You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau

melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan, maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut.

(BKKBN, 2012)

Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan

terjadi pada waktu yang diinginkan. Dengan tujuan KB jangka panjang

adalah mewujudkan keluarga berkualitas pada tahun 2015. (Sarwono

Prawihardjo, 2010)

Keluarga berencana didefinisikan sebagai upaya peningkatan kepedulian

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. (UU

No. 10, 1992)

Metode kontrasepsi suntik adalah metode yang dalam penggunaannya

keefektifan relative lebih tinggi dan angka kegagalan lebih rendah yang

berupa suntikan sesuai dosis. Kontrasepsi suntikan adalah salah satu cara

untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal

(BKKBN, 2007)

1
2.2 Macam macam KB Suntik

a. Depo medrosiprogesteron asetat (DMPA), yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik intramuscular (didaerah bokong). Depo noristeron

asetat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noritinderon enatat,

yanag diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular.

b. Golongan progestin dengan campuran estrogen propionate yaitu

cycloprove (cyclofem tiap 1 bulan).

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasespsi, 2010 dan Baziad,

2002)

2.3 Cara Kerja

1. Mencegah ovulasi

2. Menegntalkan lendir serviks sehingga menurunkan penetrasi sperma

3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

4. Menghambat transporasi gamet oleh tuba

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)

2.4 Efektifitas

Efektifitas kontrasepsi suntik tersebut memliki efektifitas yang

tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikan

dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. (Depkes, 2007)

2
2.5 Keuntungan KB Suntik

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

4) Tidak mengandungastrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

6) Sedikit efek samping.

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

8) Dapat digunakan oleh perempuan usia 35 tahun sampai

perimenopause.

9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

11) Mencegah beberapa penyebab radang panggul.

12) Menurunkan krisi anemia bulan sabit (Sickle cell)

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)

2.6 Keterbatasan Kontrasepsi Suntik

1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :

a. Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.

c. Perdarahan tidak teratur perdarahan bercak.

d. Tidak haid sama sekali.

3
2) Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayan kesehatan (harus

kembali untuk disuntik).

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.

4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penuluran infeksi menular

seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan /

kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya

pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).

7) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada gangguan jangka panjang.

8) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan

tulang (densitas).

9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (sakit kepala, nervositas,

jerawat)

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)

2.7 Indikasi yang dapat menggunakan Kontrasepsi Suntikan

1) Usia reproduksi.

2) Nullipara dan yang telah memiliki anak.

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas

tinggi.

4) Setelah melahirkan.

5) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

4
6) Setelah abortus atau keguguran.

7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8) Perokok.

9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia berat.

10) Menggunakan obat untuk epilepsi (penitoin dan barbiturate) atau obat

tuberkulosis (rifamisin)

11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

13) Anemia difesiensi besi.

14) Mendekati usia menopause tidak mau atau tidak boleh menggunakan

pil kontrasepsi kombinasi.

(Buku Panduan Praktis Pelayan Kontrasepsi, 2010)

2.8 Akseptor yang tidak boleh menggunakan KB suntik

a. Hamil / dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenora.

d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

e. Diabetes mellitus disertai komplikasi

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)

5
2.9 Waktu mulai menggunakan Kontrasepsi Suntikan

a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.

b. Mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.

c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,

asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama tujuh hari setelah suntikan

tidak boleh melakukan hubungan seksual.

d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti

dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi

hormonal sebelumnya secara benar dan ibu tersebut tidak hamil,

suntikan pertama dapat segera diberikan, tidak perlu menunggu sampai

haid berikutnya datang.

e. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

mengganti dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi kontrasepsi

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi yang

sebelumnya.

f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya dengan hormonal. Suntikan pertama yang akan diberikan

dapat segera diberikan asal saja ibu tersebut hamil dan pemberiannya

tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah

hari ke-7, ibu tersebut selama 7 hari tidak boleh melakukan hubungan

seksual.

g. Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan

pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

6
atau dapat diberikan setiap hari ke-7 siklus haid asal ibu yakin dan tidak

hamil.

h. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan

pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil

dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual.

i. Pasca persalinan :

1. Segera ketika masih dirumah sakit.

2. Jadwal suntikan berikutnya.

j. Pasca abortus :

1. Segera setelah perawatan

2. Jadwal waktu suntikan diperhitungkan

k. Interval :

1. Hari kelima menstruasi

2. Jadwal waktu diperhitungkan

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)

2.10 Mekanisme kerja Kontrasepsi Suntikan

a. Primer : mencegah ovulasi

Kadar FSH dan LH menurun tidak terjadi sentakan LH. Respons

Hypofise terhadap Gonadotropin hormone tidak berubah, sehingga

memberi kesan proses terjadi di Hipotalamus dari pada dikelenjar

hipofise. Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal

dan atrofis dengan kelenjar yang tidak aktif. Pemakaian jangka

7
panjang endometrium menjadi sedikit, perubahan tersebut akan

menjadi kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan

DMPA terakhir.

b. Sekunder

1. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan

barrier terhadap spermatozoa.

2. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari

ovum yang dibuahi.

3. Mungkin mempengaruhi kecepatan transfer ovum di dalam tuba

falofi.

(Hanafi, 2004)

2.11 Informasi lain yang perlu disampaikan

a. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid

(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit

sekali menganggu kesehatan. Dapat terjadi efek samping peningkatan

berat badan, sakit kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini

jarang, tidak berbahaya, dan dapat cepat hilang.

b. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan

pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilannya, atau bagi ibu

yang merencanakan kehamilannya dalam waktu dekat.

c. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang

kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut

dapat saja terjadi kehamilan. Bila setela 3-6 bulan tidak juga haid, klien

8
harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari

penyebab tidak haid tersebut.

d. Bila klien tidak kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan

dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan

diberikan 2 minggu setelah jadwal yang telah ditetapkan, asal saja tidak

terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7

hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.

e. Bila klien misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi

suntikan dan kemudian meminta digantikan dengan kontrasepsi suntikan

yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andai kata terpaksa juga

dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan dari kontrasepsi hormonal yang

sebelumnya.

f. Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal

saja yakin ibu tersebut tidak hamil.

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Kedua, 2006)

2.12 Faktor faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Akseptor

KB Suntik terhadap Efek samping KB suntik

1. Faktor yang mempermudah (Predisposing Factor)

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

9
indra yang dimilikinya yaitu penglihatan, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan

telinga. (Notoatmodjo, 2005)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui

(kepandaian) atau segala sesuatu yang diketahui berjaitan dengan

mata pelajaran. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior),

sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata prilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting)

daripada prilaku yang didasari oleh pengetahuan. Contohnya adalah

mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB,

efek samping KB, dan diamana memperoleh KB.

(Repository.usu.ac.id)

Ada hubungan Dari hasil penelitian Anggun tahun 2013 yang

berpengetahuan kurang sebanyak 21,21%, berpengetahuan cukup

59,59%, dan berpengetahuan kurang sebanyak 19,2%.

(Repository.usu.ac.id)

b. Kepercayaan

Agama adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut

oleh seseorang. Dibeberapa daerah kepercayaan religious dapat

mempengaruhi seseoang dalam menentukan kontrasepsi yang

digunakan. (Pendit, 2007)

10
c. Umur

Perempuan berusia lebih dari 35 tahun memerlukan

kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok ini akan

mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka

hamil. Untuk pil kombinasi dan suntikan yang aman oleh usia

reproduksi <35 tahun. Kekhawatiran tentang resiko kanker mamae

menurut penelitian terakhir tidak terbukti. Disamping terbukti

turunnya tingkat prevelensi kanker payudara, juga ternyata resiko

kanker endometrium dan ovarium juga turun. Namun bagi wanita

perokok sebaiknya tidak menggunakan. (Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kontrasepsi, 2006)

Pada wanita usia 20-30 tahun kontrasepsi suntikan

merupakan kontrasepsi pilihan kedua setelah IUD, karena pada usia

ini merupakan fase untuk menjarangkan kehamilan dan dibutuhkan

suatu alat kontrasepsi yang mempunyai daya kerja lama dan salah

satunya alat kontrasepsi suntik. (Elizabeth, B.H, 2005)

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat

dibagi dalam tiga periode, yaitu kurun reproduksi muda (15-19

tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi

tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi

bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi

anak lebih tinggi pada usia kurang 20 tahun , paling rendah pada usia

20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35

11
tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan

tahap masa reproduksi tersebut. (Repository.usu.ac.id)

Dari hasil penelitian puspita di BPS Erna, Tahun 2011 dari

tingkat usia didapatkan 33,3% yang berusia 29 tahun dan 29

sebanyak 66,7% yang menggunakan KB suntik.

(Repository.usu.ac.id)

2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

a. Pendapatan

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun

kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan

lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan satus ekonomi

rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan

informasi pendidikan kesehatan. (Notoatmodjo, 2007)

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima

oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu

(biasanya tahun). Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan

tembaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan

divenden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah

seperti tunjangan sosial. (GambarKBsuntik2006.com)

Upah minimum regional provinsi DKI Jakarta tahun 2014

adalah sebesar Rp. 2.441.301,- (Lokerinfo Depnaker, 2014)

12
Dari hasil penelitian Lutviani 2014 sebanyak 30,5% yang

berpendapatan < Rp 1.118.000,- dan sebanyak 69,5% yang

berpendapatan Rp 1.118.000,-. (Lutviani, 2014)

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh

masyarakat membimbing perkembangan manusia sehingga

pengamanan dari dalam berkembang pada kehidupan hari esok.

Pendidikan dapat diperoleh dari pendidikann formal dan non formal

dan mendapatkan ijazah. Kaitan proses pendidikan dengan

pembangunan khususnya pembangunan manusia, dijelaskan bahwa

dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan yaitu pendidikan pra

sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan

menengah tinggi. Untuk secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pendidikan rendah

Pendidikan rendah diselengggarakan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan

pengetahuan dan keterampilan dasar yang diberikan untuk hidup

dimasyarakat serta mempersiapkan peserta didik memenuhi

syarat untuk mengikuti pendidikan menengah. (Hanafi, 2005)

2. Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan

menegah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

13
akademik dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kesenian. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin

mudah meneriam informasi sehingga diharapkan pula

pengetahuan yang dimiliki. Dapat diartiakn bahwa pendidikan

sangat mempengaruhi prilaku seseorang. Jadi dapat dikatakan

bahwa pendidikan itu membuat manusia dapat mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan

kesehatan dan kualitas hidup. (BKKBN, 2007).

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi

dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi

biasayanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang

yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru

dan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Demikian pula

tentang efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang

digunakan. (Repository.usu.ac.id)

Dari hasil penelitian Lutviani 2014 yang berpendidikan

rendah sebanyak 89,8% dan yang berpendidikan tinggi sebanyak

10,2%. (lutviani, 2014)

c. Pekerjaan

Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi dari

pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan

14
status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong

terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaandapat berpengaruh

terhadap keikutsertaan dalam KB dan pengetahuan tentang efek

samping KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan

yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB sehingga secara

tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian

kontrasepsi dan pengetahuan tentang efek samping KB.

(Repository.usu.ac.id)

Berdasarkan penelitian Sophiatun 2008 di desa Pilangawetan

Demak dengan menggunakan desain cross sectional ada hubungan

pekerjaan dengan pengetahuan tentang efek samping KB.

(Repository.usu.ac.id)

d. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang di punyai

oleh seorang perempuan. Berdasarkan jumlahnya, maka paritas

seseorang perempuan dapat dibedakan menjadi Primipara,

Multipara, dan Grandemultipara. Primipara yaitu perempuan yang

telah melahirkan sebanyak satu kali, multipara adalah

perempuanyang telah melahirkan dua hingga empat kali, sedangkan

grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lima

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam

kehamilan dan persalinan. (Manuaba, 2009)

Kemungkinan seorang ibu untuk menambah kelahiran

tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkan. Seorang ibu

15
mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah

anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup semakin sering

seorang ibu melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko

kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak sangat

mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan tarag hidup

keluarga secara maksimal, secara tidak langsung semakin sering ibu

ber-KB maka semakin paham ibu tentang efek samping dari

penggunaan KB. (Mantra, 2006)

Berdasarkan penelitian Sophiatun 2008 di desa

Pilangawetan Demak dengan menggunakan desain cross

sectional ada hubungan paritas dengan pengetahuan tentang efek

samping KB. (Repository.usu.ac.id)

3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Sumber Informasi

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang

lebih sering terpapar media massa (TV, Radio, Majalah, tenaga

kesehatan, keluarga/kerabat dan Lain-Lainnya) akan memperoleh

informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak

pernah terpapar informasi media massa. (Notoatmodjo, 2007).

Dengan semakin majunya alat komunikasi dan informasi

program KB baik di TV, Radio, Koran Majalah, tetangga/kerabat,

dan tenaga kesehatan. Masyarakat dapat menerima informasi tentang

16
jenis KB, kerugian, keuntungan, efek samping dan lain-lain.

(Muklis, 2008).

Berdasarkan penelitian Lutviani 2014 didapatkan 42,9% yang

mendapatkan sumber informasi dari media cetak, sedangkan daro

media eletronik sebanyak 57,1%. (Lutviani, 2014)

2.13 Kerangka teori

1. Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan
b. Kepercayaan
c. Umur Tingkat pengetahuan
akseptor KB suntik terhadap
2. Faktor Pendukung efek samping KB Suntik
a. Pendapatan
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Paritas

3. Faktor Pendorong

Sumber Informasi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007)

17

You might also like