You are on page 1of 7

2.

1 Pengertian perilaku kekerasan, marah dan amuk


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhiyang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart dan Sundeen, 2002).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Townsend, 1998).
Perilaku kekerasan merupakan suatu kondisi maladaptif seseorang dalam
berespon terhadap marah (Keliat, 2002 ). Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen, (1998)
perilaku kekerasan atau amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Tindakan kekerasan/ perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana individu melakukan atau menyerang orang lain atau lingkungan (Carpenito,
2000).
Menurut Spielberger (1999), amarah adalah keadaan psikobiologikal emosional
yang pada umumnya disertai dengan ketegangan otot dan mengaktifkan sistem sistem
saraf otonom dan neuroendokrin (Cayubit, 2013). Amarah merupakan reaksi emosional
akut, yang dicetuskan oleh beberapa keadaan seperti adanya ancaman, agresi, terkekang,
serangan verbal, kekecewaan atau kegagalan. Amarah merupakan keadaan emosi yang
paling primitif, dialami pada seluruh tingkat usia, dan timbul secara teratur dalam
kehidupan setiap orang dan merupakan keadaan emosi yang umum terjadi dalam keadaan
inter-personal yang stressful.Menjadi marah diperkirakan adalah merupakan aksi agresif
dan merasa marah diperkirakan merupakan kesadaran subjektif terhadap adanya impuls
agresif. (Palaparthi & Rani, 2012)
Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Apabila marah tidak terkontrol sampai respons maladaptif (kekerasan) maka individu
dapat menggunakan perilaku kekerasan (Purba dkk, 2008).
Faktor Predisposisi
1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari dorongan insting
(instinctual drives).
2. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan frustasi.
Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi berkepanjangan.
3. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku
seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur sistem informasi dan
memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi
pendengaran.
c. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta pengelolaan emosi dan
alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin (5-HT),
Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4. Perilaku (behavioral)
a.Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar mengakibatkan kegagalan
kemampuan dalam berespons positif terhadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan (seduction)
orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri (self esteem) individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child abuse) atau
mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai
koping.

Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar dari proses
sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua, kelompok, saudara, figur
olahragawan atau artis, serta media elektronik (berita kekerasan, perang,
olahraga keras).
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini mendefinisikan ekspresi
perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang
kontrol sosial yang sangat ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan
menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap marah yang
sehat.

Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau perilaku kekerasan yang
maladaptif antara lain sebagai berikut.
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
b. Status dalam perkawinan.
c. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d. Pengangguran.
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur keluarga dalam
sosial kultural.
Faktor Presipitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut.
1. Internal
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.
2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
c. Kritik.

2.5 Dampak perilaku kekerasan


1. Dampak fisik
a. Luka gores
b. Luka bakar
c. Perdarahan
d. Patah tulang
e. Bekas gigitan
f. Gigi patah
g. Botak
h. Memar
i. Bilur
j. Luka lecet
2. Dampak emosional
a. Perasaan HDR
b. Depresi
c. Kemungkinan hiperaktif
d. Ketergantungan terhadap obat terlarang
e. Suka mencela diri sendiri
f. Kurang dapat mengontrol diri
g. Mudah cemas
h. Rasa marah
i. Bermusuhan
j. Rasa takut
k. Malu
l. Kurang percaya diri
2.6 Klasifikasi perilaku kekerasan
A. Jenis Perilaku Kekerasan
1. Verbal
2. Pada orang lain
3. Pada diri sendiri
4. Pada lingkungan
B. Bentuk Tindakan Kekerasan Fisik
1. Memukul
2. Menendang
3. Memotong
4. Melempar
5. Membakar
6. Menusuk
7. Menampar
8. Menggigit
9. Mengguncangkan tubuh
2.7 Proses terjadinya perilaku kekerasan
Stres dapat menyebabkan kecemasan yang dapat menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah
ke prilaku kekerasan. Mengekspresikan marah dengan prilaku konstruktif. Dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain. Akan
memberikan perasaan lega, menurunkan ketegangan sehingga perasan marah dapat diatasi.
Apabila perasaan cemas diatasi engan prilku kekerasan biasanya dilakukan individu
karena dirinya merasa kuat. Hal tersebut dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan
dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif. Prilaku yang tidak asertif,misalnya
perasaan marah. Dilakukan individu karena merasa tidak kuat.individu akan pura-pura tidak
marah/melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan
demikian akan menimbulkan rassa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat
menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.
Ciri kepribadian(personality) seseorang sejak balita hingga remaja berkembang melalui
tahap perkembangan kognitif.,respon perasaan dan pola prilaku yang terbentuk melalui
interaksi. Faktor herediter, gen, karakter temperamen(nature) dan faktor pola asuh,pendidikan,
kondisi sosial lingkungan.
Pola kepribadian tersebut yang membentuk refleks respon pikiran dan perasaan seseorang
saat menerima stimulus dari luar, khususnya pada saat kondisi menerima stimulus ancaman
respon yang menjadi pusat emosi adalah pada sirkum sistem limbik yang meliputi thalamus dan
hipotalamus serta amigdala hypocampus. Amigdala menjadi organ pusat prilaku agresif.
Penelitian bauman menunjukan bahwa organ pusat prilaku agresif stimulus pada amigdala
mencetuskan prilaku agresif sedangkan organ hipotalamus berperan dalam pengendali berita
agresif.
Setiap stimulus dari luar yang diterma melalui reseptor pancaindra manusia diolah lalu
dikrim dalam bentuk pesan ke thalamus lalu ke hypotalamus, selanjutnya ke amigdala (sirkuit
sistem limbik) yang kemudian menghasilkan respon tindakan
Dalam keadaan darurat,misalnya pada saat terjadi panik atau marah pesan stimulus yang
datang dithalamus terjadi hubungan pendek di hypotalamus. Amigdala mengolah sesuai isi
memori yang direkamnya.misalnya: bila sejak kecil anak-anak diberi nput kekerasan,maka
anigdala sebagai pusat penyimpanan emosional akan merekam dan menciptakan reaksi pada saat
sirkuit pendek sesuai pola yang telah direkam yakni bertindak kekerasan (muhit.2015)

You might also like