You are on page 1of 2

B.

STRUKTUR LEMBAGA KEUANGAN ISLAM DI INDONESIA

Gambar 1. Bagan Struktur LKS

Makna dari struktur organisasi didalam sebuah sistem tata kelola syariah adalah bagaimana
struktur kelembagaan tersebut dalam proses pengawasan kepatuhan terhadap hukum syariah.
Dalam struktur organisasi LKS ada 2 organiasasi pengawasan yakni, pada level nasional dan
level perusahaan. Untuk level pengawasan nasional terdapat Dewan Syariah Nasional (DSN).
DSN merupakan lembaga bentukan MUI yang bertugas untuk mengkaji, menggali dan
merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (syariat) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan
pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga keuangan syariah. Status keorganisasiannya
merupakan organisasi non-pemerintah namun fatwa yang dikeluarkan oleh DSN bersifat mengikat
bagi industri keuangan syariah sebagaimana termaktub dalam Pasal 26 UU No.21/2008 tentang
Perbankan Syariah.

Kemudian untuk level perusahaan terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas
untuk melakukan pengawasan diperusahaan dalam pelaksanaan fatwa-fatwa yang dikeluarkan
oleh DSN tentang prinsip-prinsip syariah. Didalam proses rekruitmen para anggota DPS adalah
hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI)/Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai oragnisasi
pemerintah dan Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai organisasi non-pemerintah. Jadi DPS juga
berperan sebagai jembatan dalam hubungan antara BI/OJK dan DSN. Di Indonesia menganut
sistem sentralisasi dan standarisasi fatwa keuangan syariah yang level pengawasannya pada
industri dilakukan oleh DPS.

Kemudian untuk hubungan antara DPS dan Dewan direksi dalam struktur organisasi
internal perusahaan adalah hubungan koordinasi yaitu DPS dapat memberikan nasehat dan saran
kepada direksi terkait pelaksanaan prinsip syariah. Hal ini telah diatur dalam UU No.21/2008
tentang Perbankan Syariah adalah untuk memberikan nasehat dan saran kepada direksi serta
mengawasi kegiatan agar sesuai dengan prinsip syariah. Kemudian ada beberapa tugas dari DPS
selanjutnya yakni,(i) memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional terhadap fatwa
yang dikeluarkan oleh DSN; (ii) menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk
yang dikeluarkan bank; (iii) memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan
operasional bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank; (iv) mengkaji produk dan jasa
baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN; dan (v) menyampaikan laporan
hasil pengawasan syariah sekurang kurangnya setiap enam (6) bulan kepada Direksi, Komisaris,
Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia, OJK.

You might also like