang bersangkutan,
harus dipasang diatas pile cap/poer guna mendapatkan dukungan penuh. Ukuran test
plate tidak boleh lebih kecil dari pada ukuran kepala tiang bor dan juga tidak boleh lebih
kecil dari pada dasar Jackram hidrolis.
Test plate tersebut diatas harus dipasang diatas pile cap dengan grout berkekuatan
tinggi yang cepat mengeras. Test plate harus dipasang secara centris terhadap tiang bor
dan tegak lurus pada sumbu memanjang tiang.
Ram jack hidrolis harus diletakkan sentris pada test plate dengan suatu bearing plate
baja diantara bidang atas jack ram dan bidang dasar test beam. Bearing plate harus
mempunyai ukuran cukup untuk menampung ram jack serta mendukung bidang dasar
test beam sebaik-baiknya.

c. Dengan dipergunakan jack hidrolis untuk beban percobaan, maka jacking systemnya
yang terdiri dari ram hidrolis, coupling, pompa hidrolis dan pressure gauge harus
dikalibrasi terlebih dahulu, sehingga pembebanan dapat dikontrol dalam batas 5 % dari
pada beban total.
Semua alat ukur seperti dial gauges dan pressure gauges harus dikalibrasi oleh
badan/instansi pemerintah yang berwenang.
Sertifikat kalibrasi hanya berlaku untuk satu proyek dan untuk waktu satu bulan.
Kapasitas dial gauges yang digunakan minimum 50 mm dengan ketelitian 0,01 mm.
Pompa Jack hidrolis harus mempunyai pengatur otomatis untuk menjaga tetapnya besar
beban pada waktu terjadi penurunan tiang.

d. Penempatan beban percobaan pada tiang dengan menggunakan jack hidrolis dan
platform yang diberi beban
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 23

Test beam baja yang kokoh harus ditempatkan diatas base plate, ujung-ujung test
beam tersebut didukung oleh cribbing sementara dengan clearance yang cukup
diantara base plate dan bidang dasar test beam. Clerance tersebut diperlukan
untuk menampung penempatan test jack, bearing plate dan instrumentasi lainnya.
Suatu platform harus ditempatkan diatas test beam, dan Cross beam harus
didukung oleh cribbing. Jarak bebas antara dukungan platform dengan tiang bor
percobaan sekurang-kurangnya ialah 1,50 meter. Platform sekurang-kurangnya
harus dapat menampung beban sebesar 10 % diatas maximum Anticipated
Design Load yang direncanakan.
Beban yang ditempatkan diatas platform dapat berupa blok-blok beton, batang-
batang baja, batu-batu, tanah, tangki berisi air dan sebagainya.

e. Reference Beam
Semua reference beam harus ditunjang secara mandiri dengan dukungan yang kokoh
didalam tanah. Jarak bebas antara kaki Reference Beam dengan tiang percobaan harus
lebih besar atau sama dengan 2,5 meter. Salah satu kaki dari tiap reference beam harus
fixed (dilas), dan yang lainnya harus bebas memuai dan menyusut. Reference beam
harus cukup kaku untuk mencegah lendutan yang berlebihan dan harus ada hubungan
melintang untuk menambah kekakuan.

f. Dial Gauge
Untuk mengukur penurunan aksial tiang percobaan, dipergunakan alat pengukur
berupa dial gauge.
Dua buah reference beam, masing-masing pada setiap sisi tiang percobaan, harus
ditempatkan sedemikian rupa hingga searah dengan test beam.
Harus ditempatkan atau dipasang 4 buah dial gauge yang ditempatkan pada tiang
percobaan secara diametral. Masih dibutuhkan 2 buah dial gauge untuk mengukur
gerakan horizontal, yang ditempatkan tegak lurus satu dari yang lain.

7.15.3 Pengujian Pendahuluan (Preliminary Loading Test)


Pengujian ini akan dilakukan terhadap suatu tiang bor percobaan yang tidak dipakai (unused
pile) sebelum dilangsungkan pemancangan tiang kerja sebenarnya (used pile). Jumlah
pengujian pendahuluan ini ditentukan dalam BQ. Sedapat mungkin, pelaksanaan
pemancangan tiang bor untuk unused pile test dilakukan sebelah lubang pengeboran
Penyelidikan Tanah. Beban maksimum yang ditumpukan pada pengujian pendahuluan ini
harus 3 (tiga) kali besar Daya Dukung Izin, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Setelah itu jika disyaratkan, maka penambahan beban dilanjutkan sampai kelongsoran
(failure) terjadi. Tujuan pengujian awal ini adalah untuk membuktikan kebenaran asumsi yang
dipergunakan dalam perhitungan Daya Dukung Izin dari tiang bor dan melakukan koreksi
disain sesuai dengan hasil yang diperoleh.

7.15.4 Pengujian Pembuktian Aksial atau Axial Proving Test


Pengujian ini harus dilakukan pada tiang bor yang diragukan kesempurnaannya baik dari
kapasitas daya dukungnya, maupun dari segi kualitas tiang bor sendiri. Tiang Bor yang akan
diuji akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan jika jumlah tiang yang terpancang dianggap
cukup. Jumlah tiang bor yang diuji ditentukan dalam BQ, dan jika tidak ditentukan secara
khusus, berarti jumlah yang diuji adalah 1/75 dari jumlah keseluruhan tiang bor. Beban
maksimum yang bekerja adalah 200 % dari Daya Dukung Izin.

7.15.5 Pengujian Pembuktian Lateral atau Lateral Loading Test.


Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran asumsi mengeni respons tiang bor
dan tanah di sekitar tiang bor terhadap suatu pembebanan lateral. Persyaratan mengenai hal
ini harus sesuai dengan ASTM D 3966-81. Jumlah Pengujian Lateral ini ditentukan di dalam
BQ, dan jika tidak disebutukan secara khusus, maka Kontraktor di dalam penawarannya
harus menawarkan jumlah pengujian lateral sebesar 0.5 % dari jumlah total tiang bor. Tiang
Bor yang akan diuji ditentukan setelah pemancangan mencapai jumlah tertentu, kecuali
diinginkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian Lateral harus dilakukan pada elevasi Cut Off
Level (COL), agar hasil yang diperoleh mendekati kondisi sesungguhnya dari tiang yang diuji.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 24

Pada pengujian pembebanan statik, kecuali sudah lebih dulu terjadi keruntuhan, pengujian
tiang harus dilakukan untuk beban maksimum 200% dari beban desain berdasarkan pada
standard prosedur pembebanan pada ASTM D3966.

7.15.6 Pengujian dengan Pile Driving Analysis (PDA)


Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan daya dukung dari tiang bor dengan menggunakan
bantuan peralatan elektronik/ komputer.
Pengujian ini dilakukan untuk mengevaluasi kapasitas batas tiang pada saat pengujian.
Berdasarkan hasil test PDA tersebut, analisa CAPWAP harus dilakukan untuk memperoleh
hasil estimasi yang telah dikoreksi berdasarkan dari kapasitas statik, assessment dari
distribusi tahanan tanah, pergerakan tanah, dan parameter redaman dari input persamaan
gelombang.

7.15.7 Pencatatan Hasil Pengujian


Hasil pengujian tiang bor harus disampaikan kepada Direksi Pekerjaan dalam waktu 24 jam
setelah pengujian selesai, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Hasil-hasil tersebut harus mengikuti sertakan data-data sebagai berikut :
Nomor Referensi Tiang Bor.
Kedalaman ujung tiang bor.
Nomor referensi lubang bor Penyelidikan Tanah terdekat.
Tanggal pemancangan tiang.
Kedudukan akhir dari tiang terpancang.
Data tentang lapisan pendukung yang dapat diperkirakan.
Grafik beban/settlement.
Grafik beban/waktu.
Grafik settlement/waktu.
Beban kerja yang disyaratkan untuk tiang bor.
Settlement total pada ujung tiang bor akibat beban kerja (dari data pengujian).
Settlement sisa pada ujung tiang bor akibat beban kerja (dari data pengujian).
Faktor keamanan terhadap kegagalan geser umum (dari data pengujian).
Faktor keamanan terhadap settlement sisa tertentu (dari data pengujian).

7.16. PROSEDUR PENGUJIAN


a. Prosedur pengujian harus sesuai dengan ASTM D 1143-81.
Untuk pengujian ini disyaratkan mempergunakan set-up system Kentledge, dengan urut-
urutan beban seperti tercantum di bawah.
Syarat-syarat pelaksanaan pengujian mencakup hal-hal sbb :
Prosedur pembebanan
Peralatan untuk pengadaan beban
Prosedur pengukuran penurunan tiang
Peralatan untuk mengukur penurunan
Laporan hasil testing

b. Prosedur Pembebanan
Resultant beban-beban percobaan harus segaris dengan sumbu memanjang tiang bor.
Jika hal tersebut belum terpenuhi maka pembebanan tidak boleh dilakukan, karena akan
menimbulkan eksentrisitas pada tiang bor yang diuji.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 25

7.17. PRELIMINARY LOADING TEST (UNUSED PILE)


( 200 % X Daya Dukung Izin)
BEBAN WAKTU
SIKLUS BEBAN
(% X ADL) (MENIT )
0
25 A
I 50 60
25 20
0 60
50 20
75 A
II 100 60
75 20
50 20
0 60
50 20
100 20
III 125 A
150 60
125 20
100 20
50 20
0 60
50 20
100 20
150 20
175 A
IV 200 B
150 60
100 60
50 60
0 720

Keterangan :
A = Minimum 1 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan 0,25
mm/jam; dan maximum 2 jam.
B = Minimum 12 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan 0,25
mm/jam terakhir atau 24 jam kecuali kalau sudah longsor.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 26

7.18. AXIAL PROVING TEST (USED PILE)


( 150 % X Daya Dukung Izin)
SIKLUS BEBAN WAKTU
BEBAN (% X ADL) (MENIT )
0
25 A
I 50 60
25 20
0 60
50 20
75 A
II 100 60
75 20
50 20
0 60
50 20
100 20
III 125 A
150 B
100 60
50 60
0 720
Keterangan :
A = Minimum 1 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan 0,25
mm/jam; dan maximum 2 jam.
B = Minimum 12 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan 0,25
mm/jam terakhir atau 24 jam kecuali kalau sudah longsor.

7.19. LATERAL LOADING TEST


( ASTM D 3966-81 )
SIKLUS BEBAN WAKTU
BEBAN (% X ADL) (MENIT )
0
25 10
I 50 10
25 10
0 10
50 10
75 15
II 100 20
50 10
0 10
50 10
100 10
125 20
III 150 20
III 75 10
0 10
50 10
100 10
150 10
170 20
180 20
190 20
IV 200 60
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 27

SIKLUS BEBAN WAKTU


BEBAN (% X ADL) (MENIT )
150 10
100 10
50 10
0 60
Catatan : Pembacaan harus dilakukan dengan maksimum interval waktu 5 menit.
Keterangan :
A = Minimum 1 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan
0,25 mm/jam; dan maximum 2 jam.
B = Minimum 12 jam dengan ketentuan penurunan lebih kecil atau sama dengan
0,25 mm/jam terakhir atau 24 jam kecuali kalau sudah longsor.

7.20. PILE DYNAMIC ANALYZER TEST (PDA TEST)


Peralatan dan Methode
Siapkan kepala tiang yang akan ditest dengan membersihkan permukaan beton
hingga menjadi licin dan datar.
Letakkan dua strain transducer dan dua piezo-electric accelerometers pada sisi luar
tiang pada jarak 1.5 sampai 2 kali diameter pile di bawah kepala tiang.
Alat-alat tersebut kemudian dihubungkan dengan PDA collector computer dengan
sebuah insulated multi-wire cable. Komputer PDA harus diletakkan pada jarak tertentu
dari alat-alat untuk test tiang.
Pengukuran dinamik akan didapat dari strain tranducers dan piezo-resistive
acceleromters dengan memukul kepala tiang pada empat waktu yang terpisah dengan
menggunakan driving hammer sebagai pemberat. Setiap pukulan harus dialasi
dengan kayu berlapis yang dibalut dan ditempatkan tepat di atas kepala tiang yang
datar.
Tanda yang sama dari tranducers dilanjutkan, didigitasi, disimpan dan diproses
dengan PDA. Kemudian dipilih keluaran dari PDA termasuk nilai-nilai :
- gaya yang terukur dan tegangan maksimum yang dihitung
- transfer energy pada tiang
- perhitungan ram stroke
- kapasitas tiang statik dan lain-lain.
Data masukan dari PDA berikut harus di chek dan di adjust pada tiang yang ada dan
kondisi taqnah pada proyek :
- panjang tiang dibawah gauges
- luas penampang tiang pada gauges
- elastic modulus tiang
- berat jenis material tiang
- kecepatan gelombang tiang
- faktor redaman
- unit indicator
- display scale dan transducer calibrations
Detail prosedur dari test PDA, hasil yang akan dikeluarkan, analisis dan laporan harus
sesuai dengan aturan yang ada di ASTM D4945.
Test PDA dan analisanya harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman.

7.21. EVALUASI HASIL PERCOBAAN PEMBEBANAN


7.21.1. Umum
Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan semua data yang dibutuhkan untuk
melakukan evaluasi terhadap pengujian yang sudah dilakukannya. Data yang dibutuhkan
sudah dijelaskan dalam pasal di atas.

7.21.2 Preliminary dan Axial Loading Test.


Untuk pengujian ini, evaluasi dilakukan dengan beberapa metode yang umum digunakan
antara lain metode De Beer, Davisson, Fuhler dll. Tentang metode yang digunakan akan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 28

ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor tidak berhak untuk mengajukan klaim atas
metode yang dipilih oleh Direksi Pekerjaan.

Berbagai Metode Interpretasi Uji Statik


Daya dukung ultimit Qu dapat ditentukan dengan menginterpretasikan data uji yang ada. Ada
beberapa metode interpretasi yang dapat digunakan seperti metode Davisson, metode P-S,
metode Mazurkiewick dan metode Chin. Tiap metode dapat memberikan hasil yang berbeda,
namun hal yang terpenting adalah kita dapat menggambarkan mekanisme yang terjadi
berdasarkan bentuk kurva, sehingga besarnya deformasi plastis atau kemungkinan terjadinya
kegagalan dapat diprediksi.
a. Metode Davisson
- Plot grafik kurva beban vs penurunan
L
- Hitung penurunan elastis (immediate) Si = P dimana A = luas dasar tiang, E
AE
= modulus tiang, L = panjang tiang dan P = beban uji.
- Buat persamaan di atas menjadi persamaan garis sehingga didapat garis OA.
- Tarik garis BC sejajar garis OA dengan jarak X dimana
D
X = 0.15 + inci.
120
- Titik perpotongan grafik kurva dengan garis BC adalah Qu.
P (ton)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

10 Qu
Settlement (mm)

20 X A
B
30

40
C
50

Gambar 1. Interpretasi Qu menggunakan metode Davisson

b. Metode Mazurkiewick
- Plotkan grafik kurva penurunan vs beban.
- Tarik garis vertikal dari tiap interval penurunan tertentu sampai memotong kurva.
- Dari titik perpotongan tarik garis horizontal hingga memotong sumbu beban.
- Dari tiap titik perpotongan tarik garis dengan kemiringan 45 hingga memotong
garis horizontal di atasnya.
- Tarik sebuah garis lurus melalui tiap titik perpotongan. Jika garis tersebut
diperpanjang akan memotong sumbu vertikal dimana Qu adalah titik perpotongan
tersebut.
Qu
P (ton)
0 100

10 20 30 40 50
Settlement (mm)

Gambar 2. Interpretasi Qu menggunakan metode Mazurkiewick


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 29

c. Metode P-S
Tarik dua garis lurus dari lengkung kurva sehingga berpotongan. Titik perpotongan
diperkirakan sebagai Qu.
P (ton)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Qu
10

Settlement (mm)
20

30

40

50

Gambar 3. Interpretasi Qu menggunakan metode P-S

d. Metode Chin
- Plot kurva rasio penurunan dan beban (Si / P) dengan penurunan (Si).
- Tarik sebuah garis regresi linier yang menghubungkan titik-titik tersebut.
- Persamaan garis tersebut adalah Si / P = c1 Si + c2.
- Hitung c1 dari persamaan garis atau dari gradien kemiringan.
- Qu adalah 1 / c1.
- Metode ini menghasilkan Qu yang terlalu tinggi hingga harus dibagi dengan 1.2
sampai 1.4 untuk koreksi.
P (ton)

c1

Qu = 1 / c1
0

10 20 30 40 50
Settlement (mm)

Gambar 4. Interpretasi Qu menggunakan metode Chin

Jika dalam pelaksanaan percobaan tidak dijumpai tanda-tanda kegagalan dari tiang
percobaan, maka untuk menentukan daya dukung izin tiang ditentukan berdasarkan
penurunan total sebesar 25 mm, pada beban sebesar 200 % dari Daya dukung izin.

7.21.3 Pengujian Lateral


Seperti yang dilakukan untuk evaluasi atas pengujian aksial, maka untuk pengujian lateral
juga akan digunakan metode yang berlaku umum. Dan jika tidak dijumpai penyimpangan,
maka secara umum dapat ditentukan bahwa daya dukung lateral izin ditentukan berdasarkan
pergeseran lateral sebesar 6,25 mm pada beban 200 % dari gaya horisontal izin.

7.22. KETIDAK SESUAIAN DENGAN PERSYARATAN


Bila tiang uji pendahuluan (unused pile) gagal memikul beban yang ditetapkan dan ternyata
kondisi batang dan kaki pondasi (toe) nya terbukti berkualitas baik, maka Kontraktor harus
segera menyampaikan laporan hasil pengujian yang telah dilakukannya pada Direksi
Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan untuk evaluasi dan mencari pemecahannya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 30

Direksi Pekerjaan kemudian akan menentukan langkah yang harus dilakukan misalnya
dengan menguji tiang uji pendahuluan lain yang lebih panjang atau berukuran lebih besar,
atau merevisi rencana perletakan tiang untuk menghasilkan konfigurasi tiang bor baru yang
mampu menerima beban yang bekerja.
Bila tiang bor kerja (used pile) gagal dalam pembuktian maka Kontraktor harus segera
melaporkan hal tersebut kepada Direksi Pekerjaan dan Direksi Pekerjaan, dan dengan segera
melakukan pengujian-pengujian pembuktian pada tiang bor kerja yang bersebelahan,
kemudian menyerahkan kedua laporan pengujian tersebut pada Direksi Pekerjaan. Laporan
tersebut akan dievaluasi oleh Direksi Pekerjaan untuk memastikan sebab-sebab kegagalan
dan selanjutnya menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk melanjutkan
pekerjaan selanjutnya. Biaya yang timbul akibat hal di atas seperti penambahan tiang bor
ataupun pemecahan lainnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

7.23. LAPORAN TEKNIS


Laporan mengenai hasil loading test harus mencakup hal-hal sebagai berikut
Nomor Referensi Tiang bor.
Kedalaman ujung Tiang bor.
Nomor referensi lubang pemboran penyelidikan tanah terdrkat.
Tanggal pengecoran tiang bor.
Kedudukan akhir dari tiang bor.
Data tentang lapisan pendukung yang dapat diperkirakan.
Grafik beban/lendutan pampat (settlement).
Grafik beban waktu.
Grafik lendutan pampat (settlement)/waktu.
Beban kerja yang disyaratkan untuk tiang bor.
Lendutan pampat (settlement) total pada ujung tiang bor akibat beban kerja (dari
data pengujian).
Lendutan pampat (settlement) sisa pada ujung tiang bor akibat beban kerja (dari
data pengujian).
Faktor keamanan terhadap kegagalan geser umum (dari data pengujian).
Faktor keamanan terhadap lendutan pampat (settlement) sisa tertentu (dari data
pengujian).
Laporan teknis percobaan beban tiang hanya dapat diterima apabila ditandatangani oleh
seorang Ahli Geoteknik yang bersertifikat.

7.24. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran hasil pekerjaan tiang bor sesuai ketentuan pada spesifikasi umum dan hasil
pengujiannya sudah disetujui oleh direksi.
Volume pekerjaan yang dibayar menurut kontrak sudah termasuk peralatan, material, buruh,
finishing, dan pekerjaan/material lainnya yang diperlukan untuk pekerjaan ini sesuai dengan
gambar rencana kecuali apabila mempunyai mata pembiayaan tersendiri

Nomor mata pembiayaan dan uraian Satuan


1 Lateral loading test Titik
2 Aksial loading test titik
3 PDA untuk bore pile titik

8. PEKERJAAN BETON BERTULANG

8.1. UMUM

8.1.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang termasuk beton bertulang meliputi :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 31

1. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi


konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan
semua baja tulangan, bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain
yang ada hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan,
dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
2. Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang, selubung-
selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada
pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971), ASTM dan
ACI.
3. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis
besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam
gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan perencana atau Direksi Lapangan guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh perencana.
4. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan
pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan
memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam PBI 1971. Dalam hal ini
Direksi Lapangan harus segera diberitahukan untuk persetujuannya, sebelum fabrikasi
dilakukan.
5. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang
berlangsung dicor di tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batang-batang
dowel ditanamkan di dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam gambar atau
seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila disyaratkan, penyediaan penulangan untuk
dinding blok beton.
6. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua desain
campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi
dari bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian
slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik dan kondisi
penempatan, dan akan menghasilkan yang diijinkan oleh Direksi Lapangan. Kontraktor
berkewajiban mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.
7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
- semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
- pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
- mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan beton
- koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian
- sparing dalam beton untuk instalasi M/E
- penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan dinding
bata dengan kolom/dinding beton struktural dan dinding bata dengan pelat
beton struktural seperti yang ditunjukkan oleh Direksi Lapangan.

8.1.2. Referensi dan Standar-Standar


Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau
diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut ini :
a. PBI - 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia - 1971
b. SKSNI - 1991 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
c. PUBI 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. ACI 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate Conc. for
Structural and Mass Concrete, Part 2
e. ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2
f. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
g. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
h. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete
i. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building
j. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1
k. ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1
l. ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 32

m. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by
the Pressure Method
n. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
o. ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
p. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in
the Field
q. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
r. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds for
Curing Concrete
s. ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange Rubberand Cork
Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural
Construction
t. ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers for
Concrete Paving and Structural Construction (Non-extruding and
Resilient Bituminous Types)
u. SII Standard Industri Indonesia
v. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
w. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete
Reinforcement.
x. ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars,
Grade 40, for stirrups and ties.
y. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.

8.1.3. Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada Direksi
Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan segera
sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan
kontraktor lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh Kontraktor
kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum jadwal
pelaksanaan pekerjaan beton.

b. Data dari pabrik/sertifikat


Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum pengiriman;
Kontraktor harus sudah menyerahkan kepada Direksi Lapangan sedikitnya 5 hari kerja
sebelum pengiriman; hasil-hasil percobaan laboratorium, baik hasil percobaan bahan
maupun hasil percobaan campuran (Mix Design dan Trial Mix) yang diperuntukan proyek
ini.

c. Harus diajukan minimal 2 (dua) supplier beton ready-mix untuk memperlancar


pelaksanaan dan mendapat persetujuan Direksi Lapangan sebelum memulai
pengecoran.

8.1.4. Percobaan Bahan dan Campuran Beton


a. Umum
Test bahan : Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan untuk test
berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard referensi untuk
menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang diperlukan.
b. Semen : berat jenis semen
c. Agregat :
Analisa tapis, berat jenis, prosentase dari void (kekosongan), penyerapan, kelembaban
dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus terhalus dari
agregat halus.
d. Adukan/campuran beton
Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing untuk
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 33

umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian
atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3
minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus sesuai
dengan mutu standard PBI 1971. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa
Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix
harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan,
merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap
agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana
proposional atau perbandingan yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan dari
berat normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai nilai faktor
air-semen yang berbeda-beda.
Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder beton
diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai PBI 1971, ACI Committee - 304, ASTM C
94-98.
Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan pada
hari yang tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu
volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil
yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maximum dari beton yang dapat
terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila
ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau 21
dan 28 hari.
Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Lapangan. Apabila digunakan metoda
pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan
contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan
yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam
Standard Industri Indonesia (SII) dan PBI'71 NI-2 atau metoda uji bahan yang
disetujui oleh Direksi Lapangan.
Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan
dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan
pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.

e. Pengujian slump
Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama sekali tidak
diperbolehkan adanya penambahan air/additive, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Lapangan.
"Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton dengan
mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang
bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak
adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan
pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump.
Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di pelepasan
pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm.
Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau kondisi
normal :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 34

Slump pada (cm)

Konstruksi Beton Maksimum Minimum

Dinding, pelat fondasi dan fondasi telapak 12.50 10.00


bertulang.

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan 9.00 7.50


konstruksi di bawah tanah.

Pelat, balok, kolom dan dinding. 15.00 12.50

Pembetonan massal. 7.50 7.50

Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan


sampai maksimum 1,5 cm.

f. Percobaan tambahan
Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus mengadakan
percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada bahan-bahan beton dan
membuat desain adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah atau apabila
beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan spesifikasi.
Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan
dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan
perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut,
harus diserahkan kepada Direksi Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3
hari setelah pengujian dilakukan.

8.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan
Indonesia.
8.2.1. Semen
a. Mutu semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-
82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan
aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan
dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh Direksi Lapangan.
Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan
bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu
dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis
campuran.
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas
jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis
semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen tipe 1).

b. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga
agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen
yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap
pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan
urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan
untuk pekerjaan.
Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk
melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 35

Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan
sertifikat test dari pabrik.
Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5 %.
"Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui
untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama
pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan.

8.2.2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka harus memenuhi
spesifikasi agregat untuk beton.

Agregat halus (Pasir)


Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam, keras, bersih, dan
tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang ditentukan di
pasal 3.5. dari NI-2. PBI '71.

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan
0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus dicuci. Sesuai
PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.

Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat; sisa
di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus
berkisar antara 80 % dan 90 % berat.

Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.

Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh
bahan-bahan lain.

Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)


Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari batu-batuan
atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar butir lebih dari 5 mm
sesuai PBI 71 bab 3.4.

Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih
maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca.

Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang diartikan
lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila kadar lumpur melalui
1 % maka agregat kasar harus dicuci.

Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.

Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan 4 mm,
harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan
yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.

Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan
beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau
dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau PBI-71
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 36

Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung dari
pengotoran bahan-bahan lain.

8.2.3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air
yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi
Lapangan.

8.2.4. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)


Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container. Admixture
harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam admixture yang
akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Direksi Lapangan. Admixture yang
mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipakai.

8.2.5. Mutu dan Konsistensi dari Beton


Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm X 300 mm umur 28 hari, kecuali ditentukan
lain, harus seperti berikut :
Semua pelat, balok, pile-cap dan dinding basement : K-600 (fc = 50 MPa)
Semua kolom dan dinding beton : K-600 (fc = 50 MPa)
Pondasi Tiang Bor : K-425 (fc = 35 Mpa)
Untuk semua beton non-struktural seperti lantai kerja dan sebagainya : Beton Klas - Bo

9. PELAKSANAAN BETON READY-MIXED

9.1. Umum
a. Kecuali disetujui oleh Direksi Lapangan, semua beton haruslah beton ready-mixed yang
didapatkan dari sumber yang disetujui Direksi Lapangan, dengan takaran, adukan serta
cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan di dalam ASTM C94-
78a, ACI 304-73, ACI Committee 304.

b. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai dengan
yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama
oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat
diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di laboratorium.

c. Pemeriksaan.
Bagi Direksi Lapangan diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat pengantaran
contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah dan semua peralatan
untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus diperiksa oleh Direksi
Lapangan sebelum pengadukan beton.

d. Persetujuan.
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang akan
dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan perlengkapan/penyelesaian
pekerjaan. Jangan memproses sampai keadaan perbaikan memuaskan. Jangan
memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan, adukan beton dan contoh-contoh
benda uji disetujui oleh Direksi Lapangan. Lagipula, jangan memulai pekerjaan beton
sampai semua penyerahan disetujui oleh Direksi Lapangan.

e. Adukan Beton dan Kekuatan.


Adukan beton harus didesain dan disesuaikan dengan pemeriksaan laboratorium oleh
kontraktor dan harus diperiksa teratur oleh kedua pihak, kontraktor dan pemasok beton
ready-mix. Kekuatan tercantum adalah kekuatan yang diijinkan minimum dan hasil dari
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 37

hasil test oleh percobaan laboratorium adalah dasar dari yang diijinkan.

f. Temperatur Beton Ready-Mix.


Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui 38o
C.

g. Bahan Campuran Tambahan


Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus sesuai
dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua atau lebih bahan additive
maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya
harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63 dilakukan hanya oleh teknisi in-charge
dengan persetujuan Direksi Lapangan sebelumnya.

h. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan pengukur air
yang tepat.
i. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah semen
dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.

j. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk di
kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam atau
sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas waktu
tersebut di atas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi Lapangan.

Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan retarder
yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.

k. Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump beton
maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau keputusan Direksi Lapangan
dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi kondisi normal yang
disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke dalam adukan beton dalam
kondisi tersebut.

l. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI 309R-87
(Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat mungkin penggetaran
beton dilakukan dengan concrete-vibrator (engine/electric).

9.2. Pengecoran dan Pemadatan Beton


a. Persiapan
1. Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan menyerahan kepada Direksi
Lapangan untuk disetujui paling lambat 1 (satu) minggu sebelum memulai
kegiatan pengecoran.
2. Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya, semprot dengan
air dan kencangkan. Sebelum pengecoran, semua cetakan, tulangan beton, dan
benda-benda yang ditanamkan atau di cor harus telah diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Lapangan.
Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di cor. Kelebihan air, pengeras beton,
puing, butir-butir lepasan dan benda-benda asing lain harus disingkirkan dari
bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam dari pengaduk serta
perlengkapan pengangkutan.
3. Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung di sekeliling
struktur dapat efektif dan menerus dicor.
Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan genangan air
sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa, drainase ataupun segala
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 38

perlengkapan dari kontraktor yang berhubungan dengan listrik untuk pengadaan


bagi maksud penyempurnaan.
Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun, kecuali bila
galian tertentu telah bebas air dan lumpur.
4. Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui. Logam-logam yang
ditanam harus bebas dari adukan lama, minyak, karat besi dan pergerakan lain
ataupun lapisan yang dapat mengurangi rekatan. Kereta pengangkut adukan
beton yang beroda tidak boleh dijalankan melalui tulangan ataupun disandarkan
pada tulangan. Pada lokasi dimana beton baru ditempelkan ke pekerjaan beton
lama, buat lubang pada beton lama, masukkan pantek baja, dan kemas cairan
tanpa adukan nonshrink.
5. Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak, basahkan
bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan dan menjaga
pelaksanaan beton.
6. Penutup Beton
Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan
SKSNI 1991.
7. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk
itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah
setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus
tersebar merata.

b. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI Committe 304
dan ASTM C94-98.
1. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan (segregasi).
2. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan
setelah disetujui oleh Direksi Lapangan. Dalam hal ini, Direksi Lapangan
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah
mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi, kemiringan dan panjang
talang itu. Batasan tinggi jatuh maximum 1,50 m.
3. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinue secara
mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
ditentukan dalam pasal 3.8. PBI '71.

c. Pengecoran
1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committee 304,
ASTMC 94-98.
2. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
3. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak disebutkan lain
atau disetujui Direksi Lapangan.
4. Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1,0 m.
Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor ataupun
benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga pengecoran
beton efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm dan jarak dari
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 39

corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi segregasi/pemisahan bahan-


bahan.
5. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing
tidak boleh dituang ke dalam struktur.
6. Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa tetap
mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi ke posisi
lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah diaduk.
7. Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda di luar
ketentuan yang tercantum di dalam PBI'71 termasuk pekerjaan yang tertunda
ataupun penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus membuat usulan
termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan
paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan di mulai.

d. Pemadatan beton
1. Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat penggetar/vibrator,
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil.
2. Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type "immersion",
beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih kecil dari diameter 180
mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180 mm, semua dengan
amlpitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang memadai.
3. Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan
darurat di lapangan dan lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati
tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan.
4. Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :
Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan
kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring
sampai 45oC.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal
karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat
dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50 cm. Berhubung
dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat
dipadatkan dengan baik.

Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik. Penarikan
jarum ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

9.3. Penghentian/Kemacetan Pekerjaan


Penghentian pengecoran hanya bilamana dan padamana diijinkan oleh Direksi Lapangan.
Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran beton basah bila
pengecoran dihentikan, adakan tanggulan untuk pekerjaan ini.

9.4. Siar Pelaksanaan


a. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus direncanakan
sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya lainnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 40

Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan didalam gambar-gambar


rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan daripada yang ditunjukkan dalam
gambar rencana, harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
b. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus ada
waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari kolom untuk
mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom harus
dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor secara monolit dengan itu.
c. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di tengah-
tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak berkurang.
Apabila pada balok ditengah-tengah bentangnya terdapat pertemuan atau persilangan
dengan balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh 2 kali lebar balok dari
pertemuan atau persilangan itu.
d. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan
serpihan beton yang rapuh.
e. Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus cukup
lembab dan air yang menggenang harus disingkirkan.

9.5. Perawatan Beton


a. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6. dan ACI
301-89.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya
dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal
dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi
semen serta pengerasan beton.
c. Masa Perawatan dan Cara Perawatan.
1. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu jika
tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan
tidak melebihi 38 C.
2. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton tersebut pelaksanaan
perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus
menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan
cara lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan
dapat di pakai tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Lapangan.

d. Bahan Campuran Perawatan.


Harus sesuai dengan ASTM C309-80 type I dan ASTM C 171-75.

9.6. Toleransi pelaksanaan.


Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi pada cetakan Bab 1; PBI-
'71; ACI-301 dan ACI-347.
a. Toleransi Kedataran pada/untuk Pelat Lantai.
1. Penyelesaian akhir permukaan pelat menyatu. Keseragaman kemiringan pelat
lantai untuk mengadakan pengaliran positif dari daerah yang ditunjuk. Perawatan
khusus harus dilakukan agar halus, meskipun sambungan diadakan di antara
pengecoran yang dilakukan terus menerus, jangan memakai semen kering, pasir
atau campuran dari semen dan pasir untuk beton kering.
2. Toleransi untuk pelat beton yang akan diexpose dan pelat yang akan diberi karpet
harus 7.0 mm dari 3 m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi
tidak kurang dari 6 m.
3. Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai haruslah 7.0 mm dalam 3
m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m.
4. Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk dasar mengatur
keramik, batu, bata, ubin lain dan "pavers" (mesin lapis jalan beton), harus 10 mm
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 41

dalam 1 m.

9.7. Penyelesaian dari Pelat (Finished Slab)


Pindahkan atau perbaiki, semua pelat yang tidak memenuhi peraturan ini seperti yang
dicantumkan. Kemiringan lantai beton untuk pengaliran seperti tercantum. Apabila pelat gagal
mengalir, alihkan aliran dari bagian lantai yang salah lalu akhiri lagi dengan lapisan atas
sehingga kemiringan pengaliran sesuai dengan gambar.
Permohonan toleransi pelaksanaan dalam pengecoran beton harus tidak mengecualikan
kegagalan terhadap pemenuhan syarat-syarat ini.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok untuk mengadakan
pengaliran dari aliran.

9.8. Cacat pada Beton (Defective Work)


Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Lapangan mempunyai
wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sepeti berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos (honey-comb)
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak sesuai dengan gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
e. Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti yang tercantum dalam
dokumen kontrak .
f. Atau yang menurut pendapat Direksi Lapangan pada suatu pekerjaan akhir, atau dapat
mengenai bahannya atau pekerjaannya pada bagian manapun dari suatu pekerjaan,
tidak memenuhi pernyataan dari spesifikasi.
g. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Lapangan dan konsultan menyetujui untuk
diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu
Kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan
diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.
h. Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang akan dipakai dalam
pekerjaan pengganti harus sesuai dengan pengarahan dari Direksi Lapangan.
Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus dilaksanakan dengan
memuaskan.
i. Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan cacat pada beton dan
semua biaya dan kenaikan biaya dari pembongkaran atau penggantian harus
ditanggung sebagai pengeluaran Kontraktor.
j. Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan instruksi Direksi
Lapangan.
k. Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur (karena penyusutan
dan sebagainya) atau cacat beton lain yang nyata pada pembongkaran cetakan,
Direksi Lapangan harus diberitahu secepatnya, dan tidak boleh diplester atau ditambal
kecuali diperintahkan oleh Direksi Lapangan. Pengisian/injeksi dengan air semen
harus diadakan dengan perincian atau metoda yang paling memadai/cocok.

9.9. Perlindungan dari Kerusakan Akibat Cuaca (Weather Injury)


a. Selama pengadukan
Dalam udara panas, bahan-bahan beton dingin sebelum dicampur (memakai es sampai
air dingin), agar pemeliharaan dari suhu beton masih dalam batasan yang disyaratkan.
Tidak diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah campuran air.
b. Selama pengecoran dan pemeliharaan.
1. Umum
Adakan pemeliharaan penutup selama pengecoran dan perawatan dari beton
untuk melindungi beton terhadap hujan dan terik matahari.
2. Dalam Cuaca Panas
Adakan dan pelihara keteduhan, penyemprotan kabut, ataupun membasahi
permukaan dari warna terang/muda, selama pengecoran dan pemeliharaan beton
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 42

untuk melindungi beton dari kerugian/kehilangan bahan terhadap panas, matahari


atau angin yang berlebihan.
3. Kelebihan Perubahan Suhu
Lindungi beton sedemikian sehingga terjamin perubahan suhu yang seragam di
dalam beton, tidak lebih dari 3 oC dalam setiap jamnya.
4. Perlindungan Bahan-bahan
Peliharalah bahan-bahan dan peralatan yang memadai untuk perlindungan di
lapangan dan siap untuk digunakan.

9.10. Pekerjaan Penyambungan Beton


a. Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar dengan semprotan udara
bertekanan (compressed air) atau sejenisnya.
b. Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton lama yang
sudah dibersihkan, harus dilapisi dengan bonding-agent kental dengan kuas ex SIKA,
Fosroc atau setara.
c. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus dilapisi dengan
bahan perekat beton polyvinyil acrylic (polyvinyl acrylic concrete bonding agent) seperti
disetujui oleh Direksi Lapangan.
d. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus dilapisi dengan
bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen (epoxy cement base concrete
bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
e. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen murni
atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama mengering.

9.11. Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes)


Adakan variasi penyelesaian struktur beton keseluruhan pembetonan seperti terlihat pada
gambar dan perincian disini.
a. Penyelesaian Beton Exposed (Finish of Exposed Concrete)
1. Semua permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in place concrete
surfaces) yang tampak pada penyelesaian struktur, baik dicat maupun tidak dicat
kecuali untuk permukaan kasar yang diselesaikan dengan permukaan disemprot
pasir dengan tekanan harus mempunyai penyelesaian halus.
Buatlah permukaan halus, seragam dan bebas dari tambalan-tambalan, sirip-
sirip, tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar maupun akibat pemasangan paku,
tepian dari serat tanda (edge grain marks), bersihkan cekungan-cekungan dan
daerah permukaan celah semua ukuran (clean out pockets, and areas of surface
voids of any size)".
2. Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari spreaders, harus
dipotong kembali dan lubang-lubang dirapikan. Semua tambalan bila diijinkan
(pengisian dari cetakan yang diikat dengan tekanan) harus diselesaikan
sedemikian untuk dapat melengkapi dalam perbedaan pada penyelesaian beton.
Tambalan pada suatu pekerjaan beton textured concrete work harus diselesaikan
dengan tangan untuk mencapai permukaan yang diperlukan.

b. Penyelesaian Beton Terlindung (Finish of Concealed Concrete)


1. Permukaan beton terlindung harus termasuk beton yang diberi lapisan termasuk
lapisan arsitektur, kecuali cat atau bahan lapisan yang fleksibel dan terlindung
dari tampak pada penyelesaian struktur.
2. Beton terlindung dan beton unexposed perlu ditambal dan diperbaiki dari keropos
dan kerusakan-kerusakan permukaan sebagaimana semestinya sebelum ditutup
permukaannya.

c. Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari 1 (satu)
bagian semen (yang diatur dengan semen putih atau tambahan bahan pewarna bila
diijinkan untuk menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua setengah)
bagian pasir dengan air secukupnya untuk mendapatkan adukan yang diperlukan.
Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang sebenarnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 43

Siapkan panel-panel contoh (30 cm persegi) dan biarkan sampai berumur 14 hari
sebelum keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.
Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi yang
diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian yang akan ditambah dengan bahan perekat
yang terdiri dari pasta campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan bila
bahan perekat masih basah.
Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang ditambal, biarkan
untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk memberi kesempatan terhadap penyusutan
dan penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan permukaan sekelilingnya.

9.12. Penyelesaian dari Beton Pelat (Concrete Slab Finishes)


a. Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang benar
sesuai dengan kemiringan untuk pengaliran.
b. Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai merek lain,
harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya lekatan pada penyelesaian.
c. Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah selesai
pengerjaan.
1. Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish)
Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai beton expose,
dimana permukaan agregat dikehendaki.
Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan
kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan dengan atau tanpa screed
dengan power floating yang dilakukan secara merata.
Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan
menghilang dan beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang
diperbolehkan harus ditrowel dengan besi untuk mencapai permukaan
yang halus.
Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel dengan besi untuk
kedua kalinya untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan tapi tidak
berlapis, padat, bebas dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan
kerusakan-kerusakan lain.

2. Perkerasan Beton (Concrete Hardener)


Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban berat, perkerasan beton
harus diadakan dengan kepadatan sebagai berikut :
Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 5 kg/m2.
Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2.
Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat 7 kg/m2.

9.13. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor Toppings)
a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan benda-
benda asing, semprot dan bersihkan.
b. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan ditanam/dicor.

c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk. Gunakan
lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor lapisan
penutup (topping).
d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang
dikehendaki.
e. Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan seperti diperinci pada :
4.3.13.c.2.

9.14. Beton Massa (Mass Concrete)


a. Secara umum harus sesuai dengan ACI 207.1R-87, ACI 207.2R-90 dan ACI 207.3R-79
Revised 1985.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 44

b. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, kontraktor harus menentukan metoda dari


perbandingan, cara pengadukan, pengangkutan, pengecoran serta pengontrolan
temperatur dan cara perawatan, yang harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.
c. Bahan-bahan.
1. Semen
Semen haruslah semen ordinary, moderate-heat atau semen portland yang tahan
terhadap sulfat.
2. Agregat
Ukuran maksimum dari agregat kasar harus seperti telah diperinci sebelumnya.
Kecuali dinyatakan lain pada catatan, agregat harus mengikuti ketentuan tentang
bentuk dan ukuran dari potongan melintang serta jarak bersih dari tulangan-
tulangan beton, dan seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
3. Bahan Tambahan (Admixture) Pozzolanic
Bahan tambahan (admixtures) Pozzolanic harus seperti diuraikan pada ASTM C
618 (Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use as a
Mineral Admixture in Portland Cement Concrete).
4. Bahan Tambahan untuk Permukaan (Surface-active Agent)
Bahan tambahan untuk permukaan harus memenuhi spesifikasi khusus. Kecuali
yang tercantum dalam catatan, suatu retarder type air entraining dan bahan
"pereduce" air (water reducing agent) atau harus digunakan retarder type water
reducing agent. Bagaimanapun, bahan tambahan apapun yang akan dipakai,
boleh dipakai bila dengan persetujuan/ijin dari Direksi Lapangan.
5. Bahan-bahan untuk campuran beton yang akan dipakai haruslah dari bahan yang
mempunyai suhu serendah mungkin.

d. Proporsi/Perbandingan Campuran.
1. Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk meminimumkan jumlah semen
tehadap campuran dalam batasan dari mutu beton yang dikehendaki/diminta dan
harus distujui oleh Direksi Lapangan.
2. Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.
3. Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur beton 28 hari, maka
umur beton juga perlu diperinci. Dalam hal ini desain perbandingan campuran
harus ditentukan sesuai dengan metoda yang telah diperinci atau disetujui oleh
Direksi Lapangan.

e. Penulangan
1. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari bentuk
tulangan tidak berubah selama pengecoran.
2. Peraturan lain tentang penulangan harus sesuai dengan bab ini pasal C.4.
tentang pembesian.

f. Pengecoran dan Pemeliharaan Temperatur


1. Sesudah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi terhadap
pengaruh langsung dari sinar matahari, pengeringan yang mendadak dan lain-
lain.
2. Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan dalam proses
perawatan beton maka temperatur permukaan dan temperatur di dalam beton
harus diukur bilamana perlu setelah pengecoran beton dilaksanakan.
3. Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat maka perawatan
beton harus sedemikian sehingga tidak mempercepat kenaikan temperatur
tersebut. Perhatian dicurahkan agar temperatur pada permukaan beton menjadi
tidak terlalu rendah dibandingkan dengan temperatur di dalam beton.
4. Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum, maka permukaan beton
harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat lainnya untuk
mempertahankan panas sedemikian rupa sehingga bagian dalam dan luar beton
atau penurunan temperatur yang mendadak di bagian dalam beton. Selanjutnya
sesudah bahan penutup tersebut diatas dibuka permukaan tetap harus dilindungi
terhadap pengeringan yang mendadak.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 45

5. Campuran beton yang direncanakan utuk adukan beton yang dibuat harus
berdasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
6. Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka perkiraan
kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan khusus untuk itu atau sesuai instruksi Direksi Lapangan.

7. Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton guna dapat
menetukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran cetakan beton sesuai
dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan Direksi Lapangan.

9.15. Perlindungan Terhadap Mekanik dan Kerusakan pada Masa Pelaksanaan (Protection from
Mechanical and Construction Injury).
Selama masa pemeliharaan, beton harus dilindungi dari kerusakan akibat mekanik, tegangan-
tegangan akibat beban utama, kejutan besar (heavy shock) dan getaran yang berlebihan.

9.16. Percobaan Beton


a. Gudang/Tempat Penyimpanan Contoh Benda Uji.
Gudang penyimpanan yang terjamin atau ruangan harus disediakan oleh "kontraktor"
untuk menyimpan benda-benda uji silinder beton, selama pemeliharaan. Gudang harus
mempunyai ruang yang cukup untuk menampung semua fasilitas yang diperlukan dan
semua benda uji kubus yang dimaksudkan. Kontraktor harus menyerahkan detail dari
gudang kepada Direksi Lapangan untuk persetujuan. Gudang harus dilengkapi dengan
pintu yang kuat dan kunci yang bermutu baik. Direksi Lapangan berhak untuk langsung
meninjau ruang/gudang penyimpanan contoh benda uji silinder tersebut.
b. Percobaan Laboratorium.
Contoh-contoh untuk test kekuatan harus diambil sesuai dengan PBI-71 NI-2, ASTM C-
172, ASTM C-31.
c. Penyelidikan dari Hasil Percobaan dengan Kekuatan Rendah.
Apabila mutu benda uji berdasarkan hasiil percobaan kekuatan kubus ternyata lebih
rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan-percobaan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Hammer test, percobaan palu beton, harus sesuai dengan ASTM C-805-79.
Apabila hasil dari percobaan ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan,
maka harus dilakukan percobaan tahap berikut di bawah ini.
2. Drilled Core Test, harus sesuai dengan ASTM C42-94. Apabila hasil dari
percobaan drilled core ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka
harus dilakukan percobaan tahap berikut di bawah ini.
3. Loading Test/percobaan pembebanan harus sesuai dengan PBI-71 dan ACI-
318-99. Apabila hasil dari percobaan pembebanan ini masih lebih rendah dari
yang disyaratkan, maka beton dinyatakan tidak layak dipakai.

9.17. Penyimpangan Maksimum dari Pekerjaan Struktur yang Diijinkan


Kecuali ditentukan lain, secara umum harus sesuai dengan ACI-301 (Specification for
Structural Concrete for Building). Apabila didapati beberapa toleransi yang dapat dipakai
bersamaan, maka harus diambil/dipakai adalah yang terhebat/terkeras.

9.18. Lain-lain
Grouting dan Drypacking
a. Grout/Penyuntikan Air Semen.
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat mengalir dengan
sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan untuk kemudahan pekerjaan beton
boleh diberikan sesuai dengan pertimbangan "kontraktor" melalui persetujuan Direksi
Lapangan.

b. Drypack/Campuran Semen Kering


Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 46

Satu bagian semen, 2 bagian pasir dengan air sekadarnya untuk mengikat bahan-
bahan menjadi satu.

c. Installation/Pengerjaan
Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan semen murni.
Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-celah dan membentuk
lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan penyelesaian pada permukaan beton expose
dan adakan perawatan dengan pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.

Non-Shrink Grout
Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan ditempat lain dimana
non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan instruksi dan rekomendasi yang
tercantum dari pabrik. Technical service harus dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.
Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan percobaan hasil
yang memperlihatakan bahwa grout non-shrink tidak ada penyusutan sejak awal
pengecoran atau sambungan setelah pemasangan sesuai CRD-C621-80 (susut);
mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak kurang dari 3000 psi dan 8000 psi pada 28
hari sesuai ASTM C109; mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang dari 45
menit sesuai ASTM C191, memperlihatkan luasan bearing effective (EBA = Effective
Bearing Area) sebesar 90 sampai 100 persen.
Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air, atau "fluidifiers" harus
tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar dari persamaan semen pasir
dan campuran air seperti percobaan di bawah ASTM C 596. Semua grout harus
menurut syarat petunjuk dari CRD-C611-80 (flow cone).

10. PEMBESIAN

10.1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)


Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat
keterangan percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik minimal 4
contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk
setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan
oleh Direksi Lapangan.
Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di
laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya direkomendasi oleh
Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat
dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap
kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat dari
baja lunak.
Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian, termasuk
jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari
penulangan baja oleh Direksi Lapangan.

Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium.
Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

10.2. Bahan-bahan / Produk


a. Tulangan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 47

Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan
polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-
gambar struktur.
Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan tegangan
leleh 2400 kg/cm2.
Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.

b. Tulangan Anyaman (Wire mesh)


Sediakan tulangan anyaman , mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.

c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)


Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang
ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High Chairs).

d. Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur jarak.


1. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali
diperlihatkan lain pada gambar.
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasi.
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau
horizontal runners dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang
batang kursi (chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.
4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/ mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hot-dip-
galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.

e. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

10.3. Jaminan Mutu


Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk semua
tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil dari semua
kom- posisi kimia dan sifat-sifat fisik.

10.4. Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan


Pembengkokkan dan pembentukan.
Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari
tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat
selama pengecoran berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971
atau A.C.I. 315.

10.5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya


Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang
mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di atas tanah
harus kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran,
karat dsb.

10.6. PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKAN DAN


PEMOTONGAN
10.6.1. Persiapan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 48

a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas, serta
bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada
tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

10.6.2. Pemasangan Tulangan


a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi dengan bagian
lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk mengindari
keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-lubang (openings) /
bukaan.

b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum
dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi
yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan
jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk
memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga
jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti
pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya
dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang
akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-
gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang
pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung
pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi.
Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-
tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang
berbatasan.

c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan


1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : 6 mm
2. Jarak terkecil pemisah antara batang : 6 mm
3. Tulangan atas pada pelat dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : 6 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : 12
mm
- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : 12 mm
- panjang batang : 50 mm

4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI '71.

d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan PBI '71.


1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara
yang merusak tulangan itu.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 49

3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh


dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di
dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau
diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak
boleh mencapai suhu lebih dari 850 oC.
Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 oC yang
bukan pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai
kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami
pengerjaan dingin.
6. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh
perencana.
7. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan
dengan jalan disiram dengan air.
8. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8
kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokan.

e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.


1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang
disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada
pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi
seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan
dalam ayat (3) dan (4).
Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran
ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.
3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar 12 mm untuk
jarak lebih dari 60 cm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar 6 mm.

f. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.


1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait
2. Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait
3. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan
terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus
diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan
harus ditunjang dimana memungkinkan.
4. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui
perbandingan 1 terhadap 10.
5. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91 ( Tata
Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali
ditentukan lain.

10.6.3. Pemasangan Wire Mesh


Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan dilakukan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 50

Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok atau
tepat diatas balok dari struktur menerus.
Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk
mencegah lewatan yan menerus.
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.

10.6.4. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan pada
pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus diijinkan
kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi Lapangan. ASTM specification harus
dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las dengan cara ini.

10.6.5. Sambungan Mekanik


Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom dengan
menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan (pada kolom) harus
disediakan dan dipakai.

11. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH


11.1. Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan Perancah
untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971 NI-2, ACI 347, ACI 301,
ACI 318.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar
rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat
konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya,
pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman.

11.2. Lingkup Pekerjaan


1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua cetakan
beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan dan diperinci berikut ini.
2. Pekerjaan yang berhubungan
Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan Beton

11.3. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau diperinci
berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau spesifikasi terakhir
sebagai berikut :
1. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2. SII Standard Industri Indonesia
3. ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork

11.4. Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh "Kontraktor" sesuai dengan jadwal yang
telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk menghindari keterlambatan dalam
pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 51

1. Kwalifikasi Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman)


"Kontraktor" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang
berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus diserahkan
kepada Direksi Lapangan untuk diperiksa dan disetujui, selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.

2. Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh "Kontraktor" kepada Direksi
Lapangan dalam waktu 7 hari kerja setelah "Kontraktor" menerima surat perintah
kerja, juga harus diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan
dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta sistem cetakan dari
pabrik bila dipakai.

3. Gambar kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang,
metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi
cetakan.
Gambar kerja harus diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-kurangnya 7
(tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.

4. Contoh
Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.

11.5. Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan
penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti
terlihat dan terperinci.

11.6. Perancangan Perancah


1. Definisi Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum mengeras.
Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah tersebut
untuk disetujui oleh Direksi Lapangan. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan
perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan
biaya untuk harga satuan perancah.

2. Perancangan/Desain
Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli
resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih
basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar.
Penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan
harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin
bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
berlebihan.

3. Acuan
Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran
adukan.
Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan
mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak merusak
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 52

struktur yang sudah selesai dikerjakan.


Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan
tegak dari beton.

11.7. Cetakan untuk Permukaan Beton Ekspose.


1. Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan Penyelesaian dengan
Cat/Smooth Finish and Painted Finish)
Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola pengikat harus seragam
dan simetris. Setiap sambungan antara bidang panel ataupun sudut maupun
pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui dahulu oleh Direksi Lapangan untuk pola
sambungannya.
2. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara panel-panel
cetakan harus dikencangkan untuk mencegah kebocoran dari grout (penyuntikan air
semen) atau butir-butir halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk
mempertahankan permukaan-permukaan yang berhubungan dengan panel-panel yang
bersebelahan pada bidang yang sama.
Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose yang diperkeras dengan
panel-panel cetakan untuk mencegah kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari
adukan beton baru ke permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahan pada
cetakan tidak diijinkan.

11.8. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan


1. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang kering dioven
dengan lebar nominal 8 cm dan tebal min. 2.5 cm. Semua papan harus bebas dari
mata kayu yang besar, takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan perlemahan-
perlemahan lain yang serupa.
2. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar. Cetakan dari
papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan permukaan-permukaan pada
bidang yang sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan ujung yang terjadi
hanya pada sudut-sudut dan perubahan bidang.
3. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk stabilitas dan
untuk mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan harus dikencangkan pada
penunjang plywood dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat.
Pola dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.

11.9. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (Unexposed Concrete)


1. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood atau bahan lain
yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata kayu yang besar. Kayu harus dilapis
setidak-tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya.
2. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh rekatan dimana
beton diindikasikan menerima seluruh ketebalan plesteran.

11.10. Perancah, Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports)


Kontraktor harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong adalah
stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan beban pelaksanaan.

11.11. Jalur Kayu


Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.

11.12. Melapis Cetakan


1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, harus tanpa urat
kayu dan noda, yang tidak akan meninggalkan sisa-sisa/bekas pada permukaan
beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 53

2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk
melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai
dengan spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.

11.13. Pengikat Cetakan


1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau jenis jalur pelat,
atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup dan
ditempatkan sedemikian sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran
beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan perletakan yang
memadai.
2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat Direksi
Lapangan.
3. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus dari
jenis dengan kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm
maximum diameter pada permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke
pengencang sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar
maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar atau seperti disetujui
oleh Direksi Lapangan.

11.14. Penyisipan Besi


Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada
pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan.
1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir.
Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
2. Pemasangan langit-langit (ceiling).
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan penggantung langit-
langit, konstruksi penggantung haruslah digalvani, atau type yang diijinkan oleh
Direksi Lapangan.
3. Pengunci Model Ekor Burung.
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani yang lebih baik/tebal,
dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti dispesifikasikan.
Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan untuk
mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.

11.15. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya agar praktis
penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di tanah dalam cara
memberi kesempatan untuk pengeringan udara (alamiah).

11.16. Pemasangan Benda-benda yang Akan Ditanam di dalam Beton


Pemasangan pipa saluran listrik dan lain-lain yang akan tertanam di dalam beton :
1. Penempatan saluran/pemimpaan harus sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan di dalam PBI
1971 NI-2 Bab 5.7.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagian-bagian
struktur beton bila tidak ditunjuk secara detail di dalam gambar. Di dalam beton
perlu dipasang sleeve/selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.
4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam
dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang,
maka kontraktor segera mengkonsultasikan hal ini dengan Direksi Lapangan.
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan baja tulangan tersebut dari
posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa
ijin tertulis dari Direksi Lapangan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 54

6. Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam dalam beton seperti angkur-


angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton,
harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
7. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran dilakukan.
8. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan kepada
pihak lain untuk memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan
pengecoran beton.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada
benda/peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut
diharuskan tidak terisi beton harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas
nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.

11.17. Pelaksanaan
11.17.1. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya
kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap
pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya
sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu
sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya sedemikian
rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai
dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk.
Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau
selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan tanda-tanda penurunan >
10 mm sehingga menurut pendapat Direksi Lapangan hal ini akan menyebabkan
kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan dapat dicapai atau
dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat
memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap
cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail
(termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui
dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar tersebut
disetujui.
Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung untuk
melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga. Bila
selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan perancah
memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan,
diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan perancah diperkuat
seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang lebih jauh.
Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus agar
bisa dicegah penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada.
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran untuk
mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar.
Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama
dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.

11.17.2. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan dari
beton seperti yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-
celah, pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti diperlukan.
Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air dan
dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan kemiringan
serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung jawab
untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi yang
tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 55

Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada arah
mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali seperti
diperlihatkan lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-78.3.3.1,
Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan beton
yang diekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkaran
tidak mengalami kerusakan pada permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi bawah
dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya
sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor sebelum
balok lantai dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus benar-
benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
"plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data dari
surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.

11.17.3. Pengikat Cetakan


Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya
memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat serta
tekanan dari beton basah.

11.17.4. Jalur Kayu, Blocking dan Pencetakan Bentuk-bentuk Khusus (Moulding)


Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan sebagainya
seperti diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang berbentuk khusus/berprofil
dan permukaan seperti diperlihatkan pada gambar dan bentuk melengkapi pemasangan
paku untuk batang-batang kayu dari ciri-ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan pada
permukaan beton dengan suatu cara tertentu. Lapislah jalur kayu, blocking dan
pencetakan bentuk khusus dengan bahan untuk melepaskan.

11.17.5. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar arsitek
saja.

11.17.6. Bahan untuk Melepas Beton (Release Agent)


Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan dipasang.
Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat permukaan dari
cetakan sekedar berminyak bila beton maupun pada pertemuan beton yang diperkeras
dimana beton basah akan dicor/dituangkan.
Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk menerima
penyelesaian khusus dan/atau pakailah penutup dimana dimungkinkan.

11.17.7. Pekerjaan Sambungan


Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan beton
ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints. Cetakan
sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana
memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat yang tersembunyi. Laksanakan
perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.

11.17.8. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung dari beton
yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya pada
bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana diperlukan
untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama
untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan pembersihan berdasar kepada
persetujuan Direksi Lapangan.
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan
pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk permukaan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 56

ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan.


Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan
permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagian-bagiannya
dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose, lokasi
harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai dengan
metoda perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama operasi
pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi,
perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah penunjang-penunjang
berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu
perlemahan berkembang dan cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus
melampaui yang dimungkinkan dari peraturan.
Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangan-tulangan,
bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara seragam/merata
dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan instruksi pabrik yang
tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak diijinkan pelapisan pada tempat dimana beton
ekspose akan dicor.
Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada Direksi Lapangan setidaknya 24 jam
sebelumnya dalam pengajuan jadwal pengecoran beton.

11.17.9. Penyisipan dan Perlengkapan


Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau perlengkapan-
perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan sisipan di dalam beton.
Buatlah pola atau instruksi untum pemasangan dari macam-macam benda.
Tempatkan expansion joint fillers seperti dimana didetailkan.

11.17.10. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti
diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada
bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera sebelum
pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan
pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton.

11.17.11. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran lebih
dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah atau
air di bawah lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, harus
dilengkapi dengan waterstop.
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang
sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk tipe
waterstop dapat digunakan Expandable Water Stop berbahan dasar Bentonite Clay
ex. Fosroc atau yang setara.

11.17.12. Cetakan untuk Kolom


Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk seperti terlihat pada
gambar-gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada bagian bawah dari semua
cetakan-cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan, dan tutup
kembali dengan cermat sebelum pengecoran beton.

11.17.13. Cetakan untuk Pelat dan Balok-balok


Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti diperlukan untuk
lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan sebagainya.
Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan gambar. Lengkapi dengan
dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak
dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu
pengecoran dari beton.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 57

11.17.14. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali Perancah (Reshoring)


Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-71 NI-2.
Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar tanpa
menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-
bukaan (reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi arsitek atau
permukaan beton ekspose dengan menggunakan peralatan ataupun description ataupun
tidak diijinkan. Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara umum
pertahankan keutuhan dari desain.
Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran untuk
mencegah kerusakan pada bidang kontak.
Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan, topang/tunjang
kembali sepenuhnya semua pelat dan balok sampai dengan sedikitnya tiga lantai
dibawahnya. Pemasangan perancah kambali harus tetap tinggal ditempatnya sampai
beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa dengan teliti kekuatan
beton dengan test silinder dengan biaya kontraktor.
Penunjang-penunjang sementara, sebelum pengecoran beton; tulangan menerus balok-
balok dengan bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan penopang-penopang
sementara sedemikian untuk me"minimum"kan lendutan akibat beban dari beton basah.
Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton
dan selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena tingkatan kerja.
Perancah harus tidak boleh dipindahkan sampai beton mencapai kekuatan yang
mencukupi ( > 80 % fc).

11.17.15. Pemakaian Ulang Cetakan


Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul dipertahankan dengan baik
dan dalam kondisi yang memuaskan bagi Direksi Lapangan. Cetakan-cetakan yang tidak
dapat benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak boleh dipakai ulang. Bila
pemakaian ulang dari cetakan disetujui oleh Direksi Lapangan, bagian pembersihan
cetakan, dan memperbaiki kerusakan permukaan dengan memindahkan lembaran-
lembaran yang rusak.
Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara menyeluruh,
dan lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai ulang plywood yang
mempunyai tambalan, ujung yang usang, cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada
permukaan atau kerusakan lain yang akan mempengaruhi tekstur dari penyelesaian
permukaan.
Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan
membersihkan secara menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk cetakan.
Perbaiki kerusakan pada cetakan dan bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau
rusak.
Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang diakibatkan
oleh perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang terlihat
hanya boleh dipakai ulang hanya pada potogan-potongan yang identik.
Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil pada
bagian permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur
akibat dari plywood yang robek atau lepas seratnya.
Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung
oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus melampirkan
perhitungan yang berkaitan dengan rancangan pembongkaran perancah.

11.17.16. Cetakan untuk Beton Prestress


Cetakan haruslah dari konstruksi sedemikian sehingga tidak akan membatasi regangan-
regangan di dalam beton sementara tarikan mulai dilakukan, dan kekuatannnya harus
ditentukan sehubungan dengan pertimbangan dari perubahan-perubahan dalam
distribusi tegangan bila penarikan dimulai.

11.17.17. Pembongkaran dari Cetakan untuk Pekerjaan Prestress


Cetakan harus dibongkar secara hati-hati tanpa menimbulkan getaran, dan hanya boleh
dilakukan dibawah pengawasan Direksi Lapangan. Beton harus diperiksa sebelum
pembongkaran dari cetakan. Cetakan dapat dibongkar hanya bila beton telah mencapai
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 58

kekuatan yang mencukupi untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan
lainnya. Bila diperkirakan ada beban lain yang merupakan tambahan beban terhadap
beban yang direncanakan, perancah-perancah harus disediakan dalam jumlah yang
diperlukan, segera setelah pembongkaran cetakan.
Untuk perancah yang menyangga balok prategang, perancah balok prategang boleh
dibongkar setelah balok prategang 2 (dua) lantai di atasnya selesai ditarik.

11.17.18. Hal Lain-lain


Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam hubungan
dengan kelengkapan pekerjaan proyek, meskipun setiap bagian diperlihatkan secara
terperinci atau dialihkan ke "Referred to" ataupun tidak.
Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa-pipa tersebut
diperlihatkan pada gambar-gambar struktur atau pada gambar kerja.

12. PEKERJAAN KEDAP AIR / WATERPROOFING

12.1. LINGKUP PEKERJAAN


Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada permukaan plat beton atap,
tempat daerah basah (toilet / kamar mandi) dan tanki / ground reservoar penampungan air
atau sesuai dengan gambar kerja.

12.2. BAHAN
1. Standar Mutu Bahan
Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 DAN 407.
2. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan
lembaran dari Produk Awazseal, Sintaproof, Isobond, Bituthene 2000 atau sejenisnya
yang setara.
3. Bahan Utama
Jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk struktur pelat dan dinding basement, ground tank menggunakan bahan additive
yang dicampurkan ke dalam adukan beton di batching plant. Produk yang digunakan
dari Cementaid, Sika atau sejenisnya yang setara.
b. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya
menggunakan lembaran dari Produk Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara.

Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang
merata dan konstan.
b. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.

4. Pengujian
a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada
laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data-
data teknis komposisi unsur material pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas
produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya,
selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis
kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk
mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pelaksanaan pemasangannya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 59

c. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan


penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas
permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air.

5. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan


a. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum
dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
b. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan
bersih.
c. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik
sebelum atau selama pelaksanaan.

6. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang
merata dan konstan.
b. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.

7. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka)
dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
8. Untuk pelat lantai, sloof, pile cap, dinding penahan tanah (sirwall) dan beton ground
reservoar menggunakan beton kedap air (waterproofing dengan sistem integral), merk
yang direkomendasikan setara Fosroc, Degusa, Slury.
9. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan
bersih.
10. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik
sebelum atau selama pelaksanaan.

11. Pengujian
a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada
laboratorium yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari supplier disertai data-
data teknis komposisi unsur material pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas
produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya,
selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis
kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk
mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu
pelaksanaan pemasangannya.
Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan penyemprotan
langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi
lapisan/additive kedap air.

12.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


1. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada pengawas, lengkap dengan
ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan
Pengawas.
Material yang tidak disetujui harus diganti segera tanpa biaya tambahan. Jika dipandang
perlu diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti harus telah
mendapat persetujuan dari pengawas.
2. Sebelum pekerjaan ini dimulai permukaan bagian yang akan diberi lapisan harus
dibersihkan sampai kondisi yang dapat disetujui oleh pengawas. Peil dan ukuran harus
sesuai dengan gambar.

3. Cara-cara dan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan serta petunjuk dari pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 60

4. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, kontraktor
harus segera melaporkan kepada pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal terdapat kelainan/perbedaan
ditempat itu.

12.4. GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN / SHOP-DRAWING


1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk memperjelas detai-detail khusus
yang diperlukan pada saat pelaksanaan di lapangan.
2. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan keterangan produk,
cara pemasangan atau persyaratan khusus.
3. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan dari
pengawas.

12.5. CONTOH
1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur lengkap dan
jaminan keaslian material dari pabrik.
2. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara mutunya.
3. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan oleh pengawas
dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan
contoh-contoh bahan tersebut.
4. Pengawas mempunyai hak untuk meminta kontraktor mengadakan mock-up guna
memperjelas usulan material yang diajukannya.

12.6. PELAKSANAAN
a. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran
yang melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain.
b. Lapisan dasar primer untuk meratakan permukaan lantai beton dan membuat kemiringan
dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry
bonding agent lain yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%,
selanjutnya Kontraktor melapor Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.
c. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kaki-kaki
bidang-bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemuan
bidang horizontal dan vertikal harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa
pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi dengan semen non shrink.
d. Aplikasi pemasangan oleh tenaga ahli dan persyaratan dari produsen :
Campuran waterproofing adalah semen slurry 3 kg/m2 dicampur dengan bonding agent
(additive) sehingga mencapai ketebalan minimum 3 mm.
e. Waterproofing membrane dilaksanakan pada pekerjaan beton daerah terbuka yang
besinggungan dengan air seperti atap dak beton.
f. Pada pekerjaan beton yang bersinggungan dengan air dan digunakan untuk lalu lintas
manusia, water proofing yang digunakan harus memiliki campuran butiran berbatu keras.
g. Untuk semua waterproofing yang terpasang harus diadakan uji coba terhadap kebocoran
selama 24 jam atau hingga dapat dipastikan tidak terdapat bukti adanya kebocoran.
h. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 2
(dua) tahun.
i. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai
dengan "metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik.
j. Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang berhubungan
langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet
maka di atasnya harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, atau
petunjuk pengawas, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing
lainnya.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : 61

You might also like