You are on page 1of 12

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan hasil penelitian

yang telah penulis lakukan di BPS Bidan Fatmi Hanum, SST yang

dilakukan pada tanggal 02 Maret - 24 April 2015 mengenai Tingkat

Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Di

BPS Bidan Fatmi Hanum, SST Periode Maret April 2015 sebesar 72

responden. Dalam penulisan ini mempunyai keterbatasan yang mungkin

akan berpengaruh terhadap desain penelitian.

Penulis sangat menyadari bahwa kemampuan penulis dalam

penelitian ini sangat terbatas baik dari segi pengetahuan, cara pengolahan

dan keterbatasan waktu. Variabel-variabel yang penulis angkat dalam

penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan

kuesioner data primer kepada para akseptor KB suntik yang menggunakan

KB Suntik di BPS Bidan Fatmi Hanum, SST dengan mengambil sample

secara acak (random sampling) sebanyak 72 responden pada periode Maret

- April 2015 dan kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan

analisi univariat dan bivariat.


6.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel-variabel Yang Di

Teliti

6.2.1 Variabel Dependent

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra yang

dimilikinya yaitu penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. (Notoatmodjo,

2005)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis didapatkan

bahwa dari 72 responden pengguna KB Suntik, yang berpengethauan baik

sebanyak 30 orang (41,6%) dan yang berpengetahuan baik sebanyak 42

orang (58,34%) untuk lebih jelas penulis akan membahas lebih lanjut pada

bab ini.

6.2.2 Variabel Independent

6.2.2.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB suntik

terhadap efek samping KB suntik dengan umur.

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat

dibagi dalam tiga periode, yaitu kurun reproduksi muda (15-19

tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun

reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data

epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi

ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang 20 tahun ,
paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara

tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang

sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi

tersebut. (Repository.usu.ac.id)

Dari hasil penelitian puspita di BPS Erna, Tahun 2011 dari

tingkat usia didapatkan 33,3% yang berusia 29 tahun dan 29

sebanyak 66,7% yang menggunakan KB suntik.

(Repository.usu.ac.id)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 orang

pengguna KB Suntik yang berumur <20 Tahun tidak ada, yang

berumur 20-35 tahun sebanyak 51 orang (70,83%) dan yang

berumur > 35 Tahun sebanyak 21 orang (29,17%). Hubungan

umur dengan tingkat pengetahuan di BPS Bidan Fatmi Hanum,

SST pada akseptor KB suntik yang tingkat pengetahuan baik

dengan umur <20 tahun tidak ada, umur 20-35 tahun sebanyak 24

orang (61,35% ), dan >35 tahun sebanyak 6 orang (18,18%),

sedangkan pada akseptor KB suntik yang tingkat pengetahuan

kurang dengan umur <20 tahun tidak ada, umur 20-35 tahun

sebanyak 15 orang (38,47% ), dan >35 tahun sebanyak 27 orang

(81,82%). Dari hasil yang diperoleh X2 hitung = lebih besar dari

X2 tabel =. Berarti ada hubungan antara gambaran tingkat

pengetahuan akseptor KB Suntik tentang efek samping

penggunaan KB Suntik dengan Umur.


Menurut penulis hal ini terjadi karena apabila seorang

responden yang pada masa reprouksi 20-35 tahun dan

menggunakan KB suntik maka pengetahuannya lebih tinggi

tentang efek samping KB suntik karena dia apabila merasakan

efek samping samping itu sendiri atau pengalaman dari orang lain

dia akan lebih peduli tentang apa yang efek samping yang akan

terjadi pada penggunaan KB suntik. Segingga dalam hal ini

terdapat kesesuaian teori dan praktek.

6.2.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB suntik

terhadap efek samping KB suntik dengan pendidikan.

Pendidikan merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh

masyarakat membimbing perkembangan manusia sehingga

pengamanan dari dalam berkembang pada kehidupan hari esok.

Pendidikan dapat diperoleh dari pendidikann formal dan non formal

dan mendapatkan ijazah. Kaitan proses pendidikan dengan

pembangunan khususnya pembangunan manusia, dijelaskan bahwa

dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan yaitu pendidikan pra

sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan

menengah tinggi. Untuk secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.

Pendidikan rendah diselengggarakan untuk mengembangkan sikap

dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan


dasar yang diberikan untuk hidup dimasyarakat serta mempersiapkan

peserta didik memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan

menengah. Sedangkan Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan

pendidikan menegah yang diselenggarakan untuk menyiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan menciptakan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan kesenian. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

makin mudah meneriam informasi sehingga diharapkan pula

pengetahuan yang dimiliki. Dapat diartiakn bahwa pendidikan

sangat mempengaruhi prilaku seseorang. Jadi dapat dikatakan bahwa

pendidikan itu membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk

mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan,

sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.

(BKKBN, 2007)

Dari hasil penelitian Lutviani 2014 ada hubungan antara

pengetahuan dengan pendidikan tentang kontrasepsi yaitu yang

berpendidikan rendah sebanyak 89,8% dan yang berpendidikan

tinggi sebanyak 10,2%. (lutviani, 2014)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 orang

pengguna KB Suntik, yang berpendidikan tinggi sebanyak 8 orang

(11,11%) dan yang berpendidikan rendah sebanyak 64 orang

(88,89%). Hubungan pendidikan dengan tingkat pengetahuan di BPS


Bidan Fatmi Hanum, SST pada akseptor KB suntik yang tingkat

pengetahuan baik dengan pendidikan tinggi sebanyak 9 orang

(100%) dan pendidikan rendah sebanyak 21 orang (33,33% ),

sedangkan pada akseptor KB suntik yang tingkat pengetahuan

kurang dengan pendidikan tinggi tidak ada dan pendidikan rendah

sebanyak 42 orang (66,67%). Dari hasil yang diperoleh X2 hitung

lebih besar dari X2 tabel =. Berarti ada hubungan antara gambaran

tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik tentang efek samping

penggunaan KB Suntik dengan pendidikan.

6.2.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB suntik

terhadap efek samping KB suntik dengan pendapatan.

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun

kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan

lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan satus ekonomi

rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan

informasi pendidikan kesehatan. (Notoatmodjo, 2007)

Upah minimum regional provinsi DKI Jakarta tahun 2014

adalah sebesar Rp. 2.441.301,- (Lokerinfo Depnaker, 2014)

Dari hasil penelitian Lutviani 2014 ada hubungan antara

pendapatan dengan cara memilih alat kontrasepsi yang digunakan,

yaitu sebanyak 30,5% yang berpendapatan < Rp 1.118.000,- dan


sebanyak 69,5% yang berpendapatan Rp 1.118.000,-. (Lutviani,

2014).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 orang

pengguna KB Suntik, yang berpendapatan Baik Rp 2.441.301-

sebanyak 43 orang (59,72%) dan yang berpendapatan Rendah < Rp

2.441.301,- sebanyak 29 orang (40,28%). Hubungan pendapatan

dengan tingkat pengetahuan di BPS Bidan Fatmi Hanum, SST pada

akseptor KB suntik yang tingkat pengetahuan baik dengan

pendapatan tinggi sebanyak 29 orang (65,9%) dan pendapatan

rendah sebanyak 1 orang (3,57%), sedangkan pada akseptor KB

suntik yang tingkat pengetahuan kurang dengan pendapatan tinggi

sebanyak 15 orang (34,1%) dan pendidikan rendah sebanyak 27

orang (96,43%). Dari hasil yang diperoleh X2 hitung lebih besar dari

X2 tabel =. Berarti ada hubungan antara gambaran tingkat

pengetahuan akseptor KB Suntik tentang efek samping penggunaan

KB Suntik dengan pendapatan.

6.2.2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB suntik

terhadap efek samping KB suntik dengan sumber informasi.

Melalui berbagai media baik cetak maupun

elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat

sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV,

Radio, Majalah, tenaga kesehatan, keluarga/kerabat dan Lain-


Lainnya) akan memperoleh informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi

media massa. (Notoatmodjo, 2007).

Dengan semakin majunya alat komunikasi dan informasi

program KB baik di TV, Radio, Koran Majalah, tetangga/kerabat,

dan tenaga kesehatan. Masyarakat dapat menerima informasi tentang

jenis KB, kerugian, keuntungan, efek samping dan lain-lain.

(Muklis, 2008).

Berdasarkan penelitian Lutviani 2014 ada hubungan antara

pengetahuan askeptor kb suntik dengan sumber informasi tentang

pemilihan alat kontrasepsi, efek samping kb, dan cara

memperolehnya, didapatkan 42,9% yang mendapatkan sumber

informasi dari media cetak, sedangkan dari media eletronik sebanyak

57,1%. (Lutviani, 2014)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 orang

pengguna KB suntik, yang mendapatkan informasi dari keluarga /

kerabat sebanyak 49 orang (68,05%), yang mendapatkan informasi

dari tenaga kesehatan sebanyak 23 orang (31,95%), yang

mendapatkan informasi dari media cetak tidak ada dan yang

mendapatkan informasi dari media elektronik tidak ada. Dari tabel

diatas didapatkan bahwa dari responden yang tingkat pengetahuan

baik, sebanyak 24 responden (24,48%) yang sumber informasi dari

keluarga / kerabat, sebanyak 18 responden (78,26%) yang sumber


iformasi dari tenaga kesehatan, tidak ada responden yang sumber

informasi dari media cetak, dan tidak ada responden yang sumber

informasi dari media elektronik. Sedangkan dari responden yang

tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 37 responden (75,52%) yang

sumber informasi dari keluarga / kerabat, sebanyak 5 responden

(21,74%) yang sumber iformasi dari tenaga kesehatan, tidak ada

responden yang sumber informasi dari media cetak, dan tidak ada

responden yang sumber informasi dari media elektronik. Dari hasil

yang diperoleh X2 hitung = lebih besar dari X2 tabel =. Berarti ada

hubungan antara gambaran tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik

tentang efek samping penggunaan KB Suntik dengan Sumber

Informasi.

6.2.2.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB suntik

terhadap efek samping KB suntik dengan pekerjaan.

Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi dari

pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan

status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong

terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaandapat berpengaruh

terhadap keikutsertaan dalam KB dan pengetahuan tentang efek

samping KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan

yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB sehingga secara

tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian


kontrasepsi dan pengetahuan tentang efek samping KB.

(Repository.usu.ac.id)

Berdasarkan penelitian Sophiatun 2008 di desa Pilangawetan

Demak dengan menggunakan desain cross sectional ada hubungan

pekerjaan dengan pengetahuan tentang efek samping KB.

(Repository.usu.ac.id)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 orang

pengguna KB Suntik, yang bekerja sebanyak 14 orang (19,44%)

dan yang tidak bekerja sebanyak 58 orang (80,56%). Hubungan

pekerjaan dengan tingkat pengetahuan di BPS Bidan Fatmi

Hanum, SST pada akseptor KB suntik yang tingkat pengetahuan

baik dan bekerja sebanyak 6 orang (46,15%) dan tidak bekerja

sebanyak 24 orang (40,67% ), sedangkan pada akseptor KB

suntik yang tingkat pengetahuan kurang dan bekerja sebanyak 7

orang (53,85%) dan tidak bekerja sebanyak 35 orang (59,34%).

Dari hasil yang diperoleh X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel =.

Berarti tidak ada hubungan antara gambaran tingkat pengetahuan

akseptor KB Suntik tentang efek samping penggunaan KB Suntik

dengan pekerjaan.
6.2.2.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB suntik

terhadap efek samping KB suntik dengan paritas.

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang di punyai

oleh seorang perempuan. Berdasarkan jumlahnya, maka paritas

seseorang perempuan dapat dibedakan menjadi Primipara,

Multipara, dan Grandemultipara. Primipara yaitu perempuan yang

telah melahirkan sebanyak satu kali, multipara adalah

perempuanyang telah melahirkan dua hingga empat kali,

sedangkan grandemultipara adalah perempuan yang telah

melahirkan lima orang anak atau lebih dan biasanya mengalami

penyulit dalam kehamilan dan persalinan. (Manuaba, 2009)

Berdasarkan penelitian Sophiatun 2008 di desa

Pilangawetan Demak dengan menggunakan desain cross sectional

ada hubungan paritas dengan pengetahuan tentang efek samping

KB. (Repository.usu.ac.id)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72

orang pengguna KB Suntik, yang paritasnya 1 sebanyak 28 orang

(38,88%), yang paritasnya 2-4 sebanyak 42 orang (58,33%) dan

yang paritasnya 5 sebanyak 58 orang (80,56%). Hubungan

paritas dengan tingkat pengetahuan di BPS Bidan Fatmi Hanum,

SST pada akseptor KB suntik yang tingkat pengetahuan baik

dengan paritas 1 sebanyak 12 orang (44,44%), paritas 2-4

sebanyak 18 orang (41,86%), dan paritas 5 tidak ada, sedangkan


pada akseptor KB suntik yang tingkat pengetahuan kurang dengan

dengan paritas 1 sebanyak 15 orang (55,56%), paritas 2-4

sebanyak 25 orang (58,14%), dan paritas 5 sebanyak 2 orang

(100%). Dari hasil yang diperoleh X2 hitung lebih kecil dari X2

tabel =. Berarti tidak ada hubungan antara gambaran tingkat

pengetahuan akseptor KB Suntik tentang efek samping

penggunaan KB Suntik dengan Umur.

You might also like