You are on page 1of 7

Diagnosa ( Pola Nafas Tidak Efektif, Gangguan Integritas Kulit,

Resiko Perdarahan) Dan Intervensinya Pada Sirosis Hepatis


Oleh : Tri Fajarwati, NPM : 1606955580
FG : 3, Kelas A Ekstensi 2016

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan fibrosis luas (jaringan
parut) dan pembentukan nodul. Terdapat empat tipe utama sirosis yaitu sirosis alkoholik,
postnekrotik, bilie, dan kardiak. Pada sirosis hepatis ini diperlukan asuhan keperawatan yang tepat
dan komprehensif untuk mencegah perburukan klien. Terdapat 6 diagnosa keperawatan, namun
dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang diagnosa ( gangguan integritas kulit, pola nafas
tidak efektif, resiko perdarahan) dan intervensinya pada sirosis hepatis.

Diagnosa keperawatan dan intervensi pada sirosis hepatis meliputi :

1. Pola nafas tidak efektif


Menurut Herdman & Kamitsuru (2014), pola nafas tidak efektif adalah suatu keadaan
terjadi inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat. Intervensi
dan kriteria hasilnya sebagai berikut :
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Klien benafas Mandiri 1. Mengurangi tekanan pada
dengan kesulitan 1. Posisikan klien semi fowler diafragma
minimal, tidak ada 2. Mengidentifikasi adanya
manifestasi 2. Kaji adanya suara crackles cairan pada paru
hipoksia yeng
3. Kaji status pernafasan
terlihat ( Black & 3. Kecepatan dan dipsnoe
( frekuensi nafas, kedalaman
Hawks, 2014 ) terjadi karena hipoksia atau
pernafasan, penggunaan otot
karena adanya cairan di
bantu pernafasan)
abdomen.

4. Dorong klien untuk


4. Untuk melatih ekspansi dada
melakukan nafas dalam, ganti
dan mobilisasi secret
posisi, dan batuk efektif
Kolaborasi
5. Menandakan perubahan
5. Monitor hasil analisa gas
status pernapasan dan
darah, rontgen thorax,
adanya komplikasi
oksimetri
6. Berikan terapi oksigen
6. Sebagai perawatan atau
mencegah hipoksia
7. Lakukan parasintesis
7. Untuk mengeluarkan cairan
( Doengoes, 2014)
dari abdomen sehingga
mengurangi tekanan pada
rongga paru( Doengoes,
2014 )

2. Gangguan integritas kulit

Menurut Herdman & Kamitsuru (2014), gangguan integritas kulit adalah perubahan
epidermis dan /atau dermis. Menurut Doengoes ( 2014 ), intervensi dan kriteria hasilnya :

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Integritas kulit Mandiri 1. Memantau adanya kejadian
utuh, 1. Pantau permukaan kulit/titik decubitus
menunjukkan tekanan secara rutin. 2. Melakukan perubahan
perilaku untuk 2. Dorong klien dan bantu dalam posisi akan mengurangi
mencegah melakukan perubahan posisi. tekanan dan meningkatkan
kerusakan kulit sirkulasi pada jaringan yang
yang edema.
memperlihatkan
penyembuhan 3. Tinggikan ekstremitas bawah. 3. Untuk mengurangi edema
pruritus. pada ekstremitas serta
meningkatkan venus return
4. Pertahankan sprei tetap kering 4. Kulit yang lembab
dan bebas lipatan. merupakan faktor
timbulnya pruritus dan
menambah resiko
kerusakan kulit.
5. Mencegah pasien dari
5. Pertahankan kuku jari pendek,
kerusakan kulit yang tidak
pasang sarung tangan sesuai
disengaja terutama ketika
indikasi.
tidur.
6. Mengurangi iritasi kulit
6. Beri perawatan perineal
akibat gangguan garam
setelah berkemih dan defekasi.
empedu
Kolaborasi
7. Melancarkan sirkulasi,
7. Gunakan kasur bertekanan
mengurangi tekanan pada
khusus sesuai indikasi.
kulit, mengurangi iskemi
jaringan
8. Berikan obat seperti 8. Meskipun penyebab
cholestyramine (Questran), pruritus tidak diketahui,
colestipol (Colestid), mungkin terkait dengan
hydroxyzine (Atarax), dan ikterus atau garam empedu
dronabinol (Marinol), jika di kulit yang mungkin
diindikasikan. berespon dengan
pengobatan ini.
3. Resiko Perdarahan
Menurut Herdman & Kamitsuru (2014), resiko perdarahan adalah rentan mengalami
penurunan volume darah yang dapat mengganggu kesehatan. intervensi dan kriteria
hasilnya sebagai berikut ( Doengoes, 2014) :

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Perdarahan tidak Mandiri 1. Saluran GI-esophagus dan
terjadi dengan 1. Menilai tanda dan gejala rektum-adalah yang paling
menjaga pendarahan GI; contohnya, biasa terjadi perdarahan
homeostasis, klien amati warna dan konsistensi karena kerapuhan mukosa
menunjukkan tinja, drainase nasogastrik karena perubahan
perilaku untuk (NG), atau muntah homeostasis berhubungan
menguangi resiko dengan sirosis.
perdarahan
2. Amati adanya petechiae, 2. Subacute disseminated
ecchymosis, dan pendarahan intravascular coagulation
dari satu atau lebih situs. (DIC) berkembang akibat
faktor pembekuan yang
berubah.
3. Monitor pulsa, BP, dan CVP,
jika tersedia. 3. Denyut nadi yang
meningkat dengan
penurunan tekanan darah
dan CVP mungkin
mengindikasikan
4. Hindari pengukuran suhu kehilangan volume darah .
melalui rektal, hati hati 4. Rektal dan pembuluh
memasukkan tube GI. esophagus paling rentan
pecah.
5. Anjurkan penggunaan sikat 5. Adanya gangguan faktor
gigi yang lembut dan pisau pembekuan, trauma
cukur listrik, hembusan minimal
hidung kuat. dapat menyebabkan
perdarahan mukosa.
6. Gunakan jarum suntik kecil 6. Meminimalkan kerusakan
untuk injeksi. pada jaringan, mengurangi
risiko pendarahan dan
hematoma.
7. Sarankan menghindari produk 7. Prolong koagulasi
yang mengandung aspirin. menyebabkan risiko
perdarahan.
Kolaborasi
8. Monitor jadar hb, ht, platelet, 8. Indikator anemia,
faktor pembekuan perdarahan aktif
9. Pemberian obat seperti 9. Meningkatkan sintesis
vitamin K, D, C prothrombin dan koagulasi,
. Kekurangan vitamin C
meningkatkan kerentanan
iritasi dan perdarahan
sistem GI
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis merupakan penyakit yang
memerlukan perawatan ekstra hati hati. Hal ini terjadi karena terjadi selain terjadi gangguan pada
hati, terjadi gangguan multisitem yang mengakibatkan gangguan pernafasan, kulit, dan proses
pembekuan darah. Oleh karena itu, sebagai perawat kita harus jeli dalam melihat data subjektif
dan objektif klien. Dengan adanya data subjektif dan objektif ini akan menjadi dasar dalam
penegakkan diagnosa keperawatan sehingga sebagai perawat kita dapat menyusun intervensi yang
tepat.

Bibliography
Black, J. M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan (8th ed., Vol. 2). (A. Suslia, F. Ganiajri, P. P. Lestari, & R. W. Sari, Eds.) Jakarta:
Salemba Medika.

Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing care plans guidelines for
individualizing client care across the life span (8th ed.). Philadelphia: F.A Davis Company.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nanda International Inc. nursing diagnosis : definitions &
classification (10th ed.). (M. Ester, Ed., B. A. Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono, & M. A.
Subu, Trans.) Jakarta: EGC.

You might also like