You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien
adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini
dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya
tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa
terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.

Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti


karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan.
Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna
mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak
merugikan klien maupun petugas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah peran perawat pada fase intra operatif ?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip operatif ?
3. Apa sajakah protokol intra operatif ?
4. Apa sajakah peraturan dasar asepsi bedah ?
5. Bagaimanakah posisi pasien di meja operasi ?
6. Bagaimanakah patofisiologi intra operatif ke masalah keperawatan ?
7. Bagaimanakah proses keperawatan dalam fase intra operatif ?

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa sajakah peran perawat pada fase intra operatif.
2. Agar mahasiswa mengetahui apa sajakah prinsip-prinsip operatif.
3. Agar mahasiswa mengetahui apa sajakah protokol intra operatif.
4. Agar mahasiswa mengetahui apa sajakah peraturan dasar asepsi bedah.
5. Agar mahasiswa mengetahui bagaimanakah posisi pasien di meja operasi.
6. Agar mahasiswa mengetahui bagaimanakah patofisiologi intra operatif ke
masalah keperawatan.
7. Agar mahasiswa mengetahui bagaimanakah proses keperawatan dalam fase
intra operatif.

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui apa sajakah peran perawat pada fase intra operatif.
2. Untuk mengetahui apa sajakah prinsip-prinsip operatif.
3. Untuk mengetahui apa sajakah protokol intra operatif.
4. Untuk mengetahui apa sajakah peraturan dasar asepsi bedah.
5. Untuk mahasiswa mengetahui bagaimanakah posisi pasien di meja operasi.
6. Untuk mahasiswa mengetahui bagaimanakah patofisiologi intra operatif ke
masalah keperawatan.
7. Untuk mahasiswa mengetahui bagaimanakah proses keperawatan dalam fase
intra operatif.
3
BAB II

ISI

A. Peran Perawat Pada Fase Intra Operatif

1. Pemeliharaan Keselamatan

a. Atur posisi pasien

1) Kesejajaran fungsional

2) Pemajanan area pembedahan

3) Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi

b. Memasang alat grounding ke pasien

c. Memberikan dukungan fisik

d. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat

2. Pematauan Fisiologis

a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara


berlebihan pada pasien

b. Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal

c. Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan


tekanan darah pasien.

3. Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar)

a. Memberikan dukungan emosional pada pasien

b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi

4
5

c. Terus mengkaji status emosional pasien

d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan


kesehatan lain yang sesuai

4. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Memberikan keselamatan untuk pasien

b. Mempertahankan lingkungan aseptik dan terkontrol

c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia.

B. Prinsip-Prinsip Operatif

1. Prinsip kesehatan dan baju operasi

a. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang
operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit, merupakan
sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan.

b. Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang
diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi.

c. Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan


kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak
mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan, menyatu dan nyaman.

d. Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher
termasuk cambang) sehingga helai rambut, jepitan rambut, penjepit,
ketombe dan debu tidak jatuh ke dalam daerah steril.

e. Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan
bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan. Sepatu
dibungkus dengan penutup sepatu sekali pakai atau kanvas.
6

f. Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang operasi


meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik.
Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di
ruang operasi telah ditegakkan.

2. Prinsip Asepsis Perioperatif

a. Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi.

b. Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahay seperti
partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan.

c. Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas


hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara
periodik.

C. Protokol

1. Intra operatif

Hanya personel yang telah melakukan scrub dan memakai pakaian operasi
yang boleh menyentuh benda-benda steril.

D. Peraturan Dasar Asepsis Bedah

1. Umum

a. Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan atau


benda lain yang steril dan tetap steril; kontak dengan benda tidak steril
pada beberapa titik membuat area steril terkontaminasi.

b. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka
dianggap tidak steril atau terkontaminasi
7

c. Apapun yang steril untuk satu pasien hanya dapat digunakan untuk pasien
ini. Perlengkapan steril yang tidak digunakan harus dibuang atau
disterilkan kembali jika akan digunakan kembali.

2. Personal

a. Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub
meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada
pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian
gown dan sarung tangan

b. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril; dari bagian
depan pinggang sampai daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan
(tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang

c. Suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas


area steril.

d. Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada
pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril

3. Penutup/Draping

a. Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di
atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang.

b. Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril;
penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril

c. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan penjepit


atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah.

d. Robekan atau bolongan akan memberikan akses ke permukaan yang tidak


steril di bawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian
harus diganti.
8

4. Pelayanan Peralatan Steril

a. Rak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah


untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi lainnya

b. Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau


diberikan ke orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan
benda atau cairan tetap terjaga.

c. Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir


botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril.

d. Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas


area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak
yang wajar dari pinggir area steril.

5. Larutan

Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah
sentuhan yang tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi
tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan cipratan (bila permukaan steril
menjadi basah, maka dianggap terkontaminasi).

E. Posisi Pasien Di Meja Operasi

Posisi pasien di meja operasi bergantung pada prosedur operasi yang akan
dilakukan, juga pada kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah sebagai berikut.

1. Pasien harus dalam posisi senyaman mungkin, apakah ia tertidur atau sadar

2. Area operatif harus terpajan secara adekuat


9

3. Pasokan vaskuler tidak boleh terbendung akibat posisi yang salah atau tekanan
yang tidak tepat pada bagian

4. Pernapasan pasien harus bebas dari gangguan tekanan lengan pada dada atau
kontriksi pada leher dan dada yang disebabkan oleh gaun

5. Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu

6. Tindak kewaspadaan untuk keselamatan pasien harus diobservasi, terutama


pada pasien yang kurus, lansia atau obesitas

7. Pasien membutuhkan restrain tidak keras sebelum induksi, untuk berjaga-jaga


bila pasien melawan.
10

F. Proses Keperawatan Dalam Fase Intra Operatif

1. Pengkajian

a. Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk mengidentifikasi


variabel yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai
pedoman untuk mengembangkan rencana perawatan pasien individual.

b. Identifikasi pasien

c. Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien

d. Telah catatan pasien terhadap adanya

1) Informed yang benar dengan tanda tangan pasien

2) Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

3) Hasil pemeriksaan diagnostic

4) Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan

5) Checklist pra-operatif

a) Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera

(1) Status fisiologi


11

Misalnya : tingkat sehat-sakit, tingkat kesadaran)

(2) Status psikososial

Misalnya : ekspresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah


komunikasi verbal, mekanisme koping)

(3) Status fisik

Misalnya : tempat operasi, kondisi kulit dan efektifitas


persiapan, pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi tidak
bergerak).

2. Perencanaan

a. Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel


tersebut ke dalam rencana asuhan

1) Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anesthesia, yang


direncanakan, ahli bedah, ahli anesthesia, dan anggota tim

2) Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur dan


ahli bedah

3) Kebutuhan medikasi non rutin, komponen darah, instrumen, dll

4) Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik,


kelengkapan instrumen, peralatan jahit, dan pengadaan balutan.

b. Mengidentifikasi aspek-aspek leingkungan ruang operasi yang dapat secara


negatif memperngaruhi pasien
12

1) Fisik

a) Suhu dan kelembaban ruangan

b) Bahaya peralatan listrik

c) Kontaminan potensial (debu, darah, dan tumpahan di lantai atau


permukaan lain, rambut tidak tertutup, kesalahan pemakaian baju
operasi oleh personel, perhiasan yang dikenakan personel, alas kaki
yang kotor)

d) Hilir mudik yang tidak perlu.

2) Psikososial

a) Kebisingan

b) Kurang mengenal sebagai individu

c) Rasa diabaikan tanpa pengantar di ruang tunggu

d) percakapan yang tidak perlu.

3. Intervensi

a. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien

1) Atur dan jaga agar peralatan suction berfungsi dengan baik

2) Atur peralatan pemantauan invasive

3) Bantu saat pemasangan jalur (arteri, CVP, IV)

4) Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien

5) Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anesthesia dan


pembedahan, pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi

6) Ikuti tahapan dalam prosedur bedah


13

a) Lakukan scrub/bersihan dengan terampil

b) Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan mengantisipasi


peralatan dan bahan apa yang dibutuhkan sebelum dimintaIkuti
prosedur yang telah ditetapkan. Sebagai contoh :

(1)Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah

(2)Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur

(3)Persiapan kulit antiseptic

(4)Pemakaian gown operasi sendiri, membantu ahli bedah


menggunakan gown

(5)Membuka dan menutup sarung tangan

(6)Menghitung : kasa, instrumen, jarum, khusus

(7)Teknik aseptic

(8)Penatalaksanaan kateter urine

(9)Penatalaksanaan drainage/balutan

7) Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli


anesthesia, atau perawat yang bertanggung jawab, atau bertindak yang
tepat untuk mengontrol atau menangani situasi

8) Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya

9) Bantu ahli bedah dan ahli anesthesi untuk menerapkan rencana


perawatan mereka.

b. Bertindak sebagai advokat pasien

1) Berikan privasi fisik


14

2) Jaga kerahasiaan

3) Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik

c. Informasikan pasien mengenai pengalaman intraoperative

1) Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami pasien

2) Gunakan ketrampilan komunikasi yang umum, mendasar untuk


menurunkan ansietas pasien . Sebagai contoh :

a) Sentuhan

b) Kontak mata

c) Tenangkan pasien bahwa anda akan hadir di ruang operasi

d) Penenangan verbal yang realistic

e) Koordinasikan aktivitas bagi personel lain yang terlibat dalam


perawatan pasien

(1) X-ray, laboratorium, unit perawatan intensif, unit keperawatan


bedah

(2) Teknisi : gips, petugas laboratorium, dll

(3) Farnakolog

(4) Personel ruang operasi tambahan dan staf nonprofesional.

d. Operasionalkan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya


digunakan di ruang operasi dan tugaskan layanan khusus (termasuk
autoklaf)

e. Ikut serta dalam konferensi perawatan pasien


15

f. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan yang sesuai dalam format


yang dibutuhkan, termasuk catatan pasien

g. Komunikasikan baik verbal dan tertulis, dengan staf ruang pemulihan dan
staf keperawatan bedah rawat jalan (yang terkait) mengenai status
kesehatan pasien saat pemindahan dari ruang operasi.

4. Evaluasi

a. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang


operasi, sebagai contoh :

1) Kondisi respiratori : bernafas dengan mudah (mandiri atau


dibantu)

2) Kondisi kulit : warna baik, tidak ada abrasi, luka bakar,


memar

3) Fungsi selang invasif : IV, drain, kateter, NGT (tidak ada


kekakuan atau obstruksi, berfungsi secara normal)

4) letak bantalan grounding : kondisi baik

5) balutan : adekuat untuk drainage, terpasang


dengan baik, tidak terlalu ketat, dsb

b. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktik perawatan pasien yang tidak


aman dan menanganinya dengan baik

c. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan, contoh : peralatan,


kebersihan

d. Melaporkan dan mendokumentasikan segala perilaku dan masalah yang


merugikan
16

e. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip asepsis dan praktik keperawatan


teknis

f. Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan perioperatif.

PROSES KEPERAWATAN PEMBERIAN ANESTESI UMUM

1. Pengkajian

Pasien yang sudah mendapatkan premedikasi akan terlihat


mengantuk, tetapi masih sadar. Pada kondisi ini pasien akan memperhatikan
kondisi kamar bedah dan melihat petugas yang menggunakan pakaian yang
tertutup, lampu operasi, dan sarana pembedahan yang akan menakutkan
kondisi psikologis pasien, penata anestesi sangat berperan dalam
memeberikan dukungan prainduksi agar pasien dapat kooperatif dengan
intervensi anestesi.

Pemberian anestesi secara umum merupkan tanggung jawab dokter


anestesi, sedangkan penata anestesi berperan dalam mempersiapkan obat-
obatan,alat, dan sarana pemberian anestesi. Kenyataan di Indonesia,
pemberian anestesi secara keseluruhan dapat dilakukan oleh penata anestesi
yang mendapat pelimpahan tanggung jawab dari ahli anestesi. Hal ini
memberikan tantngan tersendiri bagi erawat anestesi agar dapat melakukan
proses keperawatan secara komprehensif pada prosedur anestesi sejak
menerima, memersiapkan, dan memberikan prosedur anestesi umum.
17

Pemberian anestesi umumnya dilakukan pada saat pasien berada di


atas meja bedah. Tetapi pada keadaan tertentu , dimana dalam pengaturan
posisi bedah memerlukan anestesi lebih dahulu, maka pemberian anestesi
dilakukan di atas brankar sebelum pasien dipindahkan ke meja bedah.

Pemberian anestesi umum akan membuat pasien kehilangan seluruh


sensasi dari kesadaranya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota
tubuh. Pasien juga mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi
selama pembedahan.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada pemberian anestesi umum selama intrabedah, diagnosa


keperawatan yang paling lazim ditemukan adalah: resiko cedera intraoperatif
behubungan dengan prosedur anestesi umum.

3. Rencana Intervensi dan Kriteria Evaluasi

Resiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi umum

Tujuan : resiko cedera intraoperatif sekunder dari intervensi anestesi umum


tidak terjadi.

Kriteria evaluasi :

a. Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi.

b. Pasien dapat menjadi tidak sadar sesuai tahapan anestesi umum.

Intervensi Rasional

Kaji ulang identitas pasien Perawat ruang operasi memeriksa


kembali identifikasi dan kardeks pasien:
18

melihat kembali lembar persetujuan


tindakan, riwayat kesehatan, hasil
pemeriksaan fisik dan berbagai hasil
pemeriksaan : memastikan bahwa alat
protese dan barang berharga telah
dilepas , dan memeriksa kembali rencana
perawatan praoperatif yang berkaitan
dengan rencana perawatan intraoperatif

Siapkan obat-obatan pemberian Obat-obatan anestesi yang dipersiapkan


anestesi umum. meliputi obat pelemas otot dan obat
anestesi umum. Intubasi endotrakeal
dilakukan setelah pemberian pelemas
otot kerja singkat seperti suksinilkolin
(tracrium, burroughs wellcome) dan
mivikurium (mivicron, burrughs
wellcome), atau obat yang berkerja lebih
lama misalnya vekuronium (nercuron,
orhganon) atau atrakurium (tracrium,
burroughs wellcome). Anestesi umum
dapat diinduksi dengan obat intravena
misalnya metoheksital (brevital sodium,
lilly), thiopental (sodium pentothal
,abbott ),atau propofol .

Siapkan alat-alat intubasi endotrakeal Intubasi endotrakeal digunakan untuk


menjaga kepatenan jalan napas
intraoperasi. Penata anestesi memeriksa
kondisi lampu pada laringoskop dan
apakah kondisi selang endotrakeal
berfungsi optimal sebelum pemasangan
19

dilakukan. Penata anestesi harus


mempertimbangkan faktor umum dan
kondisi penyulit dalam melakukan
intubasi pada pemilihan persiapkan
sarana intubasi , misalnya: pada anak
kecil akan digunakan laringoskop dan
selang endotrakeal yang ukuranya sesuai
.

Siapkan sarana pemantauan dasar Pemilihan dn pemeliharaan peralatan


anestesi dan perlengkapanya biasanya
menjadi tanggung jawab penata
anestesi.

Alat dan sarana yang disiapkan


merupakan sarana atau perangkat
pemantauan (monitoring) dasar,
meliputi:

1. Stetoskop prekordial
2. Pengukuran tekanan darah
3. Oksimetri pulsasi
Siapkan obat dan perlatan emergensi Selain pemantau, perlatan , peralatan
darurat dasr , obat-obatan , dan protokol
pengobatan juga harus tersedia.
Defibilator juga harus diapastikan
berfungsi baik. Peralatan jlan napas
meliputi laringoskop, selang endotrakeal,
jalan napas oral, dan nasal faringeal .
selain itu, masker dan kantong resusitasi
self-inflating (ambu type)adalah alat
20

yang penting dan harus mudah diakses.

Lakukan pemasangan stetoskop 1. Stetoskop prekordial dbiarkan


prekodial, manset tekanan menempel di dada pasien,
darah,monitor dasar, oksimetri pada menyalurkan informasi mengenai
jari, dan pertahankan kelncaran operasi mekanis jantung dan
kateter IV. adanya bunyi napas secara
jintinu. Perubahan yang dapat
dideteksi mencakup bising bising
jantung,aksentusi bunyi jantung
kedua, dan denyut jantung yang
normal.
2. Perwat juga memasang manset
tekanan darah. Manset tetap
terpasang pada lengan pasien
selama pembedahan berlangsung
sehingga ahli anestesi dpat
mengkaji tekanan darah pasien.
3. Pemasangan oksimetri dalam
penilaian saturasi oksigen pada
jari memudahkan perwat anestesi
dalam mengobservasi status
respirasi pasien.
4. Kelancaraan kateter IV dapat
menjadi prosedur dasar sebelum
memberikan anestesi secara
intravena .
21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan intra operatif dilaksanakan oleh tim pembedahan, pada umumnya


beberapa hal yang dilakukan diantaranya sebagai berikut.

1. Penggunaan baju seragam operasi, penggunaan baju seragam operasi di desain


secara khususn dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar, dengan
berprinsip semua baju diluar harus diganti dengan baju operasi yang steril atau
semua bagian atas steril harus dimasukkan kedalam celana/harus menutupi
pinggang untuk mengurangi keluarnya bakteri, baju steril harus menutup daerah
pinggang, kemudian menggunakan tutup kepala, masker, sarung tangan dan
clemek steril

2. Mencuci tangan sebelum operasi

3. Menerima pasien di daerah operasi sebelum memasuki wilayah operasi pasien


akan diterima diruang penerimaan sebelum keruang operasi dengan cara
meminta agar pasien menyebutkan namanyaoperasi apa yang akan dilakukan
kemudian cek nama, nomor, status registrasi pasien, cek kembali berbagai hasil
lab dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan
golongan darah, cek alat protesa dll.

4. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah, posisi yang dianjurkan pada
umumnya antara lain terlentang, telungkup, terdelenburg, lithotomi lateral dll.

5. Pembersihan dan persiapan kulit pelaksaan ini bertujuan untuk membuat daerah
yang akan dibedah bebas dari kotoran lemak, kulit serta mengurangi adanya
mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki
spektrum kasiat, memiliki kecepatan kasiata tau memilii potensi yang baik serta

22
23

tidak menjadi menurun bila adanya alkohol, sabun deterjen atau bahan organik
lainnya.

6. Penutupan daerah steril, penutupan daerah steril dengan menggunakan doek


steril agar daerah seputar operasi tetap steril dan mencegah berlalunya
mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.

7. Pelaksaanaan anastesi, Pelaksaanaan anastesi ini dapat dilakukan dengan


berbagai macam diantaranya anaestasi umum, dengan cara inhalasi atau intra
vena, anaestasi regional dengan cara membok saraf, anaestasi lokal dll.

8. Pelaksanaan pembedahan, setelah dilakukan anaestesi maka tim bedah akan


melaksanakan sesuai dengan ketentuhan pembedahan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan).Jakarta: PT EGC.

Engram, Barbara. (2001).Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan).Jakarta: PT EGC.

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2009). Asuhan Keperwatan Perioperatif konsep,
proses, dan aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Wardhani, Oktavy. (2012). Makalah Intra Operasi. Dikutip dari
http://tentangperawat25.blogspot.co.id/2012/09/makalah-intra-operasi.html.
[didownload tanggal 19 September 2017].

24

You might also like